LP, Askep, DM KMB
LP, Askep, DM KMB
Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
OLEH
Nim : 2023611005
MALANG
2023-2024
1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Diabetes Melitus (DM) atau yang sering disebut kencing manis adalah penyakit gangguan
metabolisme tubuh yang menahun akibat hormon insulin dalam tubuh yang tidak dapat
digunakan secara efektif dalam mengatur keseimbangan gula darah sehingga meningkatkan
konsentrasi kadar gula di dalam darah (hiperglikemia) (Febrinasari, Sholikah, Pakha, & Putra,
2020).
Diabetes Melitus merupakan penyakit genetik yang terjadi ketika kadar gula dalam darah
tidak berada pada nilai normal yang disebabkan oleh oleh sekresi insulin, cara kerja insulin, atau
bahkan kombinasi keduanya. DM dapat menyerang semua organ didalam tubuh sehingga
membuka peluang besar terjadinya komplikasi dan gangguan lainnya. DM dengan komplikasi
merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di Indonesia (Amanda et al., 2020).
1.2 Etiologi
1. DM tipe 1 (terjadi karena kerusakan sel β pankreas atau reaksi autoimun. Sel β
pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin guna
mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai
80-90% maka gejala DM mulai muncul. Sebagian besar penderita DM tipe 1
sebagian besar oleh karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun);
2. DM tipe 2 (meliputi faktor genetik dan faktor non-genetik yang dapat dimodifikasi;
obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang kurang dapat
menyebabkan toleransi tubuh terhadap glukosa dan sensitivitas tubuh terhadap
insulin berkurang).
3. DM dalam kehamilan (faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM, kegemukan
dan glikosuria)
4. Diabetes tipe lain (yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik
(kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali),
penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang
mengganggu kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma genetik (Down’s,
Klinefelter’s).
1.3 Patofisiologi
Menurut (Darliana, 2017), sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
Adapun tanda dan gejala dari Diabetes Mellitus menurut (Purwanto, 2016) yaitu:
Poliuria
Polidipsi
Polipagia
Penurunan berat badan
Kelemahan
keletihan dan mengantuk
Malaise
Kesemutan pada ekstremitas
Infeksi kulit dan pruritus
Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.
a. Diagnostik
Dari anamnesis sering didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi, polifagia
dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang sering disampaikan
adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:
Pra-diabetes adalah penderita dengan kadar glukosa darah puasa antara 100 mg/dl sampai
dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2 jam puasa antara 140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT),
atau kadar A1C antara 5,7– 6,4% (Widodo, 2017).
b. Laboratorium
2.1 Pengkajian
a) Identitas
1) Jenis Kelamin
Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian DM, prevalensi kejadian
DM pada wanita lebih tinggi daripada lakilaki. Wanita lebih berisiko mengidap
diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh
yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome),
pascamenopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi
akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus
(Rita, 2018).
2) Usia
Berdasarkan data dari WHO menyatakan di Asia tenggara pada tahun 2014 terdapat
96 juta orang dewasa dengan diabetes di 11 negara, dan setengahnya tidak
terdiagnosis dengan diabetes. WHO juga menyatakan bahwa Diabetes terjadi 10
tahun lebih cepat di wilayah regional Asia Tenggara daripada orang-orang dari
wilayah Eropa, pada usia dimana merupakan masa paling produktif (WHO, 2016).
Kasus diabetes secara global di kalangan ABG sekitar usia 18 tahun telah meningkat
dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Menurut American
Diabetes Association, sekitar 5 ribu orang di bawah usia 20 tahun mendapat
diagnosis diabetes tipe 2 setiap tahunnya. Setidaknya 352 juta orang usia muda
berisiko terkena diabetes tipe 2. Sebuah penelitian di tahun 2012 yang diterbitkan
dalam “Diabetes Care” memperhitungkan potensi jumlah kasus diabetes di masa
depan pada orang di bawah usia 20 tahun. Studi ini menemukan bahwa pada saat ini
jumlah orang di bawah usia 20 tahun dengan diabetes tipe 2 akan meningkat hingga
49 persen pada tahun 2050. Jika tingkat insiden ini terus bertambah, jumlah kasus
diabetes tipe 2 pada anak-anak muda bisa meningkat hingga empat kali lipat (Purbo
& Diantamaela, 2019).
i. Keadaan Umum
Kesadaran: compos mentis; GCS: 15
Tekanan darah : hipertensi / meningkat
Nadi : menurun / normal
Suhu : meningkat / normal
RR : meningkat / normal
Bb : menurun
Glukosa darah : >200 mg/dl
ii. Kulit dan Rambut
Kulit tampak pucat karena kurangnya Hb. Turgor kulit tidak elastis jika kekurangan
cairan. Kulit terasa gatal jika terjadi komplikasi. Kulit panas, kering dan kemerahan.
Diaforesis (keringat banyak). Rambut bersih dan tidak rontok.
iii. Kepala Bentuk kepala simetris dan lonjong, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
iv. Mata Sklera ikterik, diplopia.
v. Telinga Telinga simetris antara kiri dan kanan. Tidak ada benjolan dan serumen.
vi. Hidung Hidung tampak simetris, tidak ada lesi dan tidak ada sekret. Tidak terdapat
benjolan
vii. Mulut Bentuk mulut simetris. Lidah dan gigi bersih. Mukosa lembab.
viii. Leher Bentuk leher simetris. Biasanya tidak terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid,
kelenjar getah bening dan jugularis venous pressure.
ix. Paru-paru Tampak simetris antara kanan dan kiri. Getaran lokal femitus sama. Bising
paru normal dan resonan.
x. Abdomen Abdomen tampak simetris, tidak ada nyeri dan suara perkusi resonan.
xi. Ekstremitas atas Normal.
xii. Ekstremitas bawah Terkadang terdapat luka dan terasa nyeri atau baal.
Amanda, S., Rosidin, U., & Permana, R. H. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Senam
Diabetes Melitus terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan. Media Karya Kesehatan, 3(2), 162–
173. http://journal.unpad.ac.id/mkk/article/view/25656
Darliana, D. (2017). Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus. Idea
Nursing Journal, 2(2), 132-136.
Febrinasari, R. P., Sholikah, T. A., Pakha, D. N., & Putra, S. E. (2020). Buku Saku Diabetes
Melitus Untuk Awam. Surakarta: UNS Press.
Irene, G. Y., Kuswinarti, K., & Kusumawati, M. (2020). Understanding Patients with Type 2
Diabetes Mellitus Using Oral Antidiabetic Drugs. Journal of Medicine and Health, 2(5), 61–75.
https://doi.org/10.28932/jmh.v2i5.1110
Rita, N. (2018). Hubungan Jenis Kelamin, Olahraga dan Obesitas Dengan Kejadian Diabetes
Mellitus Pada Lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 93- 101.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.