PENGOLAHAN LIMBAH
DOSEN :
ANDI MUHAMMAD MUNAWIR U, S.Si, S.Ked, M.Kes
NURHASANAH
2302A035
MATERI PEMBELAJARAN
Definisi Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang mengandung
bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang
dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak
lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari
bahan kimia organik dan anorganik.
Klasifikasi limbah
A. Berdasarkan karakteristiknya
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
b. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara. Gas/asap,
partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan dibawa angin
sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel adalah butiran halus
yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti uap air, debu, asap, fume
dan kabut
c. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur
yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi
dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang (misalnya plastik, tekstil,
potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis
B. Berdasarkan sumber pencemar
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang termasuk
kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat meningkatkan
populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi
mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut
berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi
oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan
maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan anorganik
biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam
seperti Timbal(Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel
(Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain
Karakteristik limbah
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang
kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar, mudah
meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat, mudah
membusuk dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang berarti,
namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan
Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi dan total
padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan temperature.
Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk mengetahui secara
pasti maka digunakan analis laboratorium.
o Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam
dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan
diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organik maupun
sifat anorganik tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini
ada lagi padatan yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan
dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.
o Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel
koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang
yang terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh
membuat hilang nilai estetikanya.
o Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam
limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan
penciuman tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan
fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau
yang diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.
Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang
ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.
o Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan
biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan
temperature alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada
suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat
oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
o Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara
alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan
kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga
warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan
pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat
racun.
Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri
yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Mutu limbah cair
adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan bahan pencemar.
Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke
lingkungan
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar yang dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber air sehingga
tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air.
Sumber pencemar fisik, Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan
total padatan tersuspensi.
Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik, Pencemar senyawa kimia
organik misal karbohidrat, lemak, protein, minyak, pelumas, BOD, COD, TOC,
TOD, alkalinitas. Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P,
khlorida, sulfur, hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.
Sumber Pencemar Mikrobiologi, Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba
patogen yaitu typhus-cholera-dysentri seperti bakteri Salmonella thypi, poliovirus,
virus hepatitis B, cacing parasit, bakteri, algae, protozoa, virus, dan coliform
Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang
melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada
air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh
dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan
juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses
fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah :
a. Lumpur,
b. Tanah liat,
c. Logam oksida,
d. Sulfida,
e. Ganggang,
f. Bakteri dan jamur.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi
cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak
dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel
untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel
tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan
intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel
serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang
mengandung 1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground
pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
Dampak Limbah
Peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah yang berbahaya dan beracun di atur
oleh Peraturan Pemerintah RI no 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 ayat (7) dan Pasal 61
ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, dimana pada pasal 1 berisi tentang bahan berbahaya dan
beracun yang dimaksud oleh pemerintah adalah :
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
2. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
4. Prosedur Pelindian Karakteristik Beracun (Toxicity Characteristic Leaching
Procedure) yang selanjutnya disingkat TCLP adalah prosedur laboratorium untuk
memprediksi potensi pelindian B3 dari suatu Limbah.
5. Uji Toksikologi Lethal Dose-50 yang selanjutnya disebut Uji Toksikologi LD50
adalah uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara Limbah B3 dengan
kematian hewan uji yang menghasilkan 50% (lima puluh persen) respon kematian
pada populasi hewan uji.
6. Simbol Limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik Limbah B3.
7. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 yang berbentuk tulisan
yang berisi informasi mengenai Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3,
waktu pengemasan, jumlah, dan karakteristik Limbah B3.
8. Pelabelan Limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang dilekatkan
atau dibubuhkan pada kemasan langsung Limbah B3.
9. Ekspor Limbah B3 adalah kegiatan mengeluarkan Limbah B3 dari daerah pabean
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Notifikasi Ekspor Limbah B3 adalah pemberitahuan terlebih dahulu dari otoritas
negara eksportir kepada otoritas negara penerima sebelum dilaksanakan perpindahan
lintas batas Limbah B3.
11. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan.
