Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI FARMASI

SMK BINA PUTERA NUSANATARA


KOTA TASIKMALAYA

LEVEL X INFORMATION SHEET KODE


IS X.2.4 – X.2.5/DTF/X TF
MATA Dasar-dasar Teknologi Farmasi
PELAJARAN
ELEMEN 2 Perkembangan teknologi dan isu-isu global di dunia industri farmasi dan
obat-obatan
CAPAIAN Pada akhir fase E peserta didik mampu memahami tentang perkembangan
PEMBELAJARAN teknologi dan proses produksi pada industri farmasi, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi modern; Industri 4.0, teknologi digital
di industri farmasi, Product Life Cycle, isu-isu global tentang farmasi dan obat-
obatan, Waste Control, dan aspek-aspek ketenagakerjaan.
TUJUAN X.2.4 Mengklasifikasi dan melakukan identifikasi jenis limbah serta
PEMBELAJAR-AN menguraikan pengelolaan limbah di industri farmasi dan menunjukkan
salah satu contoh pengelolaan limbah
X.2.5 Menjelaskan aspek-aspek ketenagakerjaan dan melakukan identifikasi
tenaga kesehatan yang berkaitan dengan kefarmasian serta
menyimpulkan hasil identifikasi
Pengertian Pengertian limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang
Limbah, berdampak negatif bagi masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Limbah
Karakteristik dan merupakan sisa produksi, baik dari alam maupun hasil kegiatan manusia.
Jenis Limbah Karakteristik Limbah
karakteristik umum limbah :
- berukuran mikro
- bersifat dinamis
- penyebarannya berdampak luas
- berdampak jangka panjang.
Jenis karakteristik limbah :
- karakteristik fisik
- karakteristik kimia
- karakteristik biologi.
Karakteristik fisik terbagi menjadi zat padat, bau, suhu, dan warna kekeruhan.
Karakteristik kimia terdiri dari bahan organik, BOD (Biological Oxygen
Demand), DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen Demand), pH
(Puissance d'Hydrogen Scale), dan logam berat.
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
Jenis-Jenis Limbah
Pengelompokan Limbah Berdasarkan Jenis Senyawanya:
Dibagi menjadi tiga, yaitu limbah organik, anorganik, dan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3).
1. Limbah Organik
Limbah organik berasal dari makhluk hidup alami dan sifatnya mudah
membusuk atau terurai. Beberapa contoh limbah organik seperti dedaunan,
kulit telur, kulit pohon, kotoran hewan, kotoran manusia, sisa-sisa sayuran,
dan tulang hewan.
2. Limbah Anorganik
Limbah anorganik adalah jenis yang tidak dapat atau sulit terurai dan busuk
secara alami oleh mikroorganisme pengurai.
Contohnya seperti sisa sabun cuci, sampah kantong plastik, sisa kain yang
sudah tidak dapat digunakan, limbah pabrik, limbah minyak, sampah botol
plastik bekas minuman, dan sampah dari logam.

3. Limbah B3
Ada limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Ini adalah jenis limbah yang
dapat mencemarkan, membahayakan lingkungan, kesehatan, dan
kelangsungan makhluk hidup akibat sifat-sifat senyawanya.
Sifat limbah B3 dalam pengelolaan sampah memang memerlukan
penanganan khusus. Hal ini karena mengandung senyawa yang mudah
meledak, beracun, berbahaya, bersifat mengiritasi, dan korosif.
Senyawa B3 antara lain logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan
Zn, serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol, dan lainnya.
Limbah B3 tak hanya dihasilkan oleh industri, tetapi bisa juga karena
beberapa aktivitas rumah tangga.
Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujud
1. limbah cair
Limbah ini adalah sisa dari hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
cairan. Limbah cair dibagi lagi menjadi empat, yaitu limbah cair
domestik, limbah cair industri, rembesan dan luapan, dan limbah air
hujan.
2. limbah padat
Sisa hasil kegiatan industri maupun aktivitas domestik yang
berbentuk padat. Contoh dari limbah padat di antaranya kertas,
plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dan lain-lain.
Limbah padat dapat diklasifikasikan menjadi 6 kelompok, yaitu
sampah organik mudah busuk, sampah organik dan anorganik tak
membusuk, sampah abu, sampah bangkai binatang, sampah sapuan,
dan sampah industri.
3. limbah gas yang memanfaatkan udara sebagai media. Secara alami,
udara mengandung unsur kimia seperti O2 , N2 , NO2 , CO2 , dan H2.
Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami,
akan menurunkan kualitas udara dan mengganggu kesehatan.
Jenis Limbah di Sistem penanganan limbah di Pabrik farmasi dikenal istilah Waste
Industri Farmasi Management System yang merupakan tanggung jawab dari unit Health,
Safety, and Environment (HSE).
HSE Departement bertanggung jawab salah satunya terhadap lingkungan
yaitu meminimalkan dampak ke lingkungan dari kegiatan bisnis.
Pengelolaan Limbah di Industri Farmasi

Limbah merupakan sisa dari suatu kegiatan usaha.


