Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan Limbah B3 yang tepat sangat perlu untuk dilakukan oleh setiap industri
dalam rangka mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidupserta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar. Demi
menghindari terjadinya kerusakan lingkunga tersebut perlu dilaksanakan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkugan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang
terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan
generasi masa depan. Salah satu komponen penting agar pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan dasar kebijaksanaan dan berwawasan lingkungan adalah dengan diberlakukannya
peraturan perundang-undangan lingkungan hidup sebagai landasan dalam pelaksanaan
operasional dilapangan. Dengan diberlakukannya peraturan perundang-undangan tersebut
akan dapat memberikan petunjuk operasional dan dapat menghindari terjadinya konfik
kepentingan yang bersebrangan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dalam Kerja Praktek ini adalah
1. Untuk mengetahui kondisi umum pengelolaan limbah B3 yang ada di PT
Indolakto Factory Jakarta.

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. (Peraturan Pemerintah
No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan yang dihasilkan oleh
suatu proses produksi baik skala rumah tangga (domestic) maupun industri yang
kehadirannya pada suatu tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis.
Air limbah adalah sisa air yang digunakan dalam industri atau rumah
tangga yang mengandung zat tersuspensi dan zat terlarut. Air limbah adalah air
yang dikeluarkan oleh industri akibat proses produksi dan pada umumnya sulit
diolah karena biasanya mengandung beberapa zat seperti : pelarut organik zat
padat terlarut, suspended solid, minyak dan logam berat.
Menurut (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009), Ada beberpa macam
Limbah berdasarkan wujudnya yaitu :
a. Limbah Cair
Limbah Cair adalah sisa dari usaha atau kegiatan yang berwujud
cair. Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan
yang tercampur (tersespensi) maupun terlarut dalam air. Meurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegitan yang berwujud cair, segala jenis limbah yang
berwujud cairan, berupa air, beserta buangan yang tercampur (tersuspensi)
maupun terlarut dalam air
Adapun menurut Peraturan Pemerintah Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 122 Tahun 2005, limbah cair adalah limbah yang berasal dari
air sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak
dimanfaatkan kembali. Sedangkan limbah cair domestic adalah limbah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun,
apartemen, perkantoran, rumah, dan kantor, toko, rumah sakit, mall,
swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water
(air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja)
b. Limbah Padat
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang pengelolaan
sampah, limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah merupakan sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Limbah padat berasal dari kegiatan industry dan domestic.
Limbah domestic pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat perdangangan, perkantoran, peternakan, pertanian,
serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat : kertas, kain,
kayu, karet/kulit tiruan, plastic, metal, gelas/kaca, bakteri, kulit telur, dll.
c. Limbah Gas
Pousi udara adalah tercemarnya dara oleh beberpa pertikulat zat
(limbah) yang mngandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur,
dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon
monoksida dan timah. (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999)
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah merupakan sisa aktifitas manusia yang dapat berupa bahan
kimia organik maupun anorganik yang akan berdampak negatif bagi
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah memiliki
beberapa jenis yang diklasifikasi berdasarkan jenis zat, wujud, serta
asalnya.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3) menurut
Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999 adalah “sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan /atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”.
Sumber limbah B3 adalah kegiatan-kegiatan industri logam berat,
pertambangan, kesehatan, farmasi, mesin-mesin, bahan kimia dan juga
rumah tangga. Pada umumnya limbah B3 mengandung logam berat dan
zat kimia berbahya seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic (As),
cadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni), pestisida, sianida, sulfida,
fenol dan lain-lain
a. Klasifikasi Limbah B3
Klasifikasi limbah Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun
2014 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Limbah B3 berdasarkan sumbernya dikelompokan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Limbah dari sumber spesifik Limbah B3 ini merupakan sisa proses
suatu industri kegiatan tertentu.
2. Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini
berasal bukan dari proses utamanya, misalnya dari
kegiatanpemeliharan alat, pencucian, inhibitor, korosi, pelarut
perak, pengemasan dan lain-lain.
3. Limabah B3 dari bahan kaladuarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
baungan produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga memerlukan
pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
4. Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis
buangan yaitu :
a. Buangan Radioaktif, buangan yang mengemisikan radioaktif
bahaya, presisten untuk periode waktu yang lama
b. Bauangan bahan kimia, umumnya digolongkan menjadi (i)
synthetic organics (ii) anorganik logam, garam-garam, asam
dan basa (iii) flammable (iv) exsplosive.
c. Buangan biological, dengan sumber utama : rumah sakit,
penelitian biologi. Sifat terpenting sumber ini menyebabkan
sakit pada mahluk hidup dan menghasilkan toxin.
2.2. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Limbah yang
termasuk Bahan Berbahaya Dan Beracun adalah Limbah yang memenuhi salah
satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :
a. Mudah meledak
Limbah karakteristik mudah meledak adalah limbah yang pada suhu
dan tekanan standar (250 C, 760 mm Hg) dapat meledak atau melalui
reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan
tertinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya
contohnya : sisa Anfo, sisa TNT.
b. Mudah menyala
Limbah karakteristik mudah menyala adalah cairan yang mengandung
alcohol kurang dari 24% volume pada titik nyala tidak lebih dari 600 C
(1400 F) akan menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nayala lain pada tekanan udara 760 mmHg atau bukan berupa
cairan pada temperature dan tekanan standar (250 C, 760 mm Hg) mudah
menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus.
Contohnya Bensin bekas, acetylene, klorin, dan serbuk magnesium
a. Bersifat Reaktif
Limbah karakteristik reaktif merupakan limbah yang pada keadaan
normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan, apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Limbah sianida, sulfide,
atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12.5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beraacun. Contohnya : Peroksida,
Alkali dan CaO.
b. Infeksius
Limbah infeksius merupakan limbah medis padat yang
terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di
lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia rentan Contohnya :
a. Limbah Labolatorium
b. Limbah Patologi, limbah jaringan tubuh yang terbuang
c. Limbah benda tajam : jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet
Pasteur
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius,
organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi dan
terinfeksi.
c. Korosif
Limbah korosif adalah limbah dengan Ph < 2 untuk limbah bersifat
asam dan > 12.5 untuk yang bersifat basa yang dapat menyebabkan
tingkat iritasi yang ditandai dengan adannya kemerahan dan
pembengkakan. Contohnya : Asam nitat.
d. Beracun (diidentifikasi menggunakan uji toksikologi )

2.3 Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pengelolaan Limbah B3


1. Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pebgelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun
7. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-68/BAPEDAL/05/1994
tentang Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan,
Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan, dan Penimbunan Akhir
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
8. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-01/BAPEDAL/09/1995
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/09/1995
tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
10. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-03/BAPEDAL/09/1995
tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
11. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-04/BAPEDAL/09/1995
tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan
Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
12. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-05/BAPEDAL/09/1995
tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
13. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/01/1998
tentang Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun di Daerah.
14. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-03/BAPEDAL/01/1998
tentang Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
15. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-04/BAPEDAL/01/1998
tentang Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program
Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
2.4 Ketentuan-Ketentuan Dalam Pengelolaan Limbah B3
2.4.1 Kewajiban Bagi Penghasil Limbah B3
1. Wajib mengolah limbah B3
2. Wajib menyimpan limbah B3 sebelum dikirim ke Pengolah dengan
waktu penyimpanan paling lama 90 hari.
3. Menyediakan tempat penyimpanan limbah B3 sesuai pedoman yang
ditetapkan BAPEDAL.
4. Melakukan analisa limbah B3-nya dan mempunyai catatan jenis dan
jumlah limbah B3 yang dihasilkan.
5. Melakukan pelaporan mengenai pengelolaan limbah B3 sekurang-
kurangnya setiap 6 bulan sekali kepada BAPEDAL.
6. Memberikan label pada kemasan limbah B3-nya.
7. Mengisi dokumen limbah B3 sebelum diangkut ke
Pengumpul/Pengolah.
8. Membantu pengawas/BAPEDAL dalam melaksanakan pengawasan.
9. Harus mempunyai sistem tanggap darurat dan melaksanakannya bila
terjadi keadaan darurat.
10. Ketentuan Lain :
1. Dapat menjadi pengumpul apabila memenuhi persyaratan sebagai
pengumpul.
2. Dapat menjadi pengolah apabila memenuhi persyaratan sebagai
pengolah.
3. Dapat mengekspor limbah B3 dengan rekomendasi BAPEDAL

2.4.2 Kewajiban Bagi Pengumpul Limbah B3


1. Memiliki lokasi pengumpulan limbah B3 dan memenuhi ketentuan
dari BAPEDAL.
2. Beroperasi setelah mendapat ijin dari BAPEDAL.
3. Membantu pengawas dalam pelaksanaan pengawasan.
4. Mempunyai Sistem Tanggap Darurat.
2.4.3 Kewajiban Bagi Pengolah Limbah B3
1. Melakukan AMDAL.
2. Mempunyai fasilitas pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 yang
memenuhi ketentuan dari BAPEDAL.
3. Mendapat Ijin dari BAPEDAL.
4. Tatacara penimbunan limbah B3 dan pemantauan dampak lingkungan
harus memenuhi ketentuan BAPEDAL.
5. Membantu pengawas dalam pelaksanaan pengawasan.
6. Mempunyai Sistem Tanggap Darurat

2.4.4 Kewajiban Bagi Pengangkut Limbah B3.


1. Pengankut harus memiliki izin usaha pengangkutan limbah B3 dari
Instansi yang berwenang. (Instansi yang berwenang memberikan izin
di atas setelah mendapat rekomendasi dari BAPEDAL).
2. Kendaraan/alat angkut yang digunakan untuk mengankut limbah B3
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Instansi yang
berwenang.
3. Wajib memiliki dokumen muatan dan dokumen limbah B3.
4. Dokumen di atas harus diserahkan kepada pengumpul dan pengolah.
5. Membantu Pengawas dalam pelaksanaan pengawasan.
6. Mempunyai Sistem Tanggap Darurat

2.5 Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)


2.5.1 Definisi Pengolahan Limbah
Pengelolaan limbah B3 adalah seraingkaian kegiatan yang
mencangkup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, penganggkutan,
permanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah
B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk menggurangi jumlah dan
menggurangi sifat bahaya dan racun limbah B3 sebelum dihasilkan dari
suatu kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999).
2.5.2 Tujuan Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan atau kerusakan lingkukngan hidup yang diakibatkan Limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinnya kembali (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999)

