Anda di halaman 1dari 20

MODUL

TEORI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3

A. Pendahuluan

Pusat dari pengetahuan mendasar tentang pengambilan


keputusan adalah the theory of subjective expected utility (SEU). Teori
tersebut merupakan sebuah model matematika yang canggih tentang
penentuan pilihan atas sejumlah alternatif pilihan. Landasan teori
tersebut dipakai menjadi landasan pengembangan sejumlah teori,
model, atau konsep dalam ilmu ekonomi kontemporer, teori statistik,
dan riset operasi. Teori ini mendefinisikan kondisi maksimisasi utilitasi
manfaat secara sempurna rasional dalam lingkup dunia kepastian.
Dimana utilitas seseorang dapat dicapai secara optimal bilamana
seluruh distribusi probabilitas dari seluruh variabel peristiwa yang relevan
bisa ditetapkan oleh pengambil keputusan. Dengan kata lain, teori ini
mcmberikan jalan bagi pengambil keputusan untuk menentukan secara
subyektif peluang terjadinya sebuah peristiwa atau keputusan yang
diharapkan. Teori ini berhubungan hanya dengan pengambilan
keputusan, dan tidak berhubungan dengan langkah-Iagkah penentuan
masalah, penentuan tujuan, atau penetapan sejumlah alternatif solusi.
Ketiga hal tersebut berada di luar wilayah kajian teori ini, namun
memberikan patokan berpijak bagi penentuan peluang terwujudnya
alternatif solusi yang ditetapkan.

30
Manusia selalu dihadapkan pada masalah. Pencapaian kebutuhan
dan keinginan, visi dan misi menghasilkan masalah tentang bagaimana
(how to) memuaskan kebutuhan dan keinginan, bagaimana mewujudkan
visi dan rmsi. Pencapaian tujuan selalu menghasilkan pertanyaan: what,
how, why, who, when, dan sejumlah pertanyaan lainnya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut menyiratkan terdapatnya masalah yang harus
dituntaskan, bila keinginan hendak diwujudkan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut memerlukan jawaban tindakan nyata, dimana
tindakan muncul kemudian setelah seseorang menentukan pilihan atas
satu alternatif jawaban terbaik.

Dalam prosedur penyelesaian masalah, seseorang memiliki


sejumlah alternatif yang dapat dipilih, dan setiap alternatif memiliki
konsekuensinya masing­ masing. Manusia juga diasumsikan akan
memilih untuk memaksimalkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan
dan keinginannya secara rasional. Artinya, manusia rasional akan
membuat keputusan atas dasar pemilihan hasil yang paling
mendatangkan manfaat optimal. Manusia rasional "terpaksa"
mengambil keputusan yang akan memaksimumkan karena didorong
oleh terdapatnya sejumlah keterbatasan kepemilikkan sumber daya.
Konsep kelangkaan (scarcity/ constraints) mendorong manusia untuk
menyeimbangkan an tara pandangan tentang pengambilan keputusan
yang rasional dengan pemilihan keputusan yang menghasilkan manfaat
yang optimal (optimization concept). Berdasarkan pandangan tersebut,
maka muncullah teori dan model­ model pengambilan keputusan.

B. Tujuan dan Asumsi

Diskusi tentang teori pengambilan keputusan tidak akan komplit


bila kita tidak memahami harapan atau tujuan dari dibangunnya teori
pengambilan keputusan, sejumlah asumsi yang melandasinya, dan
sejumlah konsep yang menjadi landasan bagi proposisi dalam
pembangunan teori-tersebut.

31
Adapun tujuan dari dibangunnya teori pengambilan keputusan
adalah membantu terwujudnya kondisi pemaksimuman harapan
(maximizing expectations). Tujuan ini dapat pula dimasukkan sebagai salah
satu asumsi dari bangun teori pengambilan keputusan. Harapan atas
setiap keputusan ditentukan oleh setiap hasil yang potensial (potential
outcome) dari seluruh nilai yang merupakan bagian dari setiap
konsekuensi logis atau konsekuensi yang mungkin terjadi (possible
consequence) dari tindakan tertentu. Jika suatu tindakan hendak
dilaksanakan dengan tuntas, maka probabilitas dari peristiwa yang relevan
akan ditentukan. Penentuan dari nilai probabilitas dengan demikian
mengikuti gambaran tindakan yang akan dilaksanakan. Pengambilan
keputusan yang akan mewujudkan hasil yang diharapkan paling
maksimum (maximum expectation) akan dipilih dan dilaksanakan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang akan selalu dikaitkan
dengan peraihan hasil yang paling maksimum. Nilai maksimum ini
merupakan nilai harapan yang dikaitkan dengan peluang terjadinya
peristiwa yang diharapkan tersebut. Bila peristiwa yang diharapkan tidak
terjadi, maka masalah atau risiko akan muncul. Teori pengambilan
keputusan berusaha meminimalkan risiko yang akan muncul, yang kelak
akan dihadapi oleh pembuat keputusan.

