Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEJARAH WAJIB

SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT

Kelompok 1 Majapahit
XI IPS 4:
Ridzqie Abdillah
Adrian Pradana Putra
Nasato Lezar Hisbatulloh
Muhammad Rafi Ramadhan
Aditya Firmansyah
Febryan Rosadi
Azi Reyhan Hermawan
Kafka Aisha Kinanti
Fauziyah Qothrun Nada
Elvira Auliya Putri
Rika Naisya
Salfa Sayidah Muslimah

SMAN 1 CIKARANG UTARA


KATA PENGANTAR

bismillahirohmanirohim.
Puji syukur Penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih sayang
dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Kerajaan
Majapahit” ini dengan baik dan tepat waktu.
Ditulisnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Wajib Kelas
XI. Maka Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Bapak Indrajaya Simatupang, S.Pd.
sebagai guru mata pelajaran Sejarah Wajib di kelas XI IPS 4, karena telah membimbing dan
mengarahkan Penulis baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun pada proses penulisan
makalah ini.
Penulis turut menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak lainnya yang telah terlibat
untuk membantu proses penulisan makalah ini. Penulis masih berada dalam tahap pembelajaran
dan masih jauh dari kata sempurna dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu Penulis sangat
terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca mengenai makalah ini, demi perkembangan
makalah yang akan ditulis ke depannya.
Harapan Penulis makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
bagi Penulis serta pembaca secara umum.

Cikarang Utara, 26 Juli 2023

Kelompok Majapahit XI IPS 4

I
DAFTAR ISI

II
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arus waktu terus berjalan, pergeseran zaman berlangsung dengan cepat diiringi
peradaban manusia yang berkembang dengan begitu pesatnya. Mulai dari hidup secara nomaden
pada masa praaksara hingga berlangsungnya pembangunan gedung-gedung pencakar langit di
dunia sekarang ini.

Di dalam proses perkembangannya, tentu saja manusia melakukan banyak kesalahan,


maka dari kesalahan tersebutlah manusia mulai belajar bagaimana cara melakukan sesuatu
dengan cara yang benar. Dengan kata lain, selama ini manusia selalu belajar dari sejarah untuk
melakukan hal yang lebih baik, efisien dan bermanfaat untuk ke depannya.

Seiring perkembangan zaman, manusia mulai hidup berkelompok hingga pada puncaknya
membentuk suatu negara. Setiap negara memiliki sejarahnya tersendiri. Untuk mempelajarinya
adalah keharusan bagi setiap warga negara tersebut untuk memahami pertanyaan-pertanyaan
seperti bagaimana negara ini bisa berlangsung, ke mana tujuan negara ini, dan lain-lain. Seperti
perkataan Bung Karno “JASMERAH: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”.

Sejarah Negara Indonesia mencakup berbagai babak. Mulai dari kedatangan penduduk
dari berbagai macam daerah di dunia ke tanah nusantara, dimulai dan berakhirnya masa kerajaan,
dimulai dan berakhirnya masa kolonialisme dan imperialisme, masa orde lama dan orde baru,
hingga masa reformasi yang terus berlangsung hingga kini.

Makalah ini akan memfokuskan pembahasan sejarah negara Indonesia pada babak
kerajaan, dan memfokuskan untuk membahas Kerajaan Majapahit.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang telah penulis sampaikan sebelumnya dapat dirumuskan berbagai
permasalahan berikut.
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Kerajaan Majapahit?
2. Bagaimanakah peta dan di mana letak wilayah kekuasaan Majapahit?
3. Bagaimanakah keadaan sosial Kerajaan Majapahit?
4. Bagaimanakah keadaan politik Kerajaan Majapahit?
5. Bagaimanakah keadaan ekonomi Kerajaan Majapahit?
6. Bagaimanakah keruntuhan Kerajaan Majapahit?
7. Apa saja peninggalan Kerajaan Majapahit?
8. Apa saja nilai-nilai yang dapat diambil dari Kerajaan Majapahit?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Penelitian ini bertujuan untuk.
1. Untuk memahami bagaimana peradaban pada masa kerajaan memengaruhi peradaban pada
masa kini.
2. Untuk mempelajari sejarah dari salah satu kerajaan di Indonesia, yaitu Kerajaan Majapahit.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat penelitian ini adalah.
1. Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme.
2. Mengetahui sejarah Kerajaan Majapahit.
3. Tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan kesalahan yang sudah dilakukan di masa lalu,
dapat mencari penyelesaiannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Kerajaan Majapahit


Asal mula berdirinya Kerajaan Majapahit dapat ditemukan di dalam Kitab
Negarakertagama, Pararaton, serta Kitab Kidung. Di dalam kitab-kitab tersebut diceritakan
bahwa sesudah Singasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290,
Singasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai
Khan, seorang penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Lantas Ia mengirim utusan bernama Meng
Chi ke Singasari untuk menuntut upeti kepada Singasari. Kertanagara, penguasa kerajaan
Singasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan merusak wajah utusan tersebut serta
memotong telinganya.

Kubilai Khan pun marah lalu mengirimkan ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293 M.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara
dengan motif dendam atas pembunuhan Raja Kertajaya (Kediri) oleh Ken Arok. Atas saran
penasehat kerajaan Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden
Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim
utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin
mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati. Raden
Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru dengan
pelabuhan utama di Canggu. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja,
dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan
pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan
Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka
menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.

3
Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Maka dengan begitu, runtuhlah Kerajaan Singasari. Setelah keruntuhan Singasari, maka
berdirilah Kerajaan Majapahit. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan
Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan
Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan
dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.

2.2 Peta dan Letak Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit

1. Peta Kekuasaan Majapahit

Meski tidak pernah benar-benar menguasai seluruh Nusantara dari Sabang sampai
Merauke, Kerajaan Majapahit pada masanya telah berhasil menyebarkan pengaruh ke wilayah-
wilayah di nusantara secara meluas.

