Rancang Kota Yang Baik
Rancang Kota Yang Baik
yang baik
Freiburg, Germany 3
LEGIBILITY of CITY
5
“Jalan pulang ke rumah”
6
illegibility city – kota monoton
7
“Image of the city”
8
Image of the City
Mengapa penting
Bentuk Mental
Kota map
Spatial
behavior
9
“Image of the city”
10
IMAGE of The CITY
Kevin Lynch, 1960
Melakukan interview dg penduduk BOSTON
Aspeknya: Paths, Edges, Districts, Nodes, Landmarks
11
CITRA KOTA
(Kevin Lynch)
5 LANDMARKS
1 PATHS 3 DISTRICTS
2 EDGES
4 NODES
12
Mental Maps
Dikenal juga sebagai cognitive maps, mind maps, cognitive moodels atau
mental models
Merupakan:
Suatu jenis proses mental yang tersusun dari suatu rangkaian transformasi
psikologi,
yang mana seorang individu mampu
memperoleh, mengklasifikasikan, menyimpan, dan mengurai informasi
tentang lokasi relatif dan atribut dari
fenomena setiap hari atau metafora lingkungan spasial
Suatu metoda yang digunakan untuk mengkonstruksikan dan
mengakumulasi informasi dan pemahaman spasial
Manfaat dalam Urban Design
Memvisualisasikan dan mendesain elemen-elemen kota sesuai persepsi
masyarakat/ pengguna
13
Mental Map
14
15
16
Faktor Urban Experience
Mengapa terdapat perbedaan antar individu
Urban
Urban
Experience
Experience
Usia Akses
Akses thd
thd Waktu Tkt
Tkt Ketakutan/
Ketakutan/
Usia Transportasi
Transportasi Waktu Luang
Luang Keberanian
Keberanian
Mata
Mata Mata
Mata Fisik
Fisik
Pencaharian
Pencaharian Pencaharian
Pencaharian Bangunan
Bangunan
Suku/
Suku/ Ras
Ras Pendidikan
Pendidikan Usia
Usia
Lokasi
Lokasi Sikap
Rumah
Rumah Sikap
Korban
Korban
Kekerasan
Kekerasan
17
URBAN DESIGN
yang
BERKELANJUTAN
jurusan perencanaan wilayah dan kota
universitas brawijaya
Definisi Kota Berkelanjutan
19
Neotraditional Development
20
Neotraditional Development
Desain Perumahan Neotradisional
21
Neotraditional Development
Desain Perumahan Neotradisional
22
Neotraditional Development
23
Neotraditional Development
24
Neotraditional Development
Desain Perumahan Modern (Planned Unit Development)
25
Neotraditional Development
TIPE PERMUKIMAN
26
Neotraditional Development
27
Neotraditional Development
Repair Sprawl
28
NEW URBANISM
Gerakan Urban Design yang mempromosikan lingkungan
walkability disekitar perumahan dan tempat kerja
Merupakan perluasan konsep smart growth
29
NEW URBANISM
Skala REGIONAL
Membatasi area terbangun
dengan batas geografis
Hubungan terbatas antara
ruang kota dan hinterlandnya
Pola ruang kota harus memiliki
batas yang jelas
Pengembangan kearah dalam
dibandingkan eksnpansi
melewati pinggir kota
Penggunaan instrumen insentif
dan desinsentif untuk
menghindari kerusakan
kawasan non budidaya
Kerjasama antar pemda untuk
menghindari kompetisi yang
destruktif
30
NEW URBANISM
Skala KAWASAN
Kawasan harus kompak,
pedestrian yang nyaman dan
guna lahan campuran
Keragaman jenis perumahan shg
membentuk diversifikasi
Fasilitas umum, sosial dan
ekonomi harus menyatu dengan
perumahan
Penyediaan angkutan sebagai
pilihan alternatif kend pribadi
31
NEW URBANISM
Skala BLOK
Desain bangunan yang menyatu
dengan lingkungan
Desain bangunan dan lansekap
memiliki kearifan lokal (iklim,
topografi,sejarah dan budaya
Pengembangan failitas
kendaraan bermotor
mengakomodasi jalur
pedestrian yang nyaman
Jalan harus aman dan menjadi
ruang interaksi sosial
32
Prinsip New Urbanism
Walkability
Jalan yang memiliki jalur pedestrian yang
nyaman
Konektivitas
Jaringan jalan terintegrasi
Guna Lahan Campuran dan Keragaman
Perumahan-Perdagangan’
Usia, pendapatan dan ras
Keragaman jenis perumahan
Desain bangunan dan lansekap yang baik
33
PRINSIP
NEW URBANISM
Walkability:
Jalan yang memiliki jalur
pedestrian yang nyaman
Konektivitas
Jaringan jalan terintegrasi
Guna Lahan Campuran dan
Keragaman
Perumahan-Perdagangan’
Usia, pendapatan dan ras
Keragaman jenis perumahan
Desain bangunan dan lansekap
yang baik
34
Transit Oriented Development
35
Transit Oriented Development
36
Transit Oriented Development
37
Urban Containment
Tujuan menghambat ekspansi area terbangun suatu kota dan
mendorong perkembangan ke “inward”.
