Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Sains Dirgantara ISSN: 2597-7873

Analisis Arus Listrik... (Muhamad dan Nurzaman)


Vol. 17 No. 1: 9 – 26 (2019) DOI: 10.30536/j.jsd.2020.v17.a3190

ANALISIS ARUS LISTRIK DAN MEDAN MAGNET PADA DAERAH


AKTIF PENGHASIL FLARE NOAA 12017
(ANALYSIS OF ELECTRIC CURRENT AND MAGNETIC FIELD IN THE
FLARING ACTIVE REGION NOAA 12017)
Johan Muhamad*, Muhamad Zamzam Nurzaman
Pusat Sains Antariksa
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Jl. Dr. Djundjunan no. 133 Bandung 40173
*e-mail: johan.muhamad@lapan.go.id

Diterima 26 Agustus 2019; Direvisi 24 September 2019; Disetujui 3 Oktober 2019

ABSTRACT

Solar flare is the result of magnetic energy release in an active region (AR). The free energy is
generated as a consequence of the presence of electric current flowing in the coronal structure above
the AR. In a flaring AR, electric current system and magnetic field exist in such a way that the
magnetic energy is accumulated in a particular region prior to the flare. Therefore, it is essential to
understand the characteristics of the electric current system and magnetic field of the flaring AR for
flare prediction. By using Spaceweather HMI AR Patch (SHARP) photospheric magnetogram data, we
analyzed NOAA 12017 that produced multiple flares, including M and X-class flares in March 2014.
We demonstrated how to derive electric and magnetic parameters of the AR during the flaring period
on March 27-29, 2014. We found that the vertical electric current of this AR became more
unneutralized before the flares happened. We also found that the flares initially happened in the high
energy accumulation region whose magnetic field was strongly sheared due to the presence of new
emerging flux. This implies that the AR could be identified as a flaring AR prior to the flare
occurrences based on the characteristics of its electric current system and magnetic field
configuration.

Keywords: solar flare, electric current, magnetic field

ABSTRAK

Ledakan Matahari atau flare terjadi akibat adanya pelepasan energi magnetik di suatu daerah
aktif. Energi bebas tersebut dihasilkan akibat adanya arus listrik yang mengalir di struktur korona
daerah aktif. Pada daerah aktif penghasil ledakan Matahari, sistem arus listrik dan medan magnetnya
terbentuk sedemikian rupa sehingga energi magnetiknya terakumulasi di daerah tertentu. Oleh
karena itu, pemahaman akan karakteristik sistem kelistrikan dan kemagnetan daerah aktif penghasil
ledakan Matahari sangat penting dikuasai agar prakiraan ledakan Matahari dapat dilakukan. Dengan
menggunakan data medan magnet fotosfer dari Spaceweather HMI AR Patch (SHARP), kami
melakukan analisis terhadap NOAA 12017 yang menghasilkan banyak ledakan Matahari, termasuk
kelas M dan X pada bulan Maret 2014. Kami menunjukkan bagaimana cara menurunkan parameter-
parameter kelistrikan dan kemagnetan pada daerah aktif ini sepanjang periode ledakan Matahari
tanggal 27-29 Maret 2014. Kami menemukan bahwa arus listrik vertikal pada daerah aktif ini menjadi
semakin tidak netral menjelang terjadinya ledakan Matahari. Kami juga menemukan bahwa banyak
ledakan Matahari terjadi pada awalnya di daerah dengan akumulasi energi yang tinggi, yakni di
daerah dengan medan magnet yang tergeser dengan kuat akibat kemunculan fluks baru. Hasil ini
menunjukkan bahwa NOAA 12017 dapat diidentifikasi sebagai penghasil ledakan Matahari, bahkan
sebelum ledakan Matahari terjadi berdasarkan karaketeristik sistem arus dan konfigurasi medan
magnetnya.
Kata kunci: flare Matahari, medan magnet, arus listrik
http://dx.doi.org/10.30536/j.jsd.2019.v17.a3190 9
9
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

1 PENDAHULUAN penurunan temperatur plasma di


Matahari merupakan bintang permukaan tersebut sehingga terlihat
terdekat sekaligus berperan sebagai sebagai bintik Matahari pada
sumber energi bagi kehidupan di Bumi. pengamatan cahaya tampak. Pada
Di sisi lain, Matahari juga dapat sistem bintik Matahari, konfigurasi
melepaskan energi yang sangat besar magnetik yang paling sederhana dapat
dalam bentuk ledakan radiasi diperoleh ketika kerapatan arus listrik
elektromagnetik serta lontaran partikel pada sistem tersebut nihil (J=0).
sehingga mengancam kehidupan di Konfigurasi magnetik paling sederhana
Bumi. Ledakan besar di Matahari ini ini disebut sebagai medan magnet
disebut sebagai flare Matahari. Pada potensial. Medan magnet potensial akan
suatu peristiwa ledakan Matahari, memberikan energi magnetik minimum
diperkirakan energi sebesar 1031-1033 yang mungkin terbentuk pada sistem
erg atau setara dengan 1024-1026 Joule kemagnetan daerah aktif.
dilepaskan ke ruang antarplanet Di suatu daerah aktif, terdapat
(Aulanier et al., 2013). Besarnya energi garis pemisah antara daerah dengan
yang dilepaskan ini dapat sampai ke polaritas magnetik positif dan negatif,
Bumi dan lingkungan antariksa di yakni garis kontur untuk kerapatan
sekitar Bumi sehingga mengganggu komponen vertikal medan magnet (Bz)
teknologi modern yang berbasis bernilai nol. Garis ini disebut sebagai
teknologi antariksa, seperti navigasi, garis balik polaritas (polarity inversion
komunikasi, dan operasional satelit line/PIL) atau garis netral. Medan
secara umum. Oleh karena itu, magnet potensial pada suatu daerah
pemahaman dan pemantauan kejadian aktif akan cenderung menghasilkan
ledakan Matahari perlu ditingkatkan vektor magnetik yang tegak lurus
agar gangguan yang timbul akibat dengan PIL pada komponen
terjadinya ledakan Matahari dapat tangensialnya (Welsch, 2006; Fang et
diantisipasi. al., 2012). Saat terjadi pergeseran atau
Sebagai sebuah bintang, gerak berputar di permukaan daerah
Matahari merupakan bola plasma aktif, vektor komponen tangensial akan
raksasa yang bersifat seperti fluida semakin menyimpang dari medan
konduktor. Adanya medan magnet yang potensial sehingga arahnya semakin
diyakini dihasilkan di bawah fotosfer sejajar dengan PIL. Akibatnya, medan
menyebabkan material plasma magnet daerah aktif menjadi semakin
berinteraksi sedemikian rupa dengan tidak potensial (Fang et al., 2012;
medan magnet sehingga keduanya Romano et al., 2015). Perubahan kondisi
saling terikat satu sama lain (frozen-in) medan magnet yang semakin tidak
(Alfven, 1942). Akibatnya, pergerakan potensial akibat gerakan plasma di
plasma di permukaan Matahari dapat fotosfer akan menyebabkan munculnya
mendistorsi medan magnet yang muncul arus listrik, sehingga kerapatan arus
di permukaan Matahari hingga ke listrik terus meningkat. Hubungan
korona. Adanya distorsi medan magnet kerapatan arus listrik dan medan
dapat meningkatkan tekanan magnetik magnet dinyatakan dalam hukum
sehingga energi magnetik dapat Ampere sebagai,
bertambah. Jika energi magnetik ini
sudah terlalu banyak terakumulasi, 𝛁 × 𝑩 = 𝜇0 𝑱 (1-1)
terkadang energi ini dilepaskan menjadi
sebuah ledakan Matahari. dengan B adalah kerapatan fluks
Di daerah aktif, medan magnet magnet.
yang terkonsentrasi kuat di permukaan Keberadaan arus listrik akan
Matahari menyebabkan terjadinya meningkatkan suplai energi dari fotosfer
10
10
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