4
2. Letak Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit
Kakawin Nagarakretagama menyebut pengaruh Kerajaan Majapahit sangat luas, bahkan
hampir seluruh negara Indonesia sekarang, dari daerah di Pulau Sumatra di bagian barat, sampai
ke Maluku di bagian timur.
Luasnya daerah yang terpengaruh Majapahit itu dikuatkan oleh penjelajah Portugis,
Tome Pires. Menurutnya, sampai kira-kira awal abad 15, pengaruh Majapahit masih menguasai
hampir seluruh Indonesia.
“Di masa itu Negeri Jawa sangat berkuasa karena kekuatan dan kekayaan yang
dimilikinya, juga karena kerajaan ini melakukan pelayaran ke berbagai tempat yang jauh,” kata
Tome Pires dalam catatan perjalanannya, Suma Oriental.
Meski begitu, C.C. Berg, ahli bahasa Jawa, dalam banyak tulisannya menegaskan bahwa
Majapahit tak pernah memiliki wilayah seluas Indonesia sekarang. Wilayahnya hanya Jawa
Timur, Bali, dan Madura. Sementara daerah-daerah di seluruh Nusantara hanya merupakan cita-
cita semata.
Terlepas dari itu, menurut arkeolog Hasan Djafar, harus diakui Majapahit pada waktu itu
merupakan sebuah kerajaan besar dengan basis ekonominya yang bersifat agraris semi
komersial1. Hubungan dengan kerajaan lain di Nusantara merupakan hubungan kerja sama
regional yang saling menguntungkan. Majapahit berkepentingan memperoleh komoditas
perdagangan dan daerah pemasaran untuk produk agrarisnya. Oleh karena itu, Majapahit
berkewajiban melindungi daerah-daerah di Nusantara untuk menjaga kestabilan, khususnya di
bidang ekonomi.
“Nagarakretagama menyebut daerah di Nusantara itu merupakan daerah yang dilindungi
oleh Sri Maharaja Majapahit,” tulis Hasan dalam Masa Akhir Majapahit.
Hubungan antara Majapahit dengan negara-negara di Asia Tenggara melebihi hubungan
persahabatan. Tak tecermin dalam kakawin itu kalau Wilayah Nusantara dan kerajaan lain di
kawasan Asia Tenggara seperti, Syanka, Ayodyapura, Dharmmanagari, Marutma, Rajapura,
Singha-nagari, Champa dan Kamboja merupakan wilayah kekuasaan atau jajahan Majapahit.
“Pengaruhnya, setidaknya pengaruh kultural. Penguasa Majapahit waktu itu telah berhasil

1 Salah satu jenis pertanian suatu negara di mana tujuan utama produksi petani adalah untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya, akan tetapi petani
tersebut dapat menyisihkan sebagian dari hasil produksinya untuk dijual.

5
menegakkan kesatuan politik dalam suatu wilayah yang luasnya belum pernah terjadi pada masa
sebelumnya,” lanjut Hasan.
Majapahit sebenarnya merupakan kerajaan yang terdiri dari kesatuan negara-daerah atau
provinsi. Di bawah seorang raja Majapahit, ada sejumlah penguasa yang masing-masing
berkuasa di sebuah negara-daerah sebagai paduka bhattara yang biasanya kerabat raja.
Jumlah negara-daerah yang berada di lingkungan Majapahit tidak selalu sama. Misalnya,
berdasarkan Prasasti Waringinpitu (1447), ketika masa pemerintahan Dyah Kertawijaya,
setidaknya ada 14 negara-daerah.
Banyaknya negara-daerah yang disebut dalam prasasti tergantung berapa banyak kerabat
raja yang punya kedudukan sebagai penguasa. Dalam prasasti, para paduka bhattara itu biasanya
disebut sebagai pejabat tinggi yang mengiringi perintah raja.
Berdasarkan Prasasti Waringinpitu, Prasasti Trawulan III, dan Nagarakrtagama, sejak
masa keemasan Majapahit, pernah ada 21 negara-daerah yang menjadi bagian Majapahit. Ke-21
negara-daerah itu antara lain Daha, Jagaraga, Kahuripan, Tanjungpura, Pajang, Kembangjenar,
Wengker, Kabalan, Tumapel, Singhapura, Matahun, Wirabhumi, Keling, Kalingapura,
Pandansalas, Paguhan, Pamotan, Mataram, Lasem, Pakembangan, dan Pawawanawwan. Meski
begitu, masih terdapat beberapa daerah lainnya yang belum diketahui sampai sekarang.

Berikut adalah kota-kota penting yang terdapat di dalam kekuasaan Majapahit:


1. Trowulan
Lokasi pemerintahan Kerajaan Majapahit terletak di daerah Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur. Daerah ini merupakan bekas ibu kota Kerajaan Majapahit pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Dikutip dari buku A History of Modern Indonesia Since c. 1300 oleh M.C. Ricklefs,
Trowulan dipilih sebagai lokasi pemerintahan karena letaknya yang strategis di daerah
perbukitan dan dekat dengan Sungai Brantas, yang menjadi sumber air utama bagi Kerajaan
Majapahit.
Selain itu, lokasi ini juga dekat dengan pantai utara Jawa yang memungkinkan kerajaan
untuk berdagang dengan bangsa-bangsa lain.
Dr. Agus Aris Munandar dalam buku Trowulan: Ibu Kota Kerajaan Majapahit, menyebut
bahwa terdapat berbagai peninggalan Kerajaan Majapahit di sana. Di kawasan ini terdapat

6
berbagai situs bersejarah seperti Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, serta bekas
kolam dan jalan-jalan kerajaan.
2. Mojokerto
Mojokerto merupakan kota di Jawa Timur yang menjadi tempat penyebaran agama
Hindu-Budha di Nusantara pada abad ke-13 hingga abad ke-15. Di kawasan ini terdapat beberapa
peninggalan sejarah seperti Candi Jabung dan Candi Pari.
3. Surabaya
Surabaya dikenal sebagai kota pelabuhan yang strategis dan merupakan salah satu tempat
penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Di kota ini terdapat Museum Cheng Ho dan beberapa
peninggalan sejarah, seperti Masjid Ampel dan Pura Jagatnatha.
4. Bali
Meskipun tidak termasuk wilayah Jawa Timur, Bali juga pernah menjadi pusat
pemerintahan Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Gajah Mada. Di sana terdapat
beberapa peninggalan sejarah seperti Pura Besakih dan Pura Luhur Uluwatu.

2.3 Keadaan Sosial Kerajaan Majapahit


Kehidupan sosial masa Majapahit aman, damai, dan tenteram. Dalam Kitab
Negarakertagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling ke daerah-
daerah untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Perlindungan
terhadap rakyat sangat diperhatikan. Demikian juga peradilan, dilaksanakan secara ketat; siapa
yang bersalah dihukum tanpa pandang bulu.

Dalam kondisi kehidupan yang aman dan teratur maka suatu masyarakat akan mampu
menghasilkan karya-karya budaya yang bermutu tinggi. Hasil budaya Majapahit dapat dibedakan
sebagai berikut.
1. Candi
Banyak candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran (di Blitar), Candi Brahu,
Candi Bentar (Waringin Lawang), Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, dan bangunan-bangunan
kuno lainnya, seperti Segaran dan Makam Troloyo (di Trowulan).

