Anda di halaman 1dari 66

MATEMATIKA EKONOMI

Pertemuan 1 dan 2

Achmad Hasan Hafidzi, SE., MM.


1
menuju pembelajaran profesional
PENDAHULUAN

▪ salah satu cabang dalam ilmu ekonomi yang bisa dikaitkan tidak
hanya dalam bisnis sehari-hari tetapi juga dengan keuangan
negara dan perdagangan internasional
▪ ilmu yang digunakan mempermudah analisa dalam fungsinya
sebagai pendekatan dalam mempelajari analisis ekonomi.

2
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI MATEMATIKA

▪ Matematika sebagai alat bantu memahami permasalahan dan


menganalisis berbagai modelmodel ekonomi
▪ Matematika digunakan sebagai alat untuk perencanaan bisnis
dan pembangunan untuk baik skala kecil, menengah maupun
skala besar
▪ Pendekatan matematika ekonomi bisa digunakan untuk
mengelola dan menilai suatu rancangan rencana bisnis dengan
tepat
▪ Matematika ekonomi digunakan untuk menyusun berbagai
alternatif sasaran dalam pemecahan masalah sehingga
memudahkan dalam perhitungan

3
menuju pembelajaran profesional
TUJUAN MATEMATIKA

▪ Menggambarkan dengan ilustrasi angka bentuk dari fungsi


permintaan maupun fungsi penawaran dari suatu barang atau
jasa
▪ menggambarkan bagaimana proses terbentuknya keseimbangan
pasar sekaligus menggambarkannya ke dalam sebuah grafik
▪ Pajak yang ditetapkan atas suatu barang dan jasa
▪ Subsidi yang ditetapkan atas suatu barang dan jasa
▪ Utilitas atau tingkat kepuasan konsumen

4
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN

▪ Himpunan adalah sekumpulan obyek, yang diberikan batasan


serta diru- muskan secara tegas dan dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya. Tiap obyek, benda atau simbol yang secara
kolektif membentuk suatu himpunan disebut elemen/unsur
atau anggota dari himpunan tersebut

1. Kumpulan hewan berkaki empat.


2. Kumpulan warna lampu lalu lintas.
3. Kelompok wanita cantik.

5
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN

▪ Himpunan dituliskan atau dinyatakan dengan notasi { } dan


anggota- anggotanya ditulis di dalam kurung kurawal tersebut.
Nama suatu himpunan ditulis dengan huruf kapital.

Ada dua (2) cara untuk menuliskan suatu himpunan.


Pertama : Cara tabulasi (Roster Mathod) Cara tabulasi adalah
suatu cara dengan mencantumkan seluruh obyek yang menjadi
anggota suatu himpunan.
Kedua : Cara pencirian (Rule Method ) Cara pencirian adalah
suatu cara dengan menyebutkan karakteristik tertentu dari
obyek yang menjadi anggota himpunan tersebut.

6
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN

▪ CONTOH:
A adalah himpunan semua jurusan S1 di FEB UNEJ:
▪ Pertama : A = {EP, Manajemen, Akuntansi, ES}
▪ Kedua : A = {x|x jurusan di FEB UNEJ}

B adalah himpunan nama hari dengan huruf depan S


Pertama : B = {Senin, Selasa, Sabtu}
Kedua : B = {x|x nama hari dengan huruf depan S}

7
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN

▪ CONTOH:
A adalah himpunan semua jurusan S1 di FEB UNEJ:
▪ Pertama : A = {EP, Manajemen, Akuntansi, ES}
▪ Kedua : A = {x|x jurusan di FEB UNEJ}

B adalah himpunan nama hari dengan huruf depan S


Pertama : B = {Senin, Selasa, Sabtu}
Kedua : B = {x|x nama hari dengan huruf depan S}

8
menuju pembelajaran profesional
HIMPUNAN

▪ Suatu elemen yang merupakan anggota/elemen dari suatu


himpunan dinyatakan dengan notasi ϵ (epsilon). Sedangkan
untuk menyatakan bukan anggota dari suatu himpunan
dinyatakan dengan notasi ϵ
A = { x |x komoditi non - migas}
maka,
▪ Kopi ϵ A 2
▪ Ikan tuna ϵ A
▪ 3 Panili ϵ A
▪ Solar ϵ A

9
menuju pembelajaran profesional
HUBUNGAN ANTAR HIMPUNAN

▪ A = {3, 5, 7, 11, 13}


▪ B = {1, 2, 3, 4, 5}
▪ C = {6, 7, 8, 9, 10, 11}
▪ D = {1, 2, 3, 4, 5}
Berdasarkan tiga himpunan A, B, dan C di atas dapat diketahui bahwa:
1. Himpunan A dan himpunan B memiliki beberapa anggota yang sama
yaitu {3, 5}
2. Himpunan B dan himpunan C tidak memiliki anggota-anggota yang
sama
3. Himpunan B dan himpunan D memiliki anggota yang sama
Jadi hubungan antar himpunan dibedakan menjadi 2, yaitu hubungan
saling lepas, dan hubungan tidak saling lepas.

