Anda di halaman 1dari 8

Jurnal ALTASIA

Vol. 2, No. 2, Tahun 2020

Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan


Pariwisata di Indonesia
Harry Sutanto1 . Nugroho J. Setiadi2
1
Bina Nusantara University, harry.sutanto@binus.ac.id
2
Bina Nusantara University, nugroho.setiadi@binus.ac.id

ABSTRAK
Peran industri pariwisata dalam mendukung perekonomian dan kemajuan bangsa, semakin meningkat
dari waktu ke waktu, khususnya karena industri pariwisata dinilai sebagai sarana promosi efektif atas
destinasi wisata tertentu dan negara pada umumnya, serta tanpa harus mengeksploitasi sumberdaya
alam secara berlebihan. Tetapi fenomena overtourism, yang walaupun masih dalam tahapan awal dari
suatu penyesuaian kebijakan publik, berpotensi menurunkan apresiasi warga lokal maupun masyarakat
luas akan peran penting pariwisata. Untuk mengantisipasi dan mencegah fenomena overtourism
tersebut, selain perubahan dan perbaikan perilaku maupun kebijakan pariwisata secara nasional,
diperlukan perhitungan secara saksama atas daya dukung wisata di destinasi wisata tertentu.
Kata Kunci : Pariwisata, Overtourism, Daya Dukung Wisata

ABSTRACT
The role of the tourism industry in supporting the economy and progress of the nation, is increasing
from time to time, especially because the tourism industry is considered as an effective tools in
promoting certain tourist destinations and the said country, and without having to over-exploit natural
resources. But the phenomenon of overtourism, which although still in the initial stages of a public
policy adjustment, has the potential to reduce the appreciation of local residents and the wider
community for the important role of tourism. To anticipate and prevent the phenomenon of
overtourism, in addition to changes and improvements in national tourism behavior and policy, a
careful calculation of the carrying capacity of tourism in certain tourist destinations is needed.
Keywords :Tourism, Overtourism, Tourism Carrying Capacity.

Naskah diterima: 9 September 2019, direvisi:25 November 2019, diterbitkan: 15 Februari 2020

PENDAHULUAN serta sejarah yang menarik dan sangat beragam.


Peningkatan Pesat Industri Pariwisata Global Karena itu, Bank Indonesia menyatakan bahwa
dan Indonesia pariwisata merupakan sektor yang paling efektif
Industri pariwisata global, bergerak cepat dalam untuk meningkatkan devisa Indonesia, karena
satu dekade terakhir. Data dari Organisasi banyak dan beragamnya sumberdaya yang telah
Pariwisata Dunia (UNWTO) menunjukkan tersedia di di tanah air [2]. Diyakini bahwa
adanya peningkatan jumlah perjalanan pembangunan pariwisata mampu meningkatkan
internasional [1]. Selain bentuk profil suatu devisa, kesempatan kerja, meredistribusi
daerah yang sudah merupakan anugerah alam, pendapatan, menyeimbangkan pembangunan
seperti pemandangan yang eksotis, atau inter-regional, menciptakan diversifikasi aktivitas
peninggalan sejarah berupa peninggalan- ekonomi dan kelembagaan baru. Hal tersebut
peninggalan jaman dahulu, terdapat fenomena karena pariwisata berperan dalam segi ekonomi
penngkatan peran unsur kreatif dalam (sumber devisa dan pajak), segi sosial
menentukan daya tarik suatu daerah [2]. (penciptaan lapangan kerja) dan segi kebudayaan
Sehingga merupakan suatu hal yang wajar bila (memperkenalkan budaya ke dunia luar) [3].
terdapat iklim persaingan yang tajam dan kuat di Berdasarkan hal-hal tersebut, Bank Indonesia
antara berbagai pengelola destinasi wisata dalam bersama Pemerintah menargetkan mampu
mengemas kelolaannya sehingga mampu menarik mengumpulkan devisa sebesar USD 20 milyar
wisatawan sebanyak-banyaknya. atau setara Rp 2,8 trilyun, meningkat dari
Indonesia memiliki beragam destinasi eksotis dan perolehan devisa saat ini sebesar USD 17 milyar
memukau, antara lain wisata alam, wisata budaya atau setara Rp 2,3 trilyun pada tahun 2018 [2].