Limbah yang terdapat di Pabrik farmasi diklasifikasikan menjadi 2 jenis :
1. limbah B3 dan
2. limbah non B3.
Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifatnya dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Limbah non B3 adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik dan
tidak mempunyai dampak yang membahayakan lingkungan.
Terdapat juga jenis limbah daur ulang yang merupakan limbah B3 dan non B3
yang masih bisa diproses lebih lanjut menjadi produk lain yang bisa
dimanfaatkan dan/atau bisa digunakan kembali.

Pengelolaan limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 18 tahun


1999.
1. Limbah di pabrik farmasi yang dihasilkan oleh setiap proses
dikumpulkan di tempat yang telah di tentukan di masing-masing area
kerja.
2. Khusus limbah yang terdapat di ruang kelas 3 produksi, jika ingin
memindahkan limbah menuju ruang transit material, maka dilapisi
dengan kantong plastik limbah. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi di clean corridor.
Tata cara pengumpulan limbah diatur menurut golongan/klasifikasinya
sebagai berikut :
1. Limbah Pabrik Farmasi B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), meliputi
a. Use rags (semua bahan pengemas/ sarung tangan/ masker/
disposable coat/ kain lap yang terkontaminasi produk/ bahan kimia
atau berbahaya lainnya)
o Raw material/ pharmaceutical (meliputi : rejected raw
material, sisa pemeriksaan atau IPC, obat afkir tanpa
kemasan, rejected bulk)
o Laboratory waste (dikelompokkan menjadi limbah
organik, anorganik, garam, asam, basa, limbah biologi,
sisa-sisa reagen lainnya)
o Expired/ rejected product (meliputi : retained sample,
reject product/ produk yang tidak digunakan lagi karena
alasan tertentu)
o Debu dari dust collector
b. Limbah baterai
c. Limbah lampu
d. Limbah medis (meliputi : obat klinik yang kadaluarsa, sarung tangan
bekas, masker bekas, kasa/perban bekas, sisa treatment P3K, jarum
suntik dan lain-lain)
Catatan : Limbah cair bekas pencucian alat di produksi maupun di
laboratorium tidak termasuk dalam golongan ini karena telah
dilakukan penanganan secara khusus melalui proses Waste Water
Treatment.
2. Limbah domestik non B3
meliputi sampah dari kegiatan kantor dan lainnya yang tidak
membahayakan lingkungan dan tidak dapat di daur ulang.
3. Limbah daur ulang
a. Limbah daur ulang non B3, meliputi limbah berbahan kertas, plastik,
gelas, aluminium, kayu yang tidak terkontaminasi B3
b. Limbah daur ulang B3, meliputi limbah oli dan accu bekas