12. Dumping (Pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan Limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
13. Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3 untuk mengurangi
jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
14. Penghasil Limbah B3 adalah Setiap Orang yang karena usaha dan/atau kegiatannya
menghasilkan Limbah B3.
15. Pengumpul Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengumpulan
Limbah B3 sebelum dikirim ke tempat Pengolahan Limbah B3, Pemanfaatan Limbah
B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3.
16. Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengangkutan
Limbah B3.
17. Pemanfaat Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pemanfaatan
Limbah B3.
18. Pengolah Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pengolahan
Limbah B3.
19. Penimbun Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Penimbunan
Limbah B3.
20. Penyimpanan Limbah B3 adalah kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan
oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya.
21. Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan Limbah B3 dari Penghasil
Limbah B3 sebelum diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3,
dan/atau Penimbun Limbah B3.
22. Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau
perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk yang
dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar
yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
23. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan
sifat bahaya dan/atau sifat racun.
24. Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan menempatkan Limbah B3 pada fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup.
25. Sistem Tanggap Darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi
pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan Limbah B3.
26. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada Setiap Orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
27. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
28. Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
29. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
30. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan
Hidup adalah cara atau proses untuk mengatasi Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
31. Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup adalah serangkaian kegiatan penanganan lahan
terkontaminasi yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
pemantauan untuk memulihkan fungsi lingkungan hidup yang disebabkan oleh
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.
32. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat PPLH adalah
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab
untuk melaksanakan kegiatan pengawasan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
33. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat PPLHD
adalah Pegawai Negeri Sipil di daerah yang diberi tugas, wewenang, kewajiban, dan
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengawasan lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
34. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
35. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/wali kota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
36. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
37. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Sanitary Landfill
Untuk mempertahankan supaya sanitary landfill awet dan bertahan lama, maka harus
diaplikasikan prinsip 4R, yang akan mengurangi volume sampah di sumbernya, sehingga yg
dibuang ke sanitary landfill volumenya tinggal sedikit. Perilaku komsumen merupakan kunci
keberhasilan prinsip 4R ini, hanya membeli produk yg benar-benar dibutuhkan, pilih barang
yang tidak ada bungkus berlebihan, pakai barang yang reuseable jangan yang disposable, beli
barang di garage atau yard sales bagus karena mengurangi volume sampah. Recycling =
Resource Recovery mengurangi 30% volume sampah terutama botol gelas dan plastik, kertas
dan kardus kemasan. Composting juga termasuk metode daur ulang ini.
Incinerator
Pendekatan lain yang bermanfaat adalah incinerator yang dapat mengurangi volume
sampah sekaligus merubah sampah menjadi panas dan energi, yang khusus didesain dengan
perlengkapan minimisasi emisi gas pembakaran. Bahaya emisi gas buang incinerator adalah
karena mengandung gas toksik meliputi gas dioksin dan furans dari pembakaran plastik,
timbal, cadmium, dan uap mercury karena pembakaran battery bercampur dengan sampah
kota lainnya. Residu pembakaran harus diolah lagi sebelum dibuang ke lingkungan karena
mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Perencanaan dan pengelolaan limbah yang baik, seperti sampah, dapat memberikan
pengaruh positif bagi lingkungan dan kesehatan. Beberapa pengaruh pengelolaan sampah
yang baik dapat dilihat dari manfaatnya seperti :
Berdasarkan sumbemya, limbah yang terdapat di P2PLR dapat dibagi dua yaitu
limbah yang berasal dari kegiatan P2PLR dan limbah yang berasal dari luar
Upaya minimisasi limbah yang berasal dari luar P2PLR umumnya dapat
dilakukan dengan cara pemanfaatannya. Pemanfaatan tersebut bisa dengan cara
penggunaan kembali (reuse off-site) khususnya untuk limbah radioaktif padat, dengan
menggunakan konsep pertukaran limbah (waste exchange) clan P2PLR bertindak sebagai
waste exchanger. Pertukaran limbah adalah suatu organisasi formal yang memberikan
informasi, publikasi, atau layanan kepada industri pembuang limbah atau yang
membutuhkan limbah sebagai bahan baku. Upaya pertukaran limbah tersebut akan
mendorong pemanfaatan limbah dengan jalan tukar menukar atau jual-beli limbah serta
memberikan layanan informasi yang dibutuhkan dan juga bantuan teknis (Bapedal).
