Anda di halaman 1dari 13

Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal

I. Dasar Hukum
a. UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UU 5/ 1960)
b. PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (PP 24/ 1997)
c. PP No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Atas Negara (PP 40/ 1996)
d. UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum (UU 2/2012)
e. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun
1993 Tentang Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan
Dalam Rangka Penanaman Modal (PER KA BPN 2/ 1993)
f. Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 22 Tahun
1993 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin Lokasi Dalam Rangka
Pelaksanaan Per Kepala BPN 2/ 1993 (KEP KA BPN 22/ 1993)
g. Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 21 Tahun
1994 Tentang Tata Cara Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Dalam Rangka
Penanaman Modal (KEP KA BPN 21/ 1994)
h. Peraturan Kepala BPN No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan (PER KA BPN 9/ 1999)

II. Pengertian
Merujuk pada Pasal 1 Per Ka BPN 2/ 1993 Jo. Pasal 1 Kep Ka BPN 21/ 1994 sebagai
berikut:
1. Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah sesuai
dengan Tata Ruang Wilayah, yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak.
2. Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
olehNegara untuk keperluan usaha pertanian, perkebunan. perikanan atau peternakan
sebagaimana diatur Pasal 28 ayat (I) UU 5/ 1960.
3. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di
atas tanah yang bukan miliknya sendiri sebagaimana diatur Pasal 35 ayat (1) UU 5/ 1960.
4. Perolehan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah melalui pemindahan hak
atas tanah atau dengan cara penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dengan pemberian
ganti kerugian kepada yang berhak
5. Perusahaan adalah perusahaan penanaman modal yang sudah memperoleh Izin Lokasi
dalam rangka.
6. Pemindahan hak adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemegang hak atas tanah
untuk mengalihkan hak tersebut kepada pihak lain.

1
7. Penyerahan atau pelepasan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hokum
antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan pemberian ganti
kerugian atas dasar musyawarah.

III. Perolehan Izin Lokasi


Tata cara Perusahaan memperoleh Izin Lokasi sesuai dengan ketentuan Per Ka BPN
2/ 1993, sebagai berikut:
1. Perusahaan mengajukan permohonan kcpada Kepala Kantor Pertanahan dengan
melampirkan rekaman surat persetujuan penanaman modal bagi PMDN atau surat
pemberitahuan persetujuan Presiden bagi PMA atau surat persetujuan prinsip dari
departemen teknis bagi non PMA/ PMDN, dengan tembusan disampaikan kepada: (vide
Pasal 2)
 Kepala Kantor Wilayah.
 Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah untuk PMA/PMDN, instansi vertical
departemen teknis di Daerah Tingkat II untuk non PMA/PMDN.
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II dan khusus bagi DKI Jakarta
Bappeda Tingkat I.

2. Dalam mempersiapkan izin lokasi, Kepala Kantor Pertanahan mengadakan koordinasi


dengan instansi terkait. Keputusan Kepala Kantor Pertanahan atas permohonan izin lokasi
sudah harus dikeluarkan dalam waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
terhitung sejakditerimanya permohonan secara lengkap, yang selanjutnya disampaikan oleh
Kepala Kantor Pertanahan kepada perusahaan yang bersangkutan, dengan tembusan
kepada Bupati/Walikotamadya dan instansi terkait.

Berdasarkan surat keputusan izin lokasi, perusahaan dapat memulai kegiatan perolehan
tanah. Izin lokasi diberikan untuk jangka waktu selama 12 (dua belas) bulan dan hanya
dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk selama 12 (dua belas) bulan. (vide Pasal 3)

IV. Cara Perolehan Tanah


Cara Perolehan Tanah oleh Perusahaan dilakukan sesuai ketentuan dalam Kep Ka
BPN 21/ 1994, sebagai berikut:
1. Perolehan tanah oleh perusahaan hanya boleh dilaksanakan di areal yang ditetapkan di
dalam izin lokasi. Perolehan tanah dilaksanakan secara langsung antara perusahaan
dengan pemilik atau pemegang hak atas tanah atas dasar kesepakatan. Pemerintah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perolehan hak atas tanah (vide Pasal 2 Kep
Ka BPN 21/ 1994).

