Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MIKROPALEONTOLOGI

1. Jelaskan (dengan gambar + yg lain) tentang Faunal succession, Korelasi

& Uniformitarianism!

 Faunal Succession (Abble Giraud-Soulavie, 1778)

Pada setiap lapisan yang berbeda umur geologinya akan

ditemukan fosil yang berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan Fosil

yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya.

Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan digantikan (terlindih) dengan fosil

yang ada sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda (karena evolusi).

Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi dalam

lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.

 Korelasi
Proses menentukan strata sedimen mana yang berumur sama

tetapi terpisah secara geografis. Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan

pembalikan polaritas magnet, jenis batuan, rangkaian batuan unik, atau indeks

fosil. Ada empat jenis utama korelasi: stratigrafi, litostratigrafi, kronostratigrafi,

dan biostratigrafi.

 Uniformitarianism (James Hutton, 1785)

Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa

geologi lampau dikontrol oleh hukum- hukum alam yang mengendalikan peristiwa

pada masa kini. Hukum ini lebih dikenal dengan semboyannya yaitu “The Present

is the key to the past.” Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang

terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa

lampau.

2. Buat bagan ilustrasi ttg hubungan produk berupa suatu singkapan

batuan dg proses dan paleosedimentarynya!


Singkapan batuan merupakan hasil dari proses geologi yang kompleks dan

dapat memberikan informasi tentang paleosedimentasi dan sejarah geologi suatu

daerah. Hubungan antara produk berupa suatu singkapan batuan dengan proses dan

paleosedimentarynya dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Proses sedimentasi: Singkapan batuan dapat memberikan

informasi tentang proses sedimentasi yang terjadi di suatu daerah.

Karakteristik batuan seperti ukuran butir, bentuk, dan orientasi butir dapat

mengindikasikan sifat lingkungan pengendapan, seperti kecepatan arus air

atau angin, kedalaman air, dan jarak dari sumber sedimen.

• Diagenesis: Singkapan batuan juga dapat memberikan

informasi tentang proses diagenesis yang terjadi pada sedimen. Diagenesis

adalah proses perubahan sedimen menjadi batuan sedimen melalui pengaruh

tekanan, suhu, dan reaksi kimia. Karakteristik batuan seperti kepadatan,

porositas, dan permeabilitas dapat memberikan petunjuk tentang proses

diagenesis yang terjadi pada sedimen.

• Metamorfisme: Singkapan batuan metamorfik dapat

memberikan informasi tentang proses metamorfisme yang terjadi pada batuan

sedimen atau batuan beku. Metamorfisme adalah proses perubahan batuan

yang terjadi akibat pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi. Karakteristik

batuan metamorfik seperti tekstur, mineralogi, dan struktur dapat memberikan

petunjuk tentang jenis dan intensitas metamorfisme yang terjadi pada batuan.

• Magmatisme: Singkapan batuan beku dapat memberikan

informasi tentang proses magmatisme yang terjadi di suatu daerah.

Magmatisme adalah proses pembentukan batuan beku melalui pendinginan


magma atau lava. Karakteristik batuan beku seperti tekstur, mineralogi, dan

struktur dapat memberikan petunjuk tentang jenis dan kondisi pembentukan

magma atau lava.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa singkapan batuan dapat

memberikan informasi yang berharga tentang proses geologi yang terjadi di suatu

daerah, termasuk proses sedimentasi, diagenesis, metamorfisme, dan magmatisme.

Karakteristik batuan seperti ukuran butir, bentuk, orientasi butir, kepadatan, porositas,

permeabilitas, tekstur, mineralogi, dan struktur dapat memberikan petunjuk tentang

sifat lingkungan pengendapan, jenis dan intensitas proses geologi, dan kondisi

pembentukan batuan

3. Buat tabel ttg berbagai lingkungan pengendapan!


4. Jelaskan ttg ekologi-para ekologi-paleoekologi, khususnya hubungannya

dg faktor2 yg mempengaruhi keberadaan Foram dan fosil Foram (insitu &

transported/rework fosil)!

Ekologi, para ekologi, dan paleoekologi adalah bidang ilmu yang berfokus

pada studi interaksi antara organisme dan lingkungannya. Ekologi Foraminifera

adalah kelompok organisme mikroskopis berbentuk cangkang yang hidup di

lingkungan perairan, khususnya di lautan. Paraekologi adalah cabang ilmu yang

mempelajari interaksi antara berbagai spesies organisme dalam suatu komunitas

atau ekosistem. Dalam konteks Foram, ini dapat merujuk pada interaksi antara

berbagai spesies Foram dalam lingkungan yang sama. Mungkin ada persaingan

untuk sumber daya, seperti makanan atau ruang hidup.