Misalnya ada "limbah" radioaktif dari perusahaan A. "Limbah" tersebut jangan langsung
dilimbahkan (diolah sebagai limbah), tetapi disimpan dahulu untuk selanjutnya
ditawarkan ke perusahaan lain yang mungkin membutuhkannya. Jika ternyata tidak ada
perusahaan yang ingin menggunakan kembali, langkah terakhir adalah me-recovery
radionuklida tersebut untuk dijadikan sumber radiasi yang pemanfaatannya sangat banyak
akhir-akhir ini. Untuk itu P2PLR dituntut proaktif dalam menginventarisasi perusahaan
yang menggunakan bahan radioaktif sekaligus menawarkan sumber radiasi yang bisa
dihasilkan. Dengan demikian limbah dari suatu perusahaan bisa menjadi bahan baku pada
perusahan lain. Untuk itu, tabel berikut ini menyajikan beberapa kegunaan radionuklida,
Menurut Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, pendekatan konsep minimisasi
limbah tersebut mempunyai keunggulan jika dibandingkan dengan pendekatan
pengendalian pencemaran menggunakan konsep end-of-pipe. Hal ini disebabkan konsep
end-of-pipe mempunyai masalah sebagai berikut:
1. Pengolahan limbah cair, padat, atau gas memiliki risiko pindahnya polutan dari
satu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah
lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara
tak langsung pada media yang sarna.
2. Walaupun tidak setinggi biaya pemulihan kerusakan lingkungan, pengolahan
limbah memerlukan biaya tambahan pada proses produksi, sehingga biaya
persatuan produk naik.
3. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan,
selain menuntut tersedianya biaya dan sumberdaya manusia yang handal dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana, serta
kurangnya jumlah kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa
ditegakkan.
4. Pengembangan teknologi pengolahan limbah tidak mendorong upaya ke arah
pengurangan limbah pada sumbernya serta kurang menjanjikan pemanfaatan
limbah lebih jauh.
5. Teknologi pengolahan limbah yang ada saat ini dapat gagal berfungsi atau sangat
berfluktuasi dalam efisiensinya. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dengan
menerapkan upaya minimisasi limbah adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan sumberdaya alam lebih efektif dan efisien.
2. Efisiensi produksi meningkat
3. Mencegah atau mengurangi terbentuknya limbah dan bahan pencemar pada
umumnya.
4. Mencegah atau mengurangi berpindahnya pencemar antar media.
5. Mengurangi terjadinya fisiko kesehatan manusia dan lingkungan.
6. Mendorong dikembangkan dan dilaksanakannya teknologi bersih dan produk
akrab lingkungan.
7. Mengurangi biaya pentaatan hukum.
8. Mengurangi atau terhindar dari biaya pembersihan lingkungan.
9. Meningkatkan daya saing di pasar intemasional.
10. Pendekatan pengaturan bersifat fleksibel dan sukarela.
Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi semua orang. Dipandang
dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan,
Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan meliputi 2 cara pokok,
yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang dapat merencanakan,
mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industry yang berssifat mengikat
sehingga dapat memberi sanksi hokum bagi pelanggarnya
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan
dengan cara yang berkaitan dengan proses produksi, seperti perlu tidaknya mengganti
proses, mengganti sumber energi/bahan bakar, instalasi pengolah limbah atau
menambah alat yang lebih modern/canggih dengan memperhatikan :
- Mengutamakan keselamatan manusia
- Teknologinya harus sudah dikuasai dengan baik
- Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggung jawabkan
Energy recovery
Tingkat hierarki yang lebih tinggi dari pembuangan akhir adalah energy recovery, di
mana sampah dipandang sebagai sumber daya yang dapat menghasilkan energi.
