Anda di halaman 1dari 108

rancang kota

yang baik

jurusan perencanaan wilayah dan kota


universitas brawijaya
Pengantar
Rancang Kota yg baik
1. Dasar suatu kota adalah aktivitas yang beragam
2. Bangunan (dan ruang yang dibentuknya) merupakan elemen
pertumbuhan kota
3. Pertumbuhan (pembangunan) kota yang baru harus memahami
konteks yang ada (yang dibentuk konstruksi lama)
4. Tujuan utama urban design adalah membentuk ruang terbuka
publik termasuk ruang jalan yang memiliki makna
5. Jalan harus mengakomodasi beragam bentuk pergerakan dan
meningkatkan aktivitas pejalan kaki dan pergerakan
6. Sistem transportasi harus rasional
7. Urban places harus beragam untuk meningkatkan aktivitas yang
terkait (perumahan, pertokoan, fasilitas umum)
8. Masyarakat harus berperan dalam membentuk urban setting
2
Rancang Kota yang Baik

1. Kota harus Terbaca


(Legibility of City)
2. Kota Berkelanjutan
3. Kota mampu Artikulasi Kearifan Lokal

Freiburg, Germany 3
LEGIBILITY of CITY

jurusan perencanaan wilayah dan kota


universitas brawijaya
Keterbacaan suatu Kota
(Legibility of a City)
[suatu karakter, dimana bagian-bagian kota dapat dikenali dan diorganisiasi
menjadi suatu pola yang jelas]
--------
Keterbacaan yang jelas merupakan prasyarat suatu kota yang menarik
--------
Strukturisasi dan Identifikasi lingkungan merupakan kemampuan penting
untuk semua pergerakan dalam menetapkan orientasi dan identifikasi
--------
Banyak tanda yang dapat digunakan al: warna, bentuk, gerakan, suara, bau,
gravity – dapat membentuk ‘sense of a place’
--------
Citra merupakan produk sensasi saat ini dan juga memori pengalaman masa
lalu
--------

5
“Jalan pulang ke rumah”

6
illegibility city – kota monoton

7
“Image of the city”

Apakah Image of the City


Model kota yang Intangible
Bersifat personal
Didesain utk keperluan praktis dan tidak persis
Selalu berubah
Manfaat?
Membantu navigasi
Pedoman utk interaksi sosial
Mencegah perasaan kehilangan
Membuat desain kota yang nyaman

8
Image of the City

Mengapa penting

Bentuk Mental
Kota map

Spatial
behavior

9
“Image of the city”

Beberapa nama lain


Image of the City (Kevin Lynch)
Mental maps (Peter Gould, Rodney White)
Cognitive maps (Roger Downs and David Stea, Reg
Golledge)

10
IMAGE of The CITY
Kevin Lynch, 1960
Melakukan interview dg penduduk BOSTON
Aspeknya: Paths, Edges, Districts, Nodes, Landmarks

11
CITRA KOTA
(Kevin Lynch)

5 LANDMARKS

1 PATHS 3 DISTRICTS

2 EDGES

4 NODES
12
Mental Maps
Dikenal juga sebagai cognitive maps, mind maps, cognitive moodels atau
mental models
Merupakan:
Suatu jenis proses mental yang tersusun dari suatu rangkaian transformasi
psikologi,
yang mana seorang individu mampu
memperoleh, mengklasifikasikan, menyimpan, dan mengurai informasi
tentang lokasi relatif dan atribut dari
fenomena setiap hari atau metafora lingkungan spasial
Suatu metoda yang digunakan untuk mengkonstruksikan dan
mengakumulasi informasi dan pemahaman spasial
Manfaat dalam Urban Design
Memvisualisasikan dan mendesain elemen-elemen kota sesuai persepsi
masyarakat/ pengguna
13
Mental Map

14
15
16
Faktor Urban Experience
Mengapa terdapat perbedaan antar individu
Urban
Urban
Experience
Experience

Usia Akses
Akses thd
thd Waktu Tkt
Tkt Ketakutan/
Ketakutan/
Usia Transportasi
Transportasi Waktu Luang
Luang Keberanian
Keberanian

Pendapatan Pendapatan Jenis


Jenis
Pendapatan Pendapatan Kelamin
Kelamin

Mata
Mata Mata
Mata Fisik
Fisik
Pencaharian
Pencaharian Pencaharian
Pencaharian Bangunan
Bangunan

