PENDAHULUAN
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. (Peraturan Pemerintah
No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan yang dihasilkan oleh
suatu proses produksi baik skala rumah tangga (domestic) maupun industri yang
kehadirannya pada suatu tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis.
Air limbah adalah sisa air yang digunakan dalam industri atau rumah
tangga yang mengandung zat tersuspensi dan zat terlarut. Air limbah adalah air
yang dikeluarkan oleh industri akibat proses produksi dan pada umumnya sulit
diolah karena biasanya mengandung beberapa zat seperti : pelarut organik zat
padat terlarut, suspended solid, minyak dan logam berat.
Menurut (Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009), Ada beberpa macam
Limbah berdasarkan wujudnya yaitu :
a. Limbah Cair
Limbah Cair adalah sisa dari usaha atau kegiatan yang berwujud
cair. Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan
yang tercampur (tersespensi) maupun terlarut dalam air. Meurut Peraturan
Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001. Tentang pengelolaan kualitas air
dan pengendalian pencemaran air, limbah cair adalah sisa dari suatu hasil
usaha dan atau kegitan yang berwujud cair, segala jenis limbah yang
berwujud cairan, berupa air, beserta buangan yang tercampur (tersuspensi)
maupun terlarut dalam air
Adapun menurut Peraturan Pemerintah Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No. 122 Tahun 2005, limbah cair adalah limbah yang berasal dari
air sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak
dimanfaatkan kembali. Sedangkan limbah cair domestic adalah limbah
yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun,
apartemen, perkantoran, rumah, dan kantor, toko, rumah sakit, mall,
swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water
(air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja)
b. Limbah Padat
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang pengelolaan
sampah, limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah merupakan sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Limbah padat berasal dari kegiatan industry dan domestic.
Limbah domestic pada umumnya berbentuk limbah padat rumah
tangga, limbah padat perdangangan, perkantoran, peternakan, pertanian,
serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat : kertas, kain,
kayu, karet/kulit tiruan, plastic, metal, gelas/kaca, bakteri, kulit telur, dll.
c. Limbah Gas
Pousi udara adalah tercemarnya dara oleh beberpa pertikulat zat
(limbah) yang mngandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur,
dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon
monoksida dan timah. (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999)
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah merupakan sisa aktifitas manusia yang dapat berupa bahan
kimia organik maupun anorganik yang akan berdampak negatif bagi
lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah memiliki
beberapa jenis yang diklasifikasi berdasarkan jenis zat, wujud, serta
asalnya.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3) menurut
Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP No. 85/1999 adalah “sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan /atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”.
Sumber limbah B3 adalah kegiatan-kegiatan industri logam berat,
pertambangan, kesehatan, farmasi, mesin-mesin, bahan kimia dan juga
rumah tangga. Pada umumnya limbah B3 mengandung logam berat dan
zat kimia berbahya seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic (As),
cadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni), pestisida, sianida, sulfida,
fenol dan lain-lain
a. Klasifikasi Limbah B3
Klasifikasi limbah Peraturan Pemerintah RI Pasal 1 No. 101 Tahun
2014 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Limbah B3 berdasarkan sumbernya dikelompokan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Limbah dari sumber spesifik Limbah B3 ini merupakan sisa proses
suatu industri kegiatan tertentu.
2. Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini
berasal bukan dari proses utamanya, misalnya dari
kegiatanpemeliharan alat, pencucian, inhibitor, korosi, pelarut
perak, pengemasan dan lain-lain.
3. Limabah B3 dari bahan kaladuarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
baungan produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga memerlukan
pengelolaan seperti limbah B3 lainnya.
4. Selain berdasarkan sumber, limbah B3 dibedakan atas jenis
buangan yaitu :
a. Buangan Radioaktif, buangan yang mengemisikan radioaktif
bahaya, presisten untuk periode waktu yang lama
b. Bauangan bahan kimia, umumnya digolongkan menjadi (i)
synthetic organics (ii) anorganik logam, garam-garam, asam
dan basa (iii) flammable (iv) exsplosive.
c. Buangan biological, dengan sumber utama : rumah sakit,
penelitian biologi. Sifat terpenting sumber ini menyebabkan
sakit pada mahluk hidup dan menghasilkan toxin.