Seluruh bangun teori atau model, baik dalam ilmu alam, hayati,
sosial maupun humaniora, selalu memiliki sejumlah asumsi. Asumsi
dibangun untuk menye-derhanakan kerumitan alam realitas dalam bangun
sebuah "alam artifisal", teori dan model. Begitu pula halnya dengan teori
dan model pengambilan keputusan. Beberapa asumsi diajukan untuk
mempermudah pemahaman kita akan landasan filosofis, konsep dan
proposisi yang membangun sebuah teori. Asumsi-asumsi yang terdapat
pada teori pengambilan keputusan disebutkan sebagai berikut:

1. Keputusan diambil secara rasional


2. Keputusan diambil untuk memaksimumkan hasil
3. Keputusan berangkat dari pendefinisian dan pengenalan masalah
4. Pengambilan keputusan menformulasikan sebuah tujuan yang komplit

32
5. Pengambilan keputusan mencari informasi yang relevan dan bernilail
berkualitas untuk menghasilkan sejumlah kriteria
6. Kriteria yang dihasilkan dipakai untuk menghasilkan sejumlah alternatif
solusi
7. Pengambilan keputusan menilai kesesuaian setiap kriteria dengan
setiap alternatif solusi yang berbeda
8. Penilaian menghasilkan skor dari setiap alternatif
9. Seleksi dilakukan dengan memilih alternatif solusi yang memiliki skor
tertinggi
10. Keputusan diambil melalui langkah sistematis penilaian setiap alternatif

Karena asumsi merupakan bagian dari teori yang dikemukakan


untuk rnern­ perkuat pandangan/ide dasar sebuah teori, maka sering
kali kita mengabaikan asumsi yang ada. Pengabaian asumsi
menandakan bahwa kita memandang asumsi sebagai "alat" yang
kebenarannya tidak harus diterima mentah-mentah. Asumsi dalam teori
pengambilan keputusan (dan pada teori lainnya) berguna sebagai
"panduan" pemahaman kita akan bidang kajian, pokok perhatian dari
teori. Semenjak pokok kajian dari teori pengambilan keputusan
adalah mengenai cara mengambil keputusan yang memaksimalkan
harapan dan kepuasan, melalui cara meminimalkan risiko, maka asumsi
yang dibangun akan mengikuti alur pikir mendasar dari teori tersebut.
Tentunya asumsi yang disampaikan di atas hanyalah merupakan bagian
dari sejumlah asumsi lainnya. Karena teori pengambil keputusan yang
dikemukakan para ahli lebih dari satu, maka setiap teori menyimpan
asumsinya rnasing-masing. Hanya, kebanyakan asumsi yang dibangun
tidak jauh dari apa yang disampaikan. Dan, menyelisihkan hal
asumsi dalam bangun sebuah teori merupakan pekerjaan yang
menghabiskan waktu belaka.

33
C. Konsep-konsep Dalam Pengambilan Keputusan

Teori pengambilan keputusan merupakan sebuah pengetahuan


dan teknik­teknik anal isis yang saling berhubungan dari sejumlah
tingkatan pemikiran yang berbeda, yang tersusun secara sistematis dan
ilmiah, yang didesain untuk membantu pengambil keputusan (decision
maker) dalam memilih satu alternatif (alternative) dari sejumlah alternatif
solusi yang menghasilkan konsekuensi peristiwa yang berbeda-beda. Teori
pengambilkan keputusan atau teori keputusan dapat diterapkan terhadap
sejumlah kondisi kepastian, ketidakpastian (uncertainty) atau berisiko (risk).

Keputusan dalam kondisi kepastian mengisyaratkan bahwa setiap


alternatif yang ditetapkan memandu pada satu dan hanya satu
konsekuensi (con­ sequence)/ hasil dari peristiwa yang dipilih. Pilihan terhadap
satu dari beberapa alternatif akan sarna nilainya (value) dengan memilih
satu dari beberapa konsekuensi. Keputusan yang diambil dalam kondisi
ketiadaan nilai distribusi probabilitas, dimana nilai terse but tidak diketahui dan
tidak dapat ditetapkan, merupakan keputusan yang diambil dalam kondisi
ketidakpastian. Keputusan dalam kondisi berisiko menunjukkan setiap
alternatif yang dikemukakan akan memiliki satu peristiwa yang akan
muncul, dan probabilitas dari setiap konsekuensi/ peristiwa dapat diketahui
dan ditentukan nilainya.