Suku/
Suku/ Ras
Ras Pendidikan
Pendidikan Usia
Usia

Lokasi
Lokasi Sikap
Rumah
Rumah Sikap

Korban
Korban
Kekerasan
Kekerasan
17
URBAN DESIGN
yang
BERKELANJUTAN
jurusan perencanaan wilayah dan kota
universitas brawijaya
Definisi Kota Berkelanjutan

Terdapat Beragam Definisi dan


Konsep Kota Berkelanjutan

19
Neotraditional Development

Suatu strategi desain yang mendorong masy untuk lebih memilih


berjalan kaki, naik sepeda atau naik angkutan umum dibandingkan
naik mobil pribadi
Kriteria
Guna lahan campuran antara perumahan, perdagangan, jasa dan
faasilitas umum dalam area yang kompak
Keseimbangan antara ruang privat dan publik untuk
meningkatkan identitas dan nilai kawasan
Membentuk masyarakat yang guyub, mendorong walkability dan
meningkatkan kenyamanan
Penggunaan pola kota dan kawasan tradisional sebagai model
masa depan

20
Neotraditional Development
Desain Perumahan Neotradisional

21
Neotraditional Development
Desain Perumahan Neotradisional

22
Neotraditional Development

Desain Perumahan Neotradisional

23
Neotraditional Development

Desain Perumahan Modern (Planned Unit Development)

24
Neotraditional Development
Desain Perumahan Modern (Planned Unit Development)

25
Neotraditional Development

TIPE PERMUKIMAN

Permukiman Tradisional Planned Unit Developments Hibrid (Campuran)


(PUD)

Sumber : Ewing dan Cervero dalam Mitra, Raktim (2007)

26
Neotraditional Development

27
Neotraditional Development
Repair Sprawl

28
NEW URBANISM
Gerakan Urban Design yang mempromosikan lingkungan
walkability disekitar perumahan dan tempat kerja
Merupakan perluasan konsep smart growth

29
NEW URBANISM
Skala REGIONAL
Membatasi area terbangun
dengan batas geografis
Hubungan terbatas antara
ruang kota dan hinterlandnya
Pola ruang kota harus memiliki
batas yang jelas
Pengembangan kearah dalam
dibandingkan eksnpansi
melewati pinggir kota
Penggunaan instrumen insentif
dan desinsentif untuk
menghindari kerusakan
kawasan non budidaya
Kerjasama antar pemda untuk
menghindari kompetisi yang
destruktif
30
NEW URBANISM
Skala KAWASAN
Kawasan harus kompak,
pedestrian yang nyaman dan
guna lahan campuran
Keragaman jenis perumahan shg
membentuk diversifikasi
Fasilitas umum, sosial dan
ekonomi harus menyatu dengan
perumahan
Penyediaan angkutan sebagai
pilihan alternatif kend pribadi

31
NEW URBANISM
Skala BLOK
Desain bangunan yang menyatu
dengan lingkungan
Desain bangunan dan lansekap
memiliki kearifan lokal (iklim,
topografi,sejarah dan budaya
Pengembangan failitas
kendaraan bermotor
mengakomodasi jalur
pedestrian yang nyaman
Jalan harus aman dan menjadi
ruang interaksi sosial

32
Prinsip New Urbanism
Walkability
Jalan yang memiliki jalur pedestrian yang
nyaman
Konektivitas
Jaringan jalan terintegrasi
Guna Lahan Campuran dan Keragaman
Perumahan-Perdagangan’
Usia, pendapatan dan ras
Keragaman jenis perumahan
Desain bangunan dan lansekap yang baik

33
PRINSIP
NEW URBANISM
Walkability:
Jalan yang memiliki jalur
pedestrian yang nyaman
Konektivitas
Jaringan jalan terintegrasi
Guna Lahan Campuran dan
Keragaman
Perumahan-Perdagangan’
Usia, pendapatan dan ras
Keragaman jenis perumahan
Desain bangunan dan lansekap
yang baik