2.2. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 101 Tahun
2014 Tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Limbah yang
termasuk Bahan Berbahaya Dan Beracun adalah Limbah yang memenuhi salah
satu atau lebih karakteristik sebagai berikut :
a. Mudah meledak
Limbah karakteristik mudah meledak adalah limbah yang pada suhu
dan tekanan standar (250 C, 760 mm Hg) dapat meledak atau melalui
reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan
tertinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya
contohnya : sisa Anfo, sisa TNT.
b. Mudah menyala
Limbah karakteristik mudah menyala adalah cairan yang mengandung
alcohol kurang dari 24% volume pada titik nyala tidak lebih dari 600 C
(1400 F) akan menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nayala lain pada tekanan udara 760 mmHg atau bukan berupa
cairan pada temperature dan tekanan standar (250 C, 760 mm Hg) mudah
menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus.
Contohnya Bensin bekas, acetylene, klorin, dan serbuk magnesium
a. Bersifat Reaktif
Limbah karakteristik reaktif merupakan limbah yang pada keadaan
normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan, apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Limbah sianida, sulfide,
atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12.5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beraacun. Contohnya : Peroksida,
Alkali dan CaO.
b. Infeksius
Limbah infeksius merupakan limbah medis padat yang
terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di
lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah virulensi yang cukup
untuk menularkan penyakit pada manusia rentan Contohnya :
a. Limbah Labolatorium
b. Limbah Patologi, limbah jaringan tubuh yang terbuang
c. Limbah benda tajam : jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet
Pasteur
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius,
organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi dan
terinfeksi.
c. Korosif
Limbah korosif adalah limbah dengan Ph < 2 untuk limbah bersifat
asam dan > 12.5 untuk yang bersifat basa yang dapat menyebabkan
tingkat iritasi yang ditandai dengan adannya kemerahan dan
pembengkakan. Contohnya : Asam nitat.
d. Beracun (diidentifikasi menggunakan uji toksikologi )
Gambar. 2.1. Contoh Pemberian Simbol dan Label pada Tempat Penyimpanan
Limbah B3, yang Menyimpan lebih dari 1 (Satu) Karakteristik
Limbah B3.
c. Penyimpanan Limbah
Limbah B3 harus disimpan secara tepat bilamana ingin dicegah
kemungkinan bahaya-bahayanya , fasilitas dan prosedur penyimpanan
harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan bahayanya.
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika jumlah B3 tersebut belum
dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudakan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.
Untuk menngkatkan pengamannya, maka sebelum dilakukan
penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Menginggat
keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu
pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan
aman (Peraturan Pemerintan No. 85 tahun 1999 pasal 29). Penyimpanan
Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan, limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil, pengumpul, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan
limbah B3 dengan maksud menimpan sementara.
d. Bangunan Penyimpanan Limbah
Bagunan Penyeimpanan Kemasan Limbah B3 harus memenuhi syarat
Meiliki rancang bagunan dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan
jenis karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan / akan disimpan
(Pearturan Pemerintan No. 85 tahun 1999 pasal 29)
1. Terlindungi dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung
2. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk
mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya kedalam
ruang penyimpanan
3. Memiliki sistem peneangan (lampu/cahaya/matahari) yang
memadai untuk operasional pengundangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter diatas kemasan dengan saklar (stop contact) harus
terpasang disis luar bagunan.
4. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
5. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku
6. Lantai bagunan penyimpanan harus kedap air tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun
kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimal 1 % pada
bagian luar bagunan kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir kearah memenuhi bagunan
penyimpanan
e. Tata Cara Penyimpanan dan Lamanya Penyimpanan
Tata cara yang diatur oleh (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999).