10
menuju pembelajaran profesional
HUBUNGAN ANTAR HIMPUNAN

Hubungan Saling Lepas


Dua himpunan dapat dikatakan saling lepas atau saling asing jika kedua
himpunan tersebut tidak mempunyai anggota Persekutuan

Hubungan Tidak Saling Lepas (berpotongan)


Dua himpunan dapat dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika
mempunyai anggota persekutuan, tetapi masih ada sisa anggota lainnya
yang tidak memiliki persekutuan.

Hubungan Sama
Dua himpunan dikatakan sama, apabila kedua himpunan mempunyai
anggota yang tepat sama

11
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN

Irisan Dua Himpunan

Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang


anggotanya merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan
tersebut.
A Ո B= {x | x ϵA dan x ϵ B}
A Ո B = {3,5}

12
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN

Gabungan Dua Himpunan

gabungan dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang


anggotanya merupakan anggota A, dan B. Gabungan himpunan A
dan B dinotasikan sebagai berikut.
A = {1, 3, 5, 7, 9}
B = {1, 2, 3, 4, 5}, Maka:
A Ս B= {x | x ϵA dan x ϵ B}
A Ս B = {1, 2, 3, 4, 5, 7, 9}

13
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN

Selisih Dua Himpunan

Selisih (difference) dua himpunan A dan B adalah himpunan yang


anggotanya semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B.
Selisih himpunan A dan B dinotasikan dengan A – B atau A\B.
A = {1, 3, 5, 7, 9}
B = {1, 2, 3, 4, 5}, Maka:
A – B= {x | x ϵA dan x ϵ B}
A – B = {7, 9}

14
menuju pembelajaran profesional
OPERASI HIMPUNAN

Komplemen Suatu Himpunan

Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggota anggotanya merupakan


anggota S tetapi bukan anggota A. Komplemen suatu himpunan A dinotasikan sebagai
berikut.

Ac = {x | x ϵ S dan x ϵ A}
Contoh :

Diketahui himpunan A yaitu A = {2, 4, 6, 8} dan


himpunan semesta S = {10, 12, 14, 16, 18, 20}

Tentukanlah hasil dari himpunan A dikomplemenkan!


Penyelesaian: Dikarenakan pada himpunan Semesta tidak ada anggota himpunan A maka
himpunan A komplemen yaitu Ac = {10, 12, 14, 16, 18, 20}

15
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

HIMPUNAN BILANGAN KOMPLEKS


16
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

Bilangan riil adalah bilangan yang nyata. Bilangan riil disimbolkan


dengan huruf R. Berdasarkan gambar, dapat diketahui bahwa
himpunan bilangan riil terdiri dari himpunan bilangan rasional,
irrasional, bulat, cacah, dan asli.

Bilangan Rasional
Bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang dapat dinyatakan
dalam bentuk 𝑝/𝑞 , dengan p, q ∈ B dan q ≠ 0.
Ciri dari bilangan rasional adalah bilangan desimal yang berulang/
berpola

17
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

Bilangan 1,333...
Bukti : Jika 1,333 ... = A
kemudian ruas kanan dan kiri dikalikan dengan 10 karena angka yang berulang sama
yaitu hanya angka 3 satu
13,33... = 10A
Kemudian kita pecahkan dengan memisahkan angka 1,333... Sehingga:
12 + 1,33... = 10A
Karena 1,33... = 1,333... = A
12 + A = 10 A
12 = 10 A – A
12 = 9 A
A = 12/9

18
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

Bilangan Irrasional
Bilangan irasional adalah himpunan bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk 𝑝/𝑞 , dengan p, q ∈ B dan q ≠ 0.
Contoh:
• Bilangan π (3,14159265... ) bilangan desimal dengan bentuk tidak
berpola atau berulang sama sehingga dinamakan bilangan
irrasional karena tidak bisa dibentuk menjadi a/b
• √2 (1,41451356...) bilangan desimal dengan bentuk tidak berpola
atau berulang sama sehingga dinamakan bilangan irrasional
karena tidak bisa dibentuk menjadi a/b