2. Kesusastraan

7
Pada zaman Majapahit, bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi
menjadi zaman Majapahit Awal dan Majapahit Akhir.
- Sastra Zaman Majapahit Awal
a) Kitab Negarakertagama, karangan Empu Prapanca. Isinya tentang keadaan kota
Majapahit, daerah-daerah jajahan, dan perjalanan Hayam Wuruk keliling ke daerah-
daerah.
b) Kitab Sutasoma, karangan Empu Tantular. Di dalam kitab ini terdapat ungkapan yang
berbunyi "Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa" yang kemudian digunakan
sebagai motto negara kita.
c) Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular. Isinya tentang raksasa yang dikalahkan
oleh Arjuna Sasrabahu.
d) Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
- Sastra Zaman Majapahit Akhir
a) Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit.
b) Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
c) Kitab Sorandakan, isinya tentang pemberontakan Sora. Kitab Ranggalawe, isinya
tentang pemberontakan Ranggalawe.
d) Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai dengan menjadi Raja
Majapahit.
e) Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar.
f) Kitab Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke Pulau Jawa oleh
Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.

2.4 Keadaan Politik dan Raja-Raja Kerajaan Majapahit


a) Keadaan Politik Kerajaan Majapahit
Pada masanya, Kerajaan Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan yang
teratur dalam hal politik dan pemerintahan. Pada umumnya raja memegang kekuasaan tertinggi,
sehingga dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai badan atau pejabat.
Mengutip dari buku yang ditulis Amurwani Dwi L. dkk., berikut adalah rinciannya.
1. Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja, terdiri atas Rakryan i Hino,
Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu.

8
2. Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi, Rakryan
Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini
dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika.

3. Rakryan Mapatih atau Patih Mangkubumi merupakan pejabat yang paling penting di antara
kelima pejabat tersebut. Ia menduduki tempat sebagai perdana menteri. Bersama raja, Patih
Mangkubumi menjalankan kebijaksanaan pemerintahan

4. Selain itu, terdapat juga dewan pertimbangan yang disebut dengan Batara Sapta Prabu.
Struktur kekuasaan tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiap daerah yang berada di bawah
raja-raja, dibuatkan pula struktur yang mirip.

Lalu untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dibentuklah badan
peradilan yang disebut dengan Saptopapati. Selain itu disusun pula kitab hukum oleh Gajah
Mada yang disebut Kitab Kutaramanawa.

Gajah Mada adalah seorang negarawan yang mumpuni. Dia memahami pemerintahan
strategi perang dan hukum. Selain itu, untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan atau
pejabat yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus
menangani persoalan keagamaan.

Di Majapahit dikenal terdapat dua Dharmadyaksa sebagai berikut.


1. Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu),
2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha.

Dalam menjalankan tugas, masing-masing Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat


keagamaan yang diberi sebutan Sang Pamegat. Maka kehidupan beragama pada zaman
Majapahit pun berlangung semarak. Penduduk penganut Hindu dan Buddha dapat hidup
berdampingan.

9
Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan stabilitas
nasional Majapahit terjamin.

Hal ini disebabkan pula oleh kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya sehingga
semua perairan nasional dapat diawasi.

Majapahit juga menjalin hubungan dengan negara-negara/kerajaan lain. Hubungan


dengan Negara Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan Cina berlangsung dengan baik.

b) Raja-Raja Majapahit
Berikut adalah nama-nama raja pada masa Kerajaan Majapahit:
1) Raden Wijaya (1293–1309)
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja Majapahit pertama pada tahun 1293 dengan gelar
Kertarajasa Jayawardhana. Sebagai seorang raja yang besar, Raden Wijaya memperistri empat
putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Dari Tribuana, ia mempunyai seorang putra yang
bernama Jayanegara, sedangkan dari Gayatri, Raden Wijaya mempunyai dua orang putri, yaitu
Tribuanatunggadewi dan Rajadewi Maharajasa.

Para pengikut Raden Wijaya yang setia dan berjasa dalam mendirikan kerajaan
Majapahit, diberi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ada saja yang tidak puas
dengan kedudukan yang diperolehnya. Hal ini menimbulkan pemberontakan di sana-sini.
Pemberontakan pertama terjadi pada tahun 1295 yang dilakukan oleh Rangga Lawe (Parangga
Lawe) Bupati Tuban. Rangga Lawe memberontak karena tidak puas terhadap kebijaksanaan
Kertarajasa yang dirasa kurang adil. Kedudukan Patih Majapahit seharusnya diberikan
kepadanya. Namun, oleh Kertarajasa kedudukan itu telah diberikan kepada Nambi (anak
Wiraraja). Pemberontakan Rangga Lawe dapat ditumpas dan ia tewas oleh Kebo Anabrang.
Lembu Sora, sahabat Rangga Lawe, karena tidak tahan melihat kematiannya, kemudian
membunuh Kebo Anabrang. Peristiwa itu dijadikan alasan Mahapatih yang mempunyai ambisi
politik besar di Majapahit menyusun strategi agar raja bersedia menghukum tindakan Lembu
Sora. Lembu Sora membangkang perintah raja dan mengadakan pemberontakan pada tahun
1298–1300. Lembu Sora gugur bersama sahabatnya, Jurudemung dan Gajah Biru.

10
Susunan pemerintahan Raden Wijaya tidak banyak berbeda dengan pemerintahan
Singasari. Raja dibantu oleh tiga orang mahamenteri (i hino, i sirikan, dan i halu) dan dua orang
pejabat lagi, yaitu rakryan rangga dan rakryan tumenggung. Pada tahun 1309 Raden Wiajay
wafat dan didharmakan di Simping dengan Arca Syiwa dan di Antahpura (di kota Majapahit)
dengan arca perwujudannya berbentuk Harihara (penjelmaan Wisnu dan Syiwa).
2) Sri Jayanegara (1309–1328)
Setelah Raden Wijaya mangkat, digantikan putranya yang bernama Kala Gemet dengan
gelar Sri Jayanegara. Kala Gemet sudah diangkat sebagai raja muda (kumararaja) sejak ayahnya
masih memerintah (1296). Ternyata, Jayanagara adalah raja yang lemah. Oleh karena itu, pada
masa pemerintahannya terus dirongrong oleh sejumlah pemberontakan.

Pada tahun 1316 timbul pemberontakan yang dipimpin oleh Nambi yang menjabat
Rakryan Patih Majapahit. Nambi memusatkan kekuatannya di daerah Lumajang dan Pajarakan.
Pemberontakan Nambi mendapat dukungan dari ayahnya (Wiraraja). Raja Jayanegara atas
nasihat Mahapati memerintahkan Lumajang dan Pajarakan digempur sampai hancur. Terjadilah
pertempuran sengit dan Nambi pun gugur.