Paleoekologi adalah studi tentang ekologi organisme yang telah punah melalui

catatan fosil mereka. Foraminifera sering ditemukan dalam catatan fosil karena

cangkang mereka yang keras dan tahan lama. Fosil Foram dapat memberikan

informasi berharga tentang kondisi lingkungan di masa lalu, seperti suhu,

kedalaman laut, dan salinitas air. Hubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi fosil Foram meliputi:

1) Preservasi: Fosil Foram dapat terjadi dalam keadaan baik (insitu) atau

dapat diangkut (reworked) oleh proses geologis seperti erosi dan

sedimentasi. Preservasi yang baik dapat memberikan informasi yang lebih

akurat tentang lingkungan masa lalu.

2) Penafsiran Paleolingkungan: Fosil Foram insitu dapat memberikan

petunjuk tentang kondisi lingkungan masa lalu di mana mereka hidup.

Fosil Foram yang diangkut dapat memberikan informasi tentang

perubahan geologis dan lingkungan seiring waktu.


Dalam studi paleoekologi, penting untuk memahami proses geologis yang

mungkin menghasilkan fosil Foram yang diangkut (reworked fossils) untuk

membedakan antara fosil yang mewakili lingkungan asli dan yang berasal dari

lingkungan yang berbeda dalam catatan geologi.

5. Sebutkan syarat fosil Foram bisa digunakan sebagai fosil indikator!

a. Abundansi dan Distribusi yang Signifikan: Fosil Foram harus hadir dalam

jumlah yang cukup besar dalam catatan geologi dan memiliki distribusi yang

luas. Ini penting agar dapat memberikan gambaran yang representatif tentang

lingkungan di masa lalu.

b. Konsistensi dalam Habitat: Fosil Foram yang digunakan sebagai indikator

harus memiliki preferensi habitat yang konsisten. Artinya, mereka harus

menghuni lingkungan tertentu yang dapat diidentifikasi dengan jelas, seperti

perairan dalam, perairan dangkal, air hangat, atau air dingin.

c. Sensitivitas terhadap Faktor Lingkungan Tertentu: Fosil Foram harus responsif

terhadap perubahan dalam faktor-faktor lingkungan yang ingin diidentifikasi.

Misalnya, beberapa spesies Foram mungkin lebih sensitif terhadap perubahan

suhu air, sementara yang lain mungkin lebih terpengaruh oleh perubahan

salinitas atau ketersediaan makanan.

d. Toleransi Terbatas terhadap Transportasi dan Rekristalisasi: Fosil Foram harus

dapat bertahan dalam kondisi fosil dan tidak mengalami kerusakan berlebihan

akibat proses transportasi atau rekristalisasi (perubahan kimia dalam fosil). Ini

penting agar fosil tersebut tetap merepresentasikan kondisi lingkungan asli.

e. Hubungan dengan Isotop dan Data Lingkungan Lainnya: Fosil Foram yang

digunakan sebagai indikator sering kali dikaitkan dengan analisis isotop

(misalnya, analisis isotop oksigen dan karbonat) dan data lingkungan lainnya.
Ini memungkinkan peneliti untuk mengonfirmasi hubungan antara fosil dan

kondisi lingkungan tertentu.

6. Di lingk.spt apa & jenis batuan apa fosil2 ini dapat ditemukan

(Diatomae, Nannoplankton, Polen-spora dan Radiolaria)

a. Diatom (Diatomae)

i. Lingkungan: Diatom hidup di berbagai lingkungan air,

termasuk air tawar, air payau, dan air laut. Mereka paling

melimpah di perairan yang kaya nutrien dan matahari.

ii. Jenis Batuan: Fosil diatom biasanya ditemukan dalam sedimen

dan batuan endapan laut atau danau, seperti sedimen abu

vulkanik, sedimen danau, dan sedimen laut. Mereka dapat

ditemukan dalam batu sedimen yang mengandung banyak

bahan organik.

b. Nannoplankton (Nannoplankton)

i. Lingkungan: Nannoplankton adalah organisme mikroskopis

yang mengapung di air laut dan merupakan bagian dari

fitoplankton. Mereka hidup di lautan.

ii. Jenis Batuan: Fosil nannoplankton biasanya ditemukan dalam

batuan sedimen laut seperti batugamping (limestone) dan shale.