34
Transit Oriented Development

Suatu area dengan guna lahan campuran perumahan dan komersial,


yang didesai memiliki aksesibilitas tinggi ke angkutan umum.
Suatu kawasan TOD memiliki pusat berupa transit station atau transit
stop (halte/ stasiun kereta api, metro, trem atau bis) yang dikelilingi
oleh area terbangun yang relatif padat dan menyebar keluar semakin
rendah kepadatannya.
Area TOD umumnya berada dalam radius (400-800 m) dari transit
stop

35
Transit Oriented Development

36
Transit Oriented Development

37
Urban Containment
Tujuan menghambat ekspansi area terbangun suatu kota dan
mendorong perkembangan ke “inward”.
Mendorong kepadatan yang tinggi, tata guna lahan campuran,
transportasi umum, utilitas yang lebih efisien
Metode : Urban Growth Boundaries, Urban Limit Line, Green Line

38
Urban Containment

39
Urban Containment
Green belt Urban core
Avon Green Belt Bristol and Bath
Burton upon Trent and Swadlincote Green Belt Burton upon Trent and Swadlincote
Cambridge Green Belt Cambridge
South West Hampshire/South East Dorset Green Belt Dorset, Bournemouth and Poole
Gloucester and Cheltenham Green Belt Gloucester and Cheltenham
Metropolitan Green Belt Greater London
North West Green Belt Merseyside and Greater Manchester
Nottingham and Derby Green Belt Nottingham and Derby
Oxford Green Belt Oxford
South and West Yorkshire Green Belt South Yorkshire and West Yorkshire
Stoke-on-Trent Green Belt Stoke-on-Trent
North East Green Belt Tyne and Wear, Durham and Hexham
West Midlands Green Belt West Midlands
York Green Belt York 40
Urban Containment

41
Urban Containment

Gren belt di Ottawa

42
Urban Containment

43
Compact City

Definisi compact city menurut Burton (2000) dalam tulisannya


menekankan pada dimensi ‘kepadatan yang tinggi’.
Pendekatan compact city adalah meningkatkan kawasan terbangun
dan kepadatan penduduk permukiman, mengintensifkan aktifitas
ekonomi, sosial dan budaya perkotaan, dan memanipulasi ukuran
kota, bentuk dan struktur perkotaan serta sistem permukiman dalam
rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan
global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan
(Jenks, 2000).
Ide kota kompak ini pada awalnya adalah sebuah respon dari
pembangunan kota acak (urban sprawl development), seperti
ditunjukkan perbedaannya pada tabel 1.

44
Eco City
Eco-city direncanakan memiliki tujuan dalam penggunaan sumber daya
yang seminimal mungkin (minimalisasi input energi, air dan makanan)
serta memberikan dampak yang sekecil mungkin (output/ limbah
panas, polusi udara dan polusi air)
Kota harus mampu mendaur-ulang sumber-sumber daya tersebut.

45
Eco City

46
Eco City
Ecotopia

47
Eco City
Ecotopia

48
Tipologi Kota Berkelanjutan

A. Neotraditional Development
B. Urban Containment
C. Compact City
D. Eco City

49
Neotraditional
Development
• Kota berorientasi pedestrian dan tingkat kepadatan yg lebih
tinggi dibandandingkan lingkungan sekitarnya,
• Penggunaan lahan campuran (mix landuse)
• Kesempatan pengemudi dan pejalan kaki memiliki alternatif rute
untuk mencapai tujuan
• Istilah lain : New Urbanism, Transit Oriented Development,
Transit Village, Transit-friendly design
• (Audirac 1994, Berman 1996)

50
Urban
Containment
• Tujuan : Menghambat ekspansi area terbangun suatu kota
dan mendorong perkembangan ke dalam (inward)
• Mendorong kepadatan yang tinggi, guna lahan campuran,
transportasi umum, utilitas yang lebih efisien
• Metode : Urban Growth Boundaries, Urban Limit Line, Green
Line
• (Rodriguez 2006, Woo 2007))

51
Compact
City
• Bentuk kota yang kompak dengan rdiuas kota
yang kecil, kepadatan tinggi serta guna laham
campuran
• (Tsuei 1996, Burton 2000, Kaji 2004 , Holden 2005,
Neuman 2005)
52
Tipologi Kota Berkelanjutan
Eco
City
• Didominasi ruang terbuka hijau, dengan
keragaman ekologi dan kultural
• Cara : penerapan managemen lingkungan
• Istilah lain : Environmental City, Green
City, Sustainable City, Sustainable
Community
• (Kentworthy 2006)