Keadaan belum pulih, terjadi lagi pemberontakan Semi pada tahun 1318. Setahun
kemudian (1319) terjadi pemberontakan Kuti. Semi dan Kuti adalah dua orang dari tujuh
dharmmaputra. Pemberontakan inilah yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu
kota Kerajaan Majapahit. Jayanegara terpaksa melarikan diri dan mengungsi ke Badander di
bawah perlindungan pasukan Bayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada.

Setelah raja dalam keadaan aman, Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk melakukan
pendekatan kepada rakyat. Ternyata masih banyak rakyat yang memihak raja dan Gajah Mada
pun berhasil menanamkan rasa kebencian kepada Kuti. Dengan strategi yang jitu, Gajah Mada
mengadakan serangan secara tiba-tiba ke pusat kerajaan. Pasukan Kuti dapat dihancurkan dan
Kuti tewas dalam pertempuran itu. Setelah keadaan benar-benar aman, Jayanegara pulang ke ibu
kota untuk meneruskan pemerintahannya. Karena jasanya yang besar, Gajah Mada diangkat

11
menjadi Patih Kahuripan. Dua tahun berikutnya, ia diangkat menjadi Patih Daha menggantikan
Arya Tilan (1321).

Pada tahun 1328 terjadilah musibah yang mengejutkan. Raja Jayanegara dibunuh oleh
Tanca (seorang tabib kerajaan). Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Peristiwa itu disebut
Patanca. Jayanegara didharmakan di Candi Srenggapura di Kapopongan.

3) Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani (1328–1350)


Raja Jayanegara tidak berputra sehingga ketika baginda mangkat, takhta kerajaan
diduduki oleh adik perempuannya dari ibu berbeda (Gayatri) yang bernama Bhre Kahuripan. Ia
dinobatkan menjadi Raja Majapahit dengan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwarddhani.
Selama memerintah, Tribhuwanatunggadewi didampingi suaminya yang bernama Cakradhara
atau Cakreswara yang menjadi raja di Singasari (Bhre Singasari) dengan gelar Kertawardhana.
Berkat bantuan dan saran dari Patih Gajah Mada, pemerintahannya dapat berjalan lancar
walaupun masih timbul pemberontakan.

Pada tahun 1331 timbul pemberontakan Sadeng dan Keta di daerah Besuki, tetapi dapat
dihancurkan oleh pasukan Gajah Mada. Karena jasanya itu, Gajah Mada naik pangkat lagi dari
Patih Daha menjadi Mahapatih Majapahit menggantikan Pu Naga. Setelah diangkat menjadi
Mahapatih Majapahit, dalam suatu persidangan besar yang dihadiri oleh para menteri dan pejabat
negara lainnya, Gajah Mada mengucapkan sumpah untuk menyatukan Nusantara di bawah
naungan Majapahit. Sumpahnya itu dikenal dengan nama Sumpah Palapa. Palapa berarti garam
atau rempah-rempah yang dapat melezatkan berbagai masakan. Oleh karena itu, sumpah itu
dapat diartikan bahwa Gajah Mada tidak akan makan palapa (hidup enak) sebelum berhasil
menyatukan Nusantara.

Semula banyak pejabat negara yang menertawakannya, tetapi Gajah Mada sudah bertekad
baja, bersemangat membara, dan maju terus pantang mundur. Gajah Mada mempersiapkan
segala sesuatunya untuk mewujudkan sumpahnya, seperti prajurit pilihan, persenjataan, dan
armada laut yang kuat. Setelah persiapannya matang, tentara Majapahit sedikit demi sedikit
bergerak menyerang untuk menaklukkan wilayah kerajaan lain.

12
Pada tahun 1334 Bali berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala
dan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang pejabat Majapahit keturunan Melayu dan
berkedudukan sebagai werdhamantri dengan gelar Arya Dewaraja Pu Aditya. Setelah
penaklukkan Bali, satu demi satu daerah di Sumatra, Semenanjung Malaka, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian (Papua) bagian barat berhasil ditundukkan dan
mengakui kekuasaan Majapahit. Tugas besar itu tercapai pada masa pemerintahan Raja Hayam
Wuruk. Agar pengakuan kekuasaan Majapahit di Sumatra kekal, Adityawarman diangkat
menjadi raja di Melayu menggantikan Mauliwarmadewa (1343). Adityawarman segera menata
kembali struktur pemerintahan dan meluaskan daerah kekuasaannya hingga Pagarruyung–
Minangkabau. Setelah itu, Adityawarman memindahkan pusat kerajaan dari Jambi ke
Pagarruyung. Adityawarman memerintah hingga tahun 1375. Pada tahun 1372
Tribhuwanatunggadewi meninggal dan didharmakan di Panggih dengan nama Pantarapurwa.

4) Raja Hayam Wuruk (1350–1389)


Hayam Wuruk setelah naik takhta bergelar Sri Rajasanagara dan dikenal pula dengan
nama Bhre Hyang Wekasing Sukha. Ketika Tribhuwanatunggadewi masih memerintah, Hayam
Wuruk telah dinobatkan menjadi rajamuda (kumararaja) dan mendapat daerah Jiwana sebagai
wilayah kekuasaannya. Dalam memerintah Majapahit, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah
Mada sebagai patih hamangkubumi.

Hayam Wuruk adalah raja yang cakap dan didampingi oleh patih yang gagah berani pula.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesaran.
Wilayah kekuasaannya hampir seluas negara Indonesia sekarang. Bahkan, pengaruhnya terasa
sampai ke luar Nusantara, yaitu sampai ke Thailand (Campa), Indocina, dan Filipina Selatan.
Dengan kenyataan itu, berarti Sumpah Palapa Gajah Mada benar-benar terwujud sehingga
seluruh pembesar kerajaan selalu hormat kepadanya. Kecuali sebagai seorang negarawan dan
jenderal perang, Gajah Mada juga ahli hukum. Ia berhasil menyusun kitab Kutaramanawa yang
digunakan sebagai dasar hukum di Majapahit.