ISSN: 2655-965X 233


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

Prediksi tersebut cukup realitis karena terjadi konten kreatif yang kuat, akan memungkinkan
peningkatan jumlah wisatawan sebesar 14 persen orang untuk mewujudkan ide, kebutuhan,
sejak tahun 2009 [2] atau mencatat pertumbuhan aspirasi, impian, proyek, konflik, ingatan,
empat kali dibandingkan pertumbuhan regional kecemasan, cinta, gairah, obsesi, dan ketakutan
dan global [4]. Selain itu, menguatnya tingkat mereka yang didukung oleh karakterisasinya
kesejahteraan dalam arti daya beli, akses terhadap sebagai masyarakat heterogen dengan
jaminan sosial dan jaminan kesehatan serta fleksibilitas budaya yang tinggi, beragam profesi
infrastruktur dan bertumbuhnya keinginan kelas dengan pekerjaan baru yang muncul, daya saing
menengah Indonesia untuk melakukan tinggi dan kecenderungan materialistis, serta
perjalanan, pada tingkat tertentu, telah masyarakat yang berpikiran terbuka [7], dengan
meningkatkan prosentase wisatawan domestik toleransi tinggi terhadap yang baru pendatang
[3]. yang menyesuaikan mereka secara harmonis
Pertumbuhan pariwista Indonesia tersebut jauh karena mereka memiliki stabilitas sosial yang
melebihi pertumbuhan jumlah wisatawan memadai untuk menciptakan keanekaragaman
mancanegara ke Indonesia sebesar 23,53 persen yang menghasilkan kreativitas dalam berbagai
sedangkan rata-rata negara di tingkat ASEAN bentuk. Karena itu, setiap kota (atau destinasi
dan global masing-masing hanya sebesar enam wisata) harus mampu mengidentifikasi peluang
persen, Malaysia sebesar 0,87 persen, sementara dalam masyarakat berlandaskan pengetahuan dan
Singapura dan Thailand hanya 4,48 persen [4] pola kreatif untuk mengembangkannya menjadi
yang membuktikan kesungguhan dan kerja keras sentra ekonomi kreatif yang baru [8].
Kementrian Pariwisata dan dukungan APBN
yang besar untuk melaksanakan promosi atas Overtourism sebagai Sinyal atas Perubahan
keunggulan pariwisata Indonesia. Meskipun Pengelolaan Pariwisata
demikian, Indonesia harus mewaspadai penilaian Timbulnya Fenomena Overtourism
World Economic Forum yang menilai Indonesia Hal yang menarik untuk disimak, di tengah
sebagai negara yang terlemah dalam (i) kebijakan akselerasi dan euphoria akan kesadaran tinggi
dan regulasi, (ii) pariwisata berkelanjutan, (iii) terhadap manfaat pariwisata dan juga
keselamatan dan keamanan, (iv) kesehatan, and meningkatnya kuantitas dan kualitas akses
(v) teknologi informasi dan komunikasi [3]. terhadap destinasi wisata karena penurunan biaya
Target yang dicanangkan tersebut merupakan transportasi dan akomodasi [9], timbul fenomena
suatu keniscayaan, khususnya karena Indonesia overtourism sebagai suatu fenomena nyata yang
pun telah memiliki keunggulan lain berupa merangkum narasi tentang persepsi negatif
kreativitas yang menarik dan menjanjikan karena terhadap turis (wisatawan) dan pariwisata.
tidak terkait dengan eksplorasi sumberdaya alam Di beberapa destinasi wisata terkenal di Eropa,
yang semain menipis, dan hanya mendasarkan seperti Amsterdam, Venezia, Dubrovnik,
pada keinginan dan ketulusan untuk menciptakan Barcelona, dan Islandia, wisatawan dan
dan mewujudkan sesuatu [2]. Ekonomi kreatif pariwisata dipandang sebagai hal negatif, sinis
saat ini merupakan hal yang menarik dan dan sebagai wabah epidemic [10]. Bahkan
merupakan suatu bidang penelitian yang luas, Unesco telah mengancam untuk mencabut ststus
berkaitan dengan penelitian atas sistem, Dubrovnik di Kroasia sebagai World Heritage
implementasi kebijakan, produksi dan konsumsi Site bila tidak membatasi jumlah wisatawan yang
atas produk industri budaya dan kreatif yang berkunjung [4]. Kondisi yang kurang lebih sama
berdampak luas terhadap aspek sosial dan terjadi di Indonesia, misalnya Bali dan Flores
ekonomi masyarakat [5]. Lebih jauh lagi, (Pakan, 2016) maupun destinasi wisata populer
kreativitas berkorelasi erat dengan inovasi, lainnya seperti Bandung, Bali, Gili Trawangan,
sebagai dua hal utama yang memiliki dampak Lombok hingga Yogyakarta [11].
signifikan dalam dunia yang semakin maju dan Sebagai dampak dari overtourism tersebut di atas,
dinamis. Dan hanya individu, komunitas, atau terjadi penurunan dukungan atau bahkan
perusahaan yang telah melakukan yang terbaik penolakan masyarakat terhadap pariwisata. Dan
dalam jangka panjang adalah yang paling mampu walaupun fenomena overtourism tersebut belum
meningkatkan kreativitas dan kemampuan menjadi prioritas utama dalam pertimbangan
inovatif mereka untuk mencapai keberhasilan pengelolaan pariwisata Indonesia, potensi
jangka panjang [6]. dampak negatif dari overtourism tersebut perlu
Sejalan dengan pengembangan konsep kota diwaspadai dan diatasi dengan tindakan strategis
kreatif (creative cities), sebuah kota dengan dan sistematis untuk tetap mewujudkan

