TEORI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3
A. Pendahuluan
30
Manusia selalu dihadapkan pada masalah. Pencapaian kebutuhan
dan keinginan, visi dan misi menghasilkan masalah tentang bagaimana
(how to) memuaskan kebutuhan dan keinginan, bagaimana mewujudkan
visi dan rmsi. Pencapaian tujuan selalu menghasilkan pertanyaan: what,
how, why, who, when, dan sejumlah pertanyaan lainnya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut menyiratkan terdapatnya masalah yang harus
dituntaskan, bila keinginan hendak diwujudkan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut memerlukan jawaban tindakan nyata, dimana
tindakan muncul kemudian setelah seseorang menentukan pilihan atas
satu alternatif jawaban terbaik.
31
Adapun tujuan dari dibangunnya teori pengambilan keputusan
adalah membantu terwujudnya kondisi pemaksimuman harapan
(maximizing expectations). Tujuan ini dapat pula dimasukkan sebagai salah
satu asumsi dari bangun teori pengambilan keputusan. Harapan atas
setiap keputusan ditentukan oleh setiap hasil yang potensial (potential
outcome) dari seluruh nilai yang merupakan bagian dari setiap
konsekuensi logis atau konsekuensi yang mungkin terjadi (possible
consequence) dari tindakan tertentu. Jika suatu tindakan hendak
dilaksanakan dengan tuntas, maka probabilitas dari peristiwa yang relevan
akan ditentukan. Penentuan dari nilai probabilitas dengan demikian
mengikuti gambaran tindakan yang akan dilaksanakan. Pengambilan
keputusan yang akan mewujudkan hasil yang diharapkan paling
maksimum (maximum expectation) akan dipilih dan dilaksanakan.
Pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang akan selalu dikaitkan
dengan peraihan hasil yang paling maksimum. Nilai maksimum ini
merupakan nilai harapan yang dikaitkan dengan peluang terjadinya
peristiwa yang diharapkan tersebut. Bila peristiwa yang diharapkan tidak
terjadi, maka masalah atau risiko akan muncul. Teori pengambilan
keputusan berusaha meminimalkan risiko yang akan muncul, yang kelak
akan dihadapi oleh pembuat keputusan.
Seluruh bangun teori atau model, baik dalam ilmu alam, hayati,
sosial maupun humaniora, selalu memiliki sejumlah asumsi. Asumsi
dibangun untuk menye-derhanakan kerumitan alam realitas dalam bangun
sebuah "alam artifisal", teori dan model. Begitu pula halnya dengan teori
dan model pengambilan keputusan. Beberapa asumsi diajukan untuk
mempermudah pemahaman kita akan landasan filosofis, konsep dan
proposisi yang membangun sebuah teori. Asumsi-asumsi yang terdapat
pada teori pengambilan keputusan disebutkan sebagai berikut:
32
5. Pengambilan keputusan mencari informasi yang relevan dan bernilail
berkualitas untuk menghasilkan sejumlah kriteria
6. Kriteria yang dihasilkan dipakai untuk menghasilkan sejumlah alternatif
solusi
7. Pengambilan keputusan menilai kesesuaian setiap kriteria dengan
setiap alternatif solusi yang berbeda
8. Penilaian menghasilkan skor dari setiap alternatif
9. Seleksi dilakukan dengan memilih alternatif solusi yang memiliki skor
tertinggi
10. Keputusan diambil melalui langkah sistematis penilaian setiap alternatif
33
C. Konsep-konsep Dalam Pengambilan Keputusan
34
keputusan menawarkan prosedur yang sederhana secara konseptual untuk
memilih sejumlah alternatif, konsekuensi, dan hubungan yang terbentuk
antara alternatif dan konsekuensi dari pemilihan alternatif. Dalam pengambilan
keputusan atas kondisi kepastian, preferensi pengambil keputusan
dibentuksimulasikan oleh sebuah atribut tunggal atau fungsi nilai
multiatribut (multiattribute value junction), yang memperlihatkan rangkaian
teratur dan jelas sejumlah konsekuensi dan karenanya juga
memperlihatkan peringkat dari sejumlah alternatif. Teori keputusan atas
kondisi berisiko didasarkan pada konsep nilai manfaatl utilitas (utility), Dalam
kondisi tersebut, preferensi dari pengambil keputusan terhadap sejumlah
konsekuensi yang bernilai mutually exclusive dari sebuah alternatif
digambarkan melalui fungsi utilitas (utility junction), yang mempermudah
perhitungan dari nilai manfaatl utilitas yang diharapkan (expected utility) untuk
setiap alternatif. Alternatif solusi dengan nilai utilitas yang diharapkan tertinggi
dipertimbangkan sebagai alternatifyang paling disukai.