Mendorong kepadatan yang tinggi, tata guna lahan campuran,
transportasi umum, utilitas yang lebih efisien
Metode : Urban Growth Boundaries, Urban Limit Line, Green Line
38
Urban Containment
39
Urban Containment
Green belt Urban core
Avon Green Belt Bristol and Bath
Burton upon Trent and Swadlincote Green Belt Burton upon Trent and Swadlincote
Cambridge Green Belt Cambridge
South West Hampshire/South East Dorset Green Belt Dorset, Bournemouth and Poole
Gloucester and Cheltenham Green Belt Gloucester and Cheltenham
Metropolitan Green Belt Greater London
North West Green Belt Merseyside and Greater Manchester
Nottingham and Derby Green Belt Nottingham and Derby
Oxford Green Belt Oxford
South and West Yorkshire Green Belt South Yorkshire and West Yorkshire
Stoke-on-Trent Green Belt Stoke-on-Trent
North East Green Belt Tyne and Wear, Durham and Hexham
West Midlands Green Belt West Midlands
York Green Belt York 40
Urban Containment
41
Urban Containment
42
Urban Containment
43
Compact City
44
Eco City
Eco-city direncanakan memiliki tujuan dalam penggunaan sumber daya
yang seminimal mungkin (minimalisasi input energi, air dan makanan)
serta memberikan dampak yang sekecil mungkin (output/ limbah
panas, polusi udara dan polusi air)
Kota harus mampu mendaur-ulang sumber-sumber daya tersebut.
45
Eco City
46
Eco City
Ecotopia
47
Eco City
Ecotopia
48
Tipologi Kota Berkelanjutan
A. Neotraditional Development
B. Urban Containment
C. Compact City
D. Eco City
49
Neotraditional
Development
• Kota berorientasi pedestrian dan tingkat kepadatan yg lebih
tinggi dibandandingkan lingkungan sekitarnya,
• Penggunaan lahan campuran (mix landuse)
• Kesempatan pengemudi dan pejalan kaki memiliki alternatif rute
untuk mencapai tujuan
• Istilah lain : New Urbanism, Transit Oriented Development,
Transit Village, Transit-friendly design
• (Audirac 1994, Berman 1996)
50
Urban
Containment
• Tujuan : Menghambat ekspansi area terbangun suatu kota
dan mendorong perkembangan ke dalam (inward)
• Mendorong kepadatan yang tinggi, guna lahan campuran,
transportasi umum, utilitas yang lebih efisien
• Metode : Urban Growth Boundaries, Urban Limit Line, Green
Line
• (Rodriguez 2006, Woo 2007))
51
Compact
City
• Bentuk kota yang kompak dengan rdiuas kota
yang kecil, kepadatan tinggi serta guna laham
campuran
• (Tsuei 1996, Burton 2000, Kaji 2004 , Holden 2005,
Neuman 2005)
52
Tipologi Kota Berkelanjutan
Eco
City
• Didominasi ruang terbuka hijau, dengan
keragaman ekologi dan kultural
• Cara : penerapan managemen lingkungan
• Istilah lain : Environmental City, Green
City, Sustainable City, Sustainable
Community
• (Kentworthy 2006)
53
tipologi kota berkelanjutan
A B C D
kriteria neo traditio- compact urban eco-city
nal devt. city containment
1
kepadatan
tinggi sedang tinggi sedang sedang
2
keragaman
tinggi tinggi tinggi sedang sedang
3
guna lahan
campuran tinggi tinggi sedang sedang
4
kompaksi
tinggi sedang tinggi sedang kecil
transportasi
5 berkelanjut-
an
sedang tinggi sedang tinggi
passive
6 solar
design
kecil kecil kecil
tinggi
greening
7 ecological
design
sedang kecil kecil
tinggi54
Kriteria Kota Berkelanjutan
57
“Radiant City” (le
Corbusier)
DESAIN Radiant City
Bangunan dengan
kepadatan tinggi
Open space yg luas dan
plasa
Zona fungsional
memisahkan penggunaan
lahan yg berbeda
58
Gerakan “Radiant City” Kepadatan Tinggi
59
Urban Block Perimeter
60
Keragaman
Tinggi
Variasi jenis perumahan, kepadatan,
bangunan, ukuran, rumah tangga, usia,
budaya & pendapatan untuk meningkatkan
kesetaraan dan keragaman sosial budaya
(Jacobs, 2002)
61
Keragaman Tinggi
62
Keragaman Tinggi
Kota SINGAPORE :
Keragaman Tinggi?