ISSN: 2655-965X 234


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

sustainable tourism di Indonesia. Hal tersebut dinamis dan online (dynamic online travel
sejalan dengan prediksi para pakar ekonomi information) yang akan mempenaruhi pilihan dan
bahwa sektor pariwisata akan menjadi salah satu pengambil keputusan wisatawan, Para
kegiatan ekonomi yang penting di abad ke 21 dan wisatawan akan memperoleh kesempatan untuk
bila dikembangkan secara berencana dan terpadu berpartisipasi dalam produksi dan konsumsi
akan mampu melebihi kontribusi sektor migas pengalaman perjalanan (travel experience) atau
dalam ekonomi Indonesia [3]. Selain itu, juga dikenal sebagai prosumers yang
pariwisata pun selayaknya tidak hanya dipandang memungkinkan keterkaitan aktif di antara
sebagai penghasil devisa, tetapi sekaligus juga industri pariwisata, destinasi wisata dan para
berfungsi sebagai instrumen untuk menggalakkan wisatawan [9]. Sehingga media sosial
kegiatan ekonomi, termasuk sektor lain yang memberikan suatu “called effect” atas berbagai
terkait pengembangan budaya daerah, destinasi wisata yang berkontribusi terhadap
pemerataan, pembangunan sekaligus sebagai overcrowding dan overtourism.
instrumen untuk melestarikan lingkungan dan Dampak Overtourism terhadap Wisatawan
mendukung sumber daya manusia. Selain berdampak buruk terhadap warga dan
Perilaku Negatif Wisatawan Pemicu masyarakat lokal, overtourism juga berdampak
Overtourism negatif terhadap wisatawan, yang mengharapkan
Penilaian negatif terhadap wisatawan dan suatu kenyamanan dan suasana mendukung untuk
pariwisata sangat terkait dengan dampak negatif menikmati destinasi wisata yang dikunjunginya.
yang ditimbulkan oleh kehadiran wisatawan Hal tersebut tidak akan diperoleh bila destinasi
dalam bentuk sampah dan limbah yang wisata terkait overcrowded dengan jumlah
dihasilkan, meningkatnya biaya hidup, wisatawan yang melebihi daya dukungnya [11].
terpolarisasinya budaya dan adat istiadat yang
merugikan penduduk lokal [1], kerusakan Tujuan Pembelajaran dan Penulisan Paper
fasilitas umum, situs bersejarah dan lingkungan Pembelajaran dan penulisan paper ini
alam hingga mengganggu kenyamanan warga dimaksudkan untuk menggali fenomena
lokal [3], perilaku para wisatawan yang secara overtourism secara rinci dan menyeluruh, serta
semena-mena menginvansi ruang publik, memprosisisi tindakan untuk mengatasinya.
meningkatnya harga fasilitas akses ke destinasi Karena itu, langkah yang dilaksanakan berupa a)
wisata, meningkatnya rasa tidak aman dan kajian rinci atas literatur maupun hasil penelitian
gangguan gaya hidup warga; dan penggunaan yang telah dilaksanakan untuk memformulasikan
sumber daya yang berlebihan [9]. Ditinjau dari esensi solusi atas permasalahan overtourism; dan
aspek keindahan dan keasrian destinasi wisata, b) mengusulkan suatu penelitian atau perhitungan
turisfikasi dipandang sebagai gangguan karena lanjutan untuk menelaah langkah esensial dalam
pusat kota misalnya dipenuhi oleh bangunan- menentukan titik kritis terjadinya fenomena
bangunan monokultur dan infrastruktur overtourism.
pendukung untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan. Dampak lain yang ditimbulkan KAJIAN PUSTAKA
berupa gentrifikasi, yang membuat pusat kota Perspektif Luas Overtourism
kehilangan lokalitasnya karena warga lokal telah Sejatinya overtourism merupakan pertarungan
tersingkir ke periferi dan meningkatnya harga diskursus di antara hak untuk bepergian (right to
tanah dan bangunan [10]. travel) bagi wisatawan dan hak untuk
tinggal/hidup (right to live) bagi warga lokal
Peranan Media Sosial dalam Memicu [12]. Permasalahan timbul setelah warga lokal
Overtourism mulai mempersiapkan wisatawan dan pariwisata
Media sosial memiliki peran aktif dalam sebagai sesuatu yang negatif, mengganggu dan
membangun citra suatu destinasi wisata yang menyebalkan, menjadi suatu gerakan anti-
mengakselerasi keinginan untuk berkunjung pada tourism dan tourismphobia.
pikiran para wisatawan sebelum Secara ilmiah, istilah overtourism tidak memiliki
mengunjunginya. Media sosial merupakan basis teori yang solid dan overcrowding maupun
perangkat yang kuat dan akan membantu konsep carrying capacity dalam pariwisata bukan
wisatawan untuk memperoleh pengetahuan merupakan hal yang baru dan perlu
tentang karakteristik dan kelengkapan (attribute) dikhawatirkan berlebihan [13]. Dan fenomena
dari destinasi wisata tertentu, sehingga dipandang tersebut masih merupakan tahapan awal dari
sebagai suatu informasi perjalanan secara suatu kondisi untuk menstimulai perubahan

