Tafsir Tarbawi
Tafsir Tarbawi
Disusun oleh:
Tauhid Muttaqin 22112020
Madrasah merupakan lembaga penddidikan berbasis agama yang sudah lama ada di negara
Indonesia yang berupaya untuk secara aktif dapat mengembangkan potensi dalam diri peserta
didik agar memiliki life skill dengan bekal spiritual, intelektual, kecerdasan emosional dan
akhlak mulia, serta segala keterampilan yang mungkin diperlukan dalam masyarakat, bangsa
dan negara. Perkembangan kurikulum madrasah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah awal
masuk agama Islam dan perkembangannya sejak zaman pra-kemerdekaan hingga sekarang.
Secara garis besar kurikulum madrasah memiliki variasi yang berbedabeda tergantung situasi
dan kondisi yang terjadi di berbagai macam tempat. Perbedaan variasi kurikulum tersebut
dibagi menjadi 3 periode yaitu: 1). Kurikulum madrasah sebelum kemerdekaan, 2).
Kurikulum madrasah sesudah kemerdekaan, dan 3). Kurikulum madrasah pasca
kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, kurikulum madrasah cenderung tidak terstruktur
karena orientasinya adalah dakwah penyebaran agama Islam. Terdapat juga di beberapa
wiayah seperti di Sumatera khususnya Aceh, madrasah sudah memiliki bentuk kurikulum
yang terstruktur walaupun masih cukup sederhana terutama pasca masifnya gerakan
pembaharuan yang dibawa oleh para tokoh nasional yang belajar di Timur Tengah. Pasca
kemerdekaan, kurikulum madrasah secara nasional sudah memiliki bentuk yang terstruktur
dan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman hingga bisa menjadi
kurikulum seperti saat ini.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… i
Daftar Isi…….…………………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Reformasi Pendidikan………...…………………………………. 2
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004 (KBK)..................................2
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 (KTSP)........................3
D. Kurikulum Tahun 2013……………………………………………………..4
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melihat situasi negara akhir-alfiir ini yang dilanda oleh krisis demi krisis, semua
pihak yang berkiprah dalam dunia pendidikan patrt ikut merasa dhatin tefiadap apa yang akan
tedadi dengan generasi penerus bangsa di masa depan. Abad 2l sudah di anrbang pintu,
apakah para pendi'dik srdah berhasil mempersiapkan mereka untuk menduduki posisi yang
terhormat, sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia? Untuk menjawab hal tenebut pentng
rmtuk melihat reformasi apa yang perlu dilalrukan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Pertama-tama perlu diulas perkernbangan pendidikan di Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda sampai keadaan dunia pendidikan indonesia saat akan dilihat sistem pendidikan dan
sumber daya manusia apakah yang dibutuhkan di abad mendatang. reformasi akan diubah
beberapa altematif untuk mengadakan reformasi daram bidang pendidikan serta
implementasinva pada jenjang-jenjang pendidikan. Perhatian tidak dipusatkan pada saat
jenjang tertentu karena proses pendidikan dan prasekolah sampai perguruan tinggi merupakan
satu hal yang tidak terpisahkan. Selain itu, apabila perubahan dalam sistem sekolaah. kita
harus berkiatan dengan dasar. Dalam pembelajaran ini akan banyak drgunakan kata siswa daa
siswa yang masing-masing mengacu kepada mereki yang terlibatmua proses mengajar dan
belajar pada segali tingkat pendidikan (pihak sekolah sampai dengan pendidikan tinggi),
maka dari itu penulis akan menganalisis mengenai pengembangan kurikulum setelah
reformasi.
Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud hakikat kemerdekaan?
b. Bagaimana dengan pengembangan kurikulum KBK?
c. Bagaimana dengan pengembangan kurikulum KTSP?
d. Bagaimana dengan pengembangan kurikulum 2013?
Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui yang dimaksud hakikat kemerdekaan.
b. untuk mengetahui pengembangan kurikulum KBK.
c. untuk mengetahui pengembangan kurikulum KTSP.
d. untuk mengetahui pengembangan kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Hakikat Reformasi Pendidikan
2
wacana pendidikan “link and match" sebagai upaya untuk memperbaiki pendidikan
Indonesia pada masa itu.
Sebagaimana sistem politik yang ada pada era ini, maka manajemen
pendidikan dilaksanakan secara sentralistis. Semua kebijakan sampai detail ditentukan
oleh pusat. Sekolah sebagai lembaga yang langsung melaksanakan proses
pembelajaran tidak memiliki kewenangan yang memadai. Kebijakan ini memiliki
implikasi perencanaan dan upaya peningkatan mutu bersifat top-down. Akibatnya,
peningkatan mutu tidak ada di sekolah-sekolah, dan hanya ada di pusat.
Kebijakan pendidikan pada masa Orde Baru diarahkan pada penyeragaman.
Pendidikan di masa ini diarahkan kepada uniformalitas atau keseragaman di dalam
berpikir dan bertindak. Pakaian seragam, wadah-wadah tunggal dari organisasi sosial
masyarakat, semuanya diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang homogen.
Pada masa ini tidak ada tempat bagi perbedaan pendapat, sehingga melahirkan
disiplin semu dan melahirkan masyarakat peniru. Pada masa ini pertumbuhan
ekonomi yang dijadikan panglima.
