Anda di halaman 1dari 3

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan Merubah

lingkungan tanah alami. Pencemaran Ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas Komersial,penggunaan pestisida ,masuknya air Permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan Sub-permukaan kecelakaan kendaraan Pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air Limbah
dari tempat penimbunan sampah serta Limbah industri yang langsung dibuang ke tanah Secara tidak
memenuhi syarat. Peresapannya ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi Mikroorganisme
yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun Telah
mencemari permukaan tanah, maka ia Dapat menguap, tersapu air hujan dan atau Masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang Masuk ke dalam tanah kemudian terendap Sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun Di tanah tersebut dapat berdampak langsung Kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
Mencemari air tanah dan udara di atasnya(Muslimah,2020)
Sumber pencemaran tanah bisa disebabkan limbah Domestik, limbah industri, dan limbah pertanian
1. Limbah domestik
Limbah domestik yang bisa menyebabkan Pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: Pemukiman
penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; Kelembagaan misalnya kantor-kantor
Pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa Berupa limbah padat dan cair.
1.1 Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa diuraikan oleh
Mikroorganisme (non-biodegradable), Misalnya kantong plastik, bekas kaleng Minuman, bekas
botol plastik air mineral, Dsb.
1.2 Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, Jika meresap kedalam tanah akan merusak
Kandungan air tanah dan bisa membunuh Mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah industri
Limbah industri yang bisa menyebabkan Pencemaran tanah berasal dari daerah: pabrik, Manufaktur,
industri kecil, industri perumahan, Bisa berupa limbah padat dan cair.
2.3 Limbah industri yang padat atau limbah Padat yang adalah hasil buangan industri Berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal Dari proses pengolahan. Misalnya sisa Pengolahan pabrik
gula, pulp, kertas, rayon, Plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2.4 Limbah cair yang adalah hasil pengolahan Dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-Sisa
pengolahan industri pelapisan logam Dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, Perak, khrom,
arsen dan boron adalah zat Hasil dari proses industri pelapisan logam
3.Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan Pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk Sintetik untuk
menyuburkan tanah/tanaman, Misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas Hama tanaman, misalnya DDT
(Dichloro Diphenyl Trichlorethane).Dua sifat buruk yang menyebabkan DDT Sangat berbahaya terhadap
lingkungan hidup Adalah:
3.1 Sifat apolar DDT: ia tak larut dalam air tapi Sangat larut dalam lemak. Makin larut Suatu
insektisida dalam lemak (semakin Lipofilik) semakin tinggi sifat apolarnya. Hal Ini merupakan
salah satu faktor penyebab DDT sangat mudah menembus kulit.
3.2 Sifat DDT yang sangat stabil dan persisten. Ia sukar terurai sehingga cenderung Bertahan dalam
lingkungan hidup, masuk Rantai makanan (foodchain) melalui bahan Lemak jaringan mahluk
hidup. Itu sebabnya DDT bersifat bioakumulatif dan Biomagnifikatif. Karena sifatnya yang stabil
Dan persisten, DDT bertahan sangat lama Di dalam tanah; bahkan DDT dapat terikat Dengan
bahan organik dalam partikel Tanah. Dalam ilmu lingkungan, DDT Termasuk dalam urutan ke 3
dari polutan organik yang persisten.
Pengaruh buruk DDT terhadap lingkungan sudah mulai tampak sejak awal penggunaannya Pada tahun
1940-an, dengan menurunnya Populasi burung elang sampai hampir punah di Amerika Serikat. Dari
pengamatan ternyata Elang terkontaminasi DDT dari makanannya (terutama ikan sebagai mangsanya)
yang Tercemar DDT. DDT menyebabkan cangkang Telur elang menjadi sangat rapuh sehingga rusak Jika
dieram. Dari segi bahayanya, oleh EPA DDT Digolongkan dalam bahan racun PBT (persistent,
Bioaccumulative, and toxic) material (Baehaki,1999).
Limbah B3 adalah bahan berbahaya dan beracun yang bisa mencemarkan atau merusak lingkungan,
membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya yang tinggi. Hal ini diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terkait lingkungan hidup, seperti Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 dan No. 85 Tahun 1999. Klasifikasi limbah B3 didasarkan pada
sumbernya, yaitu limbah dari sumber spesifik, limbah dari sumber yang tidak spesifik, dan limbah dari
bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Selain
itu, limbah B3 juga dibedakan berdasarkan jenis buangannya, seperti buangan radioaktif, bahan kimia,
dan biological. Menurut regulasi pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang karakteristik bahan berbahaya
dan beracun, pasal 5 ayat 1, berikut adalah karakteristik dari bahan-bahan berbahaya dan beracun :
a) Mudah meledak (explosive) - bahan yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak atau
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dapat merusak lingkungan sekitar.
b) Pengoksidasi (oxidizing) - bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat diuji
dengan metode pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar.
c) Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable) - baik berupa padatan maupun cairan
dengan titik nyala di bawah 00C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 350C.
d) Sangat mudah menyala (highly flammable) - baik berupa padatan maupun cairan dengan titik
nyala 0-210C.
e) Mudah menyala (flammable) - berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F), akan menyala apabila tidak terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
f) Berupa padatan yang bukan cairan, pada suhu dan tekanan standar, dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan, dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus-menerus dalam 10 detik.
g) Amat sangat beracun (extremely toxic) - memiliki LD50 kurang atau sama dengan 1 mg/kg.
h) Sangat beracun (highly toxic) - dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut dan kronis, bahkan
kematian, pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi atau kontak
dengan kulit.
i) Beracun (moderately toxic) - menyebabkan kematian atau sakit yang serius jika masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
j) Berbahaya (harmful) - baik padatan, cairan, atau gas yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai ke tingkat tertentu.
k) Korosif (corrosive) - bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, pengkaratan pada
lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 550C, dan memiliki pH sama atau kurang dari 2 untuk bahan bersifat asam atau sama
atau lebih besar dari 11,25 untuk bahan bersifat basa.
l) Bersifat iritan (irritant) - baik padatan maupun cairan yang dapat menyebabkan peradangan jika
terjadi kontak secara langsung dan terus menerus dengan kulit atau selaput lender.
Limbah yang termasuk kategori limbah B3 adalah limbah yang, ketika diuji menggunakan metode
toksikologi, memiliki nilai LD50 di bawah ambang batas yang ditetapkan. Pengujian toksikologi
dilakukan untuk menentukan apakah limbah tersebut bersifat akut atau kronis serta menetapkan nilai
LD50, yaitu jumlah dosis yang dapat menyebabkan kematian 50% dari populasi makhluk hidup yang
dijadikan subjek percobaan. Jika nilai LD50 lebih besar dari 15 gram per kilogram berat badan, maka
limbah tersebut bukan termasuk limbah B3. Pengelompokan limbah B3 lainnya dapat dibedakan
berdasarkan sifat-sifatnya seperti mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun, dan menyebabkan
infeksi. Untuk melakukan uji toksikologi pada limbah B3 yang tidak memiliki dosis referensi atau bersifat
akut, dilakukan dengan menggunakan bio-essai. Sedangkan untuk limbah B3 yang bersifat kronis,
dilakukan telaahan dengan metodologi perhitungan dan berdasarkan hasil studi dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak
lingkungan (Malayadi, 2017).

Anda mungkin juga menyukai