2.5.3 Prosedur Pengelolaan Limbah


Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegitan yang menggunakan
B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan reduksi limbah B3
pengelolaan dan atau penimbunan limbah B3 dapat dilakukan sendiri oleh
penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengelolaan
dan atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkan itu kepada pengolahan atau dan
penimbun limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999). Penghasil
limbah B3 adalah orang yang usaha dan atau kegiatannya menghasilkan limbah
B3.
a. Reduksi Limbah
Suatu kegiatan pada penghasil utnuk menggurangi jumlah dan
menggurangi sifat bahan berbahaya dan beracun limbah B3, sebelum
dihasilkan dari suatu kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999).
b. Pengemasan
Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi, atau memasukan
B3 ke dalam suatau wadah dan atau kemasan menutup dan atau
menyegelnya (Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001).
Persyaratan umum pengemasan adalah sebagai berikut
1. Kemasan Limbah B3 harus dalam kondisi baik tidak rusak dan
bebas dari pengkaratan serta kebocoran
2. Bentuk ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikemas dengan
mempertimbangkan segi keamanan dari kemudahan dalam
penangannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bak container atau tangki berbentuk
silinder vertical mapun horizontal atau drum yang terbuat dari
bahan logam drum yang terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP, atau
PVC) atau bahan logam dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpan.
4. Limbah B3 yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh disimpan
secara bersama-sama dalam suatu kemasan.
5. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan,
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah
pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
6. Jika kemasan limbah B3 sudah dalam kondisi sudah tidak layak
(misalnya terjadi pengkaratan atau terjadi kerusakan permanen )
atau jika bocor limbah B3 tersebut harus dipindahkan kedalam
kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah
B3.
7. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan
sesuai dengan ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 :
a. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai
dengan karakteristik limbah yang dikemas
b. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus
mempunyai ukuran minimum adalah 10 cm x 10 cm atau lebih
besar
c. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat
dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang
mungkin mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan
kemasan
d. Simbol yang dapat dipasang pada kemasan yang tidak
terhalang oleh kemasan lain dan mudah terlihat
e. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh
terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum
kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3
f. Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang
kemasanya telah dibersihkan dan akan dipergunakan kembali
utnuk pengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”.
g. Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi
untuk memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan
kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.

Gambar. 2.1. Contoh Pemberian Simbol dan Label pada Tempat Penyimpanan
Limbah B3, yang Menyimpan lebih dari 1 (Satu) Karakteristik
Limbah B3.