Dalam teori pengambilan keputusan, peringkat yang dihasilkan


dengan menggunakan kriteria (criterion) harus bernilai konsisten dengan
tujuan (objective) yang hendak dicapai oleh pembuat keputusan, dan preferensi
yang dimilikinya. Teori-teori yang dibangun menawarkan sebuah koleksi
penge­ tahuan yang penuh dengan sejumlah teknik dan prosedur guna
memunculkan preferensi pengambil keputusan, dan membentuk preferensi
tersebut ke dalam sejumlah model pengambilan keputusan. Teori pengambilan
keputusan tidak memperhatikan secara mendalam tentang pendefinisian
tujuan, perancangan sejumlah alternatif atau penilaian sejumlah konsekuensi
atas pilihan keputusan. Teori ini mempertimbangkan hal-hal terse but di atas
sebagai sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya atau diberikan. Teori

34
keputusan menawarkan prosedur yang sederhana secara konseptual untuk
memilih sejumlah alternatif, konsekuensi, dan hubungan yang terbentuk
antara alternatif dan konsekuensi dari pemilihan alternatif. Dalam pengambilan
keputusan atas kondisi kepastian, preferensi pengambil keputusan
dibentuksimulasikan oleh sebuah atribut tunggal atau fungsi nilai
multiatribut (multiattribute value junction), yang memperlihatkan rangkaian
teratur dan jelas sejumlah konsekuensi dan karenanya juga
memperlihatkan peringkat dari sejumlah alternatif. Teori keputusan atas
kondisi berisiko didasarkan pada konsep nilai manfaatl utilitas (utility), Dalam
kondisi tersebut, preferensi dari pengambil keputusan terhadap sejumlah
konsekuensi yang bernilai mutually exclusive dari sebuah alternatif
digambarkan melalui fungsi utilitas (utility junction), yang mempermudah
perhitungan dari nilai manfaatl utilitas yang diharapkan (expected utility) untuk
setiap alternatif. Alternatif solusi dengan nilai utilitas yang diharapkan tertinggi
dipertimbangkan sebagai alternatifyang paling disukai.

Untuk kasus ketidakpastian, teori pengambilan keputusan


menawarkan dua pendekatan. Pendekatan pertama mengeksploitasi
lebih jauh tentang kriteria pilihan yang dikernbangkan dalarn konteks
yang lebih luas rnelalui teori perrnainan (game theory). Salah satu contoh
dari teori perrnainan adalah konsep tentang rnaksirnurn dan minimum
(max-min rule) dalam pemrograman linear (linear programming). Aturan
tentang max-min tersebut menjelaskan bahwa konsekuensi terburuk dari
sebuah alternatif yang kita pilih adalah lebih baik, atau sarna dengan,
konsekuensi terbaik dari sejumlah alternatif lain yang telah kita buat.
Pendekatan kedua adalah mengurangi atau rnenanggulangi kasus
ketidakpastian kepada kasus risiko dengan menggunakan penilaian
tingkat kemungkinan secara subyektif (subjective probabilities). Penilaian
tersebut didasarkan atas penilaian dari para ahli, atau berdasarkan
atas analisis dari keputusan sebelumnya, yang diarnbil dalarn kondisi
yang diasumsikan sarna.

Dari uraian tersebut di atas, kita dapatkan beberapa konsep


penting yang melandasi teori dan model pengambilan keputusan.

35
Konsep-konsep penting tersebut dijelaskan secara singkat di bawah ini.

1. Pengambil Keputusan (Decision Maker/ Taker)

Bila mengikuti pola alih bahasa, maka istilah dari decision-making


dan decision maker adalah pernbuatan keputusan dan pembuat
keputusan. Sinonim dari dua kata tersebut di atas adalah decision
taking dan decision taker. Alih bahasanya adalah pengarnbilan
keputusan dan pengarnbil keputusan. Namun kasus alih bahasa
tersebut tidak penting untuk didiskusikan lebih jauh. Karena
pada hakekatnya, kedua istilah tersebut sarna-sarna menunjukkan
pada sebuah proses yang berakhir pada keputusan untuk memilih.
Pengambil keputusan rnerupakan seseorang atau kelornpok yang
berwenang untuk membuat pilihan akhir, atau keputusan mernilih,
satu diantara beberapa alternatif solusi terhadap masalah atau
pencapaian tujuan. Pengambil keputusan dengan demikian
merupakan pelaku aktif, yang melakukan tindakan atas dorongan
kesadaran dalam memilih satu alternatif, dan siap untuk
menanggung konsekuensi yang kelak akan muncul dari alternatif
yang telah dipilih. Dalam hal ini, pengarnbil keputusan berada
pada dua posisi: melakukan pilihan, dan siap untuk menerima
segala bentuk konsekuensi atas hasil dari pilihan yang diambilnya.
Konsekuensi yang siap diterima didasarkan pada sejumlah
perhitungan "untung dan rugi" dari tindakan yang harus diambil.

2. Tujuan (Objective)

Dalam teori pengambilan keputusan, tujuan merupakan sesuatu


yang hendak diraih atau diselesaikan oleh pembuat keputusan.
Bila keputusan dikaitkan dengan masalah, maka tujuannya adalah
mencari penyelesaian masalah. Sedang bila visi dan misi yang
hendak diwujudkan, maka tujuannya adalah peraihan
ataupencapaian visi dan misi tersebut. Namun, pencapaian
tujuan, bagaimanapun juga, merupakan kasus masalah. Karena
untuk mencapai tujuan kita dihadapkan pada beragam peristiwa

36
yang rumit (lihat kembali bagian masalah dan pengambilan
keputusan). Tujuan dapat dirinci ke dalam bentuk tingkatan
tujuan; umurn, abstrak, spesifik, penting, kurang penting. Bila tujuan
sudah dirinci, maka kita gunakan istilah kriteria. Seorang pengambil
keputusan dapat memiliki lebih dari satu tujuan (multiple objectives).
Kondisi terdapatnya lebih dari satu tujuan menimbulkan pemilihan
tujuan atas dasar peringkat. Kebijakan untuk melakukan peringkat
ini merupakan kewajaran, karena sifat dari tujuan berubah menjadi
kompetitif (competitive objectives) begitu terdapat lebih dari satu
tujuan.