13
Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang belum
tunduk kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda itu diperintah
oleh Sri Baduga Maharaja. Gajah Mada ingin menundukkan secara diplomatis dan kekeluargaan.
Kebetulan pada tahun 1357 Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang
bernama Dyah Pitaloka untuk dijadikan permaisuri. Lamaran itu diterimanya. Dyah Pitaloka
dengan diantarkan oleh Sri Baduga beserta prajuritnya berangkat ke Majapahit. Akan tetapi,
ketika sampai di Bubat, Gajah Mada menghentikan rombongan pengantin. Gajah Mada
menghendaki agar putri Kerajaan Sunda itu dipersembahkan kepada Hayam Wuruk sebagai
tanda tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Tentu saja maksud Gajah Mada itu ditentang oleh
raja dan kaum bangsawan Sunda. Akibatnya, terjadilah pertempuran sengit yang tidak seimbang.
Sri Baduga beserta para pengikutnya gugur, Dyah Pitaloka bunuh diri di tempat itu juga.
Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Bubat.

5) Raja Wikramawardhana (1389–1429)


Setelah Raja Hayam Wuruk mangkat, terjadilah perebutan kekuasaan di antara putra-putri
Hayam Wuruk. Kemelut politik pertama meletus pada tahun 1401. Seorang raja daerah dari
bagian timur, yaitu Bhre Wirabhumi memberontak terhadap Raja Wikramawardhana. Raja
Wikramawardhana adalah suami Kusumawardhani yang berhak mewarisi takhta kerajaan
ayahnya (Hayam Wuruk), sedangkan Bhre Wirabhumi adalah putra Hayam Wuruk dari selir.
Dalam kitab Pararaton, pertikaian antarkeluarga itu disebut Perang Paregreg. Pasukan Bhre
Wirabhumi dapat dihancurkan dan ia terbunuh oleh Raden Gajah.

6) Raja Suhita (1429–1447)


Wikramawardhana wafat pada tahun 1429 dan digantikan oleh putrinya yang bernama
Suhita. Penobatan Suhita menjadi Raja Majapahit dimaksudkan untuk meredakan pertikaian
keluarga tersebut. Namun, benih balas dendam sudah telanjur tertanam pada keluarga Bhre
Wirabhumi. Akibatnya, pada tahun 1433 Raden Gajah dibunuh karena dipersalahkan telah
membunuh Bhre Wirabhumi. Hal itu menunjukkan bahwa pertikaian antarkeluarga Majapahit
terus berlangsung.

7) Raja Majapahit Terakhir

14
Pada tahun 1447 Suhita meninggal dan digantikan Dyah Kertawijaya. Ia hanya
memerintah selama empat tahun (1447–1451) karena pada tahun 1451 meninggal dan
didharmakan di Kertawijayapura. Apa yang diperbuat oleh raja tidak ada keterangan yang jelas.
Sepeninggal Kertawijaya, pemerintahan Majapahit dipegang oleh Bhre Pamotan dengan gelar Sri
Rajawarddhana. Rajawarddhana juga disebut Sang Sinagara. Dalam kitab Pararaton disebutkan
bahwa ia berkedudukan di Keling, Kahuripan. Ini lebih dikuatkan lagi oleh Prasasti Waringin
Pitu yang dikeluarkan oleh Kertawijaya (1447). Sepeninggal Rajawarddhana (1453), Kerajaan
Majapahit selama tiga tahun (1453–1456) tidak mempunyai seorang raja. Pada tahun 1456
Majapahit diperintah oleh Bhre Wengker dengan gelar Girindrawardhana. Bhre Wengker adalah
anak Bhre Tumapel Kertawijaya. Masa pemerintahannya berlangsung selama 10 tahun (1456–
1466).

2.5 Keadaan Ekonomi Kerajaan Majapahit


Kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh rakyat dan pemerintah Kerajaan Majapahit adalah
sebagai berikut.
1. Di Pulau Jawa dititikberatkan pada sektor pertanian rakyat yang banyak menghasilkan bahan
makanan.
2. Di luar Jawa, terutama bagian timur (Maluku), dititikberatkan pada tanaman rempah-rempah
dan tanaman perdagangan lainnya.
3. Di sepanjang sungai-sungai besar berkembang kegiatan perdagangan yang menghubungkan
daerah pantai dan pedalaman.
4. Di kota-kota pelabuhan, seperti Tuban, Gresik, Sedayu, Ujung Galuh, Canggu, dan Surabaya,
dikembangkan perdagangan antarpulau dan dengan luar negeri, seperti Cina, Campa, dan India.
5. Dari kota-kota pelabuhan, pemerintah menerima bea cukai, sedangkan dari raja-raja daerah
pemerintah menerima pajak dan upeti dalam jumlah yang cukup besar.

Perekonomian yang maju ini membuat rakyat hidup sejahtera dan keluarga raja beserta
para pejabat negara lebih makmur lagi.

15
2.6 Keadaan Ekonomi Kerajaan Majapahit
Runtuhnya Kerajaan Majapahit kemudian menjadi akhir dari kejayaan kerajaan terbesar
di Nusantara itu. Adapun keruntuhan Kerajaan Majapahit disebabkan oleh banyak faktor, sebagai
berikut.
a) Kematian Hayam Wuruk
Melemahnya kekuasaan Majapahit dimulai setelah mangkatnya Raja Hayam Wuruk pada
1389 dan Mahapatih Gajah Mada pada 1364.
Selepas pemerintahan raja keempat Majapahit tersebut, situasi kerajaan menjadi semakin
tak terkendali akibat perebutan takhta kerajaan dan pergolakan politik.
Takhta kemudian diwariskan pada Wikramawardana yang tak lain adalah menantunya
sendiri. Di masa pimpinan Wikramawardhana tercetuslah Perang Regreg atau Perang Paregreg
yang menjadi cikal bakal kemunduran Majapahit.

b) Tercetusnya Perang Paregreg


Pengangkatan Wirakramawardhana pada 1389 untuk menggantikan Hayam Wuruk
ditentang anak Hayam Wuruk, Bhre Wirabhumi penguasa kerajaan timur Majapahit. Wirabhumi
lantas menuntut singgasana Majapahit dari Wirakramawardhana.