Sumber : Peraturan Pemerintah N0 85 Tahun 1999

c. Penyimpanan Limbah
Limbah B3 harus disimpan secara tepat bilamana ingin dicegah
kemungkinan bahaya-bahayanya , fasilitas dan prosedur penyimpanan
harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan bahayanya.
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika jumlah B3 tersebut belum
dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudakan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.
Untuk menngkatkan pengamannya, maka sebelum dilakukan
penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Menginggat
keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu
pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan
aman (Peraturan Pemerintan No. 85 tahun 1999 pasal 29). Penyimpanan
Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan, limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil, pengumpul, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan
limbah B3 dengan maksud menimpan sementara.
d. Bangunan Penyimpanan Limbah
Bagunan Penyeimpanan Kemasan Limbah B3 harus memenuhi syarat
Meiliki rancang bagunan dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan
jenis karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan / akan disimpan
(Pearturan Pemerintan No. 85 tahun 1999 pasal 29)
1. Terlindungi dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung
2. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk
mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya kedalam
ruang penyimpanan
3. Memiliki sistem peneangan (lampu/cahaya/matahari) yang
memadai untuk operasional pengundangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter diatas kemasan dengan saklar (stop contact) harus
terpasang disis luar bagunan.
4. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
5. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku
6. Lantai bagunan penyimpanan harus kedap air tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun
kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimal 1 % pada
bagian luar bagunan kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir kearah memenuhi bagunan
penyimpanan
e. Tata Cara Penyimpanan dan Lamanya Penyimpanan
Tata cara yang diatur oleh (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999).
Adalah sebagai berikut
(1) Meyediakan tempat khusus limbah B3 yang telah terpisah dari
tempat penyimpanan bahan dan limbah lainnya. Desain dan
rancangan bagunan tempat penimpanan diatur, tempat
penyimpanan limbah B3 harus mendapatkan persetujuan dari pihak
ketiga
(2) Menyimpan semua limbah B3 sesuai dengan jenis dan
karakteristiknya dan ditempatkan pada tempat yang sudah
ditentukan.
(3) Menghindari tumpahan dan ceceran dari limbah B3, khususnya
yang bersifat mudah terbakar atau mudah meledak prosedur house
keeping yang baik harus dilaksanakan.
(4) Mencatat setiap terjadi perpindahan limbah B3, yang masuk dan
keluar tempat penyimpanan sesuai jenis dan jumlahnya kedalam
lembar neraca limbah B3.
(5) Pemasangan Label dan simbol limbah B3 harus sesuai dengan jenis
dan sifat limbah B3.
(6) Menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
sudah ditentukan dan alat pemdam kebakaran
(7) Tidak diperkenaka menerima atau menyimpan limbah B3 dari
pihak lain
f. Pengumpulan Limbah
Pengumpulan limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum
dikirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan dan/atau
penimbuanan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999).
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat pengolahan dan/atau penimbun limbah B3.
g. Penganggkutan
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3
dari penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat atau dari pengolah
kepengumpul atau ke pemanfaat ke pengolah atau ke penimbun limbah
B3. Setiap penganggkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib
disertai dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh kepala instansi yang
bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan (Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun
2014) tentang pengolahan limbah Bahan Bahaya dan Beracun Dokumen
limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3
oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3 kepada
penganggkutan limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan
sebagi berikut :
1. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3
2. Tanggal penyerahan limbah B3
3. Nama dan alamat penganggkut limbah B3
4. Tujuan pengangkut limbah B3 dan,
5. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang
diserahkan
h. Rekapitulasi Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah B3 pasal 11 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan
menyimpan catatan tentang :
a. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkan limbah B3.
b. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3.
c. Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman
kepada pengempul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limabh B3
i. Reporting Limbah B3
Penyerahan limbah B3 kepda pemanfaat untuk diekspor, serta kepada
pengolah atau penimbun limbah B3 tidak mengurangi tanggung jawab
penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkan.
Sehingga penghasil tetap bertanggung jawab dengan limbah B3 yang
dihasilkan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengolahan
limbah B3 pasal 9)
Penghasil limbah B3 wajib menyampikan catatan lmabah B3
sekurang-kurangnya sekali 6 bulan kepada instansi yang terkait dan Bupati
atau Wali kota madya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang
dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan
dalam pengelolaan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah B3 pasal 11)
Penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau
pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut wajib disertai dengan
dokumen limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkutan
limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkutan
limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepadapengumpul dan atau
pemanfaatan atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil
limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999)
2.6 Label dan Simbol B3
Pemberian simbol dan label dimaksudkan untuk memberikan identitas
limbah sehingga kehadiran limbah B3 dalam suatu tempat dapat dikenal. Melalui
penandaan dapat diketahui informasi dasar tentang jenis dan karakteristik/sifat
limbah B3 bagi orang yang melaksanakan pengelolaan (menyimpan, mengangkut,
mengumpulkan, memanfaatkan dan mengolah) limbah B3, bagi pengawasan
pengolahan limbah serta bagi orang disekitarnya. Penandaan terhadap limbah B3
sangat penting guna menelusuri dan menetukan pengolahan limbah B3, tanda
yang digunakan untuk penandaan ada dua jenis yaitu : (PerMen Lingkungann
Hidup No 14 Tahun 2013)
2.6.1 Simbol
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 450 sehingga membentuk belah
ketupat sehingga membentuk belah ketupat berwarna putih dan garis tepi belah
ketupat tebal berwarna merah. Setiap simbol adalah satu gambar tertentu untuk
menandakan sifat/karakteristik bahan limbah B3 dalam suatu pengemasan,
penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkutan. Terdapat delapan simbol,
yaitu (Keputusan 40 Kepala Bapedal N0.05/1995).

2.6.1.1 Simbol Klasifikasi Limbah Mudah Meledak


Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi Mudah Meledak
Warna dasar bahan oranye. Simbol berupa gambar warna hitam suatu
materi limbah yang menunjukkan meledak. Pada bagian tengah terdapat
tulisan ”MUDAH MELEDAK” berwarna hitam yang dapat diapit oleh dua
bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam belah ketupat. Blok segilima
berwarna merah (exsposive/exsploded bomb).
Simbol ini menunjukan suatu bahan yang pada suhu dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran
atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas degan suhu
dan tekanan tertinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
disekitarnaya.