35
Konsep-konsep penting tersebut dijelaskan secara singkat di bawah ini.
2. Tujuan (Objective)
36
yang rumit (lihat kembali bagian masalah dan pengambilan
keputusan). Tujuan dapat dirinci ke dalam bentuk tingkatan
tujuan; umurn, abstrak, spesifik, penting, kurang penting. Bila tujuan
sudah dirinci, maka kita gunakan istilah kriteria. Seorang pengambil
keputusan dapat memiliki lebih dari satu tujuan (multiple objectives).
Kondisi terdapatnya lebih dari satu tujuan menimbulkan pemilihan
tujuan atas dasar peringkat. Kebijakan untuk melakukan peringkat
ini merupakan kewajaran, karena sifat dari tujuan berubah menjadi
kompetitif (competitive objectives) begitu terdapat lebih dari satu
tujuan.
3. Hambatan/Rintangan/Batasan (Constraint)
37
alokasi tenaga kerja merupakan batasan yang bersifat elastis,
dapat "dikontrol" jumlahnya. Selain itu, batasan juga dikaitkan
dengan jangka waktu kegiatan bisnis.
4. Ketidakpastian (Uncertainty)
38
tepat, dan hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Sedang risiko
merupakan peristiwa yang muncul dari ketidakpastian, dimana
tingkat distribusi probabilitasnya dapat diketahui dengan pasti.
Pada kedua situasi, terdapat peristiwa acak yang tidak dapat
dikontrol (uncontrollable random events). Pada kasus risiko, peristiwa
acak tersebut muncul dari distribusi peluang yang telah diketahui
sebelumnya. Sedang pada ketidakpastian, peristiwa acak terse but
tidak dapat diketahui.
5. Risiko (Risk)
39
dan keinginan manusia. lstilah, tepatnya konsep, utilitas selalu
dikaitkan dengan fungsi kemakmuran, yang menghubungkan
antara nilai manfaat dari barang dan jasa dengan tingkat konsumsi
atas barang dan jasa tersebut. Dalam teori pengambilan
keputusan, nilai manfaat merupakan pengukuran tingkat preferensi
atau tingkat menyenangi (desirability) sejumlah konsekuensi dari
sejumlah tindakan tertentu yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan dalam kondisi ketidakpastian yang menghasilkan risiko,
dimana tingkat probabilitas atas setiap konsekuensi telah diketahui
dan ditetapkan.
7. Optimisasi (Optimization)
8. Konsekuensi (Consequences)
40
dianggap bernilai kecil atau tidak terlalu penting dalam anal isis
pencapaian tujuan, namun tetap memiliki pengaruh terhadap
pencapaian tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan sebagai
spillover atau externalities.
9. Kriteria (Criterion)
41
a. Model formal (formal mode!). Model yang memperlihatkan
relasi antar beberapa fenomena yang diamati. Contoh; rumus
matematika, diagram, atau tabel.
b. Model penilaian (judgemental mode!). Model ini dibangun
dari hasil proses deduksi dan pemikiran mendalam sang
pembuat. Bangun pemodelan ini mengikuti gaya pemikiran
dan persepsi yang dimiliki seseorang. Pendekatan
matematis atau statistik jarang, atau tidak pernah, dipakai
dalam pembangunan model penilaian.
c. Model kausal (causal models. Model yang dikembangkan
untuk merefleksikan hubungan causa-effect secara ketat.