3. Hambatan/Rintangan/Batasan (Constraint)

Dalam meraiah tujuan, pembuat keputusan selalu dihadapkan


pada sejumlah pembatas atau batasan. Konsep ini memiliki
hubungan erat dengan konsep kelangkaan. Kelangkaan
menghasilkan batasan tindakan. Keputusan dengan demikian
diambil setelah mempertimbangkan sejumlah batasan dalam
penetapan altematif solusi. Batasan merupakan sejumlah variabel
atau elemen sebuah peristiwa yang berasal dari lingkungan
eksternal dan internal diri manusia, yang menghalangi seseorang
melaksanakan tindakan atau mewu­ judkan keputusan. Konsep
ini juga memberikan gambaran bahwa beberapa tujuan yang
hendak dicapai tidak akan dapat terlaksana. Tindakan, aIternatif
solusi, konsekuensi dan tujuan yang tidak"memiliki" batasan
dikatakan sebagai pencapaian yang dapat dilakukan atau
masuk kategori pilihan (feasible solution). Dalam penentuan
keputusan, batasan selalu ada, dimana batasan tersebut dapat
bersifat pasti ada, utama (major constraints), atau tidak dapat
dipertanyakan (unquestionable). Sedang pada kasus lainnya,
sejumlah batasan dapat dihilangkan, atau tidak dimasukkan dalam
anal isis, karena bersifat elastis (minor/ elastic constraints). Sebagai
contoh: pasokan air untuk industri manu­ faktur adalah batasan
utama yang harus diperhitungkan. Sedang pengeluaran dana untuk

37
alokasi tenaga kerja merupakan batasan yang bersifat elastis,
dapat "dikontrol" jumlahnya. Selain itu, batasan juga dikaitkan
dengan jangka waktu kegiatan bisnis.

4. Ketidakpastian (Uncertainty)

Masa depan aktivitas manusia dipenuhi ketidakpastian.


Ketidakpastian menghasilkan hanya dua peristiwa; menguntungkan,
membawa manfaat, atau merugikan. Teori pengambilan keputusan
berhubungan dengan kemampuan untuk meramalkan peristiwa
yang akan muncul dari ketidakpastian, dan juga berhubungan
dengan analisis atas risiko yang mungkin (tepatnya pasti) muncul.
Ketidakpastian yang dikemukakan di atas merupakan
pandangan atas ketidakpastianberdasarkan makna alarniahnya;
ketidakpastian adalah situasi, kondisi atau peristiwa. Namun bila
istilah tersebut dikaji dari pandangan matematis, pandangan
analisis sistem kausal, maka ketidakpastian merupakan fluktuasi
dari sejumlah peluang peristiwa pembentuk hubuKetidakpastian
merupakan kondisi dimana bila seluruh elemen peristiwa berada
dalam satu kategori analisis. Semakin banyak elemen peristiwa
yang masuk dalam kategori analisis, semakin besar tingkat
ketidakpastian. Hubungan linier antara pertambahan kuantitas
elemen peristiwa yang akan ditentukan tingkat probabi 1itasnya
dengan tingkat ketidakpastian menandakan bahwa masalah
ketidakpastian adalah kasus subyektif. Elemen peristiwa dan
kategori apa saja yang patut dianalisis mrupakan hal yang harus
dirinci dan ditentukan sendiri oleh seorang pengambil keputusan.
Ketidakpastian menurut pandangan analisis sistem yang memakai
pendekatan matematis dapat dipandang berbeda-beda menurut
persepsi pengambil keputusan. Dalarn teori pengambilan
keputusan dan statistik, an tara ketidakpastian dan risiko dibedakan
maknanya, mengikuti probabilitas. Tingkat probabilitas atau distribusi
probabilitas dari ketidakpastian tidak diketahui secara pasti.
Sehingga pengambil keputusan harus menentukan tingkat yang

38
tepat, dan hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Sedang risiko
merupakan peristiwa yang muncul dari ketidakpastian, dimana
tingkat distribusi probabilitasnya dapat diketahui dengan pasti.
Pada kedua situasi, terdapat peristiwa acak yang tidak dapat
dikontrol (uncontrollable random events). Pada kasus risiko, peristiwa
acak tersebut muncul dari distribusi peluang yang telah diketahui
sebelumnya. Sedang pada ketidakpastian, peristiwa acak terse but
tidak dapat diketahui.