Gambar 2.2. Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Mudah Meledak


Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008

2.6.1.2 Simbol Mudah Terbakar


Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi Mudah Terbakar
Bahan dasar berwarna merah Gambar simbol berupa lidah api berwarna
putih yang menyala pada suatu permukaan berwarna putih.
Gambar terletak di bawah sudut atas garis ketupat bagian dalam.
Pada bagian tengah terdapat tulisan “CAIRAN” dan di bawahnya terdapat
tulisan “MUDAH TERBAKAR” berwarna putih. Blok segilima berwarna
putih.

Gambar 2.3. Simbol B3 Klasifiksi Mudah Terbakar


Sumber : PermenLH No. 3 Tahun 2008
2.6.1.3 Simbol Berbahaya (Harmful Waste)
Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi Berbahaya (Harnful
Waste) . berwarna merah simbol berupa dasar putih dengan garis tepi tebal
berwarna merah, Simbol berupa gambar silang berwarna hitam simbol ini
menenjukan suatu bahan baik berupa padatan cairan atau gas, yang jika
terjadi kontak ataau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

Gambar 2.4. Simbol B3 Klasifiksi Berbahaya


Sumber : PermenLH No. 3 Tahun 2008
2.6.1.4 Simbol Klasifikasi (Dangerous For Environment) Berbahaya
Bagi Lingkungan
Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi (Dangerous for
environment) Berbahaya bagi Lingkungan.
Berwarna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah,
Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta
ikan berwarna putih. Bahan kimia bersimbol ini dapat merusak lapisan
ozon (misalnya CFC = Choloroflourintated Biphenyls).
Gambar 2.5. Simbol B3 Klasifiksi Berbahaya Bagi Lingkungan
Sumber : PermenLH No. 3 Tahun 2008

2.6.1.5 Simbol Klasifikasi Limbah B3 Beracun


Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi Buangan Beracun
(Toxic waste) yaitu buangan yang berkemampuan meracuni, menjadikan,
cacat sampai membunuh mahluk hidup dalam jangka panjang dan pendek.
Bahan dasar berwarna putih dengan blok segitiga berwarna merah
Simbol berupa tengkorak manusia dengan tulang bersilang berwarna
hitam. Garis tepi simbol berwarna hitam. Pada sebelah gambar simbol
terdapat tulisan “BERACUN” berwarna hitam.

Gambar 2.6. Simbol Klasifikasi Bersifat Beracun (Toxic)


Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008
2.6.1.6 Simbol Klasifikasi Limbah B3 Korosif
Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi korosif. Belah
ketupat terbagi pada garis horizontal menjadi dua bidang segitiga. Pada
bagian atas yang berwarna putih terdapat dua gambar, yaitu : di sebelah
kiri adalah gambar tetesan limbah korosif yang merusak pelat bahan
berwarna hitam, dan di sebelah kanan adalah gambar lengan yang terkena
tetesan limbah korosif. Pada bagian bawah, bidang segitiga berwarna
hitam, terdapat tulisan “KOROSIF” berwarna putih , serta blok segitiga
berwarna merah.

Gambar 2.7. Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Korosif


(Corrosive) Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008

2.6.1.7 Simbol Klasifikasi B3 Menimbulkan Infeksi


Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi menimbulkan
infeksius dan menimbulkan penyakit (Infections Waste), dan menularkan
penyakit.
Warna dasar adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat
bagian dalam berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna hitam terletak di
sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian
tengah terdapat tulisan ”INFEKSI” berwarna hitam dan di bawahnya
terdapat blok segilma berwarna merah.

Gambar 2.8. Simbol B3 Klasifikasi Bersifat


Infeksius Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008

2.6.1.8 Simbol Limbah B3 Klasifikasi Karsinogenik (Carcinogenic,


Tetragenic, Mutagenic)
Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi Karsinogenik
(Carcinogenic, Tetragenic, Mutagenic). Memiliki simbol berwarna putih
dengan garis tepi tebal berwarna hitam dengan gambar menyerupai
bintang segi enam berwarna putih pada dada, simbol ini menujukan papran
jangka pendek jangka panjang atau berulang menyebabkan efek kesehatan.