ISSN: 2655-965X 235


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

kebijakan [14]. Overtourism merupakan melakukan, dalam kaitannya dengan anggaran


kebalikan dari responsible-tourism yang promosi wisata [4].
berkenaan dengan segala upaya untuk membuat
destinasi wisata menjadi tempat yang lebih baik METODOLOGI PENELITIAN
untuk warga lokal, lingkungan dan wisatawan Sebagai suatu conceptual paper, penelitian
[3]. dilaksanakan melalui kajian berbagai literatur
terkait overtourism secara luas, holistik dan
Daya Dukung Wisata komprehensif.
Daya dukung wisata atau kapasitas wisata adalah Hal tersebut dilaksanakan untuk memperoleh
jumlah maksimum wisatawan yang dapat suatu telaahan esensial tentang fenomena
ditampung di sebuah destinasi wisata [1] pada overtourism dan selanjutnya diformulasikan
saat yang bersamaan tanpa menyebabkan langkah-langkah strategis sebagai antisipatif atas
kerusakan lingkungan fisik, ekonomi dan sosial terjadinya fenomena overtourism tersebut, dan
budaya serta penurunan kualitas yang juga sebagai esensi penelaahan selanjutnya.
menurunkan kepuasan wisatawan. Daya dukung
wisata adalah salah satu tipe daya dukung
lingkungan yang spesifik dan lebih condong HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada daya dukung lingkungan (biofisik dan Hasil Kajian Literatur
sosial) yang mengacu pada aktivitas wisatawan Untuk tetap menjaga manfaat signifikan dari
dan pengembangannya [15]. pariwisata dalam mendukung pembangunan
Pelampauan daya dukung tersebut akan sosial ekonomi masyarakat dan bangsa terdapat
berdampak terhadap perubahan gaya hidup, beberapa solusi alternatif, khususnya untuk
sosial dan ekonomi yang cenderung merugikan menghindarkan diri dari fenomena overtourism
masyarakat lokal [1]. Implementasi dari sebagai berikut:
ketentuan ambang batas daya dukung pariwisata Hype Overtourism
sudah tertuang dalam Peraturan Pemerntah Hype-overtourism adalah suatu upaya sistematis
Nomor 50 tahun 2011 mengenai Rencana Induk untuk mengembalikan eksistensi warga lokal,
Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun karena selama ini warga lokal yang tinggal di
2010-2025, yang menjelaskan tentang strategi destinasi wisata seringkali tenggelam, ditelan
pengendalian pembangunan prasarana umum, kepentingan negara dan korporasi untuk
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata bagi meningkatkan kunjungan wisatawan, pendapatan
wilayah yang sudah melampaui ambang batas dan pencapaian berbasis angka lainnya, Warga
dengan menyusun regulasi perijinan demi lokal hanya merupakan pihak yang terdampak
menjaga daya dukung lingkungan, Namun proses pembangunan dan perencanaan wisata di
permasalahan yang timbul adalah kesadaran dan tempat tinggalnya [3]. Karenanya diperlukan
kesungguhan mengimplementasikan Peraturan pemikiran ulang dan redefinisi konsep pariwisata
Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tersebut belum yang selama ini terjebak pada semangat
banyak diterapkan di daerah-daerah wisata, dan “pertumbuhan” saja [18].
pembangunan pariwisata hanya mementingkan Warga lokal harus memiliki bargaining power
jumlah wisatawan yang dapat dikatakan sebagai dalam proses pengambulan keputusan, dan
target politik belaka [1]. kepentingannya sejajar dengan kepentingan
Pemerintah, swasta dan wisatawan. Di lain
Koordinasi Lintas Kebijakan dalam pihak, Pemerintah, baik pusat maupun daerah,
Menangani Pariwisata perlu memberikan pembelajaran dan
Untuk memperoleh suatu konsep pengelolaan pendampingan, agar warga lokal di destinasi
kepariwisataan yang holistik dan komprehensif, wisata mampu masuk dan bertahan di industri ini.
perlu dilaksanakan suatu kebijakan yang lintas Hal tersebut sejalan dengan penawaran Tazim B.
disiplin dan kepentingan. Kementrian Pariwisata Jamal dan Donald Getz, peneliti pariwisata dari
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi hanya sebagai University of Calgary, USA, berupa model
koordinator atas pengelolaan kepariwisataan perencanaan destinasi wisata berbasiskan
dengan memberikan insentif kepada pemerintah masyarakat dimana masyarakat disiapkan agar
daerah yang membuat regulasi dalam rangka dapat merencanakan, membangun dan mengelola
pariwisata yang berkelanjutan dan disinsentif destinasi pariwisata secara mandiri. Namun
kepada pemerintah daerah yang belum implementasi kedua model tersebut
membutuhkan waktu lama karena terkait dengan