ke atmosfer Matahari (kromosfer dan merupakan dua parameter utama untuk


korona) yang dapat diukur melalui memprediksi terjadinya ledakan
perhitungan fluks Poynting, Matahari.
Untuk menurunkan parameter-
1
𝑺= 𝑬×𝑩 (1-2) parameter terkait medan magnet dan
𝜇0
listrik diperlukan data magnetogram di
fotosfer (Gary et al., 1987). Salah satu
dengan E adalah vektor medan listrik
sumber data magnetogram yang umum
(Kazachenko et al., 2015). Selisih energi
digunakan saat ini adalah data
magnetik total pada medan magnet non
Spaceweather HMI Active Region Patch
potensial dan medan magnet potensial
(SHARP) dari instrumen Helioseismic
disebut sebagai energi bebas (free
Magnetic Imager (HMI) pada wahana
energy) atau energi berlebih (excess
Solar Dynamic Observatory (SDO) yang
energy). Dalam suatu peristiwa ledakan
mempunyai resolusi temporal 12 menit.
Matahari, energi bebas ini dilepaskan
Beberapa penelitian telah menggunakan
sehingga energi magnetik cenderung
data SHARP beserta parameter-
akan semakin mendekati energi
parameter turunannya untuk prediksi
potensialnya. Dengan demikian, dapat
ledakan Matahari dengan metode
dikatakan bahwa terdapat keterkaitan
machine learning (Bobra and Couvidat,
erat antara dinamika plasma di fotosfer
2015; Florios et al., 2018, Nishizuka et
dengan sistem kemagnetan dan
al., 2017). Namun, karena deteksi
kelistrikan, serta tingkatan energi di
daerah aktif pada pipeline SHARP
daerah aktif. Dengan kata lain, semakin
dilakukan secara otomatis, terkadang
medan magnet menjadi non potensial,
dalam satu daerah (patch) terdapat dua
kerapatan arus listrik dan energi
atau lebih sistem kemagnetan. Hal ini
magnetik juga akan cenderung
menyebabkan perlu dilakukannya
meningkat. Peningkatan arus listrik dan
prosedur lain untuk melakukan analisis
energi magnetik di daerah aktif
detail mengenai suatu ledakan Matahari
menandakan peningkatan kemungkinan
di daerah aktif.
terjadinya ledakan Matahari di daerah
Salah satu gabungan daerah aktif
tersebut (Sakurai, 1989).
yang terdeteksi oleh SHARP sebagai satu
Keterkaitan antara parameter-
nomor patches adalah NOAA 12017 dan
parameter di fotosfer dan kemungkinan
NOAA 12018. Kedua daerah aktif ini
terjadinya ledakan Matahari telah
tergabung dalam nomor HMI Active
menarik minat para peneliti untuk
Region Patches (HARP) yang sama, yaitu
meneliti hubungan yang ada. Schrijver
3894, meskipun kedua daerah aktif
(2007) menemukan bahwa medan
tersebut mempunyai karakteristik
magnet di sekitar PIL pada daerah aktif
berbeda. NOAA 12017 menghasilkan
penghasil ledakan Matahari memiliki
beberapa ledakan Matahari, termasuk
gradien yang tinggi karena sudut geser
ledakan Matahari kelas M dan kelas X,
yang besar sehingga menjadi tempat
sementara NOAA 12018 cenderung
akumulasi arus listrik dan energi
tenang. Adanya perbedaan karakter dua
magnetik. Kombinasi dari besarnya
daerah aktif ini akan membingungkan
gradien medan magnet, panjang PIL,
dalam memahami perhitungan
dan nilai fluks magnet yang terlibat
parameter-parameter yang diturunkan
dapat dikuantifikasi untuk diperoleh
oleh SHARP jika perhitungannya
suatu nilai yang dapat digunakan untuk
digabung menjadi satu. Oleh karena itu,
prediksi ledakan Matahari dan lontaran
perlu adanya upaya untuk menurunkan
massa korona (Falconer et al., 2008;
parameter-parameter fisis daerah aktif
Moore et al., 2012). Leka dan Barnes
tanpa harus bergantung pada hasil
(2007) menemukan bahwa fluks
penurunan SHARP yang tercantum di
magnetik total dan arus vertikal total

11
11
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

metadata. Penurunan parameter- yang berlandaskan pada pemahaman


parameter fisis secara mandiri hanya fisis ledakan Matahari, serta dapat
dari data medan magnet dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan
membantu pemahaman yang lebih prakiraan cuaca antariksa serta
mendalam dan utuh terhadap kondisi pengaruhnya ke lingkungan Bumi
daerah aktif. terutama di atas wilayah Indonesia.
Makalah ini memiliki dua tujuan Kami berharap, penelitian ini dapat
utama: pertama, memberikan mendukung pemberian informasi
penjelasan fisis kepada pembaca prediksi cuaca antariksa harian yang
mengenai beberapa parameter daerah disampaikan oleh Pusat Sains Antariksa
aktif dan bagaimana cara menghitung LAPAN dalam portal Space Weather and
parameter-parameter tersebut; kedua, Forecast Services (SWIFtS) yang dapat
menyelidiki bagaimana evolusi beberapa diakses melalui http://swifts.sains.
parameter fisis untuk NOAA 12017 lapan.go.id/.
selama periode tenang dan aktif pada
27-29 Maret 2014. Meskipun 2 DATA DAN METODOLOGI
menghasilkan flare kelas M dan X, 2.1 Data
evolusi medan magnet dan arus listrik Data yang digunakan dalam
di permukaan daerah aktif ini belum penelitian ini diperoleh dari data SHARP
mendapat perhatian dari peneliti lain. (Bobra et al., 2014) yang merupakan
Beberapa penelitian lain mengenai turunan data pengamatan instrumen
daerah aktif ini telah dilakukan, tetapi Helioseismic and Magnetic Imager (HMI)
menitikberatkan pada aspek penyebab pada wahana Solar Dynamics
terjadinya lontaran filamen dan emisi Observatory (SDO) (Pesnell et al., 2012;
gelombang elektromagnet saat flare Scherrer et al., 2012). HMI melakukan
kelas X1.0 terjadi (Woods et al., 2017; pengamatan medan magnet di
Woods et al. 2018; Judge et al., 2015). permukaan Matahari secara piringan
Sementara itu, kajian kami lebih penuh (full disk) pada panjang
menekankan pada analisis perubahan gelombang 6173 Angstrom dengan
medan magnet dan arus listrik jangka resolusi spasial sebesar 1 arcsec (Schou
panjang selama beberapa hari sebelum et al., 2012). Dari data piringan penuh,
dan setelah flare terjadi. dilakukan metode deteksi otomatis
Daerah aktif ini penting dikaji sehingga diperoleh potongan tertentu
karena selain menghasilkan flare kelas- (patch) yang diidentifikasi sebagai
M dan X, data SHARP yang ada tidak daerah aktif. Setiap patch yang
memisahkan daerah aktif ini secara diidentifikasi akan diikuti jejaknya
khusus, sehingga perhitungan (track) selama muncul di piringan
parameter yang diberikan dalam Matahari.
metadata SHARP tidak spesifik. Atas Data medan magnet untuk
dasar itu, kami merasa perlu untuk masing-masing patch disimpan dan
menyelidikinya dan menunjukkan cara ditampilkan dalam koordinat kartesian
pengolahan data yang kami lakukan. pada peta dengan proyeksi cylindrical
Kami juga menunjukkan bagaimana equal area (CEA). Data untuk setiap
perhitungan beberapa parameter yang patch mengandung informasi tiga
terkait kemagnetan dan kelistrikan komponen vektor medan magnet yang
dapat mengoptimalkan penggunaan direpresentasikan sebagai B_rad, B_phi,
data SHARP untuk keperluan prakiraan dan B_theta. Selain itu, disediakan juga
ledakan Matahari. Dari penelitian ini, nilai parameter-parameter turunan dari
kami berharap dapat menambah medan magnet yang disimpan dalam
khazanah metode prakiraan ledakan metadata untuk setiap patch.
Matahari di daerah aktif, khususnya
12
12
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