Relevansi Pendidikan diperhatikan dengan penyesuaian isi pendidikan dengan
kebutuhan pembangunan terhadap sumber daya manusia yang diperlukan. Kebijakan
ini secara eksplisit muncul pada pelita I, II, III, I dan V. Setelah perluasan kesempatan
belajar, sasaran perbaikan bidang pendidikan selanjutnya adalah pemberantasan buta
aksara. Kenyataan bahwa masih banyak penduduk yang buta huruf ditanggapi
pemerintahan Soeharto dengan pencanangan penuntasan buta huruf pada 16 Agustus
1978. Tekniknya adalah dengan pembentukan kelompok belajar atau ”kejar”.
Dengan mencanangkan “wajib belajar 9 tahun”, termasuk juga yang tak kalah
populer adalah dibukanya program SD Inpres untuk daerah-daerah terpencil dan
terisolir di berbagai belahan daerah di Indonesia. Program wajib belajar dicanangkan
pada 2 Mei 1984.
Bank Dunia pada tahun-tahun akhir 1970-an dan awal tahun 1980-an
memberikan resep untuk meningkatkan efektivitas pendidikan guru dengan
merombak kurikulum IKIP yang semula mirip kurikulum Universitas menjadi khas
IKIP, dimana kurikulum baru ini terlalu berlebih-lebihan menekankan pembelajaran
dan mengurangi secara besar-besaran materi bidang studi. Para pedagog yang tidak
sefaham dengan resep ini dengan sinis mengatakan bahwa “di kurikulum IKIP yang
baru ini, “bagaimana cara memegang kapur pun diajarkan”. Mutu guru lulusan IKIP
merosot tajam. Guru menguasai berbagai pendekatan dan metodologi mengajar, tetapi
5
tidak menguasai apa yang harus diajarkan.Kebijakan ke dua dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas guru lewat projek peningkatan mutu
guru yang dilakukan dengan model pelatihan guru yang sangat terencana mulai dari
teori, praktik sampai on the job training di sekolah-sekolah masing-masing.
2
individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, peserta didik
dapat dinilai kompetensinya kapan saja bila mereka telah siap, dan dalam
pembelajaran peserta didik dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan
masing-masing.
Sedangkan menurut Depdiknas (2001) bahwa KBK memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi peserta didik baik
secara individual maupun klasik.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif, seperti sumber belajar
dengan modul, pengalaman lapangan, strategi individual
personal.
5. Peniaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki struktur kurikulum setiap
jenjang pendidikan yaitu berisi:
1. Jumlah dan nama Mata pelajaran, mata pelajaran
mengutamakan kegiatan intruksional yang berjadwal dan
berstruktur.
2. Kegiatan belajar pembiasaan, mengutamakan kegiatan
pembentukan dan pengendalian perilaku yang di wujudkan
dalam kegiatan rutin, spontan, dan pengenalan unsur-unsur
penting kehidupan masyarakat.
3. Alokasi waktu, menunjukkan satuan waktu yang digunakan
untuk tatap muka.
5
Sejak tahun 2001, Berdasarkan Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, telah diberlakukan otonomi Daerah bidang pendidikan
dan kebudayaan. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan
bermuara pada upaya pemberdayaan terhdap masyarakat setempat untuk menentukan
sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan system penilaian, hasil
belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar untuk putra-putri mereka.
Peran pemerintah baik diwakili oleh departemen Teknis maupun Pemda ditingkat
kecamatan, kabupaten, provinsi adalah memberikan dukungan baik berupa dana,
fasilitas agar dapat terselenggaranya pelayanan pendidikan yang bermanfaat bagi
pembangunan kehidupan riil di masyarakat dan dilakukan oleh masyarakat sendiri
dengan mengacu pada standar mutu akademik secara nasional maupun internasional.
Dilihat dari visi tersebut, maka kata kunci dari otonomi daerah adalah
kewenangan dan pemberdayaan. Otonomi daerah dibidang pendidikan berusaha
memberikan kembali pendidikan kepada masyarakat pemiliknya (daerah) agar hidup
dari, oleh dan untuk masyarakat didaerah tersebut atau berusaha memandirikan suatu
lembaga atau sautu daerah untuk mengurus dirinya sendiri melalui pemberdayaan
SDM yang ada di daerah nya. Sebagai konsekuensinya, maka sebagian besar sumber
pembiayaan nasional dilimpahkan pada pemerintah daerah sesuai dengan potensi dan
kemampuan perekonomian daerah yang berbeda-beda.
Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi
kepada perubahan system menejemen pendidikan dari pola sentralisasi ke
desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan. Diantara otonomi yang lebih besar
diberikan kepada sekolah atau madrasah adalah menyangkut pengembangan
kurikulum yang kemudian disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing – masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah).
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan
dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang
paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL),
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
2
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Karakterstik utama KTSP adalah bahwa kurikulum ini merupakan suatu
konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah
dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi
keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah,
masyarakat, industri, dan pemerintahan dalam membentuk pribadi peserta didik.
Selain itu karakteristiknya memerlukan pengajaran berbentuk lain, dan menuntut kerja
sama yang kompak diantara anggota tim.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.
5
didik melalui pengetahuan dibangku sekolah dengan kata lain antara sofh skill dan hard skill
dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan adanya kurikulum 2013 harapanya peserta didik dapat memiliki
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menigkatkan dan berkembang sesuai
dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh dan
menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.
b. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013
Secara spesifik mengacu pada undang-undang no 20 tahun 2003 tentang
System Pendidikan Nasional. Dalam undang –undang sikdiknas ini disebutkan bahwa
fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mecerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara tujuannya yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
c. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam dalam penengembangan
Kurikulum 2013 ini sama seperti prinsip penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam peraturan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi
Kurikulum 2013, berikut ini:
● Peningkatan iman, takwa dan akhlak mulia.
Iman,yakwa dan akhlak mulia menajdi dasar pembententukan kepribadian
peserta didik secara utuh.
2
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan