LP Pneumonia Ika
LP Pneumonia Ika
Disusun Oleh:
193203039
(Kristina Dias Utami, MPH) (Febri Anggun, S.Kep., Ns) (Diah Ardiam Rukmana, S.Kep)
PNEUMONIA
A. DEFINISI
Pneumonia merupakan kondisi kelebihan cairan di paru yang
diakibatkan oleh sebuah peroses inflamasi. Proses inflamasi tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan disebabkan oleh inhalasi
agen penyebab iritasi (IDAI, 2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia
merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-
infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradley et.al, 2011).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat (Bennete, 2013).
B. ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Bennete, 2013)
C. PATOFISIOLOGI
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru
meradang dan berlubang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan
cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnea, sianosis dan
batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi
menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia. Dari penjelasan diatas
masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan, Nyeri
(akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif
dan intoleransi aktivitas.
D. PATHWAY
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Streptoccocus Pneumonia
Virus , Jamur
Ketidakefektifan
Bersihan Jalan
Nafas
Kuman berlebihan Kuman terbawa di Infeksi saluran pernafasan bawah
di bronkus saluran
pencernaan Dilatasi Peningkatan Edema
pembuluh suhu antara
Proses darah kapiler dan
peradangan Infeksi saluran alveoli
pencernaan Septikemia
Eksudat
Akumulai sekret plasma Pengerasan
di bronkus Peningkatan flora masuk Peningkatan dinding paru
normal dalam alveoli metabolisme
usus Penurunan
compliance
Mukus
Gangguan Evaporasi paru
bronkus Malabsorbsi difusi meningkat
meningkat
dalam Suplai O2
plasma menurun
Bau mulut Diare Hipertermi
tidak
Hipoksia
sedap
Resiko Metabolisme
Anoreksia Ketidakseimbangan anaerob
Elektrolit meningkat
Intake
Kurang
fatique
Ketidakseimbangan Sumber :
Nutrisi Kurang Dari Bennete
Kebutuhan Tubuh Intoleransi
(2013) Aktivitas
E. MANIFESTASI KLINIK
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia
pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme
penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama
pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi
non infeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis (Bennete,
2013).
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus (GIT)
seperti mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner.
2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada,
takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak
perkusi, suara napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus
dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak
selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak
ditemukan kelainan.
F. PENCEGAHAN
Pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor resiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,
yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan
petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan
pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif,
dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang
pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan
asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi
udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor resiko (Kartasamita,
2010).
Menurut Kartasamita (2010), usaha untuk mencegah pneumonia
ada
2 yaitu:
1. Pencegahan Non spesifik, yaitu:
a. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi.
b. Menurunkan kemiskinan.
c. Meningkatkan tingkat pendidikan.
d. Menurunkan angka balita kurang gizi.
e. Meningkatkan derajat kesehatan.
f. Menurunkan morbiditas dan mortalitas.
g. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
2. Pencegahan Spesifik
a. Cegah berat bayi lahir ringan (BBLR).
b. Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang.
c. Berikan imunisasi
Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung
pneumonia adalah vaksin pertussis (ada dalam DTP), campak,
Hib (haemophilus influenzae type b) dan pneumococcus (PCV).
Dua vaksin diantaranya, yaitu pertussis dan campak telah masuk
ke dalam program vaksinasi nasional di berbagai negara,
termasuk Indonesia. Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah
dianjurkan oleh WHO dan menurut laporan, kedua vaksin ini
dapat mencegah kematian 1.075.000 anak setahun. Namun,
karena harganya mahal belum banyak negara yang memasukkan
kedua vaksin tersebut ke dalam program nasional imunisasi.
G. AKIBAT YANG DI TIMBULKAN
Akibat dari pneumonia menurut (Bennete, 2013) adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang.
2. Empysema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang
meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Gagal napas spontan
6. Syok Kardiogenik
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar x: mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empisema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah): tidak normal mungkin
terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang
ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4. JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED: meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain menurun, hipoksemia
8. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin: mungkin meningkat \ Aspirasi perkutan \ biopsi jaringan
paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan
sitoplasmik (CMV) (Doenges, 2000)
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman
penyebabnya.
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-
96 % berdasar pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang
kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran
untuk batuk dan napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih
sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia
bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang
disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada.
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas / istirahat
a. Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia
b. Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
a. Gejala: riwayat gagal jantung kronis
b. Tanda: takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
a. Gejala: banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
a. Gejala: kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
b. Tanda: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering
dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
a. Gejala: sakit kepala bagian frontal
b. Tanda: perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala: sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia,
atralgia
7. Pernafasan
a. Gejala: riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
b. Tanda: sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
c. Perkusi; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
d. Bunyi nafas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau
nafas Bronkial
e. Framitus: taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
f. Warna: pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
a. Gejala: riwayat gangguan sistem imun, demam
b. Tanda: berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan,
mungkin pada kasus rubela / varisela
9. Penyuluhan
a. Gejala: riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol
kronis
Smeltzer SC, Bare B.G (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta: EGC.