5. Risiko (Risk)

Istilah ini memiliki sejumlah penjelasan. Namun bila dikaitkan dengan


kajian pengambilan keputusan, maka terdapat tiga penjelasan yang
dapat diajukan, yaitu:

a. Risiko merupakan gap atau kesenjangan antara penstiwa


yang diharapkan akan terjadi dengan peristiwa yang terealisasi.
Gap ini menandakan terjadinya penyimpangan atau disparitas
atas peristiwa yang diharapkan, diinginkan, dan atau
seharusnya terjadi dengan peristiwa yang nyata terjadi.
b. Dalam bahasa matematis, risiko merupakan sebuah konsep
peristiwa ketidakpastian dimana nilai distribusi probabilitasnya
diketahui. Hal ini menandakan bahwa risiko dan analisis risiko
merupakan suatu studi khusus guna menentukan sejumlah
tingkat probabilitas yang "tepat" atas sejumlah hasil dari
beragam keputusan.
c. Istilah lain dari risiko menandakan variabel peristiwa
ketidakpastian yang menghasilkan pengaruh terhadap
sesuatu. Risiko menurut istilah ini adalah pengaruh dari suatu
tindakan, atau yang lebih dikenal sebagai konsekuensi atas
pilihan.
6. Nilai Manfaat (Utility)

Nilai manfaat dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai kemampuan dari


barang dan jasa untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan

39
dan keinginan manusia. lstilah, tepatnya konsep, utilitas selalu
dikaitkan dengan fungsi kemakmuran, yang menghubungkan
antara nilai manfaat dari barang dan jasa dengan tingkat konsumsi
atas barang dan jasa tersebut. Dalam teori pengambilan
keputusan, nilai manfaat merupakan pengukuran tingkat preferensi
atau tingkat menyenangi (desirability) sejumlah konsekuensi dari
sejumlah tindakan tertentu yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan dalam kondisi ketidakpastian yang menghasilkan risiko,
dimana tingkat probabilitas atas setiap konsekuensi telah diketahui
dan ditetapkan.

7. Optimisasi (Optimization)

Tujuan dari kegiatan bisnis pada hakekatnya adalah


pemaksimumam kesejahteraan individual. Konsep optimisasi
merupakan aktivitas yang ditujukan untuk menemukan solusi
terbaik (paling optimal) terhadap masalah, terhadap
pemaksimumam kesejahteraan individual. Agar konsep tersebut
bermakna, maka fungsi tujuan (objectives function) harus
dioptimumkan, dan harus terdapat lebih dari satu (bukan banyak)
solusi yang mungkin diwujudkan (feasible solution). Solusi ini
merupakan solusi yang tidak melanggar sejumlah keterbatasan.

8. Konsekuensi (Consequences)

Konsekuensi merupakan hasil atau dampak dari sejumlah


tindakan yang diambil oleh pembuat keputusan. Dalam analisis
pengambilan keputusan, konsekuensi dari sejumlah tindakan
ditentukan (diramalkan) melalui penggunaan model. Konsekuensi
dari sebuah tindakan yang diharapkan akan terwujud oleh
seseorang, terutama sekali yang memberikan hasil positif
terhadap pencapaian tujuan, disebut sebagai manfaat (benefit).
Manfaat merupakan konsekuensi yang akan dapat menghindari
terwujudnya risiko, atau yang dapat meminimalkan biaya.
Konsekuensi yang tidak masuk dalam perhitungan, karen a

40
dianggap bernilai kecil atau tidak terlalu penting dalam anal isis
pencapaian tujuan, namun tetap memiliki pengaruh terhadap
pencapaian tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan sebagai
spillover atau externalities.

9. Kriteria (Criterion)

Suatu kriteria merupakan aturan standar pemeringkatan alternatif solusi


mengikuti tingkat preferensi pengambil keputusan. Kriteria menandakan
penempatan urutan alternatif solusi yang paling disukai. Secara logis,
kriteria merupakan tindakan yang sangat diperlukan dalam pengambilan
keputusan dengan baik. Prinsip pengambilan keputusan yang baik
adalah pemilihan alternatif dengan nilai analisis terbesar, dimana nilai
tersebut sudah menunjukkan kualitas informasi dan data, teknik-teknik
anal isis yang dipakai, tingkat kemungkinan solusi berhasil
menanggulangi masalah, dan beberapa elemen peristiwa lainnya. Kriteria
dengan demikian merupakan syarat normatif bagi pengambilan
keputusan yang harus dipenuhi. Kriteria dapat juga dikatakansebagai
indikator yang bersifat spesifik atas tujuan. Bila kita gunakan
penjelasan melalui grafik, maka tingkat kriteria memiliki hierarkhi;
paling rinci dan kongkrit, sedang tujuan memiliki tingkat; paling umum
dan abstrak.

10. Model (Model)

Model merupakan satu kumpulan proposisi atau rumus yang


memberikan gambaran sederhana beberapa aspek atau elemen
peristiwa dalam kehidupan kita. Model merupakan penggambaran
sederhana atas alam realitas, yang diwujudkan dalam bentuk
grafik, skema atau tabel. Model dibangun berdasarkan teori
dan paradigma yang seseorang anut. Namun teori tidak harus
disampaikan dalam bentuk model. Terdapat beberapa model dalam
ilmu sosial yang dapat digunakan untuk membantu proses penentuan
alternatif pilihan:

41
a. Model formal (formal mode!). Model yang memperlihatkan
relasi antar beberapa fenomena yang diamati. Contoh; rumus
matematika, diagram, atau tabel.
b. Model penilaian (judgemental mode!). Model ini dibangun
dari hasil proses deduksi dan pemikiran mendalam sang
pembuat. Bangun pemodelan ini mengikuti gaya pemikiran
dan persepsi yang dimiliki seseorang. Pendekatan
matematis atau statistik jarang, atau tidak pernah, dipakai
dalam pembangunan model penilaian.
c. Model kausal (causal models. Model yang dikembangkan
untuk merefleksikan hubungan causa-effect secara ketat.
Pemodelan ala analisis jalur (path analysis) merupakan contoh
dari model kausal.
d. Model korelasional (correlational models. Bangun
pemodelan 1111 mendekati model kausal. Perbedaan terletak
dari tidak begitu ketatnya prinsip causa-effect diterapkan.
Model ini tidak merefleksikan hubungan kausal antar
fenomena yang diamati, dimana satu elemen tidakdinilai
secara tegas mempengaruhi elemen lainnya. Dalam
statistik, kita mengenal pendekatan Structural Equation Model
(SEM) , yang merupakan alat untuk membangun pemodelan
hubungan kausal antar variabel menurut pandangan model
korelasional.
e. Model Stokastik (stochastic models. Model yang digunakan
untuk menstimulasi perilaku dari suatu sistem dalam kondisi
ketidakaturan atau acak. Kaj ian teori organisasi mengenal
model ini dalam bentuk pemodelan perilaku organisasi.
f. Model dinamis (dynamic mode!). Model yang digunakan
untuk menggambarkan proses dinamis dari variabel dalam
sebuah sistem. Dalam kajian manajemen, model perilaku
individu dan organisasi yang selalu berubah, dinamis,
seringkali digambarkan melalui pemodelan ini. Model

42
hubungan antara variabel kompensasi terhadap
tingkat produktivitas karyawan merupakan contoh dari
model ini.
g. Model statis-analisis (static analytic mode!). Pemodelan ini
menggunakan sejumlah pendekatan matematis dan simulasi
dalam penyelesaian masalah atau pencapaian tujuan. Model
ini menggunakan penyelesaian atas suatu masalah melalui
perhitungan numeris yang disandarkan pada metode
eksperimen. Contoh dari model ini adalah teknik
pemrograman garis lurus (linear programming ).
h. Model permainan peran atau model manusia-mesin (role
playing model or man-machine mode!). Prinsip dasar
pemodelan ini berangkat dari pandangan bahwa, para
pembuat keputusan dan juga seluruh elemen peristiwa
dalam rajutan sistem kehidupan merupakan hasil atau
simulasi dari tindakan manusia sebagai aktor utama
kehidupan. Manusia dan tindakan yang mereka lakukan
adalah pilar utama dari kehidupan. Dengan kata lain,
peristiwa-peristiwa masa depan yang akan terjadi dan
konsekuensi atas pilihan.
i. Model peramalan (estimation mode!). Dapat dikatakan
sebagai rangkuman dari seluruh ide yang terdapat pad a
seluruh model di atas.
11. Nilai (Value)

Istilah nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu. Nilai dapat


dikategorikan bersifat obyektif atau subyektif. Nilai yang memiliki
sifat subyektif terkait dengan nilai kepentingan. Sebagai contoh:
nilai dari manfaat masa depan yang akan didapat oleh pengambil
keputusan, atau nilai manfaat dari penerapan sistem pengolahan
Iimbah pabrik bagi masyarakat. Untuk tujuan anal isis
dalam proses pengambilan keputusan, nilai subyektif harus
diukur dalam bentuk skala. Pengukuran ini didasarkan pada

43
preferensi atau minat pengambiIan keputusan (kelompok
atau individu) terhadap sesuatu.

D. Tipe-tipe Keputusan

Para pakar manajemen dan teori organisasi pada umumnya


membagi pembuatan keputusan ke dalam dua kategori: keputusan
yang terprogram/ terstruktur dan keputusan tidak terprogram/ tidak
terstruktur. Untuk jenis keputusan yang kedua, terdapat beberapa
istilah yang sering dipergantikan, yaitu: keputusan dinamis, keputusan
atas tekanan konflik dan keputusan yang tidak dirancang. Tipe keputusan
ini pada urnumnya mengikuti tipe masalah yang dihadapi. Keberagaman
masalah dengan demikian akan menghasilkan keberagaman tipe
keputusan. Oleh karena itu, tipe-tipe masalah dan keputusan tidak dapat
dibedakan atas dasar satu kriteria atau kategorisasi. Sejumlah
kategorisasi keputusan dengan demikian akan diajukan, dimana setiap
tipe merupakan pandangan terhadap tipe keputusan atas dasar
pandangan multidimensi.