Penerapannya lazim dilakukan di TPA yang difasilitasi dengan sistem pengumpul dan
konversi energi dari gas metana yang terbentuk selama sampah ditimbun. Proses anaerobik
yang secara alami berlangsung di dalam timbunan sampah mampu mengubah sampah
organik biodegradable menjadi gas metana. Bila tidak dikelola dan dimanfaatkan, gas metana
dari TPA akan teremisi ke atmosfir, dan menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan
global.
Pemanfaatan metana dari TPA untuk sumber energi merupakan salah satu contoh
kegiatan pembangunan yang berazas pada pengurangan sumber penyebab pemanasan global,
yang kini lazim disebut Clean Development Mechanism (CDM). Selain melalui proses
anaerobik, sampah makanan dan sampah biomassa lainnya dapat pula dikonversi menjadi
biofuel alkohol, melalui proses hidrolisis dan fermentasi. Bentuk energy recovery lainnya
adalah pengubahan energi dari panas yang timbul pada proses insinerasi sampah, menjadi
energi listrik. Belakangan ini, energi dari briket sampah, yang lazim disebut Refuse Derived
Fuel (RDF) yang populer di Amerika Serikat pada tahun 1970-an mulai dikembangkan
kembali. Bentuk terbaru RDF adalah Process Engineered Fuel (PEF), yang dibuat dari
sampah plastik dan kertas. Dalam penggunaannya, PEF dinilai lebih ramah lingkungan dari
RDF. Trihadiningrum (2008) meringkas proses-proses biofisik-kimiawi untuk konversi
sampah menjadi energi sebagaimana diuraikan di atas pada gambar dibawah.
hidrolisis
Gula Etanol Biofuel cair
press
Briket Listrik
SAMPAH
pirolisiss
MAKANAN DAN Minyak
Panas
BIOMASSA
gasifikasi
Gas
Uap
fermentasi
Biogas
Gambar 3. Bagan konversi sampah makanan dan biomassa menjadi energi. (Modifikasi dari
Trihadiningrum dkk, 2008)
Pendekatan
Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh LSM dalam rangka
pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi sampahnya:
Beberapa limbah yang berbahaya membutuhkan penanganan yang tepat untuk membuang,
menimbun, atau membakarnya ke lingkungan, karena akan berdampak bagi kesehatan dan
lingkungan sekitar, sehingga diprlukan teknologi dan metode yang modern untuk
mengolahnya, Beberapa metode dan teknologi yang digunakan untuk penanganan sampah B3
ini yaitu :
Di Indonesia, aktivitas sektor informal dalam bisnis sampah telah menyatu dengan
kegiatan ekonomi lain di hampir semua kota. Sebagai contoh dapat kita lihat pengelolaan
sampah di Kota Surabaya. Dengan menggunakan harga komponen sampah kering yang dapat
didaur ulang yang berlaku di Kota Surabaya, nilai ekonomi sampah di Kota Surabaya dapat
diperkirakan. Estimasi nilai jual jenis sampah kering, yang terdiri atas plastik, kertas,
kaca/gelas, dan logam sebesar Rp. 337.050.000/hari, ini menunjukkan bahwa sampah
merupakan sumber daya yang tidak dapat diabaikan perannya dalam ekonomi kota.
Nilai ekonomi sampah dapat ditingkatkan menjadi hampir dua kali lipat apabila warga
Kota Surabaya telah mampu mendaur ulang seluruh sampah basah menjadi kompos. Kompos
dapat dihasilkan setiap harinya dari 1251,4 ton sampah basah. Dari jumlah tersebut
diperkirakan dapat dihasilkan sekitar 30% kompos atau 375,4 ton/hari. Dengan menggunakan
asumsi pendapatan minimum dari penjualan kompos Rp. 750/kg, dapat dihasilkan gross
revenue sebesar Rp. 281.550.000/hari.
Tabel 2. Harga komponen sampah yang dapat didaur-ulang di wilayah Keputih, Surabaya,
tahun 2006 (*Anonim, 2010; Trihadiningrum dan Mardhiani, 2006)
Sampah kering
- Plastik 109,0 1500 163.500.000
Total 618.600.000
Infeksi nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI) adalah
infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit (WHO,
2004). Sumber lain mendefinisikan infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat 2x24 jam. Sebelum dirawat,
pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial
bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya. Pasien, petugas
kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko
terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas
kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien.