Gambar 2.9. Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Karsinogenik


Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008
2.6.1.9 Simbol Klasifikasi B3 Menimbulkan (Pressure Gas)
Bertekanan Gas
Berdasrkan Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun, simbol untuk B3 klasifikasi menimbulkan
(Pressure Gas) Bertekanan Gas.
Simbol ini berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam,
simbol ini untuk menenjukan bahaya gas bertekanan tinggi dan dapat
meledak bila tabung dipanaskan / terkena panas atau pecah dan isinya
dapat menyebabkan kebakaran.

Gambar 2.10. Simbol B3 Klasifikasi Bersifat Karsinogenik


Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008

2.6.2 Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu
limbah B3 yang dikemas. Terdapat tiga jenis label yang berkaitan dengan
sistem pengemasan limbah B3 yaitu :
1. Label identitas
2. Lebel untuk penandaan kemasan kosong
3. Label penunjuk tutup kemasa
Gambar 2.11. Label Untuk wadah Limbah B3
Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008

Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 yang berbentuk


tulisan yang berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil
limbah B3, no telepon, Nomor penghasil, tanggal pengemasan, kode limbah,
jenis limbah, jumlah limbah, sifat limbah.
BAB 111

METODOLOGI KERJA PRAKTEK

3.1. Jenis Metode


Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah evaluasi, yaitu
merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memeriksa proses berjalan
suatu sistem dan memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha
mengunggkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga
hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh digunakan
sebagai bahan penulisan laporan.

3.2. Metode Kerja Praktek


1. Metode Pengumpulan Data
1) Pengumpulan Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara
dan hasil pengamatan kegiatan pada area produksi dan B3
2) Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari dokumen-dokumen dan referensi-
referensi yang ada. Pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan dalam
kerja praktek adalah
1. Data literature, jurnal, makalah dan laporan penenlitian terdahulu.
2. Data profil perusahaan.
3. Data keterangan berupa bagan alir proses produksi.
4. Metode Analisa
5.
3.3. Lokasi Kerja Praktek
Lokasi pelaksanaan kerja praktek adalah PT. Guna Era Manufatura yang
beralamat di kawasan industri.
Gambar 3.1. PT. Guna Era Manufatura
Sumber : Google Maps, 2018

3.4. Objek dan Ruang Lingkup Kerja Praktek


Objek kerja praktek ini adalah diarea Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) PT. Guna Era Manufatura.

3.5. Jadwal Pelaksanaan


a. Pengajuan Kerja Prakyek
Pelaksanaan Kerja Praktek direncanakan selama satu bulan yang
diharapkan dapat mulai pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan
Februari 2019 atau sesuai dengan persetujuan dan kebijakan dari pihak PT.
Guna Era Manufaktura. Berikut jadwal rencana kerja praktek yang
direncanakan pada table 3.1
Table 3.1 Alokasi Waktu Perencanaan Kerja Praktek
Minggu Ke
No. Kegiatan 1 2 3 4

1 Studi Pendahuluan

2 Observasi

3 wawancara

4 Study Literatur

5 Analisis dan Diskusi

6 Penyusunan Laporan

a. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini kerja parktek dilaksanakan pada tanggal 7
januari 2019 s/d 7 februari 2019. Kegiatan-kegiatan pada tahap
pelaksanaan ini antara lain meliputi :
1. Observasi lingkungan tempat kerja area B3
2. Wawancara dengan operator B3
3. Identifikasi limbah pada area B3
4. Studi pustaka
5. Asistensi dengan pembimbing lapang
5.2 Hasil Temuan Kerja Praktek
a. Pewadahan Limbah B3
Meneurut PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3,
syarat pengemasan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (6)
huruf e dilakukan dengan kemasan yang memiliki penutup yang kuat untuk
mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan,
atau penganggkutan. Dan untuk pewadahaan limbah B3 PT. Guna Era
Manufatura tidak memiliki Penutup