Data SHARP dengan resolusi medan magnet kelompok bintik tersebut


waktu 12 menit dapat diunduh melalui dapat teramati dengan baik.
alamat situs http://jsoc.stanford.edu/
ajax/lookdata.html?ds=hmi.sharp_cea_7 2.2 NOAA 12017
20s. Kami mengunduh data dengan Daerah aktif yang kami teliti
menggunakan modul drms pada adalah NOAA 12017 yang berada di
pemrograman Python (Glogowski dan sebelah utara NOAA 12018 dalam
Bobra, 2016). medan pandang SHARP (kotak merah
Dalam penelitian ini, kami hanya Gambar 2-1), dinamakan sebagai WIL1.
menggunakan data SHARP untuk NOAA 12017 berada pada posisi
memperoleh tiga komponen vektor heliografik N09 W05 pada 20:30 UT 27
medan magnet yang kami nyatakan Maret 2014, dan berada di N10 W32
sebagai Bx=B_phi, By=-B_theta, dan pada 20:30 UT 29 Maret 2014. Artinya,
Bz=B_rad. Kami menggunakan data daerah aktif ini pada saat itu cenderung
SHARP untuk nomor katalog HARP berada di dekat pusat piringan Matahari
3894 yang meliputi NOAA 12017 dan sehingga nilai vektor medan magnet
NOAA 12018 (Gambar 2-1). Data yang yang kami gunakan dalam penelitian ini
digunakan adalah data dengan resolusi valid. Penggunaan data vektor medan
waktu satu jam mulai pukul 00:00 UT magnet untuk lokasi daerah aktif di
27 Maret 2014 hingga 23:00 UT 29 dekat tepi piringan Matahari (bujur>70
Maret 2014 agar evolusi jangka panjang derajat) memiliki tingkat kepercayaan
yang rendah (Bobra et al., 2014).

Gambar 2-1: Komponen radial medan magnet (Bz) dari data SHARP untuk
nomor HARP 3894 pada tanggal 29 Maret 2014 pukul 19:00
UT. Kotak merah dan biru menunjukkan wilayah 1 (WIL1) dan
wilayah 2 (WIL2), secara berurutan. WIL1 melingkupi NOAA
12017. WIL2 melingkupi wilayah yang memiliki dinamika
magnetik tinggi, yang menjadi fokus bahasan pada penelitian
ini. Tanda panah kuning menunjukkan daerah inti yang
menjadi lokasi awal terjadinya flare.

13
13
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

NOAA 12017 muncul sebagai sebelah barat ini, dinamakan sebagai


sebuah bipole sederhana dengan WIL2, kami tandai dengan kotak biru
konsentrasi polaritas positif di timur pada Gambar 2-1 dan menjadi fokus
dan negatif di barat. Seiring berjalannya pembahasan kami pada penelitian ini.
waktu, di tengah daerah polaritas
Tabel 2-1: LEDAKAN MATAHARI DENGAN
negatif muncul fluks magnetik
KELAS > C YANG DIHASILKAN
(emerging flux) dengan polaritas positif
NOAA 12017
yang mendesak fluks sebelumnya dan
Tanggal Waktu puncak
bertambah lebar (lihat Gambar 2-2). Kelas
(Maret 2014) ledakan (UT)
Perluasan fluks baru ini disertai
M2.0 28 19:04
gerakan plasma yang bergeser
M2.6 28 23:44
membentuk medan magnetik yang lebih
X1.0 29 17:35
kompleks di sebelah barat. Daerah di

Gambar 2-2: Perubahan medan magnet di NOAA 12017 pada 27 Maret 2014 00:00 UT (a), 28 Maret
2014 00:00 UT (b), dan 29 Maret 2014 00:00 UT (c). Tanda panah kuning menunjukkan
fluks magnetik baru dengan polaritas positif yang muncul dan berkembang di daerah
dengan polaritas negatif. Daerah tersebut menjadi lokasi terjadinya ledakan Matahari.

14
14
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

𝑖𝑘𝑦
Beberapa ledakan Matahari kelas 𝐵𝑦𝑝 = − ̃𝑧
𝐵 (2-5)
𝑘𝑧
C dan tingkat energi yang lebih tinggi
(tabel 2-1) terjadi di lokasi yang Dengan i adalah satuan bilangan
ditunjukkan oleh tanda panah kuning imajiner, kx, ky, dan kz masing-masing
pada gambar 2-1. Pada saat NOAA adalah bilangan gelombang untuk arah
12017 menghasilkan banyak ledakan sumbu x, y, dan z. Serta, 𝑩 ̃𝒛 adalah
Matahari kelas C, fluks dengan polaritas transformasi Fourier dari Bz.
positif di sebelah barat telah tumbuh Medan potensial untuk NOAA
besar dan terus meluas. 12017 dihitung dari data Bz untuk
setiap waktu pengamatan (per jam). Dari
2.3 Metode nilai Bxp dan Byp, dapat diketahui arah
Pada penelitian ini dihitung vektor potensial dalam bidang
beberapa parameter fisis terkait permukaan dua dimensi di daerah aktif.
kemagnetan dan kelistrikan NOAA
12017. Parameter-parameter tersebut 2.3.2 Sudut Geser (Shear Angle)
dipaparkan masing-masing pada sub Vektor medan magnet dari data
bagian berikut. pengamatan dan vektor medan potensial
dapat memiliki besar dan arah yang
2.3.1 Medan Potensial berbeda. Biasanya, vektor medan
Medan potensial dihasilkan dari magnet dari pengamatan akan
asumsi tidak adanya arus listrik yang cenderung sejajar dengan vektor medan
mengalir (J=0) pada suatu daerah aktif potensial pada saat awal pertumbuhan
dari data komponen vertikal medan daerah aktif. Saat daerah aktif menjadi
magnet (Bz) yang diberikan oleh semakin kompleks, arah vektor medan
pengamatan. Berdasarkan hukum magnet yang teramati akan semakin
Ampere pada persamaan (1-1), maka menyimpang dari vektor medan
kondisi medan potensial dinyatakan potensial. Penyimpangan terbesar akan
sebagai, terjadi di sepanjang PIL pada daerah
yang mengalami pergeseran atau rotasi
𝛁×𝑩 = 𝟎 (2-1) plasma yang kuat. Daerah seperti ini
menjadi penanda terakumulasinya
Dari kondisi solenoidal medan magnet, energi magnetik pada medan magnet
yang non potensial.
𝛁∙𝑩 =𝟎 (2-2) Perbedaan arah vektor medan
magnet teramati dan vektor medan
dapat diturunkan potensial skalar potensial dapat dihitung dengan
medan magnet (Φ) yang memenuhi mengukur sudut di antara kedua vektor.
persamaan Laplace, Sudut antara kedua vektor ini disebut
sebagai sudut geser (shear angle). Pada
∇2 𝜙 = 0 (2-3) suatu titik di daerah aktif, nilai sudut
geser dapat dihitung sebagai,
Solusi untuk mencari potensial
skalar dapat diperoleh dengan 𝒂∙𝒃
𝜃𝑠 = 𝑎𝑟𝑐𝑐𝑜𝑠 |𝒂||𝒃|
(2-6)
melakukan transformasi Fourier dari Bz
(Alissandrakis, 1981). Selanjutnya, nilai
dengan a adalah vektor medan teramati
komponen tangensial untuk vektor
di suatu titik, dan b adalah vektor
medan magnet potensial dapat diperoleh
medan potensial di titik tersebut
sebagai:
(Romano et al, 2019) (lihat Gambar 2-
𝑖𝑘𝑥 3(a,b)). Gambar 2-3(d) menunjukkan
𝐵𝑥𝑝 = − ̃
𝐵 (2-4)
𝑘𝑧 𝑧 persebaran sudut geser di daerah inti
dari NOAA 12017.
15
15
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