ISSN: 2655-965X 236


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

penyiapan masyarakat agar mampu bersaing di Secara mendasar, walaupun inovasi dan
industri pariwisata [1]. kreativitas sangat penting untuk menunjang
Hype-overtourism akan mewujudkan simbiosis di pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
antara pariwisata dengan masyarakat, dan bukan berkelanjutan, perlu didukung oleh beberapa
melahirkan konflik di antara wisatawan, warga kondisi inti, yaitu standar yang kuat dan
lokal dan investor sebagaimana terjadi di Bali penegakan efektif perlindungan properti
(penolakan masif warga atas reklamasi Teluk interaktif, persaingan yang ketat, investasi
Benoa dan mempertahankannya sebagai daerah ekonomi dalam lingkungan yang stabil, legal
konservasi untuk menyeimbangkan serta kepatuhan terhadap etika dan nilai-nilai
pembangunan yang masif di Bali bagian Selatan) sosial [8].
maupun di Flores (penolakan warga atas rencana Sebagai dampak kebijakan akses wisatawan,
pembangunan sarana wisata swasta oleh investor yang terbatas dan terkendali tersebut, diharapkan
asing yang akan mengganggu kelestarian komodo akan terwujud sustainable tourism yang akan
dan meminggirkan penduduk asli [1]. Selain memberikan kemanfaatan optimal bagi warga
itu, tercatat sebanyak 13 ton sampah (80 lokal, perusahaan pariwisata dan wisatawan
persen di antaranya berupa sampah plastic) tersebut [15]. Karena pertumbuhan pariwisata
yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan di harus ditinjau dari perspektif bagaimana
Taman Nasional Komodo [3]. pariwisata tersebut dapat bermanfaat untuk
kesejahteraan rakyat dan kelestarian alam [16].
Redefinisi Kebijakan Pengelolaan Pariwisata
Keuntungan pariwisata tidak dihasilkan dari
1. Kebijakan Pariwisata Terbatas dan
Terkendali hanya kuantitas tetapi kualitas yang menekankan
Terdapat dua contoh yang menyiratkan kebijakan kelestarian alam dan budaya sebagai target
pariwisata terbatas dan terkendali, yaitu a) jangka panjang dan berkelanjutan sebagai wajah
Bhutan, negara kecil di pegunungan Himalaya, pariwisata abad ke 21 [10]. Hal tersebut mulai
yang secara konsisten mengimplementasikan terefleksikan dengan keinginan Kementerian
kebijakan “pariwisata dengan volume rendah dan Pariwisata untuk membuat peta jalan (roadmap)
hasil yang tinggi” dan kewajiban penggunaan pengelolaan pariwisata Indonesia dengan
biro-biro perjalanan terkendali, berhasil mengatur membatasi jumlah wisatawan [16], dan
wisatawan individual dan dengan diterapkannya menyertakan variabel sosial dalam menghitung
kebijakan “paket minimum harian”, Bhutan dampak dan manfaatnya terhadap ekonomi secara
berhasil memaksimalkan pendapatan dari sektor luas [3]. Ketergantungan pada sektor tertentu
pariwisata disamping memberikan suatu (khususnya pariwisata) dan kedatangan
pengalaman yang sangat berkualitas bagi wisatawan, dapat menghilangkan kemerdekaan
wisatawan yang berkunjung [1]; dan b) Pulau sosial dan kemandirian negara.
Sipadan, salah satu andalan wisata bahari di Untuk mencegah terjadinya overtourism,
Malaysia, membatasi kunjungan wisatawan wisatawan dapat melaksanakan a) memilih
sebanyak 100 orang per bulan dengan kegiatan destinasi wisata baru, yang belum banyak
tunggal berupa menyelam, tanpa penginapan diketahui masyarakat’ b) tidak terpaku pada trend
sama sekali [10]. semata sehingga menyebabkan penumpukan
Pola sejenis telah diimplementasikan di desa jumlah kunjungan di destinasi wisata tertentu
Nglanggeran di Yogyakarta yang menekan saja’ c) menghormati kehidupan masyarakat
jumlah wisatawan dengan menaikkan harga tiket setempat sehingga membuat nyaman warga lokal
masuk, sehingga jumlah wisatawan menurun dari dan tidak merasa terganggu; d) menjaga
172.863 orang di tahun 2016, menjadi 151.673 kebersihan linkungan; e) memenuhi etika tidak
orang di 2017. Namun penurunan ini justru tertulis sebagai wisatawan yang akan berdampak
diikuti dengan meningkatnya pendapatan desa kepada optimalisasi kenyamanan selama
dari Rp 1,8 milyar menjadi lebih dari Rp 2 miliar berwisata [11], memilih waktu dan tempat untuk
berkat upaya meningkatkan lama tinggal berwisata, berbaur dengan warga lokal, dan
wisatawan lewat paket wisata yang melibatkan mengonsumsi produk warga lokal [17].
kesenian setempat, pertanian, dan produk olahan Untuk memecah konsentrasi wisatawan di
lokal. Selain itu, desa Nglanggeran mendapatkan destinasi wisata tertentu, dilaksanakan
gelar sebagai desa wisata terbaik di Asia penyebaran wisatawan dalam waktu dan ruang
Tenggara [1]. (bertujuan untuk meningkatkan jumlah atraksi
dalam waktu kunjungan yang lebih lama),
menyasar perilaku wisatawan yang unik, atau