19
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah gabungan antara himpunan bilangan cacah dan
himpunan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat dilambangkan
dengan huruf Z. Contoh : Z = {..., –4, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}
Bilangan Cacah
Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif.
Bilangan cacah disimbolkan dengan huruf W. Contoh : W = {0, 1, 2, 3,
4, 5, ...}
Bilangan Asli (N)
Bilangan asli adalah himpunan bilangan bulat positif. Bilangan asli
disimbolkan dengan huruf N. Contoh : N = {1, 2, 3, 4, 5, 6, ...}

20
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

SIFAT MEDAN, DAN SIFAT URUTAN BILANGAN RIIL


Sifat Medan
1) Hukum komutatif Jika x dan y ϵ R, maka x + y = y + x dan x.y = y.x 2)
2) Hukum Asosiatif Jika x, y, dan z ϵ R, maka x + (y + z) = (x + y) + z dan
x.(y.z) = (x.y).z
3) Hukum distributif Jika x, y, dan z ϵ R, maka x (y + z) = xy + xz
4) Eksistensi Unsur Identitas Jika x dan y ϵ R, maka x + 0 = x, dan x. 1 = x
5) Eksistensi Negatif/ Invers Penjumlahan Jika x dan y ϵ R, maka x + (-x) =
0
6) Eksistensi Resiprokal/ Invers Perkalian Jika x dan y ϵ R, maka x. x-1 = 1

21
menuju pembelajaran profesional
SISTEM BILANGAN

SIFAT MEDAN, DAN SIFAT URUTAN BILANGAN RIIL


Sifat Urutan
1.Trikotomi, Jika x dan y ϵ R, maka ada 3 kemungkinan yaitu x < y, x =
y, dan x > y.
2.Ketransitifan, Jika x < y, dan y < z, maka x < z.
3.Penambahan, Jika x < y, dan z sembarang bilangan riil, maka x + z <
y+ z
4.Perkalian, Jika x < y, dan z sembarang bilangan riil positif, maka x.z
< y.z Jika x < y, dan z sembarang bilangan riil negatif, maka x.z > y.z

22
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN

Pengertian Pertidaksamaan
Sebelum dijelaskan mengenai pertidaksamaan, akan disajikan contoh dari
pertidaksamaan berikut ini :
1) 2x + 4 < 5
2) 2 ≤ x2 – x ≤ 6
3) 2x > 6
Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa pertidaksamaan memiliki tanda ,
≤ , atau ≥.. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertidaksamaan merupakan pernyataan
yang dihubungkan melalui tanda , ≤ , atau ≥.
Keterangan pertidaksamaan yaitu:
< : kurang dari
≤ : kurang dari atau sama dengan
> : lebih dari
≥ : lebih dari atau sama dengan

23
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN

Sifat Pertidaksamaan
Pertidaksamaan memiliki sifat-sifat dalam operasinya, yaitu :
1) Tanda pertidaksamaan tidak berubah jika kedua ruas ditambah
atau dikurang atau dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama.
Jika a < b,
maka a + c < b + c,
dan a – c < b – c
Contoh :
a) 2 < 5, jika masing-masing ruas ditambah 5 maka : 2 + 5 < 5 + 5
7 < 10
b) 2 < 5, jika masing-masing ruas dikurang 5 maka : 2 – 5 < 5 – 5
–3<0
24
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN

Tanda pertidaksamaan AKAN BERUBAH jika kedua ruas


pertidaksamaan dikali atau dibagi dengan bilangan negatif yang
sama.
Contoh :
a) 2 < 5, jika masing-masing ruas dikali – 2 maka :
2. (– 2) < 5. (– 2)
– 4 > – 10
b) 2 < 5, jika masing-masng ruas dibagi – 2 maka :
2 : (– 2) < 5 : (– 2)
–1 > – 2,5

25
menuju pembelajaran profesional
PERTIDAKSAMAAN

Tanda pertidaksamaan AKAN BERUBAH jika kedua ruas


pertidaksamaan dikali atau dibagi dengan bilangan negatif yang
sama.
Contoh :
a) 2 < 5, jika masing-masing ruas dikali – 2 maka :
2. (– 2) < 5. (– 2)
– 4 > – 10
b) 2 < 5, jika masing-masng ruas dibagi – 2 maka :
2 : (– 2) < 5 : (– 2)
–1 > – 2,5