Gambar 2-3: (a) Komponen vertikal medan magnet untuk daerah WIL2 dari data SHARP pada pukul
17:00 UT, 29 Maret 2019. (b) Vektor medan magnet horizontal di fotosfer untuk medan
potensial (ungu) dan medan magnet teramati (hijau) pada daerah yang berada di dalam
kotak jingga pada Gambar 2-3(a). Kontur biru muda menunjukkan garis balik polaritas
(PIL). (c) Plasma korona tampak pada pengamatan AIA untuk panjang gelombang 171
Angstrom di sekitar daerah yang bersesuaian dengan Gambar 2-3(a) yang disuperposisi
di atas gambar magnetogram. (d) Peta persebaran sudut geser untuk daerah yang sama
seperti pada Gambar 2-3(b). Garis hijau dan kuning menunjukkan kontur untuk
medan magnet vertikal sebesar 500 dan -500 Gauss.

2.3.3 Energi Magnetik tempat pelepasan energi pertama pada


Besarnya proksi energi bebas awal peristiwa flare. Karena dalam
dapat dihitung dari data medan magnet penelitian kali ini kami hanya
di fotosfer melalui persamaan (Zhang, menggunakan data dua dimensi hasil
2016), pengamatan, maka nilai energi magnetik
tidak dapat dihitung secara utuh dalam
𝐵𝑠 2 tiga dimensi. Oleh karena itu, nilai
𝐸𝑓 = ∫ 𝑑𝐴 (2-7)
8𝜋
energi magnetik yang dihitung hanyalah
nilai pendekatan (proksi) dari energi
dengan
magnetik sebenarnya.
Sebagai konfigurasi magnetik
𝑩𝒔 = 𝑩𝒐𝒃 − 𝑩𝒑𝒐𝒕 (2-9)
paling sederhana, medan potensial akan
memiliki tingkatan energi terendah yang
Bob adalah vektor medan magnet mungkin terbentuk di suatu daerah
teramati dan Bpot adalah vektor medan aktif. Oleh sebab itu, medan magnet non
magnet potensial. Akumulasi energi potensial dari hasil pengamatan akan
magnetik untuk seluruh atau sebagian memiliki energi yang lebih tinggi dari
wilayah di daerah aktif dapat dihitung energi potensialnya. Kelebihan energi
dengan mengintegrasikan nilai energi (excess energy) dari medan magnet hasil
magnetik di setiap grid. Distribusi energi pengamatan ini akan menjadi energi
bebas secara spasial dapat bebas yang akan dilepaskan pada saat
menunjukkan wilayah mana di daerah terjadi ledakan Matahari.
aktif yang paling berpotensi menjadi

16
16
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

2.3.4 Arus Vertikal listrik dari daerah dengan kerapatan


Arus listrik di daerah aktif dapat fluks magnet di bawah 100 G. Dari hasil
muncul sebagai akibat dari perubahan perhitungan arus listrik di setiap grid,
medan magnet, seperti yang dinyatakan dihitung juga arus vertikal total untuk
dalam Persamaan (1-1). Persamaan (1-1) wilayah NOAA 12017 dengan
menyiratkan bahwa, dari data di mengintegrasikannya untuk seluruh
fotosfer, arus listrik hanya dapat wilayah yang terkait.
dihitung untuk komponen vertikal. Hal
ini disebabkan karena turunan fungsi 2.3.5 Netralitas Arus
medan magnet ke arah vertikal (dz) Arus listrik yang dihitung untuk
tidak diketahui, sehingga operasi vektor setiap polaritas dapat didominasi oleh
di suku sebelah kiri pada Persamaan (1- arus yang searah dengan polaritas
1) hanya dapat dihitung dari magnetik atau berkebalikan. Jika dalam
perubahannya di arah horizontal (dx suatu polaritas magnetik, arah arus
dan dy). Dengan menggunakan listrik yang searah dengan medan
persamaan (1-1), arus vertikal dapat magnet lebih dominan, maka daerah
dihitung dengan persamaan berikut, tersebut didominasi oleh helisitas arus
positif. Sebaliknya, helisitas arus negatif
(𝛁×𝑩)𝑧
𝐽𝑧 = (2-9) akan lebih dominan jika arus listrik
𝜇0
yang berkebalikan dengan arah medan
magnet lebih dominan.
dengan Jz adalah komponen vertikal
Perbandingan besar arus listrik
arus listrik di fotosfer (Vemareddy et al.,
yang searah (direct current/DC) dan
2015; Bobra and Couvidat, 2015;
yang berkebalikan (reverse current/RC)
Vemareddy et al., 2019).
dengan medan magnet menentukan
Distribusi spasial dari arus
seberapa netral arus listrik di daerah
vertikal dapat menandakan distribusi
tersebut. Daerah aktif yang stabil
sistem kelistrikan di daerah aktif.
cenderung memiliki arus listrik yang
Daerah dengan konsentrasi kerapatan
netral (|DC|/|RC|≈1) (Parker, 1996).
arus listrik yang tinggi dapat
Sebaliknya, daerah aktif yang
menandakan struktur pemisah
didominasi oleh salah satu arus akan
konektivitas garis gaya magnet di
cenderung tidak stabil, artinya ledakan
fotosfer pada proses terjadinya
Matahari dapat semakin mungkin
rekoneksi magnetik saat ledakan
terjadi (Georgoulis et al., 2012; Liu et al.,
Matahari terjadi (Janvier et al., 2014).
2017).
Besarnya kerapatan arus vertikal di
permukaan Matahari dapat menentukan Pada penelitian ini, kesesuaian
kemungkinan terjadinya ledakan arah komponen vertikal arus listrik
Matahari di suatu wilayah tertentu. terhadap komponen radial medan
Dalam penelitian ini, arus listrik magnet diselidiki dengan menghitung
vertikal dihitung dari data medan nilai
magnet (magnetogram) hasil
pengamatan untuk setiap waktu (per 𝐻 = 𝐽𝑧 ∙ 𝐵𝑧 (2-10)
jam) pada setiap grid. Penurunan
turunan (dBx/dy dan dBy/dx) dilakukan dengan nilai H sebanding dengan
dengan menggunakan metode beda besarnya helisitas arus (hc) (Pipin, et al.,
hingga tengah (central finite difference) 2019). Helisitas arus merupakan
mempertimbangkan lima stensil. Untuk pengembangan konsep helisitas
menghindari banyaknya muncul noise magnetik yang bermakna seberapa
pada perhitungan arus yang berasal dari besar suatu garis gaya magnet berpuntir
daerah dengan kerapatan fluks magnet atas garis gaya magnet lainnya (Berger
rendah, kami mengabaikan nilai arus and Field, 1984). Helisitas arus secara