63
Keragaman Tinggi
Kota DUBAI :
Keragaman Tinggi?
64
Keragaman Tinggi
69
Keragaman
Penggunaan Lahan
Perdag
Perdag
RTH
RTH
Perum Perum
Perum Fasos
Fasos
Fasum Fasum
70
Keragaman
Penggunaan Lahan
Konsep
Berhuni
Berhuni
Bekerja Rekreasi
Bekerja Rekreasi
73
Kompakasi
Tinggi
Kepadatan bangunan dan aktivitas yang
tinggi disertai radius area terbangunan yang
kecil untuk meminimalkan energi
transportasi, air, barang dan manusia (Acioly
Jr & Claudio 2000)
74
Kompaksi
75
Kriteria Jarak
Pencapaian
Walkable Development
S
I TA
A N
LI T
RS
O
E
P
IV
RO
UN
T
ME
A N
INDUK
AM AR
T
PAS
S AR GROSIR/
RW PA
TA TK RKET
SUPERMA
SATELIT
MA
KOTA/ KOTA
KI N
OS
S RU
TAMAN KOTA
D MA
H
Pe TA
rto MA S MA
ko N , D 1 ,D
TA KE 2,D3
PA
an CA
KE M A
SA
KE MA
R
LU N
LO
TA
LU RA
SM
N
KA
RA HA
L
N
P
KE
H AN
CA MA
T AN 76
Transportasi
Berkelanjutan
Lahan atau Zonasi yang campuran /
heterogen untuk mengurangi jarak tempuh
serta mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi (Jabareen 2006)
77
Transportasi
Berkelanjutan
78
Prinsip Walkability
1 Jalan Kendaraan Bermotor
yang Sempit
79
Prinsip Walkability
2 Vegetasi Jalan
80
Prinsip Walkability
3 Volume Lalu Lintas
81
Prinsip Walkability
4 Sidewalks
82
Prinsip Walkability 5 Jalan Terkoneksi
A A
HUBUNGAN-T
(simpang tiga)
B B
A A
HUBUNGAN-X
(simpang empat)
B B
83
Prinsip Walkability 5 Jalan Terkoneksi
84
Prinsip Walkability
6 On Street Parking
85
Prinsip Walkability
7 Lower Traffic Speed
86
Prinsip Walkability
8 Mixed Land Use
87
Prinsip Walkability
9 Orientasi Bangunan ke Jalan
88
Passive Solar
Design
Pengaturan bentuk dan desain bangunan,
jalan, material, vegetasi dan permukaan air
untuk mencapai efisiensi energi (mengurangi
biaya energi dan pemeliharaan, (Moughtin
dan Peter 2005)
89
90
Kurang Baik Baik
91
Greening
Ecological Design
Integrasi antara alam dengan bangunan, kawasan dan
kota untuk peningkatan kualitas lingkungan (Beatly
2000)
92
Greening Eco Design
Tentang
99
Kotagede Jogjakarta 100
Kotagede Jogjakarta 101
9 kepadatan tinggi 9 kawasan yang “legible”
9 keragaman tinggi
9 guna lahan campuran
9 kompaksi tinggi 9 kearifan lokal
9 konektivitas tinggi
' passive sollar design
' greening ecological design Kotagede Jogjakarta
102
103
Kampung Laweyan, Solo 104
Kampung Arab, Surabaya 105
Kampung Surabaya 106
Kampung Kemasan, Gresik 107
Sosrowijayan Jogjakarta 108