26
menuju pembelajaran profesional
PANGKAT

DEFINISI BENTUK PANGKAT


Untuk a bilangan real dan n bilangan bulat positif berlaku rumus : an (dibaca
“a pangkat n”) adalah bilangan berpangkat atau bilagan eksponen. a disebut
bilangan pokok (basis) dan n disebut pangkat (eksponen)

SIFAT – SIFAT BILANGAN BERPANGKAT

27
menuju pembelajaran profesional
AKAR

BENTUK AKAR
Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan rasional (bilangan bulat atau
pecahan) yang hasilnya merupakan bilangan irrasional (bilangan decimal tak
terhingga dan tak berulang).

SIFAT – SIFAT BILANGAN BENTUK AKAR

28
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI EKSPONEN

1)y = 10x
2) y = 3x.x+5x-4
3) y = 𝑒x.x+5x-4

Berdasarkan contoh di atas, dapat diketahui bahwa konstantanya (10, 3,


dan e) dipangkatkan oleh variabel bebasnya (x, dan x2 + 5x – 4). Jadi dapat
kita simpulkan bahwa fungsi eksponen merupakan fungsi yang
konstantanya dipangkatkan dengan variabel-variabel bebasnya. Fungsi
eksponen merupakan fungsi non aljabar, adapun invers dari fungsi
eksponen adalah fungsi logaritma.

29
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

• Y = alog X
• Y = elog X = ln X
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa variabel bebasnya
adalah log x, adapun a/e adalah basis/ bilangan pokok, jadi dapat
disimpulkan bahwa fungsi logaritma merupakan fungsi yang variabel
bebasnya dalam bentuk log dan memiliki basis/ bilangan pokok tertentu
berupa bilangan a/ e. Jika basisnya merupakan bilangan a maka variabel
bebasnya ditulis dengan log, sedangkan jika basisnya adalah bilangan e
(eksponen) maka variabel bebasnya ditulis ln (len)

30
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Aturan Logaritma

31
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Contoh:

32
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Contoh:

33
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Kurva Fungsi Logaritma


1) Jika y = a log x, dengan basis a > 0, maka kurvanya naik

34
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Kurva Fungsi Logaritma


2) Jika y = a log x, dengan basis 0 < a < 1, maka kurvanya turun

35
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Cara Menggambar Kurva Fungsi Logaritma


1) Tentukan hubungan antara nilai X dan Y (pilih X agar nilai Y mudah
ditentukan)
2) Tentukan titik-titik koordinatnya pada bidang cartecius.
3) Hubungkan antar titik-titik koordinat tsb.

Contoh :
Gambarlah kurva fungsi logaritma berikut y = f (x) = ½ Log X

36
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

37
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

38
menuju pembelajaran profesional
LOGARITMA

Cara Menggambar Kurva Fungsi Logaritma


1) Tentukan hubungan antara nilai X dan Y (pilih X agar nilai Y mudah
ditentukan)
2) Tentukan titik-titik koordinatnya pada bidang cartecius.
3) Hubungkan antar titik-titik koordinat tsb.

Contoh :
Gambarlah kurva fungsi logaritma berikut y = f (x) = ½ Log X

39
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Banjar adalah sekumpulan bilangan (suku) yang memiliki pola tertentu.


• S1, S2, S3, ….. Sn
Di mana
• S1: Suku ke-1
• S2 : Suku ke-2
• Sn : Suku ke-n

Deret adalah penjumlahan semua suku pada suatu banjar.


• Dn = S1 + S2 + S3 +…+ Sn Di mana Dn : Deret ke-n

40
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Banjar hitung adalah banjar yang antara dua suku berurutan mempunyai
selisih yang besarnya sama. Suku kedua merupakan suku pertama ditambah
pembeda, suku ketiga merupa suku kedua ditambah pembeda, dan
seterusnya.
Banjar hitung :
S1, S2, S3, ….. Sn
Di mana
• S 2 = S1 + b
• S3 = S2 + b
• b = Pembeda

41
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

• Suku pada banjar hitung dapat dicari dengan rumus :