Adalah sebagai berikut
(1) Meyediakan tempat khusus limbah B3 yang telah terpisah dari
tempat penyimpanan bahan dan limbah lainnya. Desain dan
rancangan bagunan tempat penimpanan diatur, tempat
penyimpanan limbah B3 harus mendapatkan persetujuan dari pihak
ketiga
(2) Menyimpan semua limbah B3 sesuai dengan jenis dan
karakteristiknya dan ditempatkan pada tempat yang sudah
ditentukan.
(3) Menghindari tumpahan dan ceceran dari limbah B3, khususnya
yang bersifat mudah terbakar atau mudah meledak prosedur house
keeping yang baik harus dilaksanakan.
(4) Mencatat setiap terjadi perpindahan limbah B3, yang masuk dan
keluar tempat penyimpanan sesuai jenis dan jumlahnya kedalam
lembar neraca limbah B3.
(5) Pemasangan Label dan simbol limbah B3 harus sesuai dengan jenis
dan sifat limbah B3.
(6) Menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
sudah ditentukan dan alat pemdam kebakaran
(7) Tidak diperkenaka menerima atau menyimpan limbah B3 dari
pihak lain
f. Pengumpulan Limbah
Pengumpulan limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum
dikirim ke tempat pengolahan dan/atau pemanfaatan dan/atau
penimbuanan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999).
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat pengolahan dan/atau penimbun limbah B3.
g. Penganggkutan
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3
dari penghasil atau dari pengumpul atau dari pemanfaat atau dari pengolah
kepengumpul atau ke pemanfaat ke pengolah atau ke penimbun limbah
B3. Setiap penganggkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib
disertai dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh kepala instansi yang
bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan (Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun
2014) tentang pengolahan limbah Bahan Bahaya dan Beracun Dokumen
limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3
oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3 kepada
penganggkutan limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan
sebagi berikut :
1. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3
2. Tanggal penyerahan limbah B3
3. Nama dan alamat penganggkut limbah B3
4. Tujuan pengangkut limbah B3 dan,
5. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang
diserahkan
h. Rekapitulasi Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah B3 pasal 11 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan
menyimpan catatan tentang :
a. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkan limbah B3.
b. Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3.
c. Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman
kepada pengempul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limabh B3
i. Reporting Limbah B3
Penyerahan limbah B3 kepda pemanfaat untuk diekspor, serta kepada
pengolah atau penimbun limbah B3 tidak mengurangi tanggung jawab
penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkan.
Sehingga penghasil tetap bertanggung jawab dengan limbah B3 yang
dihasilkan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Pengolahan
limbah B3 pasal 9)
Penghasil limbah B3 wajib menyampikan catatan lmabah B3
sekurang-kurangnya sekali 6 bulan kepada instansi yang terkait dan Bupati
atau Wali kota madya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang
dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan
dalam pengelolaan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah B3 pasal 11)
Penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan atau pengumpul dan atau
pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut wajib disertai dengan
dokumen limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkutan
limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkutan
limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepadapengumpul dan atau
pemanfaatan atau penimbun limbah B3 yang ditunjuk oleh penghasil
limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999)
2.6 Label dan Simbol B3
Pemberian simbol dan label dimaksudkan untuk memberikan identitas
limbah sehingga kehadiran limbah B3 dalam suatu tempat dapat dikenal. Melalui
penandaan dapat diketahui informasi dasar tentang jenis dan karakteristik/sifat
limbah B3 bagi orang yang melaksanakan pengelolaan (menyimpan, mengangkut,
mengumpulkan, memanfaatkan dan mengolah) limbah B3, bagi pengawasan
pengolahan limbah serta bagi orang disekitarnya. Penandaan terhadap limbah B3
sangat penting guna menelusuri dan menetukan pengolahan limbah B3, tanda
yang digunakan untuk penandaan ada dua jenis yaitu : (PerMen Lingkungann
Hidup No 14 Tahun 2013)
2.6.1 Simbol
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 450 sehingga membentuk belah
ketupat sehingga membentuk belah ketupat berwarna putih dan garis tepi belah
ketupat tebal berwarna merah. Setiap simbol adalah satu gambar tertentu untuk
menandakan sifat/karakteristik bahan limbah B3 dalam suatu pengemasan,
penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkutan. Terdapat delapan simbol,
yaitu (Keputusan 40 Kepala Bapedal N0.05/1995).