2
2. Perolehan tanah dalam rangka pelaksanaan izin loksi dapat dilakukan melalui cara
pemindahan hak atas tanah atau melalui penyerahan atau pelepasan hak atas tanah yang
diikuti dengan pemberian hak (vide Pasal 3 Kep Ka BPN 21/ 1994):
a. Perolehan tanah melalui pemindahan hak dilakukan apabila tanah yang bersangkutan
sudah dipunyai dengan hak atas tanah yang sama jenisnya dengan hak atas tanah yang
dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya, dengan ketentuan bahwa
apabila perusahaan-perusahaan yang bersangkutan menghendaki, hak atas tanah
tersebut dapat juga dilepaskan untuk kemudian dimohon hak sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Perolehan tanah melalui penyerahan atau pelepasan hak dilakukan apabila tanah yang
diperlukan dipunyai dengan Hak Milik atau hak lain yang tidak sesuai dengan jenis hak
yang diperlukan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya, dengan ketentuan
bahwa jika yang diperlukan adalah tanah dengan Hak Guna Bangunan, maka apabila
perusahaan yang bersangkutan menghendaki, perolehan tanahnya dapat dilakukan
melalui pemindahan hak dengan mengubah hak atas tanah tersebut menjadi Hak Guna
Bangunan;
Dan untuk kepentingan para pihak, sebelum pembuatan akta jual beli Hak Guna
Bangunan oleh PPAT, dapat dilakukan penguasaan tanah dengan membayar harga
yang disepakati, atau dengan cara lain disepakati oleh kedua belah pihak.

3. Jika Perolehan Tanah Asal Hak Milik, maka dengan Keputusan ini atas permohonan
pemegang hak atau kuasanya diubah menjadi Hak Guna Bangunan yang berlaku sampai
dengan tanggal 24 September tahun ketigapuluh terhitung dari tahun dikeluarkannya Izin
Lokasi yang menjadi dasar perolehan tanah yang bersangkutan dengan ketentuan bahwa
jangka waktunya tidak lebih dari 30 (tiga puluh) tahun.
Permohonan perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat dengan menyertakan
sertipikat Hak Milik yang bersangkutan, atau jika Hak Milik itu belum bersertipikat dengan
menyertakan alat bukti sebagaimana diperlukan dalam mendaftarkan konversi Hak Milik
tersebut (vide Pasal 4 Kep Ka BPN 21/ 1994)
a. Untuk Hak Milik yang sudah bersertipikat dalam waktu 3 (tiga) hari setelah diterimanya
permohonan Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan surat perintah setor pungutan.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya bukti penyetoran pungutan
perubahan status menjadi Hak Guna Bangunan tersebut dicatat pada buku tanah Hak
Milik yang bersangkutan dan sertipikatnya maupun daftar umum lainnya dan untuk Hak
Guna Bangunan tersebut dibuatkan buku tanah dan sertipikat baru sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dengan catatan mengenai terjadinya hak dalam ruang c di
halaman pendaftaran pertama. (vide Pasal 5 Kep Ka BPN 21/ 1994)
b. Untuk Hak Milik yang belum bersertipikat dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah
diterimanya permohonan Kepala Kantor Pertanahan menyelesaikan inventarisasi
mengenai tanah tersebut dan membuat pengumuman. Dalam waktu 3 (tiga) hari kerja
setelah waktu pengumuman habis dan tidak ada keberatan mengenai hasil inventarisasi
tersebut, Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan perintah setor uang administrasi dan
biaya pendaftaran.

3
Dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah pemohon menyerahkan bukti penyetoran
pungutan dan surat-surat asli bukti haknya, perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna
Bangunan tersebut dilaksanakan dengan pembuatan buku tanah dan sertipikat Hak
Guna Bangunan sesuai ketentuan dengan catatan mengenai terjadinya hak dalam
ruang c di halaman pendaftaran pertama. (vide Pasal 6 Kep Ka BPN 21/ 1994)
c. Setelah dilaksanakan kegiatan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 maka pemindahan Hak Guna
Bangunan yang bersangkutan dilaksanakan dengan Akta PPAT dan dicatat dalam buku
tanah dan sertipikat maupun daftar umum lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk pemindahan Hak Guna Bangunan dan pendaftarannya maka Izin Lokasi berlaku
sebagai izin pemindahan hak dan dimana perlu berlaku pula sebagai izin pengeluaran
dari obyek landreform dan izin atau fatwa lain yang menurut ketentuan yang berlaku
diperlukan dalam pemindahan Hak Guna Bangunan atas tanah negara. (vide Pasal 7
Kep Ka BPN 21/ 1994)