53
tipologi kota berkelanjutan
A B C D
kriteria neo traditio- compact urban eco-city
nal devt. city containment

1
kepadatan
tinggi sedang tinggi sedang sedang

2
keragaman
tinggi tinggi tinggi sedang sedang

3
guna lahan
campuran tinggi tinggi sedang sedang

4
kompaksi
tinggi sedang tinggi sedang kecil

transportasi
5 berkelanjut-
an
sedang tinggi sedang tinggi
passive
6 solar
design
kecil kecil kecil
tinggi
greening
7 ecological
design
sedang kecil kecil
tinggi54
Kriteria Kota Berkelanjutan

Kepadatan Didasarkan pada konsep • Mengurangi pemakaian SD


(Kenworthy 2006) kelayakan ambang batas • MEndorong Interaksi Sosial

variasi jenis perum, kepdtn • Keragaman sosial budaya


Keragaman bang, ukuran rumah tangga,
(Jacobs 2002)
usia, budaya & pendapatan • Kesetaraan

TGL Campuran lhn campuran atau zonasi yg • Mengurangi jarak tempuh


(Jabareen 2006) heterogen • Pengurangan kend pribadi

• Meminimalkan energi untuk


Kompaksi Kepadatan bang & aktivitas transportasi, air, barang dan
(Acioly Jr & Claudio 2000)
manusia

Transportasi Kesimbangan antara • Transportasi yang efisien dan


kebutuhan akan aksesibilitas
Berkelanjutan (Handy, 2005). dan kualitas lingkungan setara

Pengaturan bentuk & desain


Pasive Solar Design bang, jln, materia, vegetasi • Efisiensi energi
(Moughtin dan Peter 2005)
dan permukaan air,

Greening-Ecological Integrasi antara alam dengan • Peningkatan kualitas


Design (Beatly 2000) kota lingkungan
55
Kepadatan
Tinggi
Didasarkan pada konsep kelayakan ambang
batas yang bertujuan mengurangi
pemakaian Sumber Daya dan mendorong
Interaksi Sosial (Kenworthy 2006)
56
Kepadatan
Tinggi

57
“Radiant City” (le
Corbusier)
DESAIN Radiant City
Bangunan dengan
kepadatan tinggi
Open space yg luas dan
plasa
Zona fungsional
memisahkan penggunaan
lahan yg berbeda

58
Gerakan “Radiant City” Kepadatan Tinggi

59
Urban Block Perimeter

60
Keragaman
Tinggi
Variasi jenis perumahan, kepadatan,
bangunan, ukuran, rumah tangga, usia,
budaya & pendapatan untuk meningkatkan
kesetaraan dan keragaman sosial budaya
(Jacobs, 2002)

61
Keragaman Tinggi

Kota New York :


Keragaman Tinggi?

62
Keragaman Tinggi

Kota SINGAPORE :
Keragaman Tinggi?

63
Keragaman Tinggi

Kota DUBAI :
Keragaman Tinggi?

64
Keragaman Tinggi

Kota WLLWMSTAD, BELANDA :


Keragaman Tinggi
65
Keragaman Tinggi

Kota BURANO, ITALY :


Keragaman Tinggi
66
Keragaman Tinggi

Kota WROCLAW, POLAND :


Keragaman Tinggi
67
Keragaman Tinggi

Kota Santa Marta, Rio de Janeiro :


Keragaman Tinggi
68
Keragaman
Pengg. Lahan
Lahan atau Zonasi yang campuran /
heterogen untuk mengurangi jarak tempuh
serta mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi (Jabareen 2006)

69
Keragaman
Penggunaan Lahan

Perdag
Perdag

RTH
RTH
Perum Perum
Perum Fasos

Fasos

Fasum Fasum

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3

70
Keragaman
Penggunaan Lahan
Konsep

Berhuni

Berhuni

Bekerja Rekreasi

Bekerja Rekreasi

Jarak yang Jarak yang dapat dicapai


membutuhkan dengan berjalan kaki dan
kend bermotor naik sepeda
71
Keragaman
Penggunaan Lahan

