Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Indonesia
Overtourism Sebagai Keniscayaan Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Indonesia
ABSTRAK
Peran industri pariwisata dalam mendukung perekonomian dan kemajuan bangsa, semakin meningkat
dari waktu ke waktu, khususnya karena industri pariwisata dinilai sebagai sarana promosi efektif atas
destinasi wisata tertentu dan negara pada umumnya, serta tanpa harus mengeksploitasi sumberdaya
alam secara berlebihan. Tetapi fenomena overtourism, yang walaupun masih dalam tahapan awal dari
suatu penyesuaian kebijakan publik, berpotensi menurunkan apresiasi warga lokal maupun masyarakat
luas akan peran penting pariwisata. Untuk mengantisipasi dan mencegah fenomena overtourism
tersebut, selain perubahan dan perbaikan perilaku maupun kebijakan pariwisata secara nasional,
diperlukan perhitungan secara saksama atas daya dukung wisata di destinasi wisata tertentu.
Kata Kunci : Pariwisata, Overtourism, Daya Dukung Wisata
ABSTRACT
The role of the tourism industry in supporting the economy and progress of the nation, is increasing
from time to time, especially because the tourism industry is considered as an effective tools in
promoting certain tourist destinations and the said country, and without having to over-exploit natural
resources. But the phenomenon of overtourism, which although still in the initial stages of a public
policy adjustment, has the potential to reduce the appreciation of local residents and the wider
community for the important role of tourism. To anticipate and prevent the phenomenon of
overtourism, in addition to changes and improvements in national tourism behavior and policy, a
careful calculation of the carrying capacity of tourism in certain tourist destinations is needed.
Keywords :Tourism, Overtourism, Tourism Carrying Capacity.
Naskah diterima: 9 September 2019, direvisi:25 November 2019, diterbitkan: 15 Februari 2020
Prediksi tersebut cukup realitis karena terjadi konten kreatif yang kuat, akan memungkinkan
peningkatan jumlah wisatawan sebesar 14 persen orang untuk mewujudkan ide, kebutuhan,
sejak tahun 2009 [2] atau mencatat pertumbuhan aspirasi, impian, proyek, konflik, ingatan,
empat kali dibandingkan pertumbuhan regional kecemasan, cinta, gairah, obsesi, dan ketakutan
dan global [4]. Selain itu, menguatnya tingkat mereka yang didukung oleh karakterisasinya
kesejahteraan dalam arti daya beli, akses terhadap sebagai masyarakat heterogen dengan
jaminan sosial dan jaminan kesehatan serta fleksibilitas budaya yang tinggi, beragam profesi
infrastruktur dan bertumbuhnya keinginan kelas dengan pekerjaan baru yang muncul, daya saing
menengah Indonesia untuk melakukan tinggi dan kecenderungan materialistis, serta
perjalanan, pada tingkat tertentu, telah masyarakat yang berpikiran terbuka [7], dengan
meningkatkan prosentase wisatawan domestik toleransi tinggi terhadap yang baru pendatang
[3]. yang menyesuaikan mereka secara harmonis
Pertumbuhan pariwista Indonesia tersebut jauh karena mereka memiliki stabilitas sosial yang
melebihi pertumbuhan jumlah wisatawan memadai untuk menciptakan keanekaragaman
mancanegara ke Indonesia sebesar 23,53 persen yang menghasilkan kreativitas dalam berbagai
sedangkan rata-rata negara di tingkat ASEAN bentuk. Karena itu, setiap kota (atau destinasi
dan global masing-masing hanya sebesar enam wisata) harus mampu mengidentifikasi peluang
persen, Malaysia sebesar 0,87 persen, sementara dalam masyarakat berlandaskan pengetahuan dan
Singapura dan Thailand hanya 4,48 persen [4] pola kreatif untuk mengembangkannya menjadi
yang membuktikan kesungguhan dan kerja keras sentra ekonomi kreatif yang baru [8].