Lalu pada sekitar 1404-1405, pecahlah perang saudara yang dikenal dengan Perang
Paregreg yang menewaskan Wirabhumi. Kekalahan Wirabumi membuat kerajaan timur bersatu
dengan barat. Akan tetapi, kejayaan Majapahit tetap merosot lantaran melemahnya kendali
Majapahit dan lepasnya daerah-daerah taklukan di luar Jawa.

c) Konflik Internal Kerajaan Majapahit


Meski perang saudara telah usai, konflik internal kerajaan terus berlangsung sehingga
menimbulkan perpecahan. Salah satunya adalah pertentangan dan perebutan kekuasaan yang
menyebabkan Kerajaan Majapahit semakin mengalami kemunduran.

d) Pengaruh Dinasti Ming


Munculnya kekuatan baru dari Timur, yakni ekspansi Tiongkok di bawah Dinasti Ming,
turut melemahkan Kerajaan Majapahit. Saat itu, perdagangan rempah-rempah yang pesat di

16
daerah kekuasaan Majapahit tidak diimbangi dengan kekuatan pengaruh Kerajaan Majapahit. Hal
ini mendorong Dinasti Ming semakin memperkuat hubungan dagang dan politik dengan orang-
orang di pelabuhan Nusantara.

e) Bangkitnya Malaka
Malaka saat itu menjadi jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke India dan
wilayah lainnya. Namun, seiring hubungannya yang dekat dengan Dinasti Ming, membuat jalur
pelayaran Selat Malaka sulut disentuh oleh Majapahit.

f) Kemunculan Kerajaan Demak


Munculnya kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah turut melemahkan
pertahanan Majapahit. Raden Patah merupakan putra dari raja terakhir Majapahit, Brawijaya V
dengan selir muslim Tiongkok Siu Ban Ci, yang memilih mendirikan kerajaan bercorak Islam.
Kekuatan perekonomian kala itu dibuktikan dengan berkuasanya Kerajaan Demak di dua
pelabuhan besar. Direbutnya bandar dagang yang dimiliki Majapahit itu mengakibatkan
perekonomian Majapahit semakin melemah. Hingga akhirnya pada 1517 di bawah pimpinan Pati
Unus, Demak menyerang Majapahit dan mengalahkan kerajaan tersebut sekaligus memantapkan
diri sebagai kekuatan baru di tanah Jawa.

g) Penyebaran Agama Islam


Kondisi Majapahit yang telah keropos akibat pertentangan internal kerajaan, membuat
pengaruh Islam semakin lebih mudah masuk ke Majapahit dan masyarakat Jawa. Hal ini menjadi
salah satu faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit. Masuknya pengaruh Islam dan proses
lslamisasi di Jawa melalui beberapa cara, antara lain perdagangan dari saudagar Muslim asing,
perkawinan, kepercayaan, hingga kesenian.

2.7 Peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit


Berikut ini adalah beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit.
a) Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama menjadi salah satu yang menjadi bukti sejarah keberadaan
Kerajaan Majapahit. Kitab Negarakertagama yang ditulis di media lontar ini merupakan hasil

17
karya dari salah satu mpu termasyur dalam sejarah Majapahit, Mpu Prapanca. Kitab
Negarakertagama bercerita tentang seluk beluk dari Kerajaan Majapahit. Mulai dari sejarah
dibangunnya Majapahit, perjalanan Majapahit, hingga daerah kekuasaan dari Majapahit yang
tersebar hingga ke luar negeri.
b) Candi Bajang Ratu
Terletak di Desa Temon, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Candi Bajang Ratu
merupakan sebuah gapura terbesar yang pernah dibangun oleh Kerajaan Majapahit. Dalam kitab
Negarakertagama, Candi Bajang Ratu disebutkan sebagai sebuah gerbang atau pintu masuk yang
menuju ke sebuah bangunan suci.
a) Prasasti Prapancasarapura
Prasasti Prapancasarapura ditemukan di Surabaya. Prasasti ini dibuat pada saat Majapahit
diperintah oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi. Prasasti Prapancasarapura berisi tentang tiga tokoh
penting Majapahit saat itu, yakni Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Adityawarman.

b) Candi Tikus
Candi Tikus diyakini sebagai sebuah petirtaan atau pemandian para bangsawan atau
keluarga Kerajaan Majapahit.
Terbuat dari bata merah, situs petirtaan ini berada 3,5 meter di bawah tanah. Selain
petirtaan, Candi Tikus juga diyakini merupakan sebuah tempat untuk penampungan air.

c) Candi Penataran
Candi Penataran merupakan sebuah kompleks candi termegah dan terluas di Jawa Timur.
Candi Penataran terletak di sebelah barat daya Gunung Kelud atau sekitar 12 km dari pusat kota
Blitar, yakni di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Candi ini diperkirakan
dibangun pada masa Raja Srenggana pada masa Kerajaan Kediri dan diteruskan sampai
pemerintahan Wikramwardhana, maharaja kelima Majapahit pada 1415. Saat ini Candi Penataran
juga menjadi salah satu destinasi wisata budaya terbaik di Jawa Timur. UNESCO menetapkan
Candi Penataran sebagai Warisan Budaya Dunia pada 1995.

d) Candi sukuh

18
Candi Sukuh adalah sebuah bangunan candi yang memiliki bentuk bangunan yang unik.
Candi yang terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa
Tengah ini memiliki bentuk seperti piramida suku Maya.

e) Prasasti Waringin Pitu


Prasasti bertuliskan angka tahun 1447 M ini mencatatkan sistem administrasi dari
pemerintahan Kerajaan Majapahit, berikut dengan 14 keraton yang berada di bawah
kekuasaannya. Yakni, Bhre Daha, Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi,
Bhre Matahun, Bhre Tumapel, Bhre Jagaraga, Bhre Tanjungpura, Bhre Kembeng Jenar, Bhre
Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Kelinggapura.

2.8 Nilai-Nilai yang Dapat Diambil dari Kerajaan Majapahit


1. Majapahit Sebagai Kerajaan yang Toleran
Pada zaman Kerajaan Majapahit, setidaknya terdapat 2 agama resmi, yaitu Agama Syiwa
(Hindu) dan Agama Buddha. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Prasasti Waringinpitu yang
dikeluarkan oleh Raja Kertawijaya pada 1369 Saka (1447) yang menyebut nama-nama pejabat
birokrasi kerajaan di tingkat pusat. Di antaranya Dharmmadhyaksa ring kasaiwan (pejabat yang
menguasai agama Syiwa) dan Dharmmadhyaksa ring kasogatan (pejabat tinggi yang menguasai
agama Buddha). Meski begitu, ternyata penduduk Majapahit juga memeluk agama selain Syiwa
dan Buddha, seperti agama Islam dan Gramadewata. Bukti kehadiran Islam dapat ditunjukkan
lewat pemakaman Islam Kuno di desa Tralaya, Trowulan, Mojokerto. Dari nisannya, makam-
makam ini berasal dari 1203 dan 1533 Saka(1281 dan 1611). Artinya, pada masa jayanya, di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk, banyak penduduk Majapahit yang memeluk Islam. Agama
Gramadewata dapat dilihat jejaknya melalui arca-arca yang bukan berciri Hindu maupun Buddha
di daerah pedalaman Jawa Timur.

