Matematika Ekonomi - Pertemuan 1,2
Matematika Ekonomi - Pertemuan 1,2
Pertemuan 1 dan 2
▪ salah satu cabang dalam ilmu ekonomi yang bisa dikaitkan tidak
hanya dalam bisnis sehari-hari tetapi juga dengan keuangan
negara dan perdagangan internasional
▪ ilmu yang digunakan mempermudah analisa dalam fungsinya
sebagai pendekatan dalam mempelajari analisis ekonomi.
2
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI MATEMATIKA
3
menuju pembelajaran profesional
TUJUAN MATEMATIKA
4
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN
5
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN
6
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN
▪ CONTOH:
A adalah himpunan semua jurusan S1 di FEB UNEJ:
▪ Pertama : A = {EP, Manajemen, Akuntansi, ES}
▪ Kedua : A = {x|x jurusan di FEB UNEJ}
7
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN
▪ CONTOH:
A adalah himpunan semua jurusan S1 di FEB UNEJ:
▪ Pertama : A = {EP, Manajemen, Akuntansi, ES}
▪ Kedua : A = {x|x jurusan di FEB UNEJ}
8
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN
9
menuju pembelajaran profesional
HUBUNGAN ANTAR HIMPUNAN
10
menuju pembelajaran profesional
HUBUNGAN ANTAR HIMPUNAN
Hubungan Sama
Dua himpunan dikatakan sama, apabila kedua himpunan mempunyai
anggota yang tepat sama
11
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN
12
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN
13
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN
14
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN
Ac = {x | x ϵ S dan x ϵ A}
Contoh :
15
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
Bilangan Rasional
Bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk 𝑝/𝑞 , dengan p, q ∈ B dan q ≠ 0.
Ciri dari bilangan rasional adalah bilangan desimal yang berulang/
berpola
17
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
Bilangan 1,333...
Bukti : Jika 1,333 ... = A
kemudian ruas kanan dan kiri dikalikan dengan 10 karena angka yang berulang sama
yaitu hanya angka 3 satu
13,33... = 10A
Kemudian kita pecahkan dengan memisahkan angka 1,333... Sehingga:
12 + 1,33... = 10A
Karena 1,33... = 1,333... = A
12 + A = 10 A
12 = 10 A – A
12 = 9 A
A = 12/9
18
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
Bilangan Irrasional
Bilangan irasional adalah himpunan bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk 𝑝/𝑞 , dengan p, q ∈ B dan q ≠ 0.
Contoh:
• Bilangan π (3,14159265... ) bilangan desimal dengan bentuk tidak
berpola atau berulang sama sehingga dinamakan bilangan
irrasional karena tidak bisa dibentuk menjadi a/b
• √2 (1,41451356...) bilangan desimal dengan bentuk tidak berpola
atau berulang sama sehingga dinamakan bilangan irrasional
karena tidak bisa dibentuk menjadi a/b
19
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah gabungan antara himpunan bilangan cacah dan
himpunan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat dilambangkan
dengan huruf Z. Contoh : Z = {..., –4, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}
Bilangan Cacah
Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif.
Bilangan cacah disimbolkan dengan huruf W. Contoh : W = {0, 1, 2, 3,
4, 5, ...}
Bilangan Asli (N)
Bilangan asli adalah himpunan bilangan bulat positif. Bilangan asli
disimbolkan dengan huruf N. Contoh : N = {1, 2, 3, 4, 5, 6, ...}
20
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
21
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN
22
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN
Pengertian Pertidaksamaan
Sebelum dijelaskan mengenai pertidaksamaan, akan disajikan contoh dari
pertidaksamaan berikut ini :
1) 2x + 4 < 5
2) 2 ≤ x2 – x ≤ 6
3) 2x > 6
Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa pertidaksamaan memiliki tanda ,
≤ , atau ≥.. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertidaksamaan merupakan pernyataan
yang dihubungkan melalui tanda , ≤ , atau ≥.
Keterangan pertidaksamaan yaitu:
< : kurang dari
≤ : kurang dari atau sama dengan
> : lebih dari
≥ : lebih dari atau sama dengan
23
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN
Sifat Pertidaksamaan
Pertidaksamaan memiliki sifat-sifat dalam operasinya, yaitu :
1) Tanda pertidaksamaan tidak berubah jika kedua ruas ditambah
atau dikurang atau dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama.
Jika a < b,
maka a + c < b + c,
dan a – c < b – c
Contoh :
a) 2 < 5, jika masing-masing ruas ditambah 5 maka : 2 + 5 < 5 + 5
7 < 10
b) 2 < 5, jika masing-masing ruas dikurang 5 maka : 2 – 5 < 5 – 5
–3<0
24
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN
25
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN
26
menuju pembelajaran profesional
PANGKAT
27
menuju pembelajaran profesional
AKAR
BENTUK AKAR
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan rasional (bilangan bulat atau
pecahan) yang hasilnya merupakan bilangan irrasional (bilangan decimal tak
terhingga dan tak berulang).