ISSN: 2655-965X 237


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

memperbaiki kapasitas infrastruktur, akomodasi menggunakan formula perhitungan sebagai


dan fasilitas wisata [14[. berikut:
2. Menyoal Kebijakan Pariwisata Berbasis RCC = PCC - Cf1 - Cf2 - Cf3 – Cf4
Pertumbuhan Keterangan PCC: Daya dukung fisik
Wacana overtourism digunakan sebagai pintu Cf: Faktor koreksi daya
masuk untuk mengaitkan pariwisata dengan dukung riil
degrowth atau detourism, yang mengoreksi Daya Dukung Efektif (Effective Carrying
kebijakan pengembangan pariwisata yang hanya Capacity)
berfokus pada pertumbuhan, tanpa mengindahkan Daya dukung efektif merupakan jumlah
kesejahteraan warga lokal dan lingkungan [10]. kunjungan maksimum dimana kawasan tetap
Kesimpulan Kajian Literatur lestari, dengan mempertimbangkan kapasitas
Seluruh permasalahan terkait overtourism adalah manajemennya (Management Capacity/MC).
berlandaskan pelampauan batas daya dukung Daya dukung efektif ini akan menunjukan jumlah
wisata dari destinasi wisata tertentu. Karena itu, wisatawan yang dapat dilayani dengan optimal
penentuan daya dukung wisata menjadi concern oleh sumber daya manusia yang dimiliki oleh
utama, baik dalam tindakan maupun strateginya. pengelola dan kegiatan wisata yang dilakukan
Penghitungan Daya Dukung Wisata oleh wisatawan tidak merusak atau
Seluruh permasalahan terkait overtourism adalah meminimalisir kerusakan ekosistem yang ada di
berlandaskan pelampauan batas daya dukung kawasan wisata. ECC dihitung dengan
wisata dari destinasi wisata tertentu, sehingga menggunakan formula perhitungan sebagai
penentuan daya dukung wisata menjadi concern berikut:
utama, baik dalam tindakan maupun strateginya. ECC = RCC x MC
Terdapat tiga faktor yang menentukan daya
Keterangan RCC Daya dukung riil
dukung wisata yaitu daya dukung fisik (PCC),
MC: Jumlah pengelola
daya dukung riil (RCC) dan daya dukung efektif
destinasi wisata
(ECC) yang dapat diuji menggunakan metode
Selain perhitungan daya dukung wisata secara
yang dikembangkan Cifuentes dan telah
teknis-matematis, perlu ditambahkan variable
disarankan oleh the International Union for
sosial (social variables) sehingga menghasilkan
Conservation of Nature (IUCN) [16]. Rincian
suatu taksasi daya dukung wisata yang holistic
dari masing-masing faktor tersebut adalah
dan terintegratif. Hal tersebut penting bagi
sebagai berikut:
Indonesia, yang masih sangat mengandalkan
Daya Dukung Fisik (Physical Carrying Capacity) pariwisata berbasis alam (natural base) dengan
Daya dukung fisik merupakan jumlah maksimum kapasitas tampung (carrying capacity) dan batas
wisatawan yang secara fisik tercukupi oleh ruang perubahan (limit acceptable of change) yang
yang disediakan pada waktu tertentu dan dihitung harus dipertimbangkan untuk mempertahankan
dengan menggunakan formula perhitungan kelestarian alam sebagai sumber pendapatan yang
sebagai berikut: memadai [1].
PCC = A x V/a x Rf
Keterangan A: Luas areal yang tersedia KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
untuk pemanfaatan wisata Walaupun fenomena overtourism belum
V/a: Areal yang dibutuhkan dipandang berpotensi menurunkan kontribusi
untuk aktivitas tertentu bidang pariwisata terhadap pendapatan negara,
(m2), dimana V adalah perlu diformulasikan langkah perhitungan
wisatawan dan a adalah maupun langkah strategis untuk menghadinya.
area yang dibutuhkan Dan karena overtourism sangat terkait dengan
wisatawan daya dukung wisata, perlu dilaksanakan
Rf: Faktor rotasi penghitungan secara teknis-matematis dan
Daya Dukung Riil (Real Carrying Capacity diintegrasikan dengan variabel sosial yang
Daya dukung riil merupakan jumlah pengunjung berperan signifikan dalam menentukan daya
yang diperbolehkan berkunjung ke suatu dukung wisata tersebut.
destinasi wisata tertentu dengan adanya faktor
koreksi (correction factor) yang didasarkan pada DAFTAR PUSTAKA
karakteristik kawasan yang telah ditetapkan [1] http://theconversation.com/overtourism-
dalam daya dukung fisik, dan dihitung dengan mengancam-indonesia-apa-yang-harus-
dilakukan-122553

ISSN: 2655-965X 238


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

[2] https://www.creativityatwork.com/2014/02/1 Policies Directorate-General for Internal


7/what-is-creativity Policies PE 629.184 - October 2018
[3] Murdiastuti, Anastasia et al (2014). [15] https://www.google.com/search?q=sustainabl
Kebijakan pengembangan pariwisata berbasis e+tourism&oq=sustainable+tourism&aqs=ch
democratic governance. Surabaya: Pustaka rome..69i57.11501j0j7&sourceid=chrome&i
Radja. ISBN: 978-602-1184-49-2. e=UTF-8
[4] Putri. Irine Yusiana Roba. (2017). Ancaman [16] Sasmita, Egi et al (2017). Analisa Daya
Overtourism dan Pariwisata yang Dukung Wisata sebagai upaya mendukung
Berkelanjutan. Diakses dari fungsi konservasi dan wisata di Kebun Raya
https://beritagar.id/artikel/telatah/ancaman- Cibodas, Kabupaten Cianjur. Jurnal
over-tourism-dan-pariwisata-yang- Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2,
berkelanjutan Oktober 2014..
[5] Comunian, R. (2011). Rethinking the creative [17] https://www.cnnindonesia.com/gaya-
city: The role of complexity, networks and hidup/20181011144330-269-337671/peran-
interactions in the urban creative economy. wisatawan-dalam-melawan-overtourism
Urban studies, 48(6), 1157–1179. [18] Higgins-Desbiolles, F., Carnicelli, S.,
[6] https://www.huffpost.com/entry/creativity- Krolikowski, C., Wijesinghe, G., & Boluk,
and-innovation_b_4149993 K. (2019). Degrowing tourism: rethinking
[7] Simamarta, B. (2011). Kota Kreatif. Diakses tourism. Journal of Sustainable Tourism, 1-
dari 19.
http://indonesiakreatif.net/article/creative- [19] Http://www.sekelumitpandang.com/definisi-
city/perkembangan-kota- diskursus-oleh-foucault/
kreatif/#jPkr5dYkIM3GuEId.99 [20] https://ssir.org/articles/entry/fostering_the_cr
[8] Suciu, Marta-Christiona. (2009). Creative eative_economy
economy and creative cities. Romanian [21] http://dhilla-
Journal of Regional Science, Volume 2, Nr 1. azhar.blogspot.com/2014/09/gentrifikasi-dan-
Retrieved from dampaknya-dalam-suatu.html
http://www.rrsa.ro/rjrs/V314.SUCIU.PDF [22] https://www.northernperiphery.eu/files/archi
[9] Almeida, Maria-del-Mar Alonso et al, ve/Downloads/Project_Publications/97/Mark
(2019). Are social media data pushing eting_Material/Defining_the_Creative_Indust
overtourism? The case of Barcelona and ries.pdf
Chinese-tourist. Sustainability 2019, 11, [23] https://www.creativecareers.ie/defining-
3356; doi:10.3390/su11123356 creative-industries/
www.mdpi.com/journal/sustainability [24] https://www.northernperiphery.eu/files/archi
[10] Pakan, Sarani Victor. (2016). Pariwisata ve/Downloads/Project_Publications/97/Mark
yang Berlebihan. Diakses dari: eting_Material/Defining_the_Creative_Indust
https://telusuri.id/overtourism-pariwisata- ries.pdf
yang-berlebihan diakses 2 September 2019 [25] Wenger, E. (1998). Communities of practice:
[11] https://journal.sociolla.com/lifestyle/guide- Learning, meaning and identity. Cambridge,
lifestyle/tips-untuk-para-traveler-dalam- UK: Cambridge University Press. ISBN
membantu-mencegah-terjadinya-fenomena- 052143017 8 hbk; 0521 66363 6 pbk
overtourism/
[12] Perkumienė, D., and Pranskūnienė, R. BIODATA PENULIS
(2019). Overtourism: between the right to Penulis Utama (Main Author)
travel and residents’ rights. Sustainability, Harry Sutanto memperoleh gelar sarjana di
11(7), 2138. bidang pertanian (terutama dalam agronomi) dari
[13] Koens, K; Postma A; dan Papp, B. (2018). Universitas Padjadjaran, master dalam business
Is overtourism overused? Understanding the administration (dengan kekhususan dalam bidang
impact of tourism in a city context. finance dan international business) dari
Sustainability, 10(12), 4384. University of Illinois di Urbana Champaign, AS
[14] Peters, Paul et al (2018). Research for TRAN dan doktor (dengan kekhususan dalam
Committee- Overtourism: impact and manajemen strategis) dari Universitas
possible policy responses. Policy Padjadjaran.
Department for Structural and Cohesion Berlatarbelakang pengalaman (planter,
agriculturist, bankir, direksi dan komisaris

ISSN: 2655-965X 239


Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata…Hari Sutanto et al.

perusahaan, konsultan, akademisi dan peneliti), Organisasi, Perilaku Konsumen, Kepemimpinan,


pendidikan dan profesi saat ini (faculty member dan Metode Penelitian Kuantitatif. Program
dan subject-content specialist di Universitas Bina penelitiannya saat ini berfokus pada Kreativitas,
Nusantara dan dosen paruh waktu di Universitas Leader-member exchange (LMX), pengaruh dan
Padjadjaran), penulis tertarik untuk kekuaran sosial, dan aspek kepribadian dalam
mengembangkan pengetahuan, penelitian serta konteks kerja.
implementasinya dalam bidang budaya Penulis telah menulis sebuah buku berjudul
perusahaan, Etika Bisnis, Kepemimpinan, "Kinerja Kreatif Manajer Operasional Indonesia:
Manajemen Pengetahuan, Manajemen Bisnis Karakteristik dan Kinerja Kreatif Manajer
Internasional, Manajemen Perbankan, Operasional Stasiun Radio: Dampak Pertukaran
Manajemen Perubahan, Manajemen Pertanian Pemimpin-Anggota" (ISBN: 978-383-8359-69-
Modern, Manajemen Risiko, Manajemen Sumber 4), sebagai sebuah kerjasama dengan pengampu
Daya Manusia, Pembentukan Karakter, bidang manajemen lainnya (Anees Janee Ali dan
Pengembangan Organisasi, Perilaku Manusia, Rehana Aafaqi). Lima buku lain juga telah
Tatalaksana Organisasi (Corporate Governance) diterbitkan, yaitu, (1) Prakiraan Bisnis:
dan Transformasi Organisasi. Pendekatan Kuantitatif untuk Mengantisipasi
Penghargaan yang diperoleh terkait dengan Bisnis, (2) Perilaku Konsumen: Konsep dan
berbagai kesempatan sebagai trainer, narasumber, Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
konsultan maupun perumus kebijakan dalam Pemasaran, (3) Ekonomi Bisnis dan Pengambilan
bidang-bidang terkait dengan keminatan utama Keputusan Manajerial, dan (4) Perilaku
tersebut di atas, baik di lingkungan perusahaan Konsumen: Perspektif kontemporer tentang
swasta (korporasi) maupun kepemerintahan. motif, tujuan, dan keinginan konsumen, dan (5)
Penulis Pendamping (Corresponding Author) Seberapa kreatif pekerja Anda?: Pedoman
Nugroho J. Setiadi adalah associate professor mengukur potensi dan kinerja kreatif seseorang;
bidang manajemen sumber daya manusia (SDM) masing-masing diterbitkan oleh Kencana Prenada
dan studi organisasi di Universitas Bina Media pada 2003, 2003, 2008, 2010 dan 2011,
Nusantara. Nugroho J, Setiadi memperoleh gelar masing-masing.
sarjana, magister dan doktor di bidang ilmu Penulis pun memiliki beberapa artikel jurnal
manajemen (terutama di bidang perilaku rujukan, dan telah menyampaikan presentasi di
organisasi), masing-masing dari Universitas beberapa konferensi professional. Karyanya
Jenderal Soedirman, Universitas Gadjah Mada telah muncul di jurnal internasional seperti
dan Universiti Sains Malaysia. Quaestiones Geographicae, Advanced Material
Penulis memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman Research, DLSL Journal of Management, The
dalam pengajaran secara aktif, konsultasi, dan South East Asian Journal of Management, Jurnal
pengalaman dalam penelitian di bidang Bisnis dan Manajemen Akuntansi, Future
Manajemen Sumber Daya Manusia, Perilaku Information Engineering.

ISSN: 2655-965X 240

Anda mungkin juga menyukai