Gambar 5.7 Pewadahaan Limbah PT. Guna Era Manufatura

Sumber : Data Pengamatan, 2019

b. Bangunan Penyimpanan Limbah B3


Meneurut PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3,
syarat pengemasan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
Peralatan penanggulangan keadaan darurat sebagaiamana dimaksud meliputi
APAR, alat penanggulangan keadaan darurat yang lain yang sesuai, akan tetapi
tidak ditemukan APAR di sekitar tempat Peniympanan Penampungan Akhir
Gambar 5.8 Bangunan Peenyimpanan Limbah B3 cair

Sumber : Data Primer, Januari 2019

Hasil pengamatan tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan


dan pengumpulan limbah B3 di PT. Guna Era Manufatura mengenai pewadahan
tanpa penutup, dan tempat penyimpanan limbah B3 cair belum ada Apar (Alat
Pemadam Kebakaran) dikarenakan sedang dalam perbaikan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kerja praktek tentang pengelolaan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT Guna Era Manufatura, di dapatkan kesimpulan
mengenai pengelolaan limbah B3 di PT Guna Era Manufatura antara lain ;
Pengelolaan limbah B3 pada PT Guna Era Manufatura meliputi,
Pemilahan, Pewadahaan Limbah B3, Penyimpanan Limbah B3 sementara,
Bagunan penyimpanan sementara limbah B3, Pengumpulan Limbah B3,
Pengangkutan, Rekapitulasi Limbah B3 , sedangkan untuk pengolahan dan
penimbunan dilakukan oleh pihak ke -3 telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berabahaya dan Beracun
Proses penampungan Akhir limbah B3 di PT. Guna Era Manufactura sebelum
diambil pihak ke 3 untuk Limbah Non B3 (karet, plastik, kaca, daun, rumput,
kayu, kertas, kardus, sisa makanan dan yang sejenisnya dimasukan kedalam
TPA warna Kuning ), Limbah B3 cair (pelumas bekas, solar bekas, sisa cat, dan
cairan lain yang terkontaminasi B3 dimasukan ke dalam drum sesuai dengan
jenis limbah) , Limbah B3 padat (Batery bekas, aki/unit mesin. Sarung tangan
dan majun yang terkontaminasi B3, noen bekas, PCB, pita pinter, kaleng bekas
cat, Scrap, Flux dan sejenis dimasukan kedalam TPA warna merah – B3
padat

6.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan kerja praktek dengan kegiatan pengelolaan
limbah B3 yang telah dijalankan di PT Guna Era Manufatura, adapun saran yang
dapat diberikan antara lain,
a. Sebaiknya dilakukan desain TPS limbah B3 dengan sesuai standar yang
berlaku sehingga dapat memaksimalkan penyimpanan limbah B3 di TPS
tersebut
b. Sebaiknya Tempat Penampungan sementara limbah B3 di beri Penutup
yang Rapat.
c. Sebaiknya pemberian label pada bagunan penyimpanan akhir
menggunakan identitas simbol yang tidak mudah sobek dan luntur jika
terkena air
d. Sebaiknya melakukan pemantauan penataan, pengecekan, perawatan
pemasangan label, ditempat penampungan sementara maupun tempat
pembuangan akhir secara berkala
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta.

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.


01/BAPEDAL/09/1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 5 Tahun 1995 tentang Symbol dan Label
Limbah B3.Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/men/1999 tentang


Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 03/2008 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Mentri Lingkungann Hidup No 14 Tahun 2013 Tentang Tata Cara


Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang


Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 Tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (PP18/1999)

Peraturan Pemerintah Nomor. 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air


dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan


atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001. Tentang


Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta,
Kementrian Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. 2014

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Yuliani, Endah. (2011). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience, Surabaya Plant.

Anda mungkin juga menyukai