17
17
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

matematis (Pevtsov et al., 2008) medan potensial dan medan teramati


didefinisikan sebagai yang dihitung dengan Persamaan (2-6)
diplot pada Gambar 2-3(d). Tampak
ℎ𝑐 = ∫ 𝑩 ∙ 𝛁 × 𝑩 𝑑𝑉 (2-11) pada Gambar 2-3(d), daerah yang
berbatasan dengan PIL di sekitar
Untuk keperluan yang lebih kemunculan fluks baru memiliki beda
praktis, nilai helisitas arus dapat sudut lebih dari 70 derajat. Hasil ini
didekati dengan persamaan (2-10) mengindikasikan bahwa di daerah
(Bobra and Ilonidis, 2016; Bobra and sekitar PIL ini medan magnet mengalami
Couvidat, 2015). puntiran kuat karena gerak plasma di
Netralitas arus (|DC|/|RC|) permukaan daerah aktif. Hal ini dapat
dihitung dengan membandingkan nilai terlihat dari medan magnet korona yang
(|HDC|/|HRC|) dengan menggunakan tampak pada emisi plasma pada
persamaan (2-10) untuk seluruh daerah panjang gelombang 171 Angstom
yang mencakup WIL1 dan WIL2. Nilai ini (sekitar 6 × 105 K pada daerah di korona)
dihitung untuk setiap waktu yang diamati oleh Atmospheric Imaging
pengamatan yang digunakan (per jam). Assembly (AIA) (Lemen et al., 2012) pada
wahana SDO (lihat Gambar 2-3(c)). Pada
3 HASIL DAN PEMBAHASAN panjang gelombang ini, loop medan
Untuk menghitung parameter- magnet di atas daerah aktif dapat
parameter yang terkait dengan energi teramati secara jelas. Tampak di atas
bebas dan sudut geser, langkah pertama PIL, medan magnet korona terpuntir
yang dilakukan adalah menghitung membentuk sigmoid seperti huruf S.
medan potensial. Dengan menggunakan Keberadaan sigmoid di daerah aktif
Bz hasil pengamatan pada setiap waktu, dapat menjadi penanda
komponen horizontal medan potensial ketidakpotensialan medan magnet di
(Bxp dan Byp) dapat dihitung. Dari hasil daerah aktif tersebut (Canfield et al.,
perhitungan, vektor medan magnet 1999).
potensial pada arah horizontal diplot Gambar 3-1 menunjukkan
pada bidang permukaan Matahari. evolusi parameter magnetik dan arus
Panah-panah ungu dalam Gambar 2- listrik untuk medan pandang yang
3(b) menunjukkan vektor medan tercakup dalam data SHARP yang
potensial pada daerah di dalam kotak digunakan (sama seperti Gambar 2-1).
jingga pada Gambar 2-3(a) sesaat Gambar di kolom paling kiri
sebelum ledakan Matahari X1.0 terjadi menunjukkan bagaimana evolusi energi
(17:00 UT, 29 Maret 2014). Tampak magnetik bebas berkembang. Pada
arah vektor potensial cenderung tegak tanggal 27 Maret, energi bebas masih
lurus terhadap garis PIL yang berwarna bernilai sangat rendah hampir di
biru. seluruh daerah aktif. Sehari setelahnya,
Hasil pengamatan menunjukkan energi bebas meningkat khususnya di
bahwa vektor medan magnet teramati sekitar daerah inti WIL2. Di hari
(panah hijau pada Gambar 2-3(b)) terakhir, kerapatan energi magnetik di
memiliki arah yang berbeda dengan sekitar PIL dekat kemunculan fluks
vektor medan potensial, terutama di magnetik menjadi semakin tinggi. Hal
dekat PIL. Kemunculan fluks magnetik ini jauh berbeda dengan daerah lainnya
baru berperan besar dalam yang cenderung tidak mengalami
meningkatkan perbedaan arah vektor peningkatan kerapatan energi selama
medan magnet potensial dan medan tiga hari.
teramati. Perbedaan sudut antara vektor

18
18
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

Gambar 3-1: Proksi energi bebas (kolom kiri), sudut geser (kolom tengah), dan kontur arus listrik
vertikal (kolom kanan) pada 00:00 UT 27 Maret (baris atas), 06:00 UT 28 Maret (baris
tengah), dan 17:00 UT 29 Maret 2014 (baris bawah). Seluruh gambar ditampilkan
dalam medan pandang SHARP yang sama dengan Gambar 2-1, dengan sumbu gambar
dalam satuan piksel. Harap diperhatikan bahwa skala warna pada tingkatan energi
bebas (erg/cm) tidak sama untuk setiap waktu. Kontur merah (biru) pada kolom arus
vertikal menunjukkan arus listrik sebesar 20 (-20) mA/m2.

Selain mengalami peningkatan menyebabkan kerapatan arus listrik di


energi bebas, peningkatan sudut geser daerah ini meningkat.
dan arus vertikal juga terjadi di daerah Hasil perhitungan lebih lanjut
yang sama. Hasil ini ditunjukkan oleh terhadap arah arus listrik menunjukkan
evolusi distribusi sudut geser dan arus bahwa daerah ini didominasi oleh
vertikal seperti tampak pada kolom helisitas arus positif. Artinya,
tengah dan kanan di Gambar 3-1. Hal kebanyakan arus vertikal di daerah ini
ini menunjukkan bahwa medan magnet searah dengan arah komponen vertikal
berevolusi begitu dinamis pada daerah medan magnet. Konfigurasi seperti ini
WIL2 akibat adanya kemunculan fluks diperkuat dengan keberadaan sigmoid
magnetik positif yang mendesak fluks yang memiliki bentuk seperti huruf S
magnetik negatif yang sudah ada sebagai ciri helisitas positif. Sedangkan
sebelumnya. Kemunculan fluks baru helisitas negatif akan cenderung
tersebut membawa energi magnetik membentuk sigmoid berbentuk huruf S
baru dan juga meningkatkan energi terbalik.
bebas karena gerak geser dengan Untuk dapat mengetahui
plasma yang telah ada. Pergeseran ini kecenderungan evolusi setiap parameter
yang diteliti, dilakukan perhitungan