1. Tipe Keputusan Terprogram dan Tidak Terprogram

Keputusan terprogram/ terstruktur merupakan keputusan yang


bersifat rutin, terjadi berulang-ulang. Karakteristik dari jenis keputusan
ini sangat akurat, karena keputusan jenis ini merupakan perwujudan
kumulatif dari langkah­ langkah penyelesaian masalah yang terjadi
secara berulang. Keputusan ini memperlihatkan dengan jelas
hubungan antara variabel penyebab dengan variabel akibat/ hasil.
Alat pengambilan keputusan yang digunakan adalah kebiasaan,
tradisi, rutinitas, kaidah rutinitas, atau pedoman petunjuk pelaksana.
Sebuah standard operational procedure (SOP) yang dikeluarkan
organisasi merupakan contoh dari "kodifikasi" langkah sitematis
pengambilan keputusan berdasarkan atas kategori ini. Karakteristik
dari jenis keputusan ini dengan dcmikian menghadirkan tingkat risiko
dan bahaya yang rendah, atau bahkan tidak ada. Hal tersebut

44
didukung oleh asumsi tentang kondisi lingkungan kegiatan bisnis
yang dianggap relatif stabil dan bersifat "pasti", sehingga variabel
peristiwa dapat diprediksi dengan sempurna. Contoh dari keputusan ini
adalah: pembayaran gaji pegawai, listrik dan air, serta pembayaran
bulanan belanja bahan mentah ke pemasok.

Keputusan tidak terprogram merupakan kategori keputusan yang


berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kegiatan bisnis yang tidak
pasti dan sangat dinamis. Pengambil keputusan selalu dihadapkan pada
sejumlah masalah baru yang sulit diramalkan. Keputusan yang diambil
pada umumnya tidak didasarkan atas SOP yang sudah ada, atau
teknik-teknik pengambilan keputusan yang tersedia. Pengambilan
keputusan atas dasar kebiasaan, tradisi, atau rutinitas tidak masuk
dalam kamus. Kategori ini menghadirkan sejumlah peristiwa dan
masalah yang istimewa serta unik. Manajer selalu dituntut untuk
menunjukkan kinerja tertinggi dalam menerapkan ilmu dan terutama
sekali seni, pengambilan keputusan. Keputusan jenis ini tidak secara
eksplisit menunjukkan dengan jelas hubungan antar variabel penyebab
dan akibat. Pengambilan keputusan dengan demikian didasarkan pada
pandangan rasionalitas yang dibatasi, kreatifitas, inovasi dan intuisi.
Contoh: penyelesaian kasus unjuk rasa pegawai, atau penyelesaian
masalah kenaikan harga bahan baku prod uk yang terjadi secara tiba-
tiba.

Kedua tipe atau kategorisasi pengambilan keputusan tersebut


dirangkum dalam tabel 1. Dari tabel I, kita dapatkan gambaran
menarik tentang perbandinganategorisasi pengambilan keputusan,
dimulai dari perbandingan karakteristik sampai nilai keputusannya.
Namun demikian, jenis keputusan yang sering didiskusikan dalam
sejumlah buku teks teori organisasi, perilaku organisasi, maupun
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, tidak secara khusus
membahas faktor apa yang mendorong manajer dan organisasi
mengambil keputusan. Nampaknya kategorisasi yang selama ini
diajukan belum tepat menggambarkan tipe sebenarnya dari

45
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, bagian ini ditujukan untuk
mendiskusikan tentang jenis pengambilan keputusan yang mencerminkan
"the real type of decision-making".

Tabel Perbandingan Tipe Keputusan

TIDAK
PERBANDINGAN TERSTRUKTUR
TERSTRUKTUR

Karakteristik Rutinitas, berulang- ulang Baru, tidak berulang,


jarang terjadi
Korelasi antar variabel Terlihat jelas Sulit dicari hubungan
Kehadiran SOP Selalu ada Jarang ada
Teknik pengambilan Kebiasaan, tradisi, rutinitas Kreatifitas, inovasi,
keputusan intuisi
Sangat dinamis,
Asumsi lingkungan Relatif stabil, statis
bergejolak

Asumsi manusia Perfectly rational man Bounded rationality


man
Tingkat risiko Rendahl kecil, mendekati Cenderung tinggil
tidak ada besar
Sifat peristiwa Mudah diramalkan Sulit diramalkan
Pandangan yang dianut Cenderung rational Cenderung bounded
rationality
Nilai keputusan Mendekati akurat Sulit dinilai dengan
pasti

2. Tipe Keputusan Atas Dorongan Pencapaian dan Tarikan


Lingkungan
Perbedaan utama antara manajer yang buruk dengan manajer yang
berkualitas adalah eara pan dang tentang laba. Manajer yang buruk
masih berpikir pada tahap bagaimana perusahaan akan meraih (how
to obtain/ achieve) laba yang tinggi. Sedang manajer yang berkualitas
sudah melampaui tahap tersebut dan berpindah ke tahap bagaimana
perusahaan dapat menciptakan (how to create) laba yang tinggi. Antara
cara pan dang meraih dan menciptakan laba terdapat kesenjangan