Sn = a + (n-1)b
Di mana:
• a: Suku ke-1
• n: Banyaknya suku
• b: Beda

42
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
• Suatu banjar 6, 13, 20, ……, dst.
• Berapa suku ke-10?
Diketahui :
a=6
b=7
n = 10
• Sn = a + (n – 1).b
• S10 = 6 + (10 – 1). 7
• S10 = 6 + 9 .7 = 69
43
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Suatu banjar hitung suku keempatnya 25 dan suku keenam 35. Berapa
beda dan suku pertamanya?
Diketahui :
• 25 = a + (4 – 1) b
• 35 = a + (6 – 1) b

• 25 = S1 + 3 . 5
• 25 = a +(4-1)b • S1 = 25 – 15 = 10
• 35 = a +(6-1)b -
• -10 = -2b
• b=5
44
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Deret adalah penjumlahan semua suku pada suatu banjar.


• Dn = S1 + S2 + S3 +…+ Sn Di mana Dn : Deret ke-n
Contoh:
Suatu banjar hitung memiliki suku-suku 5, 10, 15, 20….. Berapa deret
keempatnya?
D4 = S1 + S2 + S3 +S4

45
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Deret adalah penjumlahan semua suku pada suatu banjar.


• Dn = S1 + S2 + S3 +…+ Sn Di mana Dn : Deret ke-n
Contoh:
Suatu banjar hitung memiliki suku-suku 5, 10, 15, 20….. Berapa deret
keempatnya?
• D4 = S1 + S2 + S3 +S4
• D4 = 5+10+15+20

46
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Untuk menghitung deret hitung dengan n yang lebih banyak


tentu saja sulit dilakukan dengan cara di atas, untuk itu
digunakan rumus:
Dn = ½. n (a + Sn)
Di mana:
• Dn = deret ke-n
• n = banyaknya suku
• a = suku pertama
• Sn = suku ke-n
47
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
• Hitunglah deret ke-5 dari banjar hitung 3, 6, 9, 12, ……
• Diketahui :
• a=3
• Deret ke-5 adalah:
• b=3
• Dn = ½. n (a + Sn)
• Hitung dulu S5:
• D5 = ½. 5 (3 + 15)
• Sn = a + (n – 1) b
• D5 = ½. (15 + 75)
• S5 = 3 + (5 – 1) 3 = 15
• D5 = ½. 90 = 45

48
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
Suatu banjar hitung suku pertamanya 15 dan suku kedua 27. Berapa
deret ke-10?
Diketahui :
• a = 15 Deret ke-10 adalah :
• S2 = 27 • D10 = ½ . 10 (123 + 15)

• b = 27 – 15 = 12 • D10 = 5 x 138 = 690

• Hitung dulu S10:


• S10 = 15 + (10 – 1) 12
• S10 = 15 + 9.12 = 123
49
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
• Suatu banjar hitung memiliki suku ketiga 15 dan suku keenam 30.
Berapa deret keenamnya? Diketahui :
• S3 = 15 S3 = a + (3 – 1) 5

• S6 = 30 15 = a + 2 . 5

• Sn = a + (n – 1) b a = 15 – 10 = 5

• 15 = a + (3-1)b
• 30 = a + (6-1)b – Dn = ½.n (a + Sn)

• -15 = -3b D6 = ½.6 (5 + 30)

• b=5 D6 = 3 . 35 = 105

50
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Banjar Ukur
Banjar ukur adalah banjar yang antara dua suku beruurtan
mempunyai hasil bagi yang besarnya sama.
Sn = apn-1
Dimana :
• Sn : Suku ke - n
• n : Banyaknya suku
• a : Suku pertama
• p : Pengali

51
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
Suatu banjar 1, 3, 9, ...... Hitung suku ke-5 dan ke-10
a=1
p=3
Sn = apn-1
S5 = 1.35-1= 1.34
S5 = 81
S10 = 19.683

52
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
Suatu banjar ukur suku pertamanya 2 dan suku keduanya 8. Hitunglah
suku ke-7 dan suku ke-12 !
a=2
p=4
Sn = apn-1
S7 = 2.47-1= 2.46 = 2 . 4.096
S12 = 8.388.608

53
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
Suatu banjar ukur memiliki suku pertama 25 dan suku ke-5 sebesar
15.625. Hitung suku ke-3 dan suku ke-6 !
a = 25
S5 = 15.625 S3 = a.p3-1
Sn = apn-1 S3 = 25.52 = 625
S5 = 25.p5-1
15.625 = 25.p4 S6 = a.p6-1
625 = p4 S6 = 25.55 = 78.125
P=5
54
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh:
Suatu banjar 1, 3, 9, ..... Hitung deret ke-5 dan ke-10 !