Menurut Depkes RI (1995) macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa
berupa :
1. Infeksi silang (Cross Infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh kuman yang
didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak
langsung.
2. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh
kuman dari penderita itu sendiri berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan
lain
3. Infeksi lingkungan (Enverenmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan oleh
kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada
di lingkungan rumah sakit, misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain.
a. Cuci Tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Cuci tangan harus
selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Walaupun memakai sarung
tangan atau alat pelindung lainnya. Untuk mengetahui kapan sebaiknya perawat
melakukan cuci tangan dan bagaimana cara mencuci tangan yang benar, berikut ini akan
dijelaskan mengenai tujuan mencuci tangan, dan prosedur standar dari mencuci
tangan.Tujuannya adalah :
a) Menekan pertumbuhan bakteri pada tangan
b) Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan
Indikasinya
a. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan sesudah melakukan
tindakan pada pasien, seperti mengganti, membalut, kontak dengan pasien selama
pemeriksaan harian atau mengerjakan pekerjaan rutin seperti membenahi tempat
tidur
b. Sebelum dan sesudah membuang wadah sputum, secret ataupun darah
c. Sebelum dan sesudah menangani peralatan pada pasien seperti infus set, kateter,
kantung drain urin, tindakan operatif kecil dan peralatan pernafasan.
d. Sebelum dan sesudah ke kamar mandi
e. Sebelum dan sesudah makan
f. Sebelum dan sesudah membuang ingus/membersihkan hidung
g. Pada saat tangan tampak kotor
h. Sebelum dan sesudah bertugas di sarana kesehatan
Prosedur Standar
Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
Taruh sabun dibagian tengah tangan yang telah basah
Buat busa secukupnya
Gosok kedua tangan termasuk kuku dan sela jari selama 10-15 detik
Bilas kembali dengan air sampai bersih,
Keringkan tangan dengan handuk atau kertas bersih atau tisu atau handuk katun
sekali pakai
Matikan keran dengan kertas atau tissue
Pada cuci tangan aseptic diikuti larangan menyentuh permukaan tidak steril dan
penggunaan sarung tangan dan waktu untuk mencuci tangan antara 5-10 menit
b. Dekontaminasi
Menurut depkes (1998) dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme
patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya.
Agar seorang perawat dapat melakukan proses dekontaminasi dengan benar, maka
perawat tersebut haruslah mengetahui tujuan dari dekontaminasi, indikasi dari proses
dekontaminasi, dan prosedur standar dari dekontaminasi. Tujuan Dekontaminasi adalah :
1. Mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda
2. Mematikan mikroorganisme, misalnya HIV, HBV, dan kotoran lain yang tidak
tampak
3. Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan desinfektan atau
bahan sterilisasi
4. Melindungi petugas dan pasien
TEST
TUGAS INDIVIDU :
MID TEST
1. Suatu industry menghasilkan produk dari suatu proses produksi dalam bentuk cair yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis disebut …..
A. Limbah D. Limbah B3
B. Sampah E. Limbah cāir
C. Polutan
2. Pengendalian pencemaran akibat limbah yang dihasilkan dari adanya proses produksi
suatu pabrik dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti …..
A. Penutupan industry tersebut
B. Pengolahan limbah cair yang dihasilkan
C. Pencabutan izin industry tersebut
D. Membiarkan industry tersebut beroperasi karna menambah pajak daerah
E. Penjara bagi perusahaan yang membangkang
3. Salah satu contoh limbah rumah tangga adalah……
A. Logam berat
B. Pestisida
C. Kebocoran minyak di perairan
D. Air kakus dan dapur
E. Jarum suntik habis pakai
4. Tahap awal dalam pengolahan limbah dikenal dengan sebutan unit pengolahan…
A. Fisika dan Biologi
B. Anorganik
C. Kimiawi
D. Organik
E. Fisika
5. Adanya bahan yang terapung dan terurai seperti bahan organic, lumpur tanah liat, dan
benda lain yang melayang ataupun terapung dan sangat halus sekali disebut juga…..