4. Jika Perolehan Tanah Asal Hak Guna Bangunan, maka dengan Keputusan ini Hak Guna
Bangunan atas tanah negara yang diperoleh perusahaan dengan pemindahan hak
berdasarkan Izin Lokasi, atas permohonan pemegang hak diperpanjang masa berlakunya
atau diperbaharui, sehingga masa berlakunya berakhir pada tanggal 24 September tahun
ketigapuluh terhitung sejak dikeluarkannya Izin Lokasi, dengan maksimum masa berlaku
tidak lebih dari pada 30 (tiga puluh) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut : (vide Pasal 8
Kep Ka BPN 21/ 1994)
 jika untuk berakhir pada tanggal 24 September tahun ketigapuluh sejak dikeluarkannya
Izin Lokasi sebagaimana dimaksud di atas penambahan masa berlaku Hak Guna
Bangunan tersebut kurang dari 20 (dua puluh) tahun, maka Hak Guna Bangunan itu
diperpanjang;
 jika untuk berakhir pada tanggal 24 September tahun ketigapuluh sejak dikeluarkannya
Izin Lokasi sebagaimana dimaksud di atas penambahan masa berlaku Hak Guna
Bangunan tersebut lebih dari 20 (dua puluh) tahun, maka Hak Guna Bangunan itu
diperbaharui.
Untuk pemindahan Hak Guna Bangunan dan pendaftarannya berlaku mutatis mutandis
ketentuan pasal 7 Kep Ka BPN 21/ 1994

5. Jika Perolehan Tanah Asal Hak Guna Usaha, maka dengan Keputusan ini atas
permohonan pemegang hak atau kuasanya diubah menjadi Hak Guna Bangunan yang
berlaku sampai dengan tanggal berakhirnya Hak Guna Usaha tersebut dengan ketentuan
paling lama sampai tanggal 24 September tahun ketigapuluh terhitung dari tahun
dikeluarkannya Izin Lokasi yang menjadi dasar perolehan tanah yang bersangkutan. (vide
Pasal 9 Jo. Pasal 10 Kep Ka BPN 21/ 1994)
Jika hanya sebagian dari Hak Guna Usaha yang diperlukan oleh perusahaan dengan Hak
Guna Bangunan sesuai dengan izin lokasi, maka sebelum diajukan permohonan perubahan
hak, untuk bagian tersebut terlebih dahulu diterbitkan sertipikat pemisahan haknya.
Permohonan perubahan Hak Guna Usaha menjadi Hak Guna Bangunan diajukan kepada
Kepala Kantor Pertanahan setempat dengan menyertakan sertipikat Hak Guna Usaha yang

4
bersangkutan, sesudah diperoleh izin dari Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional dan persetujuan Menteri Pertanian.
Untuk perubahan Hak Guna Usaha menjadi Hak Guna Bangunan dari pemohon dipungut
uang pemasukan kepada Negara dan uang sumbangan pelaksanaan landreform sejumlah
selisih antara uang pemasukan kepada Negara dan uang sumbangan pelaksanaan
landreform yang berlaku untuk pemberian Hak Guna Bangunan selama waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dikurangi uang pemasukan, sumbangan pelaksanaan landreform
dan uang wajib tahunan yang sudah disetor untuk Hak Guna Usaha yang bersangkutan dan
biaya-biaya pendaftaran tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk pemindahan Hak Guna Usaha dan pendaftarannya berlaku mutatis mutandis
ketentuan pasal 7 Kep Ka BPN 21/ 1994