Mereka juga dapat ditemukan dalam batuan sedimen yang

mengandung fosil mikro lainnya.

c. Polen dan Spora (Pollen-Spore)

i. Lingkungan: Polen dan spora adalah struktur reproduksi

tanaman yang tersebar di berbagai lingkungan darat, termasuk


hutan, padang rumput, dan vegetasi lainnya.

ii. Jenis Batuan: Fosil polen dan spora ditemukan dalam batuan

sedimen darat seperti shale, batugamping, dan batuan sedimen

lainnya yang berasal dari lingkungan terestrial. Mereka juga

dapat ditemukan dalam lapisan abu vulkanik.

d. Radiolaria (Radiolaria)

i. Lingkungan: Radiolaria adalah organisme laut mikroskopis

yang hidup di perairan laut dalam. Mereka mengapung di kolom

air dan memiliki kerang berbentuk spiral yang indah.

ii. Jenis Batuan: Fosil radiolaria biasanya ditemukan dalam

sedimen laut dalam seperti chert, radiolarit, dan shale. Fosil ini

sering ditemukan dalam batuan yang telah mengalami

pengkristalan tinggi.

7. Jelaskan tentang penggunaan fosil Foram.Planktonik & Foram Bentonik

u/ penentuan umur & lingk.pengendapan!

Fosil Foram dapat digunakan untuk menentukan umur dan lingkungan

pengendapan batuan. Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan fosil Foram

Planktonik dan Foram Bentonik untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan:

1. Penggunaan Fosil Foram Planktonik untuk Penentuan Umur dan

Lingkungan Pengendapan

- Fosil Foram Planktonik dapat digunakan untuk menentukan

umur relatif batuan. Kandungan Foram Planktonik pada batuan dapat

dijadikan acuan untuk membagi batuan menjadi zona-zona biostratigrafi.


- Foram Planktonik juga dapat digunakan untuk menentukan

lingkungan pengendapan batuan. Beberapa spesies Foram Planktonik hanya

hidup di lingkungan laut tertentu, sehingga keberadaannya pada batuan dapat

menunjukkan lingkungan pengendapan batuan tersebut.

2. Penggunaan Fosil Foram Bentonik untuk Penentuan Umur dan Lingkungan

Pengendapan

- Fosil Foram Bentonik dapat digunakan untuk menentukan umur relatif

batuan. Kandungan Foram Bentonik pada batuan dapat dijadikan acuan untuk

membagi batuan menjadi zona-zona biostratigrafi.

- Foram Bentonik juga dapat digunakan untuk menentukan lingkungan

pengendapan batuan. Beberapa spesies Foram Bentonik hanya hidup di lingkungan

laut tertentu, sehingga keberadaannya pada batuan dapat menunjukkan lingkungan

pengendapan batuan tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fosil Foram Planktonik dan

Bentonik dapat digunakan untuk menentukan umur relatif batuan dan lingkungan

pengendapan batuan. Kandungan Foram Planktonik dan Bentonik pada batuan dapat

dijadikan acuan untuk membagi batuan menjadi zona-zona biostratigrafi dan

menunjukkan lingkungan pengendapan batuan tersebut

Anda mungkin juga menyukai

  • Geology
    Geology
    Dokumen1 halaman
    Geology
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Georeg
    Georeg
    Dokumen1 halaman
    Georeg
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Geologi
    Sejarah Geologi
    Dokumen1 halaman
    Sejarah Geologi
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Migas
    Migas
    Dokumen22 halaman
    Migas
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Praktikum Geofis 1
    Praktikum Geofis 1
    Dokumen61 halaman
    Praktikum Geofis 1
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Kolom Stratigrafi
    Kolom Stratigrafi
    Dokumen1 halaman
    Kolom Stratigrafi
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Tuff
    Tuff
    Dokumen1 halaman
    Tuff
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Diagram Alir
    Diagram Alir
    Dokumen1 halaman
    Diagram Alir
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Ah Bingung
    Ah Bingung
    Dokumen1 halaman
    Ah Bingung
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Geologi Teknik
    Geologi Teknik
    Dokumen4 halaman
    Geologi Teknik
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat
  • Paleontologi
    Paleontologi
    Dokumen9 halaman
    Paleontologi
    Hanifah Hamna
    Belum ada peringkat