46
yang sangat besar. Cara pandang tersebut juga mempengaruhi
manajer dalam menentukan jenis pengambilan keputusan yang diambil.
Bila kaidah kausal kita gunakan, maka pandangan meraih laba
merupakan "akibat" dari "penyebab" lingkungan. Artinya cara pandang
tersebut merupakan pencerminan pengambilan keputusan yang
lebih cenderung ditarik oleh perubahan lingkungan bisnis. Cara
pandang ini juga seolah menunjukkan kepasifan dari pengambil
keputusan. Pengambilan keputusan atas dasar cara pandang ini
berangkat dari terdapatnya sesuatu yang harus diselesaikan dan
terdapatnya masalah yang harus dipecahkan. Sesuatu yang harus
diselesaikan menyiratkan keberadaan karakteristik: rutinitas, maupun
tidak. Sedang masalah yang harus diselesaikan menandakan bahwa
keputusan muncul seolah "ditarik" oleh kekuatan lingkungan. Dengan
demikian, keputusan yang muncul dapat bersifat, terprogram atau
tidak terprogram. Sebagai contoh: pembayaran uang sewa gedung,
kerusakan mesin produksi secara tiba-tiba, atau pemogokkan
karyawan. Cara pandang yang lebih cenderung "dibentuk" oleh
lingkungan menghasilkan tipe pengambilan keputusan yang diistilahkan
sebagai "pen gam­ bilan keputusan yang ditarik kekuatan lingkungan
(environmental pulled decision-making)". Untuk tipe pertama ini,
pertanyaan yang diajukan kala hendak melakukan proses
pengambilan keputusan adalah: mengapa timbul masalah (why),
bagaimana masalah akan diselesaikan (how) dan siapa yang akan
menyelesaikan (who).
Bila pada masa lalu kebanyakan manajer masih merasa tenang tentang
"hanya meraih pangsa pasar, meraih konsumen dan meraih laba",
maka sekarang mereka harus proaktif menciptakan itu semua.
Pengambilan keputusan yang dilakukan dengan demikian lebih
bernuansa inovatif, visioner, sekaligus menciptakan nilai. Penciptaan
nilai dengan demikian merupakan konsep mendasar yang
menunjukkan posisi organisasi sebagai mesin pencipta uang.
Keputusan yang diarnbil oleh Bill Gates sebagai pendiri Microsoft

47
sebagai eontoh, merupakan contoh dari keputusan yang merubah
lingkungan. Dia bersama para manajernya tidak pernah berpikir untuk
dirubah atau dipengaruhi lingkungan, namun mereka selalu berpikir:
"bagaimana kita dapat merubah lingkungan". Cara pandang ini
merupakan pemikiran yang dimiliki oleh para entrepreneur sejati dan
tentunya tipe pengambilan keputusan yang diambil juga berbeda.
Keputusan untuk menciptakan pasar baru, keputusan untuk
menciptakan cara pandang baru melalui met ode periklanan, keputusan
untuk melakukan investasi atas teknologi baru dan keputusan rutin untuk
menciptakan model manajemen baru, adalah contoh-contoh dari tipe
keputusan kedua. Thomas Alfa Edison dapat dikatakan sebagai salah
satu contoh yang baik tentang pengambil keputusan yang selalu
menentukan keputusan untuk merubah lingkungan. Para real visio-
entrepreneur selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: apa
tujuan selanjutnya, apa yang harus diciptakan (what), mengapa penting
untuk menciptakan (why), bagaimana cara untuk mewujudkan (how) dan
kapan harus segera mewujudkan (when). Sebagaimana tipe pertama, maka
tipe kedua ini juga memiliki keputusan yang terprogram dan tidak terprogram.
Istilah yang digunakan untuk keputusan tipe kedua adalah "pengambilan
keputusan yang didorong oleh pencapaian tujuan (achievement (of vision,
mission, objective) pushed! driven decision-making).
Hakekat dari kedua tipe tersebut adalah mencari alternatif solusi yang dapat
menyelesaikan masalah serta menjawab sejumlah pertanyaan yang
muncul dalam pemenuhan keinginan. Dimana keduanya dapat dikatakan
sebagai bagian dari "kecenderungan pilihan untuk menentukan jenis
keputusan". Model hubungan yang dikembangkan untuk dua tipe keputusan
tersebut adalah:
a) Model pengambilan keputusan atas dorongan pencapaian kebutuhan
b) Model pengambilan keputusan atas tarikan lingkungan

Baik tipe pertama maupun kedua, keduanya dapat dikatakan sebagai


tipe rangkuman atas dua jenis keputusan yang telah kita kenaI, dengan
perbedaan terletak pada penggunaan istilah yang lebih merangkum

48
dan merinei kategorisasi keputusan. Singkatnya, dua tipe baru tersebut
membagi pengambilan keputusan ke dalarn dua kategori yang ditentukan
oleh tindakan: peneapaian tujuan (proactive action! decision-making) dan
penyelesaian masalah karena faktor lingkungan (defensive action! decision-
making). Adapun beberapa istilah asing yang muneul dalam tabel di atas
akan didiskusikan pada bagian-bagian selanjutnya.

49

Anda mungkin juga menyukai