55
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Deret ukur adalah jumlah suku-suku banjar ukur


Dn = a-pSn / 1-p
Dimana :
• Dn : Deret ke - n
• n : Banyaknya suku
• a : Suku pertama
• p : Pengali

56
menuju pembelajaran profesional
BANJAR DAN DERET

Contoh: Suatu banjar ukur memiliki suku pertama 4 dan suku kedua
16. Hitunglah deret ke-4 dan deret ke-6 !

57
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi


khusus yang mengaitkan atau memasangkan setiap anggota A
dengan satu dan hanya satu anggota B. Fungsi dari himpunan A
ke B dapat dinyatakan sebagai berikut :
f:A →B
Artinya jika x ϵ A dan y ϵ B dan a dikaitkan dengan b maka f(a) = b dengan:
1. A disebut daerah asal (domain).
2. B disebut daerah kawan (kodomain).
3. b disebut bayangan dari a.
4. Himpunan semua bayangan dari setiap x ϵ A disebut daerah hasil/ daerah
jelajah atau range.

58
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Notasi Suatu Fungsi


Fungsi himpunan A ke himpunan B dapat dinyatakan sebagai berikut:
f:A →B
Apabila fungsi tersebut mengaitkan x ϵ A dengan y ϵ B, maka ditulis:
f(x) = y
f:x → y

59
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Jadi, fungsi dapat ditulis dengan berbagai cara, misal fungsi f yang
wilayah (domain) dan rangenya adalah himpunan bagian dari bilangan
riil dan kaedahnya ditentukan oleh persamaan y = x3 + 5, dapat ditulis
dengan salah satu cara-cara berikut:
1. y = x3 + 5
2. f(x) = x3 + 5
3. f : (x, y) ialah fungsi pasangan berurut (x, x3 + 5)
4. f : x → y ialah fungsi yang harganya diberikan oleh f(x) = x3 + 5
5. (x,y) ; y = x3 + 5

60
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Grafik Suatu Fungsi


Kurva (grafik) suatu fungsi umumnya dapat dibuat melalui dua cara,
yaitu:
(1)Menentukan dan menghubungkan titik-titik yang dilalui kurva. Titik-
titik yang dilalui oleh kurva merupakan himpunan pasangan
berurutan antara variabel bebas dan variabel terikat /nilai fungsinya.
(2)Menentukan dan menghubungkan titik-titik penting kurva. Titik-
titik pen- ting kurva yang dimaksud adalah titik potong kurva dengan
sumbu tegak, titik potong kurva dengan sumbu datar, sumbu simetri
(kalau ada), titik ekstrem kurva (kalau ada), titik belok (kalau ada),
dan garis asimtot (kalau ada).

61
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Diketahui : A = Bilangan riil dan B = Bilangan riil Tentukanlah : Grafik f:


A →B dengan x ϵ A dan 2x - 3 = y ϵ B.
Fungsi tersebut dapat ditulis, f(x) = 2x - 3 atau y = f(x) = 2x - 3
Cara pertama, yaitu menentukan dan menghubungkan titik-titik yang
di- lalui kurva.

X -1 0 1 2 3
f(x) -5 -3 -1 1 3
{x, f(x)} (-1,-5) (0,-3) (1,-1) (2,1) (3,3)

62
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

63
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Cara kedua, yaitu menentukan dan menghubungkan titik-titik penting.


Oleh karena fungsinya linear, maka titik penting yang dimaksudkan
ada- lah titik potong fungsi dengan sumbu tegak dan titik potong
fungsi de- ngan sumbu datar.
Titik potong fungsi dengan sumbu tegak/sumbu f(x), bila x = 0,
diperoleh:
• f(x) = 2x - 3
• f(x) = 2(0) - 3
• f(x) = - 3
Jadi, titik potongnya dengan sumbu tegak adalah {x, f(x)} = ( 0, - 3)

64
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

Titik potong fungsi dengan sumbu datar/sumbu x, bila f(x) = 0,


• diperoleh:
• f(x) = 2x - 3
• 0 = 2x - 3
• 2x = 3 → x =1½
Jadi, titik potongnya dengan sumbu datar adalah {x, f( x )} = (1½ ,0)

65
menuju pembelajaran profesional
FUNGSI

66
menuju pembelajaran profesional

Anda mungkin juga menyukai