Pemodelan ala analisis jalur (path analysis) merupakan contoh
dari model kausal.
d. Model korelasional (correlational models. Bangun
pemodelan 1111 mendekati model kausal. Perbedaan terletak
dari tidak begitu ketatnya prinsip causa-effect diterapkan.
Model ini tidak merefleksikan hubungan kausal antar
fenomena yang diamati, dimana satu elemen tidakdinilai
secara tegas mempengaruhi elemen lainnya. Dalam
statistik, kita mengenal pendekatan Structural Equation Model
(SEM) , yang merupakan alat untuk membangun pemodelan
hubungan kausal antar variabel menurut pandangan model
korelasional.
e. Model Stokastik (stochastic models. Model yang digunakan
untuk menstimulasi perilaku dari suatu sistem dalam kondisi
ketidakaturan atau acak. Kaj ian teori organisasi mengenal
model ini dalam bentuk pemodelan perilaku organisasi.
f. Model dinamis (dynamic mode!). Model yang digunakan
untuk menggambarkan proses dinamis dari variabel dalam
sebuah sistem. Dalam kajian manajemen, model perilaku
individu dan organisasi yang selalu berubah, dinamis,
seringkali digambarkan melalui pemodelan ini. Model
42
hubungan antara variabel kompensasi terhadap
tingkat produktivitas karyawan merupakan contoh dari
model ini.
g. Model statis-analisis (static analytic mode!). Pemodelan ini
menggunakan sejumlah pendekatan matematis dan simulasi
dalam penyelesaian masalah atau pencapaian tujuan. Model
ini menggunakan penyelesaian atas suatu masalah melalui
perhitungan numeris yang disandarkan pada metode
eksperimen. Contoh dari model ini adalah teknik
pemrograman garis lurus (linear programming ).
h. Model permainan peran atau model manusia-mesin (role
playing model or man-machine mode!). Prinsip dasar
pemodelan ini berangkat dari pandangan bahwa, para
pembuat keputusan dan juga seluruh elemen peristiwa
dalam rajutan sistem kehidupan merupakan hasil atau
simulasi dari tindakan manusia sebagai aktor utama
kehidupan. Manusia dan tindakan yang mereka lakukan
adalah pilar utama dari kehidupan. Dengan kata lain,
peristiwa-peristiwa masa depan yang akan terjadi dan
konsekuensi atas pilihan.
i. Model peramalan (estimation mode!). Dapat dikatakan
sebagai rangkuman dari seluruh ide yang terdapat pad a
seluruh model di atas.
11. Nilai (Value)
43
preferensi atau minat pengambiIan keputusan (kelompok
atau individu) terhadap sesuatu.
D. Tipe-tipe Keputusan
44
didukung oleh asumsi tentang kondisi lingkungan kegiatan bisnis
yang dianggap relatif stabil dan bersifat "pasti", sehingga variabel
peristiwa dapat diprediksi dengan sempurna. Contoh dari keputusan ini
adalah: pembayaran gaji pegawai, listrik dan air, serta pembayaran
bulanan belanja bahan mentah ke pemasok.
45
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, bagian ini ditujukan untuk
mendiskusikan tentang jenis pengambilan keputusan yang mencerminkan
"the real type of decision-making".
TIDAK
PERBANDINGAN TERSTRUKTUR
TERSTRUKTUR
46
yang sangat besar. Cara pandang tersebut juga mempengaruhi
manajer dalam menentukan jenis pengambilan keputusan yang diambil.
Bila kaidah kausal kita gunakan, maka pandangan meraih laba
merupakan "akibat" dari "penyebab" lingkungan. Artinya cara pandang
tersebut merupakan pencerminan pengambilan keputusan yang
lebih cenderung ditarik oleh perubahan lingkungan bisnis. Cara
pandang ini juga seolah menunjukkan kepasifan dari pengambil
keputusan. Pengambilan keputusan atas dasar cara pandang ini
berangkat dari terdapatnya sesuatu yang harus diselesaikan dan
terdapatnya masalah yang harus dipecahkan. Sesuatu yang harus
diselesaikan menyiratkan keberadaan karakteristik: rutinitas, maupun
tidak. Sedang masalah yang harus diselesaikan menandakan bahwa
keputusan muncul seolah "ditarik" oleh kekuatan lingkungan. Dengan
demikian, keputusan yang muncul dapat bersifat, terprogram atau
tidak terprogram. Sebagai contoh: pembayaran uang sewa gedung,
kerusakan mesin produksi secara tiba-tiba, atau pemogokkan
karyawan. Cara pandang yang lebih cenderung "dibentuk" oleh
lingkungan menghasilkan tipe pengambilan keputusan yang diistilahkan
sebagai "pen gam bilan keputusan yang ditarik kekuatan lingkungan
(environmental pulled decision-making)". Untuk tipe pertama ini,
pertanyaan yang diajukan kala hendak melakukan proses
pengambilan keputusan adalah: mengapa timbul masalah (why),
bagaimana masalah akan diselesaikan (how) dan siapa yang akan
menyelesaikan (who).
Bila pada masa lalu kebanyakan manajer masih merasa tenang tentang
"hanya meraih pangsa pasar, meraih konsumen dan meraih laba",
maka sekarang mereka harus proaktif menciptakan itu semua.
Pengambilan keputusan yang dilakukan dengan demikian lebih
bernuansa inovatif, visioner, sekaligus menciptakan nilai. Penciptaan
nilai dengan demikian merupakan konsep mendasar yang
menunjukkan posisi organisasi sebagai mesin pencipta uang.
Keputusan yang diarnbil oleh Bill Gates sebagai pendiri Microsoft
47
sebagai eontoh, merupakan contoh dari keputusan yang merubah
lingkungan. Dia bersama para manajernya tidak pernah berpikir untuk
dirubah atau dipengaruhi lingkungan, namun mereka selalu berpikir:
"bagaimana kita dapat merubah lingkungan". Cara pandang ini
merupakan pemikiran yang dimiliki oleh para entrepreneur sejati dan
tentunya tipe pengambilan keputusan yang diambil juga berbeda.
Keputusan untuk menciptakan pasar baru, keputusan untuk
menciptakan cara pandang baru melalui met ode periklanan, keputusan
untuk melakukan investasi atas teknologi baru dan keputusan rutin untuk
menciptakan model manajemen baru, adalah contoh-contoh dari tipe
keputusan kedua. Thomas Alfa Edison dapat dikatakan sebagai salah
satu contoh yang baik tentang pengambil keputusan yang selalu
menentukan keputusan untuk merubah lingkungan. Para real visio-
entrepreneur selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan: apa
tujuan selanjutnya, apa yang harus diciptakan (what), mengapa penting
untuk menciptakan (why), bagaimana cara untuk mewujudkan (how) dan
kapan harus segera mewujudkan (when). Sebagaimana tipe pertama, maka
tipe kedua ini juga memiliki keputusan yang terprogram dan tidak terprogram.
Istilah yang digunakan untuk keputusan tipe kedua adalah "pengambilan
keputusan yang didorong oleh pencapaian tujuan (achievement (of vision,
mission, objective) pushed! driven decision-making).
Hakekat dari kedua tipe tersebut adalah mencari alternatif solusi yang dapat
menyelesaikan masalah serta menjawab sejumlah pertanyaan yang
muncul dalam pemenuhan keinginan. Dimana keduanya dapat dikatakan
sebagai bagian dari "kecenderungan pilihan untuk menentukan jenis
keputusan". Model hubungan yang dikembangkan untuk dua tipe keputusan
tersebut adalah:
a) Model pengambilan keputusan atas dorongan pencapaian kebutuhan
b) Model pengambilan keputusan atas tarikan lingkungan
48
dan merinei kategorisasi keputusan. Singkatnya, dua tipe baru tersebut
membagi pengambilan keputusan ke dalarn dua kategori yang ditentukan
oleh tindakan: peneapaian tujuan (proactive action! decision-making) dan
penyelesaian masalah karena faktor lingkungan (defensive action! decision-
making). Adapun beberapa istilah asing yang muneul dalam tabel di atas
akan didiskusikan pada bagian-bagian selanjutnya.
49