Kementrian Pariwisata dan dukungan APBN
yang besar untuk melaksanakan promosi atas Overtourism sebagai Sinyal atas Perubahan
keunggulan pariwisata Indonesia. Meskipun Pengelolaan Pariwisata
demikian, Indonesia harus mewaspadai penilaian Timbulnya Fenomena Overtourism
World Economic Forum yang menilai Indonesia Hal yang menarik untuk disimak, di tengah
sebagai negara yang terlemah dalam (i) kebijakan akselerasi dan euphoria akan kesadaran tinggi
dan regulasi, (ii) pariwisata berkelanjutan, (iii) terhadap manfaat pariwisata dan juga
keselamatan dan keamanan, (iv) kesehatan, and meningkatnya kuantitas dan kualitas akses
(v) teknologi informasi dan komunikasi [3]. terhadap destinasi wisata karena penurunan biaya
Target yang dicanangkan tersebut merupakan transportasi dan akomodasi [9], timbul fenomena
suatu keniscayaan, khususnya karena Indonesia overtourism sebagai suatu fenomena nyata yang
pun telah memiliki keunggulan lain berupa merangkum narasi tentang persepsi negatif
kreativitas yang menarik dan menjanjikan karena terhadap turis (wisatawan) dan pariwisata.
tidak terkait dengan eksplorasi sumberdaya alam Di beberapa destinasi wisata terkenal di Eropa,
yang semain menipis, dan hanya mendasarkan seperti Amsterdam, Venezia, Dubrovnik,
pada keinginan dan ketulusan untuk menciptakan Barcelona, dan Islandia, wisatawan dan
dan mewujudkan sesuatu [2]. Ekonomi kreatif pariwisata dipandang sebagai hal negatif, sinis
saat ini merupakan hal yang menarik dan dan sebagai wabah epidemic [10]. Bahkan
merupakan suatu bidang penelitian yang luas, Unesco telah mengancam untuk mencabut ststus
berkaitan dengan penelitian atas sistem, Dubrovnik di Kroasia sebagai World Heritage
implementasi kebijakan, produksi dan konsumsi Site bila tidak membatasi jumlah wisatawan yang
atas produk industri budaya dan kreatif yang berkunjung [4]. Kondisi yang kurang lebih sama
berdampak luas terhadap aspek sosial dan terjadi di Indonesia, misalnya Bali dan Flores
ekonomi masyarakat [5]. Lebih jauh lagi, (Pakan, 2016) maupun destinasi wisata populer
kreativitas berkorelasi erat dengan inovasi, lainnya seperti Bandung, Bali, Gili Trawangan,
sebagai dua hal utama yang memiliki dampak Lombok hingga Yogyakarta [11].
signifikan dalam dunia yang semakin maju dan Sebagai dampak dari overtourism tersebut di atas,
dinamis. Dan hanya individu, komunitas, atau terjadi penurunan dukungan atau bahkan
perusahaan yang telah melakukan yang terbaik penolakan masyarakat terhadap pariwisata. Dan
dalam jangka panjang adalah yang paling mampu walaupun fenomena overtourism tersebut belum
meningkatkan kreativitas dan kemampuan menjadi prioritas utama dalam pertimbangan
inovatif mereka untuk mencapai keberhasilan pengelolaan pariwisata Indonesia, potensi
jangka panjang [6]. dampak negatif dari overtourism tersebut perlu
Sejalan dengan pengembangan konsep kota diwaspadai dan diatasi dengan tindakan strategis
kreatif (creative cities), sebuah kota dengan dan sistematis untuk tetap mewujudkan
sustainable tourism di Indonesia. Hal tersebut dinamis dan online (dynamic online travel
sejalan dengan prediksi para pakar ekonomi information) yang akan mempenaruhi pilihan dan
bahwa sektor pariwisata akan menjadi salah satu pengambil keputusan wisatawan, Para
kegiatan ekonomi yang penting di abad ke 21 dan wisatawan akan memperoleh kesempatan untuk
bila dikembangkan secara berencana dan terpadu berpartisipasi dalam produksi dan konsumsi
akan mampu melebihi kontribusi sektor migas pengalaman perjalanan (travel experience) atau
dalam ekonomi Indonesia [3]. Selain itu, juga dikenal sebagai prosumers yang
pariwisata pun selayaknya tidak hanya dipandang memungkinkan keterkaitan aktif di antara
sebagai penghasil devisa, tetapi sekaligus juga industri pariwisata, destinasi wisata dan para
berfungsi sebagai instrumen untuk menggalakkan wisatawan [9]. Sehingga media sosial
kegiatan ekonomi, termasuk sektor lain yang memberikan suatu “called effect” atas berbagai
terkait pengembangan budaya daerah, destinasi wisata yang berkontribusi terhadap
pemerataan, pembangunan sekaligus sebagai overcrowding dan overtourism.