2.6.2 Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu
limbah B3 yang dikemas. Terdapat tiga jenis label yang berkaitan dengan
sistem pengemasan limbah B3 yaitu :
1. Label identitas
2. Lebel untuk penandaan kemasan kosong
3. Label penunjuk tutup kemasa
Gambar 2.11. Label Untuk wadah Limbah B3
Sumber : PermenLH No. 03 Tahun 2008
1 Studi Pendahuluan
2 Observasi
3 wawancara
4 Study Literatur
6 Penyusunan Laporan
a. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini kerja parktek dilaksanakan pada tanggal 7
januari 2019 s/d 7 februari 2019. Kegiatan-kegiatan pada tahap
pelaksanaan ini antara lain meliputi :
1. Observasi lingkungan tempat kerja area B3
2. Wawancara dengan operator B3
3. Identifikasi limbah pada area B3
4. Studi pustaka
5. Asistensi dengan pembimbing lapang
5.2 Hasil Temuan Kerja Praktek
a. Pewadahan Limbah B3
Meneurut PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3,
syarat pengemasan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (6)
huruf e dilakukan dengan kemasan yang memiliki penutup yang kuat untuk
mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan penyimpanan, pemindahan,
atau penganggkutan. Dan untuk pewadahaan limbah B3 PT. Guna Era
Manufatura tidak memiliki Penutup
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil kerja praktek tentang pengelolaan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT Guna Era Manufatura, di dapatkan kesimpulan
mengenai pengelolaan limbah B3 di PT Guna Era Manufatura antara lain ;
Pengelolaan limbah B3 pada PT Guna Era Manufatura meliputi,
Pemilahan, Pewadahaan Limbah B3, Penyimpanan Limbah B3 sementara,
Bagunan penyimpanan sementara limbah B3, Pengumpulan Limbah B3,
Pengangkutan, Rekapitulasi Limbah B3 , sedangkan untuk pengolahan dan
penimbunan dilakukan oleh pihak ke -3 telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berabahaya dan Beracun
Proses penampungan Akhir limbah B3 di PT. Guna Era Manufactura sebelum
diambil pihak ke 3 untuk Limbah Non B3 (karet, plastik, kaca, daun, rumput,
kayu, kertas, kardus, sisa makanan dan yang sejenisnya dimasukan kedalam
TPA warna Kuning ), Limbah B3 cair (pelumas bekas, solar bekas, sisa cat, dan
cairan lain yang terkontaminasi B3 dimasukan ke dalam drum sesuai dengan
jenis limbah) , Limbah B3 padat (Batery bekas, aki/unit mesin. Sarung tangan
dan majun yang terkontaminasi B3, noen bekas, PCB, pita pinter, kaleng bekas
cat, Scrap, Flux dan sejenis dimasukan kedalam TPA warna merah – B3
padat
6.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan kerja praktek dengan kegiatan pengelolaan
limbah B3 yang telah dijalankan di PT Guna Era Manufatura, adapun saran yang
dapat diberikan antara lain,
a. Sebaiknya dilakukan desain TPS limbah B3 dengan sesuai standar yang
berlaku sehingga dapat memaksimalkan penyimpanan limbah B3 di TPS
tersebut
b. Sebaiknya Tempat Penampungan sementara limbah B3 di beri Penutup
yang Rapat.
c. Sebaiknya pemberian label pada bagunan penyimpanan akhir
menggunakan identitas simbol yang tidak mudah sobek dan luntur jika
terkena air
d. Sebaiknya melakukan pemantauan penataan, pengecekan, perawatan
pemasangan label, ditempat penampungan sementara maupun tempat
pembuangan akhir secara berkala
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta.
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 5 Tahun 1995 tentang Symbol dan Label
Limbah B3.Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3
Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 03/2008 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 Tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah
Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (PP18/1999)
Yuliani, Endah. (2011). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
PT. Bayer Indonesia-Bayer CropScience, Surabaya Plant.