19
19
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

akumulasi atau total dari setiap Setelah terjadi ledakan Matahari


parameter pada tiap waktu (per jam). kelas M (garis kuning pada gambar 3-2),
Nilai total dihitung dengan cara nilai setiap parameter kembali
mengintegrasikan hasil perhitungan di meningkat. Peningkatan untuk energi
setiap grid untuk keseluruhan wilayah magnetik total mencapai puncaknya
yang terkait. Kami membedakan pada sekitar pukul 09:00 UT tanggal 29
perhitungan nilai total untuk dua Maret. Bersamaan dengan ini,
wilayah, yaitu WIL1 dan WIL2. Cara ini parameter-parameter lainnya juga
digunakan agar dapat diketahui mencapai nilai puncak. Tujuh ledakan
seberapa sensitif perubahan Matahari kelas C dan akhirnya ledakan
perhitungan parameter untuk luas Matahari kelas X1.0 ((garis biru pada
wilayah yang berbeda. gambar 3-2) menyebabkan nilai energi
Gambar 3-2 menunjukkan total turun signifikan. Proksi energi
evolusi energi bebas total, arus vertikal bebas turun sebesar 2×1022 erg/cm
total, helisitas arus total, dan rasio setelah terjadi ledakan Matahari kelas
netralitas arus dari daerah di WIL1. X1.0. Penurunan seperti ini tidak
Tampak dari gambar ini bahwa pada terlihat untuk ledakan Matahari kelas
awalnya keseluruhan parameter di M2.6 yang terjadi pada 23:44 UT tanggal
NOAA 12017 bernilai relatif rendah. 28 Maret. Nilai parameter lainnya juga
Peningkatan nilai seluruh parameter mengalami tren penurunan setelah
hampir terjadi dalam waktu yang ledakan Matahari kelas X terjadi.
bersamaan, yaitu saat fluks magnetik Gambar 3-3 menunjukkan
positif muncul di daerah dengan evolusi nilai total dari parameter-
polaritas negatif. Sekitar 12 jam setelah parameter seperti pada Gambar 3-2,
kenaikan ini, terjadi ledakan Matahari hanya saja untuk daerah WIL2. Secara
kelas C untuk pertama kalinya dari umum, tren kenaikan dan penurunan
NOAA 12017. setiap parameter mirip seperti pada
Dalam kurun 9 jam setelah Gambar 3-2. Namun, besarnya nilai dari
ledakan Matahari kelas C pertama parameter-parameter di daerah lokal ini
terjadi, tren dari nilai setiap parameter lebih kecil dari nilai perhitungan untuk
cenderung stabil sampai terjadi empat keseluruhan daerah aktif. Hal ini
ledakan Matahari kelas C sesaat menunjukkan bahwa sebenarnya nilai
sebelum pukul 18:00 UT pada tanggal total dari setiap parameter lebih banyak
28 Maret. Setelah itu, nilai parameter- dipengaruhi oleh daerah inti, yaitu
parameter ini menurun (gambar 3-2). daerah dengan konsentrasi dan
Kenaikan energi bebas, helisitas arus, dinamika medan magnet yang kuat.
dan rasio netralitas arus cenderung Meskipun begitu, fluktuasi nilai arus
jelas teramati setelah fluks baru vertikal total di daerah WIL2 tampak
muncul. Sementara itu, kenaikan arus lebih kecil daripada untuk keseluruhan
vertikal total lebih sulit diamati karena daerah aktif (WIL1). Hasil ini
fluktuasi nilainya cukup besar (gambar mengindikasikan bahwa perhitungan
3-2). Hal ini dapat disebabkan karena arus vertikal cukup sensitif terhadap
perhitungan dilakukan untuk seluruh luas area integrasinya. Semakin luas
wilayah di daerah aktif sehingga ada area integrasi, semakin besar nilai
kemungkinan masih banyak derau ketidakpastian perhitungan arus
(noise) yang ikut terhitung, khususnya vertikal yang diperoleh, jika tidak
dari daerah dengan kerapatan fluks disertai dengan pemilihan fluks
magnet yang relatif rendah (<200G). magnetik yang relevan.

20
20
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

aktif masih sangat sederhana dan


idealnya arus listriknya netral atau nilai
rasio netralitas arus mendekati satu.

Gambar 3-2: Dari atas ke bawah: total energi


bebas, total arus vertikal, total
helisitas arus, dan rasio arus
searah dan arus berbalik untuk
wilayah WIL1 yang meliputi Gambar 3-3: Dari atas ke bawah: total energi
seluruh NOAA 12017. Sumbu X bebas, total arus vertikal, total
dimulai pada tanggal 27 Maret helisitas arus, dan rasio arus
2014. Garis vertikal ungu, searah dan arus berbalik untuk
kuning, dan biru pada setiap wilayah WIL2 yang merupakan
gambar secara berurutan daerah inti dari NOAA 12017.
menunjukkan waktu terjadinya Garis vertikal ungu, kuning, dan
ledakan Matahari untuk kelas C, biru pada setiap gambar secara
M, dan X. berurutan menunjukkan waktu
terjadinya ledakan Matahari
Kami juga menemukan bahwa untuk kelas C, M, dan X.
rasio netralitas arus untuk perhitungan
pada WIL2 memberikan hasil yang lebih Sementara itu, pada panel
konsisten dengan teori netralitas arus terbawah dari gambar 3-3, netralitas
daripada WIL1. Pada Gambar 3-2 di arus mendekati satu sejak awal, dan
panel paling bawah, rasio netralitas arus baru meningkat tajam saat timbulnya
berada pada angka sedikit di bawah 1.2 fluks baru magnetik hingga arus searah
untuk tanggal 27 Maret pukul 00:00 UT (DC) bernilai dua kali arus yang
(waktu awal). Padahal, saat itu daerah berlawanan arah. Hasil di Gambar 3-3