6. Jika Perolehan Tanah Asal Hak Pakai, maka dengan Keputusan ini atas permohonan
pemegang hak atau kuasanya diubah menjadi Hak Guna Bangunan yang berlaku sampai
dengan tanggal berakhirnya Hak Guna Bangunan yang berlaku sampai dengan tanggal
berakhirnya Hak Pakai yang bersangkutan. (vide Pasal 11 Jo. Pasal 12 Kep Ka BPN 21/
1994)
Permohonan perubahan Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan diajukan kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat dengan menyertakan sertipikat Hak Pakai yang bersangkutan.
Untuk perubahan Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan dari pemohon dipungut uang
pemasukan kepada Negara dan uang sumbangan pelaksanaan landreform sejumlah selisih
antara uang pemasukan kepada negara dan uang sumbangan pelaksanaan landreform
yang berlaku untuk pemberian Hak Guna Bangunan selama waktu berlakunya Hak Guna
Bangunan dikurangi uang pemasukan dan sumbangan pelaksanaan landreform untuk Hak
Pakai yang bersangkutan dan biaya-biaya pendaftaran tanah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Untuk pemindahan Hak Pakai dan pendaftarannya berlaku mutatis mutandis ketentuan
pasal 7 Kep Ka BPN 21/ 1994

7. Penyerahan atau pelepasan hak atas tanah untuk keperluan perusahaan dalam rangka
pelaksanaan Izin Lokasi dilakukan oleh pemegang hak atau kuasanya dengan pernyataan
penyerahan atau pelepasan hak atas tanah yang dibuat di hadapan Kepala Kantor
Pertanahan setempat. (vide Pasal 13 Jo. Pasal 14 Kep Ka BPN 21/ 1994)
Apabila diperlukan sebelum dilaksanakan penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dapat
diadakan perjanjian kesediaan menyerahkan atau melepaskan hak atas tanah, yang berisi
kesepakatan bahwa, dengan menerima ganti kerugian, pemegang hak bersedia:
a. menyerahkan tanah Hak Miliknya sehingga tanah tersebut jatuh pada Negara
sebagaimana dimaksud Pasal 27 huruf a UU 5/ 1960, atau
b. melepaskan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atau Hak Pakainya sehingga tanah
tersebut menjadi tanah Negara, untuk kemudian diberikan kepada perusahaan dengan
hak atas tanah yang sesuai dengan keperluan perusahaan tersebut untuk menjalankan
usahanya.

5
c. Jika tanah yang diperlukan perusahaan merupakan tanah Negara yang dipakai oleh
pihak ketiga, maka pihak yang memakai tanah tersebut melepaskan semua
hubungannya dengan tanah yang bersangkutan sehingga tanah itu menjadi tanah
Negara yang dapat diberikan dengan hak atas tanah yang sesuai kepada perusahaan.
Penyerahan atau pelepasan hak atas tanah dilakukan setelah diserahkannya kepada
Kantor Pertanahan setempat sertipikat tanah yang bersangkutan, atau jika hak tanah yang
bersangkutan belum bersertipikat, setelah dilakukan inventarisasi dan pengumuman dan
penyerahan surat-surat asli bukti kepemilikan tanah yang bersangkutan.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah dibuatnya pernyataan penyerahan atau pelepasan
hak atas tanah Kepala Kantor Pertanahan mencatat hapusnya hak atas tanah tersebut pada
buku tanah dan sertipikatnya maupun daftar umum lainnya.
Perusahaan wajib segera mengajukan permohonan hak yang sesuai dengan keperluan
usahanya atas tanah yang sudah diserahkan atau dilepaskan haknya. Permohonan dan
pemberian hak dilakukan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam peraturan
perundangan yang berlaku.

CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH

Cara Perusahaan memperoleh Hak Atas Tanah dilakukan sesuai ketentuan Per Ka
BPN 9/ 1999 sebagai berikut:

V. Pengertian

1. Hak atas Tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU 5/ 1960, dan Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun sebagaimana UU 16/ 1985 tentang Rumah Susun.
2. Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai negara sebagaimana dimaksud dalam
UU 5/ 1960
3. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegangnya.
4. Tanah Hak adalah Tanah yang telah dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah.
5. Data Yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah
susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang
membebaninya.
6. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian
bangunan di atasnya.
7. Pemohon atau subjek hak adalah perorangan atau badan hukum yang pendiriannya sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Pemberian hak atas tanah adalah penetapan Pemerintah yang memberikan sesuatu hak
atas tanah Negara, termasuk pemberian hak diatas Hak Pengelolaan.

6
9. Perubahan Hak adalah penetapan Pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah
yang semula dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah tertentu, atas permohonan
pemegang haknya, menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut
kepadanya dengan hak atas tanah jenis lainnya.
10. Rencana Tata Ruang Wilayah adalah rencana tata ruang yang sudah ditetapkan dan
disahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

VI. Umum

1. Pemberian hak meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas
tanah Negara dan Hak Pengelolaan dilakukan oleh Menteri. Pemberian hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan keputusan pemberian hak secara
individual atau kolektif atau secara umum. (vide Pasal 2)

2. Sebelum mengajukan permohonan hak, pemohon harus menguasai tanah yang dimohon
dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (vide Pasal 4)
a. Dalam hal tanah yang dimohon merupakan tanah Hak Pengelolaan. Pemohon harus
terlebih dahulu memperoleh penunjukan berupa perjanjian penggunaan tanah dari
Pemegang Hak Pengelolaan.
b. Dalam hal tanah yang dimohon merupakan tanah kawasan hutan. Harus lebih
dahulu dilepaskan dari statusnya sebagai kawasan hutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Tanah- tanh tertentu yang diperlukan untuk konservasi yang ditetapkan oleh menteri
tidak dapat dimohon dengan sesuatu hak atas tanah.

3. Dalam rangka pemberian hak atas tanah atau Hak Pengelolaan. Dilakukan pemeriksaan
tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah atau Tim Penelitian Tanah atau Petugas yang ditunjuk.
(vide Pasal 5)

4. Pemberian hak dilakukan secara: (vide Pasal 5)


a. Individual merupakan pemberian hak atas sebidang tanah kepada seseorang atau
sebuah badan hukum tertentu atau kepada beberapa orang atau badan hukum secara
bersama sebagai penerima hak bersama yang dilakukan dengan satu penetapan
pemberian hak.

b. Kolektif merupakan pemberian hak atas beberapa bidang tanah masing- masing kepada
seseorang atau sebuah badan hukum atau kepada beberapa orang atau badan hukum
sebagai penerima hak, yang dilakukan dengan satu penetapan pemberian hak.

7
5. Pemberian Hak Guna Usaha
a. Syarat pemberian hak guna usaha: (vide Pasal 17)
i. Warga Negara Indonesia.
ii. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.

b. Permohonan Hak Guna Usaha diajukan secara tertulis, yang memuat: (vide Pasal 18)

i. Keterangan mengenai pemohon:


 Apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan
pekerjannya;
 Apabila badan hukum: nama badan hukum, tempat kedudukan, akta atau
peraturan pendiriannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

ii. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik:
 Dasar penguasaanya, dapat berupa akta pelepasan kawasan hutan, akta
pelepasan bekas tanah milik adat dan surat bukti perolehan tanah lainnya;
 Letak, batas-batas dan luasnya (jika sudah ada surat ukur sebukan tanggal
dan nomornya);
 Jenis usaha (pertanian, perikanan atau peternakan).

iii. Lain-lain:
 Keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan status tanah-tanah yang
dimiliki, termasuk bidang tanah yang dimohon;
 Keterangan lain yang dianggap perlu.

c. Lampiran Permohonan Hak Guna Usaha (vide Pasal 19)

i. Foto copy identitas permohonan atau akta pendirian perusahaan yang telah
memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan hukum;

ii. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang.

iii. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin
pencadangan tanah sesuai dengan Rencana tata ruang Wilayah;

8
iv. Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa pelepasan kawasan
hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau
surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

v. Persetujuan penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal


Asing (PMA) atau surat persetujuan dari Presiden bagi Penanaman Modal Asing
tertentu atau surat persetujuan prinsip dari Departemen Teknis bagi non
Penanaman Modal Dalam Negeri atau Penanaman Modal Asing;

vi. Surat ukur apabila ada.

d. Permohonan Hak Guna Usaha diajukan kepada Menteri melalui Kepala Kantor wilayah,
dengan tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi
letak tanah yang bersangkutan. Apabila tanah yang dimohon terletak dalam lebih dari
satu daerah Kabupaten/Kota, maka tembusan permohonan disampaikan kepada
masing-masing Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan. (vide Pasal 20)
e. Setelah berkas permohonan Hak Guna Usaha diterima, Kepala Kantor Wilayah: (vide
Pasal 21)
i. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik.
ii. Mencatat pada formulir isian sesuai contoh Lampiran 14.
iii. Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya-biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
iv. Memerintahkan kepada para Kepala Bidang terkait untuk melengkapi bahan-
bahan yang diperlukan.

f. Kepala Kantor Wilayah meneliti keleengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik
permohonan Hak Guna Usaha dan memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat
atau tidaknya dikabulkan atau diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. (vide Pasal 22)
Dalam hal data yuridis dan data fisiknya belum lengkap, Kepala Kantor Wilayah
memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapinya.
Selanjutnya memerintahkan kepada Panitia Pemeriksa Tanah B atau Petugas yang
ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan tanah.
Dalam hal tanah yang dimohon belum ada surat ukurnya, Kepala Kantor Wilayah
memerintahkan kepada Kepala Bidang Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah untuk
mempersiapkan surat ukur atau melakukan pengukuran.
Hasil pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksaan tanah B dituangkan dalam Risalah
Pemeriksaan Tanah dan hasil pemeriksaan tanah oleh petugas yang ditunjuk

9
ditiuangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah (Konstatering Rappot) sepanjang data
yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan.
Dalam hal keputusan pemberian Hak Guna usaha telah dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Wilayah, setelah mempertimbangkan pendapat Panitia Pemeriksaantanah B atau
Petugas yang ditunjuk, Kepala Kantor wilayah menerbitkan keputusan pemberian Hak
Guna Usaha atas tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan
alasan penolakannya.
Dalam keputusan pemberian Hak Guna Usaha tidak dilimpahkan kepada Kepala Kantor
Wilayah, Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan menyampaikan berkas
permohonan tersebut kepada Menteri, disertai pendapat dan pertimbangannya.

6. Pemberian Hak Guna Bangunan


a. Syarat pemberian Hak Guna Bangunan: (vide Pasal 32)
i. Warga Negara Indonesia
ii. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.

b. Permohonan Hak Guna Bangunan diajukan secara tertulis, memuat: (vide Pasal 33)

i. Keterangan mengenai pemohon:


 Apabila perorangan: nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan
pekerjannya serta keterangan mengenai istri/suami dan anaknya yang masih
menjadi tanggungannya;
 Apabila badan hukum: nama, tempat kedudukan, akta atau peraturan
pendiriannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

ii. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik:
 Dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertifikat, girik, surat
kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah
dan atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, putusan pengadilan, akta
PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;
 Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat Ukur atau Gambar Situasi
sebutkan tanggal dan nomornya);
 Jenis tanah (pertanian, non pertanian);
 Rencana penggunaan tanah;
 Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara);

iii. Lain-lain :
10
 Keterangan mengenai jumlah bidang, luas, dan status tanah-tanah yang
dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon;
 Keterangan lain yang dianggap perlu.

c. Lampiran Permohonan Hak Guna Bangunan: (vide Pasal 34)

i. Non fasilitas Penanaman Modal:

a) Mengenai pemohon:
 1 Jika perorangan: foto copy surat bukjti identitas, surat bukti
kewarganegaraan Republik Indonesia;
 2 Jika badan hukum : foto copy akta atau peraturan pendiriannya
dan salinan surat keputusan penunjukannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Mengenai tanahnya:
 Data yuridis: sertipikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti
pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah
yang telah dibeli dari Pemerintah, PPAT, akta pelepasan hak,
putusan pengadilan, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;
 Data fisik: surat ukur, gambar situasi dan IMB, apabila ada.
 Surat lain yang dianggap perlu.
c) Surat pernyataan pemohon mengenai jumlah bidang, luas dan status
tanah-tanah yang telah dimiliki oleh pemohon termasuk bidang tanah yang
dimohon, sesuai contoh lampiran 3.

ii. Fasilitas Penanaman Modal:


a) Foto copy identitas permohonan atau akta pendirian perusahaan yang telah
memperoleh pengesahan dan telah didaftarkan sebagai badan hukum;
b) Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang.
c) Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin
pencadangan tanah sesuai dengan Rencana tata ruang Wilayah;
d) Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa pelepasan kawasan
hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat
atau surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;
e) Persetujuan penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman
Modal Asing (PMA) atau surat persetujuan dari Presiden bagi Penanaman
Modal Asing tertentu atau surat persetujuan prinsip dari Departemen
Teknis bagi non Penanaman Modal Dalam Negeri atau Penanaman Modal
Asing;
11
f) Surat ukur apabila ada.