Pluralitas agama yang terdapat pada pemerintahan Majapahit menunjukkan betapa


tolerannya mereka terhadap kepercayaan masing-masing individu. Hal ini juga didukung dengan
tertulisnya Kakawin Sutasoma yang ditulis oleh pujangga ternama sastra Jawa, Empu Tantular.
Di dalam Kakawin Sutasoma pada Pupuh 139, bait 5, tertulis:

19
Sajak Terjemahan

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat
yang berbeda.
Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mereka memang berbeda, tetapi
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa bagaimanakah bisa dikenali?
tunggal,
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa
Bhinneka tunggal ika tan hana dharma adalah tunggal
mangrwa
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu.
Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Itulah mengapa aktivitas beragama pada masa Majapahit berlangsung semarak. Nilai
yang dapat diambil dari hal ini adalah bahwa kita sebagai sesama manusia di masa modern, di
mana arus globalisasi dan penyebaran informasi berlangsung dengan sangat cepat, kita harus
saling menghargai dan toleran terhadap berbagai jenis perbedaan. Manusia yang hidup jauh
berabad-abad sebelum kita saja dapat bersikap toleran, maka tiada alasan bagi kita untuk tidak
bersikap demikian.

2. Majapahit sebagai Cikal Bakal Indonesia Modern


Seiring kehidupan beragama penduduk Majapahit berlangsung dengan tenang, rasa
persatuan di antara mereka pula semakin kuat terjalin. Salah satu penyebab hal ini terdapat pada
salah sepotong tulisan di dalam Kakawin Sutasoma, yaitu “Bhinneka tunggal Ika”. “Bhinneka
tunggal ika” sendiri berarti “berbeda-beda manunggal menjadi satu.” Frasa ini pada awalnya

20
dimaksudkan untuk menyatukan agama Syiwa dan Buddha yang merupakan agama mayoritas
penduduk Majapahit pada masanya.

Meski begitu, ternyata frasa ini relevan dengan keadaan penduduk Indonesia modern.
Sehingga diusulkanlah “Bhinneka tunggal ika” sebagai semboyan negara Indonesia oleh Moh.
Yamin. Hingga kini, frasa tersebut menjadi semboyan negara Indonesia. Pada masanya,
Majapahit merupakan kerajaan yang memiliki rasa persatuan yang kuat. Penduduknya hidup
tenteram berdampingan meskipun memiliki keyakinan yang berbeda. Maka tidak heran jika
Moh. Yamin bahkan menyebut Kerajaan Majapahit sebagai negara nasional kedua di Indonesia,
selain dikarenakan luasnya yang hampir menyamai Indonesia akan tetapi juga dikarenakan
tingkat persatuan di dalam keberagaman yang terdapat pada penduduk Majapahit. Nilai yang
dapat kita ambil dari hal ini adalah betapa pentingnya bagi kita untuk menjaga integrasi nasional
Indonesia supaya tidak terpecah belah dikoyak pedang bermata dua bernama pluralitas.
Meskipun pada dasarnya setiap manusia berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, tetapi
kita tetap satu jua.

3. Sumpah Palapa sebagai Titik Awal Patriotisme di Indonesia


Pada masa kejayaan Majapahit ketika berada di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk,
Kerajaan Majapahit memiliki seorang mahapatih yang sangat masyhur, yaitu Mahapatih Gadjah
Mada.
Pada masa keemasan Raja Hayam Wuruk, Gajah Mada memiliki peranan yang cukup besar
selama menjadi Mahapatih ia memiliki sikap yang tegas, bertanggung jawab dan juga berani.
Berkat kegigihannya menjadi Mahapatih itu, ia berhasil membuat armada perang yang tangguh.
Gajah Mada juga dikenal memiliki strategi perang yang luar biasa kuat. Beberapa strategi
Mahapatih Gajah Mada tersebut adalah Sapit Urang, yakni menempatkan prajurit dalam
beberapa pasukan. Pasukan pertama bisa bertindak menjadi tangan-tangan perkasa dari seekor
udang. Dua kelompok pasukan pertama akan menjepit dan mengacaukan pihak musuh dari dua
arah yang berlawanan. Sementara bagian tengah akan berhadapan dengan pihak lawan. Didorong
oleh semangatnya yang kuat untuk menjadikan seluruh nusantara berada di bawah kekuasaan
Majapahit, ketika ia dinobatkan sebagai Mahapatih, ia mengucapkan sumpah, yang disebut
dengan Sumpah Palapa.

21
Sumpah Palapa berisi tentang sumpah Gadjah Mada yang tidak akan makan enak
(palapa) sebelum seluruh nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit. Artinya, Gadjah
Mada dengan sumpahnya menyatakan bahwa ia ingin menyatukan seluruh daerah di Nusantara.
Sumpah tersebut pun berhasil dibuktikan setelah Mahapatih Gajah Mada berhasil menaklukkan
wilayah-wilayah Nusantara yang meliputi Sumatera, Kalimantan, Malaka, sebelah Timur Jawa,
Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Betapa gigihnya Gajah Mada untuk menyatukan seluruh
pulau di nusantara menjadi satu kesatuan, bahkan ia rela untuk mengorbankan kenikmatan dalam
hidupnya untuk memakan makanan yang enak dan lebih mengutamakan bersatunya nusantara.
Berarti bahwa Gadjah Mada lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
dirinya sendiri. Dan, rasa rela berkorban untuk negara seperti yang dirasakan oleh Mahapatih
Gadjah Mada disebut sebagai patriotisme di masa sekarang. Seseorang yang rela berkorban
untuk negaranya sudah tentu ia sangat mencintai negaranya. Maka Gadjah Mada melalui
sumpahnya telah menyatakan bahwa dirinya adalah seseorang yang sangat mencintai negaranya
(nasionalis) dan rela berkorban segala-galanya demi negara (patriotis).

Nilai yang dapat diambil dari hal ini adalah betapa pentingnya bagi kita untuk lebih
mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, dan memiliki rasa cinta
tanah air dan sikap bela negara. Gajah Mada saja sudah dapat mencintai dan membela negaranya,
Majapahit, meskipun belum seluruh nusantara bersatu pada waktu itu. Maka setelah seluruh
nusantara bersatu dan negara Indonesia sudah terbentuk, kita haruslah lebih mencintai dan
membela lagi negara kita.

4. Sensus Penduduk dan Aturan Wajib Pajak pada Masa Majapahit

Majapahit, kerajaan yang pernah berdiri lebih dari 4 abad yang lalu, pernah melakukan
sensus penduduk yang kini dilakukan negara Indonesia setiap 10 tahun sekali.
Sensus penduduk dilakukan oleh Majapahit untuk memetakan masyarakat di suatu daerah
kekuasaan. Selain itu, kerajaan juga melakukannya untuk penarikan pajak atau upeti.
Seperti yang dikisahkan pada buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit",
tulisan Slamet Muljana. Dalam buku tersebut terdapat dua kebijakan Hayam Wuruk yakni sensus

22
penduduk dan penarikan pajak atau upeti. Tercatat saat itu istilah sensus penduduk menggunakan
cacah desa dan cacah jiwa.