21
21
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

ini lebih sesuai dengan konsep di bagian daerah aktif yang berbeda
netralitas arus yang diharapkan muncul polaritas magnetiknya memang telah
dari konfigurasi medan magnet diketahui dapat menyebabkan
sederhana yang mendekati medan terjadinya ledakan Matahari melalui
potensial. Ini bisa jadi disebabkan oleh mekanisme penihilan fluks (flux
area integrasi WIL2 hanya mencakup cancellation) atau sebagai pemicu
daerah dengan arus yang relevan. (trigger) bagi terjadinya ledakan
Sementara integrasi di seluruh daerah Matahari (Zhang et al., 2001; Kusano et
aktif (WIL1) akan mengikutsertakan al., 2012). Hasil penelitian kami
banyak noise dan arus-arus yang menguatkan hasil penelitian
mungkin mengarah ke daerah aktif sebelumnya mengenai hal ini.
NOAA 12018 yang lokasinya Kami menemukan bahwa di
berdekatan. sepanjang garis balik polaritas antara
fluks yang baru muncul (emerging flux)
4 KESIMPULAN dan fluks lama terjadi peningkatan
Pada makalah ini, kami sudut geser yang menandakan medan
menjelaskan bagaimana peran medan magnet yang semakin non potensial.
magnet di Matahari dalam menentukan Ketidakpotensialan juga diindikasikan
tingkat produktivitas suatu daerah aktif. dengan peningkatan kerapatan energi
Meskipun hanya menggunakan data bebas dan arus vertikal di daerah
medan magnet di permukaan (fotosfer), tersebut. Pengamatan SDO/AIA pada
karakteristik produktivitas daerah aktif panjang gelombang soft X-ray dan
dapat diperoleh melalui nilai-nilai proksi ultraviolet ekstrem menunjukkan bahwa
dari parameter-parameter fisis ledakan Matahari bermula dari daerah
sebenarnya yang menempati ruang tiga dengan tingkat non potensial yang
dimensi. Kami menunjukkan bagaimana tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa
parameter energi bebas dan sudut geser analisis distribusi spasial energi
dapat diturunkan melalui hasil magnetik dan arus listrik dapat
pengamatan dan perhitungan medan membantu kita memahami peluang
potensial. Kami juga menjelaskan tempat kejadian ledakan Matahari di
bagaimana arus listrik dan helisitas suatu daerah aktif.
arus di permukaan Matahari dapat Hasil analisis kami menunjukkan
didekati nilainya secara sederhana bahwa arus listrik cenderung bersifat
asalkan diketahui vektor medan magnet netral pada awal perkembangan NOAA
di permukaan tersebut. 12017. Perhitungan netralitas arus pada
Hasil penelitian kami WIL2 saja lebih konsisten dengan teori
menunjukkan bahwa dinamika NOAA netralitas arus dibandingkan
12017 sangat dipengaruhi oleh perhitungan pada keseluruhan daerah
kemunculan fluks magnetik positif yang aktif (WIL1). Hasil ini menunjukkan
timbul di tengah daerah dengan bahwa pemilihan area analisis untuk
polaritas negatif. Fluks baru ini menghitung parameter fisis, terutama
meningkatkan energi magnetik sistem yang berkaitan dengan arus listrik akan
secara signifikan dalam kurun waktu 8 lebih baik jika bersifat lokal di daerah
jam setelah kemunculannya sehingga dengan konsentrasi energi magnetik
meningkatkan potensi terjadinya yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa ledakan Matahari. Hasil ini kemungkinan kesalahan yang lebih
senada dengan hasil yang diperoleh besar pada perhitungan arus listrik
untuk kasus flare besar dari daerah untuk daerah dengan kerapatan fluks
aktif NOAA 11158 (Vemareddy et al., magnet yang rendah. Perhitungan pada
2015) dan 12673 Vemareddy et al., daerah lokal dan penggunaan ambang
2019). Kehadiran fluks baru yang timbul batas minimum untuk menghitung arus
22
22
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

vertikal dapat meningkatkan tingkat DAFTAR RUJUKAN


kepercayaan perhitungan arus listrik. Alfven, H., 1942. Existence of Electromagnetic –
Dari penelitian ini, dapat Hydrodynamic Waves, Nature,
disimpulkan bahwa parameter- 150:405-406.
parameter fisis daerah aktif yaitu energi Alissandrakis, C.E., 1981. On the computetaion
bebas, arus vertikal, helisitas arus, dan -Free Magnetic Field,
netralitas arus dapat digunakan untuk Astronomy and Astrophysics, 100:197-
mengetahui potensi kejadian ledakan 200.
Matahari di NOAA 12017. Hasil ini Aulanier, G., P. Demoulin, C.J. Schrijver, M.
sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh Janvier, E. Pariat, dan B. Schmieder,
peneliti-peneliti lainnya yang 2013. The Standard Flare Model in
menganalisis parameter-parameter Three Dimensions II. Upper Limit on
tersebut pada daerah aktif yang lain Solar Flare Energy, Astronomy and
dengan data SHARP (Vemareddy et al., Astrophysics, 549(A66):7pp.
2015; Romano et al., 2015). Namun Bobra, M.G., X. Sun, J.T. Hoeksema, M.
demikian, besarnya nilai energi bebas Turmon, Y. Liu, K. Hayashi, G. Barnes,
total, arus vertikal total, dan helisitas dan K.D. Leka, 2014. The Helioseismic
arus total hanya bermakna sebagai and Magnetic Imager (HMI) Vector
penanda potensi terjadinya ledakan Magnetic Field Pipeline: SHARPs –
Matahari jika disertai tren kenaikan, Space Weather HMI Active Region
karena besarnya nilai dapat berbeda- Patches, Solar Physics, 289(9):3549-
beda untuk setiap ledakan Matahari dan 3578.
setiap daerah aktif. Kami menyarankan Bobra, M.G. dan Couvidat S., 2015. Solar Flare
penggunaan rasio netralitas arus Prediction Using SDO/HMI Vector
sebagai penanda terjadinya ledakan Magnetic Field Data With a Machine
Matahari yang paling sesuai jika harus Learning Program, Astrophysical
diaplikasikan pada daerah aktif yang Journal, 798(135):11pp.
lain. Hal ini disebabkan nilai rasio Canfield, R.C., H.S. Hudson, dan D.E.
netralitas arus yang selalu berada di McKenzie, 1999. Sigmoidal Morphology
angka satu untuk keadaan netral dapat and Eruptive Solar Activity, Geophysical
digunakan sebagai acuan universal Research Letters, 26, 627
untuk berbagai ledakan Matahari. Tentu Falconer, D.A., R.L. Moore, dan G.A. Gary,
saja kesimpulan ini masih perlu 2008. Magnetogram Measures of Total
diperkuat dengan menambah jumlah Nonpotentiality for Prediction of Solar
sampel daerah aktif dan perhitungan CME From Active Regions of Any Degree
arus listrik yang lebih baik lagi. of Magnetic Complexity, Astrophysical
Journal, 689:1433-1442.
UCAPAN TERIMA KASIH Fang, F., W. Manchester IV, W.P. Abbett, dan
Penulis mengucapkan terima B. van der Holst, 2012. Buildup of
kasih kepada tim SDO, HMI, SHARP, Magnetic Shear and Free Energy During
dan AIA yang telah menyediakan Flux Emergence and Cancellation,
datanya secara terbuka untuk penelitian Astrophysical Journal, 754: 15(9pp).
ini. Penelitian ini dilakukan sebagai Florios, K., I. Kontogiannis, S-H. Park, J.A.
kegiatan penelitian mandiri dengan Guerra, F. Benvenuto, D. Shaun
dana DIPA Pusat Sains Antariksa, Bloomfield, dan M.K. Georgoulis, 2018.
LAPAN, tahun 2019. Penulis berterima Forecasting Solar Flares Using
kasih kepada para penelaah (mitra Magnetogram-Based Predictors and
bestari) yang telah memberikan saran- Machine Learning, Solar Physics,
saran bagi perbaikan makalah ini. 293(2):28.
Gary, G.A., R.L. Moore, M.J. Hagyard, dan B.M.
Haisch, 1987. Nonpotential features

