Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Hanifah Hamna Lidia

NIM : H1C021003
TUGAS : UTS Geologi Teknik

1A. Tentukan arah penyebaran perlapisan batuan sedimen (Sh, M, T), intrusi dolerite (D), dan
sesar (f)!

Gambar 1. Interpretasi persebaran litologi

Berdasarkan data yang ada pada peta, dapat diinterpretasikan bahwa penyebaran perlapisan
batuan sedimen shale (Sh), mudstone (M), dan tuff (T) adalah barat daya-timur laut. Untuk dolerite
(D) berarah barat daya-timur laut-tenggara mengikuti pola terobosan intrusinya. Interpretasi ini masih
belum akurat karena tidak adanya data kedudukan batuan berupa strike/dip dan batas kontak batuan

2B. Buat penampang topografi searah bendungan dan gambarkan model sebaran batuan dan
sesar pada arah penampang tersebut!

Gambar 3. Penampang sayatan A-B


Gambar 2. Sayatan A-B
3C. Jika dasar bendungan pada elevasi 60 mdpl dan kedalaman fondasi DAM 50 meter.
Apakah kehadiran perlapisan batuan dan sesar mempengaruhi kestabilan bendungan?
Berikan rekomendasi anda!

Pendapat: Kehadiran perlapisan batuan berjenis batuan sedimen (shale) dan sesar yang ada di
dekat bendungan tersebut sangat mempengaruhi kestabilan dari bendungan itu sendiri. Hal ini
dikarenakan lapisan batuan yang berupa batu lempung, batu lanauan dan serpih biasanya
mempunyai sifat yang tidak menguntungkan ditinjau dari aspek stabilitasnya, karena sifatnya yang
mudah lapuk sehingga akan tercipta lapisan atau zona lemah di fondasi. Fitur-fitur geologi struktur
berupa kekar, rekahan, atau zona lemah dapat terbentuk di dekat bendungan akibat keberadaan sesar
aktif di bawahnya. Kondisi struktur tersebut sangat mempengaruhi dari kestabilan bendungan

Rekomendasi: Investigasi dilakukan di awal untuk mengidentifikasi kondisi geologi di area yang
direncanakan untuk pembuatan bendungan. Apakah cocok atau tidak untuk dilakukannya
pembangunan bendungan. Pembangunan bendungan alangkah baiknya di atas basement yang kokoh
seperti batupasir-batuan beku/metamorf dan menghindari keberadaan sesar aktif. Lalu untuk upaya
mitigasi bendungan, perlu adanya upaya perbaikan fondasi yang dapat berupa grouting, parit halang
atau system drainasi, serta perbaikan pada permukaan fondasi.

2A. Tentukan berapa banyak set diskontinuitas yang hadir pada lereng batuan!

Gambar 4. Proyeksi kinematik pada lereng


Terdapat 3 set diskontinuitas yang hadir, set 2 (610, N 1260 E) sebagai set dominan, set 1
(600, N 3210 E), set 3 (750, N 1740 E) dengan arah muka lereng sebesar 70°/N 140° E, friction angle
300, dan lateral limit 20.

2B. Jika di sepanjang bukaan jalan akan terbentuk lereng, tentukan arah lereng yang paling
optimal (nayatakan dalam dip direction (arah kemiringan)!

Arah lereng yang paling optimal setelah dilakukannya optimalisasi arah ekskavasi adalah N
400 E, dengan persentase jenis longsoran planar slide sebesar 2,5%, planar no limit 5%, wedge
sliding 13,36, flexural toppling 0%, direct toppling 8,33%, dan oblique toppling 6,79%

2C. Jika telah terdapat bukaan lereng berarah 70°/N140°E, berikan evaluasi potensi tipe
longsoran batuan yang dapat terjadi berdasarkan analisis kinematika!

Hasil analisis kinematik lereng berarah 70°/N 140° E, menunjukkan terdapat presentase
potensi terjadinya planar slide sebesar 22,5% dan planar slide (no limit) sebesar 27,5% dikarenakan
orientasi lereng dengan orientasi diskontinuitas dominan sejajar dan kemiringan diskontinuitas (set
1 dan set 2) lebih kecil dari kemiringan lereng. Lalu terdapat presentase potensi terjadinya wedge
slide sebesar 29,49% dikarenakan titik perpotongan antara JS 2 dan JS 3 terletak pada muka lereng.
Kemudian presentase potensi terjadinya toppling slide termasuk besar, karena orientasi
diskontinuitas dominan memiliki kemiringan yang berlawanan dengan kemiringan lereng, Adapun
potensi jenis toppling slide yang terjadi adalah direct toppling sebesar 7,31% dan oblique toppling
sebesar 2,69%. Potensi terbesar tipe longsoran yang dapat terjadi adalah wedge slide

Gambar 5. Planar slide Gambar 6. Planar slide (no limit)


Gambar 7. Wedge slide Gambar 8. Direct toppling dan oblique toppling

2D. Jika lereng berpotensi longsor, apakah optimasi lereng juga dapat dilakukan pada
analisis kinematika? Jika bisa, apa rekomendasi yang dapat anda berikan terkait geometri
lereng

Lereng berpotensi longsor, setelah dilakukan optimasi arah lereng, didapatkan arah lereng
paling rawan adalah N 140° E dan arah lereng paling aman N 220° E. Oleh karena itu, rekomendasi
yang saya berikan adalah dilakukannya berbagai rekayasa geoteknik terkait geometri lereng.
Optimalisasi ini dilakukan dengan perubahan geometri lereng tersebut, perubahan yang dilakukan
pertama yaitu pada kemiringan lereng yang disamakan pada setiap jenjang dengan memperbesar
kemiringan lereng dan mengurangi lebar jenjang agar barang material yang didapat menjadi lebih
banyak. Lalu dilakukan juga perubahan pada jenjang pertama yang diubah menjadi tiga jenjang
(benching) agar material yang diambil dapat lebih maksimal. Diharapkan penerapan rekomendasi
yang saya berikan dapat menjadikan lereng tersebut optimal.

Anda mungkin juga menyukai