instrumen untuk melestarikan lingkungan dan Dampak Overtourism terhadap Wisatawan
mendukung sumber daya manusia. Selain berdampak buruk terhadap warga dan
Perilaku Negatif Wisatawan Pemicu masyarakat lokal, overtourism juga berdampak
Overtourism negatif terhadap wisatawan, yang mengharapkan
Penilaian negatif terhadap wisatawan dan suatu kenyamanan dan suasana mendukung untuk
pariwisata sangat terkait dengan dampak negatif menikmati destinasi wisata yang dikunjunginya.
yang ditimbulkan oleh kehadiran wisatawan Hal tersebut tidak akan diperoleh bila destinasi
dalam bentuk sampah dan limbah yang wisata terkait overcrowded dengan jumlah
dihasilkan, meningkatnya biaya hidup, wisatawan yang melebihi daya dukungnya [11].
terpolarisasinya budaya dan adat istiadat yang
merugikan penduduk lokal [1], kerusakan Tujuan Pembelajaran dan Penulisan Paper
fasilitas umum, situs bersejarah dan lingkungan Pembelajaran dan penulisan paper ini
alam hingga mengganggu kenyamanan warga dimaksudkan untuk menggali fenomena
lokal [3], perilaku para wisatawan yang secara overtourism secara rinci dan menyeluruh, serta
semena-mena menginvansi ruang publik, memprosisisi tindakan untuk mengatasinya.
meningkatnya harga fasilitas akses ke destinasi Karena itu, langkah yang dilaksanakan berupa a)
wisata, meningkatnya rasa tidak aman dan kajian rinci atas literatur maupun hasil penelitian
gangguan gaya hidup warga; dan penggunaan yang telah dilaksanakan untuk memformulasikan
sumber daya yang berlebihan [9]. Ditinjau dari esensi solusi atas permasalahan overtourism; dan
aspek keindahan dan keasrian destinasi wisata, b) mengusulkan suatu penelitian atau perhitungan
turisfikasi dipandang sebagai gangguan karena lanjutan untuk menelaah langkah esensial dalam
pusat kota misalnya dipenuhi oleh bangunan- menentukan titik kritis terjadinya fenomena
bangunan monokultur dan infrastruktur overtourism.
pendukung untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan. Dampak lain yang ditimbulkan KAJIAN PUSTAKA
berupa gentrifikasi, yang membuat pusat kota Perspektif Luas Overtourism
kehilangan lokalitasnya karena warga lokal telah Sejatinya overtourism merupakan pertarungan
tersingkir ke periferi dan meningkatnya harga diskursus di antara hak untuk bepergian (right to
tanah dan bangunan [10]. travel) bagi wisatawan dan hak untuk
tinggal/hidup (right to live) bagi warga lokal
Peranan Media Sosial dalam Memicu [12]. Permasalahan timbul setelah warga lokal
Overtourism mulai mempersiapkan wisatawan dan pariwisata
Media sosial memiliki peran aktif dalam sebagai sesuatu yang negatif, mengganggu dan
membangun citra suatu destinasi wisata yang menyebalkan, menjadi suatu gerakan anti-
mengakselerasi keinginan untuk berkunjung pada tourism dan tourismphobia.
pikiran para wisatawan sebelum Secara ilmiah, istilah overtourism tidak memiliki
mengunjunginya. Media sosial merupakan basis teori yang solid dan overcrowding maupun
perangkat yang kuat dan akan membantu konsep carrying capacity dalam pariwisata bukan
wisatawan untuk memperoleh pengetahuan merupakan hal yang baru dan perlu
tentang karakteristik dan kelengkapan (attribute) dikhawatirkan berlebihan [13]. Dan fenomena
dari destinasi wisata tertentu, sehingga dipandang tersebut masih merupakan tahapan awal dari
sebagai suatu informasi perjalanan secara suatu kondisi untuk menstimulai perubahan
penyiapan masyarakat agar mampu bersaing di Secara mendasar, walaupun inovasi dan
industri pariwisata [1]. kreativitas sangat penting untuk menunjang
Hype-overtourism akan mewujudkan simbiosis di pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
antara pariwisata dengan masyarakat, dan bukan berkelanjutan, perlu didukung oleh beberapa
melahirkan konflik di antara wisatawan, warga kondisi inti, yaitu standar yang kuat dan
lokal dan investor sebagaimana terjadi di Bali penegakan efektif perlindungan properti
(penolakan masif warga atas reklamasi Teluk interaktif, persaingan yang ketat, investasi
Benoa dan mempertahankannya sebagai daerah ekonomi dalam lingkungan yang stabil, legal
konservasi untuk menyeimbangkan serta kepatuhan terhadap etika dan nilai-nilai
pembangunan yang masif di Bali bagian Selatan) sosial [8].