A. Kekeruhan
B. Temperatur
C. Padatan
D. Warna
E. Larutan
6. Pengolahan air limbah dengan tujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid
dan menstabilisasikan zat organic dalam limbah adalah….
A. Pengolahan primer
B. Pengolahan sekunder
C. Pengolahan tersier
D. Pengolahan lumpur aktif atau Sanitary landfill
E. Incinerator
7. Pengolahan air limbah rumah sakit dengan cara untuk menyeimbangkan antara asam dan
basa, serta air dan garam disebut…
A. Netralisasi.
B. Presipitasi
C. Koagulan
D. Flokulan
E. Osmosis
8. Pengolahan air limbah untuk menghilangkan unsur hara khususnya nitat dan pospat, serta
penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme pathogen adalah….
A. Pengolahan primer
B. Pengolahan sekunder
C. Pengolahan tersier
D. Sanitary Landfill
E. Incinerator
9. Air limbah baik domestic maupun industry mengandung bibit penyakit, disebut juga
A. Bahan pathogen.
B. Bahan kimia organic
C. Endapan
D. Bahan kimia anorganik
E. Limbah Rumah sakit
10. Teknologi pengolahan limbah RS dengan memanfaatkan mikroorganisme baik secara
aerob maupun anaerob disebut…
A. Pengolahan secara fisika
B. Pengolahan secara kimia
C. Pengolahan secara biologi.
D. Pengolahan dengan filtrasi
E. Pengolahan dengan pembakaran
FINAL TEST
1. Limbah apotik, limbah rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal
termasuk ke dalam golongan limbah…………..
A. Limbah padat D. Limbah dӧmestik
B. Limbah cair E. Limbah organik
C. Limbah gas
2. Yang bukan temasuk karakteristik dari limbah adalah………..
A. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada yang
kasar dan ada yang halus
B. Berwarna keruh dan suhu tinggi
C. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah terbakar,
mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor yang kuat,
mudah membusuk dan lain-lain
D. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh yang
berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan
E. Jenis partikelnya dapat dibedakan berdasarkan diameternya.
3. Yang termasuk ke dalam sumber pencemar fisik limbah cair adalah……………
A. Suhu, nilai pH, warna, bau, Oksigen dan total padatan tersuspensi
B. Suhu, Kadar BOD, COD, TSS
C. Nilai pH, warna, bau, BOD, dan total padatan tersuspensi
D. Suhu, warna, bau, nilai pH, dan total padatan tersuspensi.
E. Suhu, warna, nilai pH, kekeruhan, padatan, dan karbon
4. Berikut ini yang termasuk kedalam Total Padatan Tersuspensi (TSS) limbah cair
adalah………
A. Lumpur, Logam oksida, Sulfida, Bakteri dan virus
B. Lumpur, Tanah liat, Logam oksida, Plankton, Bakteri
C. Lumpur, Logam oksida, Ganggang, Bakteri dan jamur.
D. Lumpur, Sulfida, Logam oksida, Sulfur oksida, Bakteri
E. Lumpur, Ganggang, Logam oksida, Belerang, Bakteri dan jamur
5. Perhatikan pernyataan berikut ini !
1) Hasil buangan dari kegiatan hewan dan tidak menyebabkan keseimbangan
lingkungan berubah,
2) Suatu benda yang tidak mengandung berbagai bahan yang membahayakan
kehidupan manusia atau hewan,
3) Hasil buangan dan kegiatan manusia atau dari alam yang menyebabkan
keseimbangan lingkungan terganggu,
4) Hasil buangan dan kegiatan industry yang tidak mengganggu lingkungan
5) Suatu zat yang menyebabkan pencemaran udara dan tanah,
Berdasarkan data di atas, pernyataan yang benar tentang pengertian limbah
adalah…………..