KEMARIN HARI INI HARI ESOK

PERDAGANGAN & JASA PERUMAHAN


INDUSTRI REKREASI
PENDIDIKAn & FAS UMUM
72
Keragaman Penggunaan Lahan

73
Kompakasi
Tinggi
Kepadatan bangunan dan aktivitas yang
tinggi disertai radius area terbangunan yang
kecil untuk meminimalkan energi
transportasi, air, barang dan manusia (Acioly
Jr & Claudio 2000)

74
Kompaksi

Tingkat Kriteria Karakter Kawasan


A Jarak rata-rata ke pusat pelayanan = 0 – 750 m Berorientasi Berjalan Kaki
(Walking Smart Growth)
B Jarak rata-rata ke pusat pelayanan =751 – 1.500 m Berorientasi Kendaraan tdk
bermotor (Bicycle Smart Growth)

C Jarak rata-rata ke pusat pelayanan =1.501 – 3.000 m Suburban Sprawl


D Jarak rata-rata ke pusat pelayanan =3..001 – 6.000 m Rural Sprawl
E Jarak rata-rata ke pusat pelayanan > 6.001 m Excessive Sprawl

75
Kriteria Jarak
Pencapaian
Walkable Development

S
I TA
A N
LI T

RS
O

E
P

IV
RO

UN
T
ME
A N
INDUK
AM AR
T
PAS
S AR GROSIR/
RW PA
TA TK RKET
SUPERMA

SATELIT
MA

KOTA/ KOTA
KI N
OS
S RU
TAMAN KOTA
D MA
H
Pe TA
rto MA S MA
ko N , D 1 ,D
TA KE 2,D3

PA
an CA
KE M A

SA
KE MA

R
LU N

LO
TA
LU RA
SM
N

KA
RA HA

L
N
P

KE
H AN

CA MA
T AN 76
Transportasi
Berkelanjutan
Lahan atau Zonasi yang campuran /
heterogen untuk mengurangi jarak tempuh
serta mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi (Jabareen 2006)

77
Transportasi
Berkelanjutan

Penggunaan Angkutan Umum


Walkability

78
Prinsip Walkability
1 Jalan Kendaraan Bermotor
yang Sempit

79
Prinsip Walkability
2 Vegetasi Jalan

80
Prinsip Walkability
3 Volume Lalu Lintas

81
Prinsip Walkability
4 Sidewalks

82
Prinsip Walkability 5 Jalan Terkoneksi

KONFIGURASI POHON KONFIGURASI SELL

A A

HUBUNGAN-T
(simpang tiga)

B B

A A

HUBUNGAN-X
(simpang empat)

B B

83
Prinsip Walkability 5 Jalan Terkoneksi

84
Prinsip Walkability
6 On Street Parking

85
Prinsip Walkability
7 Lower Traffic Speed

86
Prinsip Walkability
8 Mixed Land Use

87
Prinsip Walkability
9 Orientasi Bangunan ke Jalan

88
Passive Solar
Design
Pengaturan bentuk dan desain bangunan,
jalan, material, vegetasi dan permukaan air
untuk mencapai efisiensi energi (mengurangi
biaya energi dan pemeliharaan, (Moughtin
dan Peter 2005)
89
90
Kurang Baik Baik

Pasive Solar Design

Pengaturan Bangunan terhadap Aliran Angin

91
Greening
Ecological Design
Integrasi antara alam dengan bangunan, kawasan dan
kota untuk peningkatan kualitas lingkungan (Beatly
2000)
92
Greening Eco Design

PEARTURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 02/PRT/M/2015

Tentang

BANGUNAN GEDUNG HIJAU


93
Contoh yang Baik

jurusan perencanaan wilayah dan kota


universitas brawijaya
Pasau, Germany 95
Offendurg, Germany 96
Orchard Road, Singapore 97
Chinatown, Singapore 98
Kampong Glam
Singapore

99
Kotagede Jogjakarta 100
Kotagede Jogjakarta 101
9 kepadatan tinggi 9 kawasan yang “legible”
9 keragaman tinggi
9 guna lahan campuran
9 kompaksi tinggi 9 kearifan lokal
9 konektivitas tinggi
' passive sollar design
' greening ecological design Kotagede Jogjakarta
102
103
Kampung Laweyan, Solo 104
Kampung Arab, Surabaya 105
Kampung Surabaya 106
Kampung Kemasan, Gresik 107
Sosrowijayan Jogjakarta 108

Anda mungkin juga menyukai