maupun di Flores (penolakan warga atas rencana Sebagai dampak kebijakan akses wisatawan,
pembangunan sarana wisata swasta oleh investor yang terbatas dan terkendali tersebut, diharapkan
asing yang akan mengganggu kelestarian komodo akan terwujud sustainable tourism yang akan
dan meminggirkan penduduk asli [1]. Selain memberikan kemanfaatan optimal bagi warga
itu, tercatat sebanyak 13 ton sampah (80 lokal, perusahaan pariwisata dan wisatawan
persen di antaranya berupa sampah plastic) tersebut [15]. Karena pertumbuhan pariwisata
yang dihasilkan dari kunjungan wisatawan di harus ditinjau dari perspektif bagaimana
Taman Nasional Komodo [3]. pariwisata tersebut dapat bermanfaat untuk
kesejahteraan rakyat dan kelestarian alam [16].
Redefinisi Kebijakan Pengelolaan Pariwisata
Keuntungan pariwisata tidak dihasilkan dari
1. Kebijakan Pariwisata Terbatas dan
Terkendali hanya kuantitas tetapi kualitas yang menekankan
Terdapat dua contoh yang menyiratkan kebijakan kelestarian alam dan budaya sebagai target
pariwisata terbatas dan terkendali, yaitu a) jangka panjang dan berkelanjutan sebagai wajah
Bhutan, negara kecil di pegunungan Himalaya, pariwisata abad ke 21 [10]. Hal tersebut mulai
yang secara konsisten mengimplementasikan terefleksikan dengan keinginan Kementerian
kebijakan “pariwisata dengan volume rendah dan Pariwisata untuk membuat peta jalan (roadmap)
hasil yang tinggi” dan kewajiban penggunaan pengelolaan pariwisata Indonesia dengan
biro-biro perjalanan terkendali, berhasil mengatur membatasi jumlah wisatawan [16], dan
wisatawan individual dan dengan diterapkannya menyertakan variabel sosial dalam menghitung
kebijakan “paket minimum harian”, Bhutan dampak dan manfaatnya terhadap ekonomi secara
berhasil memaksimalkan pendapatan dari sektor luas [3]. Ketergantungan pada sektor tertentu
pariwisata disamping memberikan suatu (khususnya pariwisata) dan kedatangan
pengalaman yang sangat berkualitas bagi wisatawan, dapat menghilangkan kemerdekaan
wisatawan yang berkunjung [1]; dan b) Pulau sosial dan kemandirian negara.
Sipadan, salah satu andalan wisata bahari di Untuk mencegah terjadinya overtourism,
Malaysia, membatasi kunjungan wisatawan wisatawan dapat melaksanakan a) memilih
sebanyak 100 orang per bulan dengan kegiatan destinasi wisata baru, yang belum banyak
tunggal berupa menyelam, tanpa penginapan diketahui masyarakat’ b) tidak terpaku pada trend
sama sekali [10]. semata sehingga menyebabkan penumpukan
Pola sejenis telah diimplementasikan di desa jumlah kunjungan di destinasi wisata tertentu
Nglanggeran di Yogyakarta yang menekan saja’ c) menghormati kehidupan masyarakat
jumlah wisatawan dengan menaikkan harga tiket setempat sehingga membuat nyaman warga lokal
masuk, sehingga jumlah wisatawan menurun dari dan tidak merasa terganggu; d) menjaga
172.863 orang di tahun 2016, menjadi 151.673 kebersihan linkungan; e) memenuhi etika tidak
orang di 2017. Namun penurunan ini justru tertulis sebagai wisatawan yang akan berdampak
diikuti dengan meningkatnya pendapatan desa kepada optimalisasi kenyamanan selama
dari Rp 1,8 milyar menjadi lebih dari Rp 2 miliar berwisata [11], memilih waktu dan tempat untuk
berkat upaya meningkatkan lama tinggal berwisata, berbaur dengan warga lokal, dan
wisatawan lewat paket wisata yang melibatkan mengonsumsi produk warga lokal [17].
kesenian setempat, pertanian, dan produk olahan Untuk memecah konsentrasi wisatawan di
lokal. Selain itu, desa Nglanggeran mendapatkan destinasi wisata tertentu, dilaksanakan
gelar sebagai desa wisata terbaik di Asia penyebaran wisatawan dalam waktu dan ruang
Tenggara [1]. (bertujuan untuk meningkatkan jumlah atraksi
dalam waktu kunjungan yang lebih lama),
menyasar perilaku wisatawan yang unik, atau