A. 1 D. 4
B. 2 E. 5
C. 3.
6. Salah satu contoh limbah rumah tangga adalah………………………
A. Logam berat D. Air kakus dan dapur.
B. Penggunaan pestisida E. DDT
C. Kebocoran minyak di perairan
7. Limbah yang berasal dari makhluk hidup disebut………….
A. Limbah cair D. Limbah organic.
B. Limbah padat E. Limbah anorganik
C. Limbah gas
8. Limbah domestic, Limbah industry, Limbah pertanian dan limbah pertambangan
merupakan pengelompokkan berdasarkan………………
A. Wujudnya D. Tingkat berbahayanya
B. Sumbernyă E. Jenis senyawa
C. Sifatnya
9. Bahan atau zat beracun yang dihasilkan dari penggilingan kertas adalah……
A. Karbondioksida D. Amonia
B. Seng E. Merkuri
C. Tembaga
10. Contoh limbah yang berwujud gas yang tidak berwarna, tetapi berbau tajam
adalah…………….
A. CO2 D. O3
B. NO2 E. CO
C. SO2.
11. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung zat-zat berikut, kecuali………
A. Sangat mudah menyala D. Pengoksidasi
B. Sangat mudah berubaĥ E. Sangat mudah menyala
C. Mudah meledak
12. Limbah B3 dapat mengandung zat atau bahan yang bersifat teratogenik yang
artinya……………………
A. Dapat menyebabkan infeksi
B. Dapat menyebabkan mutasi
C. Dapat menyebabkan tumor
D. Dapat menyebabkan kecacatan janin.
E. Dapat menyebabkan kanker
13. Logam-logam berat yang biasa terdapat dalam limbah industry, kecuali……..
A. Air raksa D. Cadmium
B. Oksigen. E. Seng
C. Nikel
14. Sumber utama limbah B3 pada industry tekstil adalah……………
A. Penggunaan zat warna. D. Sisa bungkusan obat
B. Penggunaan cairan elektrolit E. Logam berat
C. Cucian kemasan obat
15. Berikut ini yang termasuk limbah padat adalah…………………
A. Air bekas pencelupan kain D. Limbah minyak bumi
B. Sisa potongan tumbuhan. E. Gas buangan knalpot
C. Limbah DDT
16. Berikut ini merupakan sumber-sumber limbah B3, kecuali…….
A. Chemical sludge D. Primary sludge
B. Fisical sludge. E. Digested sludge
C. Excess activated sludge
17. Limbah bersifat korosif, yang berarti………………………
A. Menyebabkan iritasi pada kulit. D. Menyebabkan kematian
B. Menyebabkan infeksi E. Mudah terbakar
C. Mudah bereaksi dengan udara
18. Suatu limbah disebut limbah organic, dikarenakan…………………….
A. Dapat diuraikan oleh mikroorganisme.
B. Tidak mengandung unsur Carbon (C)
C. Bersifat larutan yang terdispersi
D. Bersifat koloid
E. Tidak dapat diuraikan oleh pengurai
19. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas limbah adalah………
A. Volume limbah D. Banyaknya limbah
B. Jenis limbah. E. Ukuran limbah
C. Wujud limbah
20. Zat yang memiliki kemampuan untuk mengikat hemoglobin dalam tubuh, sehingga
kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen dalam tubuh bisa berkurang
adalah………..