Ketika itu, Wengker Wijayarajasa sebagai Dewan Pertimbangan Agung Majapahit


memerintahkan untuk mencatat semua desa yang ada di wilayah Kerajaan Majapahit dan
menguraikan keadannya. Perintah itu dilakukan untuk mencatat isi rumah hingga penghuninya.
Tujuannya tentu untuk mengetahui keadaan daerah masing-masing dengan seksama. Hal ini
memudahkan pengawasan pemerintah pusat kepada pelaksanaan perintah Sri Nata Singasari
Kereta Wardana yang, menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Konon karena ada
pengawasan inilah, penduduk takut untuk melanggar karena adanya aturan undang-undang.
Akibatnya, hidup mereka teratur menurut anjuran raja.

Tak hanya itu, Kerajaan Majapahit juga memerintahkan wilayah-wilayah untuk


menyetorkan pajak atau upeti kepada pemerintah pusat. Untuk melancarkan pembayaran pajak
ini, Sri Nata Singasari mengirimkan utusan bujangga dan mantri, seperti pegawai ke tanah
jajahan untuk menarik pajak. Uang pajak itu digunakan untuk membiayai usaha Raja Hayam
Wuruk memelihara kesejahteraan umum rakyatnya.

Bagi seorang bujangga yang dikirim ke tanah jajahan atau pulau lain, ada larangan besar
untuk mencari keuntungan atau menjalankan dagang. Perintah Sri Nata harus diutamakan dan
dilaksanakan, di samping mempertinggi ajaran agama Siwa agar jangan menyimpang dari yang
seharusnya. Maka tak heran, bila petugas pajak ini biasanya juga menjabat sebagai pendeta untuk
menyebarkan ajaran Siwa. Para pendeta ini mendapat kepercayaan untuk memungut pajak, di
samping juga memperluas daerah agamanya. Bagi semua utusan larangan besar untuk berdagang
atau mencari keuntungan sendiri, larangan itu dinyatakan tegas dengan sanksinya.

Sampai pada poin ini, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Majapahit adalah Kerajaan yang
sudah ahead of its time. Dengan kebijakan sensus penduduk yang berabad-abad kemudian
diterapkan oleh negara-negara di dunia dan kebijakan pajak yang juga dilangsungkan oleh
hampir seluruh negara di dunia pada masa sekarang, Majapahit adalah kerajaan yang berinovasi.
Nilai yang dapat kita ambil dari hal ini adalah bahwa kita sebagai manusia modern harus dapat

23
bersikap visioner. Selain itu, sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab, kita juga
harus membayar pajak kepada negara secara tepat waktu. Kedua hal tersebut tidak lain tidak
bukan adalah supaya tercapainya cita-cita nasional Indonesia demi masa depan yang lebih baik
lagi.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu Buddha terbesar di Indonesia yang
berdiri pada abad ke 13 hingga abad ke 16. Wilayah kekuasaan Majapahit mencapai hampir
seluruh Nusantara. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, seorang menantu
dari Kertanegara, raja terakhir Singasari.

Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk
dan Patih Gajah Mada pada tahun 1350 hingga 1389. Semasa pemerintahan Hayam Wuruk,
Majapahit mampu mempersatukan Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan beberapa wilayah Filipina.

24
Selama berjalannya Kerajaan Majapahit banyak terjadi pemberontakan. Kerajaan
Majapahit mencapai masa kejayaan ketika masa kepemimpinan Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Masa kejayaan Majapahit tidak terlepas dari peran Gajah Mada yang berhasil menumpas
pemberontakan serta mampu menyatukan Nusantara. Sumpah Palapa yang dicetuskan oleh
Gajah Mada memiliki arti untuk menaklukkan Nusantara dibawah Majapahit.
Selama berjaya Kerajaan Majapahit menjadi pusat perdagangan dengan komoditas ekspor yaitu
lada, garam dan lengkeng.

Pasca meninggalnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran. Hal ini diakibatkan oleh kurang cakapnya penerus Hayam Wuruk untuk mengelola
wilayah kekuasaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit berakhir pada tahun 1527 setelah mendapatkan serangan dari
pasukan Sultan Trenggana dari Demak. Sejak saat itu wilayah kekusaan Majapahit berpindah ke
Kerajaan Demak.

3.2 Saran
Pembelajaran sejarah Indonesia dan dunia di sekolah tidak seharusnya berlandaskan atas
metode menghapal, seperti menghapal tanggal terbentuknya suatu organisasi, dan sebagainya.
Pembelajaran sejarah harus dikemas dengan menarik, dengan cara guru mengisahkannya secara
interaktif kepada anak murid, supaya anak murid tidak bosan saat mempelajari sejarah. Pendidik
harus menekankan nilai-nilai dan fungsi mempelajari sejarah dalam kehidupan sehari-hari. Lebih
baik mengambil nilai-nilai yang bermakna untuk kehidupan dibanding menghapal sesuatu fakta
dari peristiwa sejarah.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. https://zonasiswa.com/sejarah-kerajaan-majapahit-kehidupan.html
2. https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230428093643-569-944324/8-peninggalan-
kerajaan-majapahit-ada-kitab-hingga-candi/amp
3. https://www.coursehero.com/file/56813800/Kerajaan-Majapahitdocx/
4. https://www.materisma.com/2014/04/sejarah-kerajaan-majapahit-politik.html
5. https://www.detik.com/bali/berita/d-6569811/sejarah-kerajaan-majapahit-lokasi-raja-dan-
peninggalannya
6. https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-kerajaan-majapahit/
7. https://jatim.inews.id/berita/ternyata-kerajaan-majapahit-pernah-sensus-penduduk-begini-
caranya/2

26
8. https://nasional.okezone.com/read/2021/09/25/337/2476840/begini-sensus-penduduk-
dan-pembayaran-pajak-di-masa-kerajaan-majapahit?page=1
9. https://www.belajarsosial.com/2015/08/kehidupan-politik-dan-pemerintahan.html
10. https://kumparan.com/kabar-harian/kerajaan-majapahit-politik-dan-pemerintahannya-
1wplyYKnJI6
11. https://historia.id/kuno/articles/meninjau-kembali-wilayah-kekuasaan-majapahit-
PGpaB/page/1
12. https://id.wikipedia.org/wiki/Majapahit

27

Anda mungkin juga menyukai