23
23
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

observed in the magnetic field of an Dynamics Observatory (SDO), Solar


active region, The Astrophysical Physics, doi: 10.1007/s11207-011-
Journal 314:782 9776-8.
Janvier, M., G. Aulanier, V. Bommier, B. Liu, Y., X. Sun, T. Török, V.S. Titov, dan J.E.
Schmieder, P. Démoulin, dan E. Pariat, Leake, 2017. Electric-Current
2014. Electric Currents in Flare Ribbons neutralization, Magnetic Shear, and
Observations and Three-Dimensional Eruptive Activity in Solar Active Regions,
Standard Model, Astrophysical Journal, Astrophysical Journal Letters,
788(1):60-70. 846(L6):6pp.
Judge, P.G., L. Kleint, A. Sainz-Dalda, 2015. Moore, R.L., D.A. Falconer, dan A.C. Sterling,
On Helium Line Polarization During The 2012. The Limit of Magnetic-Shear
Impulsive Phase Of An X1 Flare, Energy in Solar Flare Active Regions,
Astrophysical Journal, 814,2. Astrophysical Journal, 750(24):10pp.
Kazachenko, M.D., G.H. Fisher, B.T. Welsch, Y. Nishizuka, N., K. Sugiura, Y. Kubo, M. Den, S.
Liu, dan X. Sun, 2015. Photospheric Watari, dan M. Ishii, 2017. Solar Flare
Electric Fields and Energy Fluxes in the with Three Machine Learning Algorithms
Eruptive Active Region NOAA 1158, Using Ultra-Violet Brightening and
Astrophysical Journal, 811, 1. Vector Magnetogram, Astrophysical
Kontogiannis, I., M.K. Georgoulis, S.H. Park, Journal, 835(2):156.
dan J.A. Guerra, 2017. Non-neutralized Parker, E.N., 1996. Inferring Mean Electric
Electric Currents in Solar Active Regions Currents in Unresolved Fibril Magnetic
and Flare Productivity, Solar Physics, Fields, Astrophysical Journal, 471:485-
292:159. 488.
Kusano, K., Y. Bamba, T.T. Yamamoto, Y. Lida, Pesnell, W.D., B.J. Thompson, dan P.C.
S. Toriumi, dan A. Asai, 2012. Magnetic Chamberlin, 2012. The Solar Dynamics
Field Structures Triggering Solar Flares Observatory (SDO). Solar Physics,
and Coronal Mass Ejections, 275(1–2), 3–15.
Astrophysical Journal, 760:31-39. Pevtsov, A. A., M.A. Berger, A. Nindos, A.A.
Leka, K.D., dan G. Barnes, 2007. Photospheric Norton, dan L. Van Driel-Gesztelyi,
Magnetic Field Properties of Flaring 2014. Magnetic Helicity, Tilt, and Twist,
versus Flare-Quiet Active Regions IV. A Space Science Reviews, 186: 285
Statistically Significance Sample, Pipin, V.V., A.A. Pevtsov, Y. Liu, dan A.G.
Astrophysical Journal, 656:1173-1186. Kosovichev, 2019. Evolution of Magnetic
Lemen, J. R., A.M. Title, D.J. Akin, P.F. Helicity in Solar Cycle 24, Astrophysical
Boerner, C. Chou, J.F. Drake, D.W. Journal Letters, 877,2.
Duncan, C.G. Edwards, F.M. Romano, P., F. Zuccarello, S.L. Guglielmino, D.
Friedlaender, G.F. Heyman, N.E. Del Moro, A. Elmhamdi, I. Ermolli, S.
Hurlburt, N.L. Katz, G.D. Kushner, Fineschi, P. Francia, A.S. Kordi, E.L.
M.Levay, R.W. Lindgren, D.P. Mathur, Degl’Innocenti, M. Laurenza, F. Lepreti,
E.L. McFeaters, S. Mitchell, R.A. Rehse, M.F. Marcucci, G. Pallocchia, E.
C.J. Schrijver, L.A. Springer, R.A. Pietropaolo, M. Romoli, A. Vecchio, M.
Stern, T.D.Tarbell, J-P. Wuelser, C.J. Vellante, dan U. Villante, 2015.
Wolfson, C. Yanari, J.A. Bookbinder, P. Recurrent Flares in Active Region NOAA
N. Cheimets, D.Caldwell, E.E. Deluca, 11283, Astronomy and Astrophysics,
R. Gates, L. Golub, S. Park, W.A. 582, A55.
Podgorski, R.I. Bush, P.H. Scherrer, M. Romano, P., A. Elmhamdi, dan A. Kordi, 2019.
A. Gummin, P. Smith, G. Auker, P. Strong White-Light Solar Flares in AR
Jerram, P. Pool, R. Soufli, D.L. Windt, NOAA 12673 as Potential Clues for
S. Beardsley, M. Clapp, J. Lang, dan N. Solar Superflares, Solar Physics, 294:4
Waltham (2012). The Atmospheric
Imaging Assembly (AIA) on the Solar
24
24
Analisis Arus Listrik.
Analisis Arus .Listrik...
. (Muhamad & dan
(Muhamad Nurzaman)
Nurzaman)

Sakurai, T., 1989. Magnetic Equilibria and in Astronomy and Astrophysics, 15,9:
Instabilities, Solar Physics, 121:347- 1547-1558.
360. Vemareddy, P., 2019. Very Fast Helicity
Scherrer, P.H., J. Schou, R.I. Bush, A.G. Injection Leading to Critically Stable
Kosovichev, R.S. Bogart, J.T. State and Large Eruptive Activity in
Hoeksema, Y. Liu, T.L. Duvall Jr., J. Solar Active Region NOAA 12673,
Zhao, A.M. Title, C.J. Schrijver, T.D. Astrophysical Journal, 872, 2.
Tarbell, dan S. Tomczyk, 2012. The Welsch, B. T., 2006. Magnetic Flux Cancellation
Helioseismic and Magnetic Imager (HMI) and Coronal Magnetic Energy,
Investigation for the Solar Dynamics Astrophysical Journal, 638, (2): 1101-
Observatory (SDO), Solar Physics, 1109.
275:207-227. Woods, M.M., L.K. Harra, S.A. Matthews, D.H.
Schou, J., P.H. Scherrer, R.I. Bush, R. Mackay, S. Dacie, dan D.M. Long,
Wachter, S. Couvidat, M.C. Rabello- 2017. Observations and Modelling of the
Soares, R.S.Bogart, J.T. Hoeksema, Y. Pre-flare Period of the 29 March 2014
Liu, T.L. DuvallJr., D.J. Akin, B.A. X1 Flare, Solar Physics, 292:38
Allard, J.W. Miles, R. Rairden, R.A. Woods, M.M., S. Inoue, L.K. Harra, S.A.
Shine, T.D. Tarbell, A.M. Title, C.J. Matthews, K. Kusano, dan N.M.E.
Wolfson, D.F. Elmore, A.A. Norton, dan Kalmoni, 2018. The Triggering of the
S. Tomczyk, 2012. Design and Ground 2014 March 29 Filament Eruption,
Calibration of the Helioseismic and Astrophysical Journal, 860:163(10pp).
Magnetic Imager (HMI) Instrument on Zhang, H., 2016. Photospheric Magnetic Free
the Solar Dynamics Observatory (SDO), Energy Density of Solar Active Regions,
Solar Physics, 275, 229-259. Solar Physics, 291(12):3501-3517.
Schrijver, C.J., 2007. A Characteristic Magnetic Zhang, J., J. Wang, Y. Deng, dam D. Wu, 2001.
Field Pattern Associated With All Major Magnetic Flux Cancellation Associated
Solar Flares And Its Use in Flare with the Major Solar Event on 2000 July
Forecasting, Astrophysical Journal, 14, Astrophysical Journal Letters,
635:L117-L120. 548(1):L99-L102.
Vemareddy, P., P. Venkatakrishnan, dan S. Glogowski, K., dan M.G Bobra, 2016. A New
Karthikreddy, 2015, Flux Emergence in Python Module for Accessing HMI and
the Solar Active Region NOAA 11158: AIA Data, http://hmi.stanford.edu/
The Evolution of Net Current, Research hminuggets/?p=1757, diakses 21
Agustus 2019.

25
25
Jurnal
Jurnal SainsSains Dirgantara
Dirgantara Vol.
Vol. 17 No. 17 No. 2019
1 Desember 1: 9 :–9—26
26 (2019)

26
26

Anda mungkin juga menyukai