A. CO2. D. CH4
B. NO2 E. CO
C. SO2
21. Penyakit Minamata yang pernah melanda Jepang disebabkan oleh limbah..
A. CO2 D. Hg.
B. NO2 E. CO
C. SO2
22. Pengolahan limbah yang berasal dari tumbuhan dapat dijadikan……….
A. Biogas D. Makanan
B. Minyak goreng E. Semua jawaban benar
C. Pupuk Kompos.
23. Berikut ini yang bukan merupakan teknik pengolahan limbah padat adalah..
A. Landfill D. Daur ulang
B. Incinerator. E. Scrubber
C. Composting
24. Limbah industry makanan dan minuman banyak mengandung………….
A. Bahan kimia. D. Bahan Biokimia
B. Bahan organic E. Bahan bekas
C. Bahan anorganik
25. Akibat yang ditimbulkan oleh tumpahan limbah minyak secara langsung adalah……..
A. Terganggunya sistem pernapasan
B. Cahaya matahari susah menembus permukaan air.
C. Berubahnya sifat kimia air tanah
D. Berat jenis air bertambah berat
E. Punahnya ekosistem yang ada di laut
REFERENCE
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. ”Kajian Sebaran Dampak Lingkungan Pasca Penutupan LPA Keputih
Sampah LPA Keputih”. Laporan Akhir Penelitian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kota Surabaya
Anonim, 2006. ”Prasadha Pamunah Limbah Industri”, http://www.ppli-indo.com, 3
November, 2006
Anonim, 2010. “Draft Laporan Akhir Penelitian Peta Penanganan Samapah Rumah Tangga
di Kota Suarabaya”. Kerja sama LPPM-ITS dan PT Unilever Indonesia.
Anonim, 2010. “PLN-Navigat Negosiasikan Harga”. Jawa Pos, 2 April 2010, hal. 3, kolom 2
—4.
Anonymous, 1997. “Natural resource aspects of sustainable development in Indonesia”.
Agenda 21. www.un.org. 8 November 2006.
Corcoran, E.A., 2003. “On waste management. Opinion and Editorial”. The Jakarta Post.
Emmanuel, J., 1997. “Cleaning Up Toxic Wastes in the Asia Pacific Region.”
www.focusweb.org/ publications/1997.
Gascoigne, J.L. dan S.M. Ogilvie, 1995. “Recycling waste materials: opportunities and
barriers.” Dalam buku: Waste Treatment and Disposal. R.E. Hester dan R.M.
Harrison (Eds). Issues in Environmental Science and Technology. The Royal Society
of Chemistry, Cambridge.
JICA, 2008. Statistik Persampahan Indonesia.
Majid, M.I.A., 2007. “Restricting the use of plastic packaging. PRN 8099”. Professional
Bulletin of the National Poison Centre, Malaysia.
Nair, C., 1993. Solid waste management in emerging industrialised countries. ECO Services
International.
Padmi, T., 2006. Current situation of municipal solid waste management in Indonesia.
Proceedings Environmental Technology and Management Conference. Bandung, 7—
8 September 2006.
Peraturan Pemerintah RI no. 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Probs, K.N. and T.C. Beierle, 2006. The evolution of hazardous waste programs: lessons
from eight countries. Center for Risk Management, Resources for the Future.
www.rff.org, 8 November 2006.
Ramasamy, P., 2006. Refuse derived fuel–renewable energy from municipal solid waste,
current practice and perspectives in Malaysia. Proc. The 8th Symposium on Academic
Network for Environmental Safety and Waste Management. Waste Management
Strategies. Chennai (India), 11—13 December 2006.
Rani, PVA., Y.L. Wu, Z. Gong, L. Balakrishnan, P. Hande, dan V. Suresh, 2006. “Probing
the molecular mechanisms of nanoparticle toxicity”. Proc. The 8th Symposium on
Academic Network for Environmental Safety and Waste Management. Waste
Management Strategies. Chennai (India), 11—13 December 2006.
Rudden, P.J., 2006. “Thermal treatment of municipal solid waste in Ireland”. RPS-MCOS
Technical Paper. www.mcos.ie./mcos. 17 Juni 2006.
Rindhawati, N., 2004. “Kajian Penambangan Landfill di TPA Desa Besuk”, Kabupaten
Lumajang, Tesis. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS.
Tchobanoglous, G., H. Theisen, dan S.A.Vigil, 1993. Integrated solid waste management.
Engineering principles and management issues. McGraw Hill International Editions,
New York.
Toinezyk, L., 2006. Engineered fuel, renewable fuel of the future? American Plastics
Council, Arlington.
Trihadiningrum, Y. dan D.A. Mardhiani, 2006. ”Action research pengelolaan sampah
kampus”. Laporan Penelitian LPPM-ITS
UURI No. 18/2009. Pengelolaan Sampah
World Bank, 1999. What a waste: solid waste management in Asia. Urban Development
Sector Unit, East Asia and Pacific Region. The World Bank, Washington