28
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI EKSPONEN
1)y = 10x
2) y = 3x.x+5x-4
3) y = 𝑒x.x+5x-4
29
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
• Y = alog X
• Y = elog X = ln X
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa variabel bebasnya
adalah log x, adapun a/e adalah basis/ bilangan pokok, jadi dapat
disimpulkan bahwa fungsi logaritma merupakan fungsi yang variabel
bebasnya dalam bentuk log dan memiliki basis/ bilangan pokok tertentu
berupa bilangan a/ e. Jika basisnya merupakan bilangan a maka variabel
bebasnya ditulis dengan log, sedangkan jika basisnya adalah bilangan e
(eksponen) maka variabel bebasnya ditulis ln (len)
30
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
Aturan Logaritma
31
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
Contoh:
32
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
Contoh:
33
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
34
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
35
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
Contoh :
Gambarlah kurva fungsi logaritma berikut y = f (x) = ½ Log X
36
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
37
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
38
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA
Contoh :
Gambarlah kurva fungsi logaritma berikut y = f (x) = ½ Log X
39
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
40
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai
selisih yang besarnya sama. Suku kedua merupakan suku pertama ditambah
pembeda, suku ketiga merupa suku kedua ditambah pembeda, dan
seterusnya.
Banjar hitung :
S1, S2, S3, ….. Sn
Di mana
• S 2 = S1 + b
• S3 = S2 + b
• b = Pembeda
41
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
42
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
• Suatu banjar 6, 13, 20, ……, dst.
• Berapa suku ke-10?
Diketahui :
a=6
b=7
n = 10
• Sn = a + (n – 1).b
• S10 = 6 + (10 – 1). 7
• S10 = 6 + 9 .7 = 69
43
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Suatu banjar hitung suku keempatnya 25 dan suku keenam 35. Berapa
beda dan suku pertamanya?
Diketahui :
• 25 = a + (4 – 1) b
• 35 = a + (6 – 1) b
• 25 = S1 + 3 . 5
• 25 = a +(4-1)b • S1 = 25 – 15 = 10
• 35 = a +(6-1)b -
• -10 = -2b
• b=5
44
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
45
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
46
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
• Hitunglah deret ke-5 dari banjar hitung 3, 6, 9, 12, ……
• Diketahui :
• a=3
• Deret ke-5 adalah:
• b=3
• Dn = ½. n (a + Sn)
• Hitung dulu S5:
• D5 = ½. 5 (3 + 15)
• Sn = a + (n – 1) b
• D5 = ½. (15 + 75)
• S5 = 3 + (5 – 1) 3 = 15
• D5 = ½. 90 = 45
48
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
Suatu banjar hitung suku pertamanya 15 dan suku kedua 27. Berapa
deret ke-10?
Diketahui :
• a = 15 Deret ke-10 adalah :
• S2 = 27 • D10 = ½ . 10 (123 + 15)
Contoh:
• Suatu banjar hitung memiliki suku ketiga 15 dan suku keenam 30.
Berapa deret keenamnya? Diketahui :
• S3 = 15 S3 = a + (3 – 1) 5
• S6 = 30 15 = a + 2 . 5
• Sn = a + (n – 1) b a = 15 – 10 = 5
• 15 = a + (3-1)b
• 30 = a + (6-1)b – Dn = ½.n (a + Sn)
• b=5 D6 = 3 . 35 = 105
50
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Banjar Ukur
Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku beruurtan
mempunyai hasil bagi yang besarnya sama.
Sn = apn-1
Dimana :
• Sn : Suku ke - n
• n : Banyaknya suku
• a : Suku pertama
• p : Pengali
51
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
Suatu banjar 1, 3, 9, ...... Hitung suku ke-5 dan ke-10
a=1
p=3
Sn = apn-1
S5 = 1.35-1= 1.34
S5 = 81
S10 = 19.683
52
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
Suatu banjar ukur suku pertamanya 2 dan suku keduanya 8. Hitunglah
suku ke-7 dan suku ke-12 !
a=2
p=4
Sn = apn-1
S7 = 2.47-1= 2.46 = 2 . 4.096
S12 = 8.388.608
53
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
Suatu banjar ukur memiliki suku pertama 25 dan suku ke-5 sebesar
15.625. Hitung suku ke-3 dan suku ke-6 !
a = 25
S5 = 15.625 S3 = a.p3-1
Sn = apn-1 S3 = 25.52 = 625
S5 = 25.p5-1
15.625 = 25.p4 S6 = a.p6-1
625 = p4 S6 = 25.55 = 78.125
P=5
54
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh:
Suatu banjar 1, 3, 9, ..... Hitung deret ke-5 dan ke-10 !
55
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
56
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET
Contoh: Suatu banjar ukur memiliki suku pertama 4 dan suku kedua
16. Hitunglah deret ke-4 dan deret ke-6 !
57
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
58
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
59
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
Jadi, fungsi dapat ditulis dengan berbagai cara, misal fungsi f yang
wilayah (domain) dan rangenya adalah himpunan bagian dari bilangan
riil dan kaedahnya ditentukan oleh persamaan y = x3 + 5, dapat ditulis
dengan salah satu cara-cara berikut:
1. y = x3 + 5
2. f(x) = x3 + 5
3. f : (x, y) ialah fungsi pasangan berurut (x, x3 + 5)
4. f : x → y ialah fungsi yang harganya diberikan oleh f(x) = x3 + 5
5. (x,y) ; y = x3 + 5
60
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
61
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
X -1 0 1 2 3
f(x) -5 -3 -1 1 3
{x, f(x)} (-1,-5) (0,-3) (1,-1) (2,1) (3,3)
62
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
63
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
64
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
65
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI
66
menuju pembelajaran profesional