d. Permohonan Hak Guna Bagunan, diajukan kepada Menteri melalui Kepala Kantor
Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan (vide Pasal
35)

e. Setelah berkas pemohon diterima, Kepala Kantor Pertanahan: (vide Pasal 36)
i. memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik.
ii. mencatat pada formulir isian sesuai contoh Lampiran 4.
iii. memberitahukan tanda terima berkas permohonan sesuai formulir isian sesuai
contoh Lampiran 5. Memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya
untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sesuai contoh Lampiran 6.
Kepala Kantor Pertanahan meneliti keleengkapan dan kebenaran data yuridis dan data
fisik permohonan Hak Guna Bangunan dan memeriksa kelayakan permohonan tersebut
dapat atau tidaknya dikabulkan atau diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (vide Pasal 37)
Dalam hal tanah yang dimohon belum ada surat ukurnya, Kepala Kantor Pertanahan
memerintahkan Kepala Seksi Pengukuran Dan Pendaftaran Tanah untuk
mempersiapkan surat ukur atau melakukan pengukuran.
Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan kepada:
i. Kepala Seksi Hak Atas Tanah atau petugas yang ditunjuk untuk memeriksa
permohonan hak terhadap tanah yang sudah terdaftar, peningkatan,
perpanjangan atau pembaharuan hak atas tanah dan terhadap tanah yang data
yuridis atau data fisiknya telah cukup untuk mengambil keputusan yang
dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah (kojnstatering rapport); atau
ii. Tim Penelitian Tanah untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah yang
belum terdaftar yang dituangkan dalam Berita Acara; atau
iii. Panitia Pemeriksa Tanah A untuk memeriksa permohonan hak terhadap tanah
selain yang diperiksa, yang dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah.
Dalam hal data yuridis dan data fisik belum lengkap Kepala Knator Pertanahan
memberitahukan kepada pemohon untuk melengkapinya.
Dalam hal keputusan pemberian Hak Guna Bangunan telah dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Pertanahan, setelah mempertimbangkan pendapat Kepala Seksi Hak Atas
Tanah atau Pejabat yang ditunjuk atau Tim Penelitian Tanah atau Panitia Pemeriksa
Tanah A, Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan keputusan pemberian hak Guna
Bangunan atas tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan
alasan penolakannya.
Dalam hal keputusan pemberian Hak Guna Bangunan tidak dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan menyampaikan
berkas permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah, disertai pendapat dan
pertimbangannya.
12
f. Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan pertimbangan,
Kepala Kantor Wilayah memerintahkan kepada Kepala Bidang Hak-hak Atas Tanah
untuk: (vide Pasal 38)
i. Mencatat dalam formulir.
ii. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dan apabila
belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan
untuk melengkapinya.
Kepala Kantor Wilayah meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik
atas tanah yang dimohon beserta pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor
Pertanahan dan memeriksa kelayakan permohonan Hak Guna Banguna tersebut dapat
atau tidaknya dikabulkan atau diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal keputusan pemberian Hak Guna Bangunan telah dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Wilayah, setelah mempertimbangkan pendapat Kepala Kantor Pertanahan,
Kepala Kantor Wilayah menerbitkan keputusan pemberian Hak Guna Bangunan atas
tanah yang dimohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan
penolakannya.
Dalam hal keputusan pemberian Hak Guna Bangunan tidak dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Kepala Kantor Wilayah
menyampaikan berkas permohonan dimaksud kepada Menteri disertai pendapat dan
pertimbangannya.

g. Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam 38 ayat (4), Menteri memerintahkan kepada Pejabat
yang ditunjuk untuk:
i. Mencatat dalam formulir isian sesuai contoh Lampiran 13.
ii. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data fisik, dan apabila
belum lengkap segera meminta Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan untuk
melengkapinya.
Menteri meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah yang
dimohon dengan mempertimbangkan pendapat dan Pertimbangan Kepala Kantor
Wilayah dan selanjutnya memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau
tidaknya dikabulkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Setelah mempertimbangkan pendapat dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah,
Menteri menerbitkan keputusan pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah yang
dimohon atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan penolakannya.

13

Anda mungkin juga menyukai