Pengelolaan
Limbah di
Industri Farmasi
Industri farmasi memproduksi obat-obatan hingga alat-alat kesehatan. Bukan
tanpa efek samping, industri ini melahirkan limbah yang menjadi persoalan
baru. Lalu bagaimana cara menanggulangi limbah industri farmasi yang
tepat? Simak informasi selengkapnya disini.
Limbah Industri Farmasi, Bagaimana Pengolahan yang Dianjurkan?
Industri farmasi menjadi salah satu cabang industri yang memiliki
perkembangan cukup pesat sekarang ini. Hal tersebut merupakan wujud
nyata dari pembangunan yang baik di bidang kesehatan. Berbagai kebutuhan
seperti obat-obatan dan produk kesehatan dihasilkan oleh industri farmasi
dengan kuantitas yang lebih banyak.
Mengenal Wujud Limbah Industri Farmasi
Ada tiga bentuk limbah yang umum ditemukan :
1. Limbah yang berwujud gas
2. Limbah yang berwujud cair
3. Limbah yang berwujud padat
Industri Hijau, Bagaimana Penerapannya?
Keberadaan limbah tidak hanya berdampak buruk bagi alam, tapi juga dapat
membuat ekosistem yang ada disekitarnya berpotensi mengalami kerusakan.
Itulah mengapa pembangunan di bidang industri ini harus diimbangi dengan
pengelolaan limbah yang baik. Yaitu harus sejalan dengan konsep UU
tentang limbah industri yakni dengan mewujudkan pengembangan konsep
industri hijau yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Mewujudkan konsep industri hijau tentunya harus diimbangi dengan sistem
pengolahan limbah yang baik dan benar. Khususnya untuk industri farmasi,
pengelolaan lingkungan harus di imbangi dengan upaya terpadu. Berikut ini
beberapa poin yang wajib diperhatikan :
 Pengelolaan
 Pemanfaatan
 Pengawasan
 Pengendalian
 Pemulihan lingkungan hidup.
Mengolah Limbah Industri Farmasi Sesuai Dengan Jenisnya
Berikut beberapa contoh limbah farmasi serta cara pengelolaannya.
1. Limbah Farmasi Berupa Gas
- Limbah industri yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi yang
pertama adalah limbah yang berupa gas.
- Limbah gas ini merupakan material yang berupa debu atau uap yang
dihasilkan selama proses produksi atau berasal dari uap lemari asam
laboratorium dan lain sebagainya.
- Limbah gas akan mengakibatkan menurunnya kualitas udara di
sekitar pabrik. Hal ini juga dapat membahayakan makhluk hidup yang
ada disekitarnya. Terutama apabila terpapar secara terus menerus
oleh limbah gas tersebut. Untuk menanggulanginya, dapat dipasang
beberapa alat yang dapat mengurangi kuantitas dari limbah gas.
Seperti melengkapi pabrik dengan cerobong asap atau menggunakan
alat-alat yang dapat mengurangi kadar limbah gas di dalam pabrik
tersebut.
2. Limbah Farmasi Cair
- Limbah farmasi cair merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan
produksi seperti pencucian alat-alat laboratorium, sanitasi ruangan,
sanitasi karyawan, alat-alat produksi dan juga limbah cair sisa
pembakaran dan pelarut bekas reagen.
- Limbah cair industri farmasi memiliki kandungan BOD dan COD dan
juga kadar fenol yang tinggi sehingga mengandung zat-zat berbahaya.
Hal ini tentunya dapat mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan
serta makhluk hidup yang ada disekitarnya Oleh sebab itu, limbah
cair yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu sebelum benar –
benar dilepas ke alam.
- Pengelolaan limbah industri yang berbentuk cair tentu perlu
penanganan yang berbeda dengan jenis limbah yang lainnya. Karena
berwujud cairan, biomassa harus dipisahkan terlebih dahulu dari air.
Sehingga zat-zat berbahaya yang terdapat didalamnya menjadi
berkurang.
- Adapun upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi dampak
limbah farmasi tersebut ada beberapa cara. Berikut ini beberapa opsi
yang bisa Anda coba:
 Membuat sumur drainase
 Membuat instalasi pengelolaan air limbah
 Memproses limbah cair dengan memisahkan zat kimia berbahaya di
dalamnya
3. Limbah Farmasi Padat
- Limbah padat ini dapat berupa obat-obatan atau alat-alat kesehatan
seperti infus, injeksi dan lainnya. Dengan perbedaan karakteristik dan
jenis limbah, maka penanganannya juga berbeda.
- Limbah industri yang dihasilkan oleh pabrik sebaiknya disimpan
dengan cara yang baik. Berikut ini beberapa cara memilah limbah
padat sebelum dibuang :
1. Sebelum diangkut ke pembuangan, limbah sebaiknya disimpan di
tempat khusus.
2. Pisahkan limbah berdasarkan jenisnya.
3. Anda perlu memilah-milah jenis limbah sesuai dengan sifat dan
karakteristiknya. Misalnya memisahkan jenis sampah sesuai dengan
sifatnya. Sampah yang mudah terurai digabungkan menjadi satu.
Demikian juga dengan limbah padat yang tidak mudah terurai perlu
dikelompokkan berdasarkan jenisnya.
4. Penampungan limbah juga sebaiknya dilakukan di tempat khusus
yang memenuhi standar yang berlaku.
5. Wadah yang digunakan sebaiknya merupakan media yang kuat, tidak
mudah rusak, kedap air, dan tidak mudah bocor.
6. Limbah farmasi juga sebaiknya disimpan didalam ruangan khusus
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Itulah beberapa contoh mengenai cara-cara pengelolaan limbah industri
farmasi yang baik dan benar. Sebagai tambahan informasi, untuk kategori
limbah B3 sebaiknya tidak disimpan lebih dari 90 hari. Kandungan zat kimia
yang terdapat pada limbah sangat berbahaya jika dibiarkan mengendap
tanpa diproses terlebih dahulu.
Untuk tahapan selanjutnya yakni pengangkutan, pengolahan hingga
pemusnahan limbah bisa diserahkan pada perusahaan waste management
yang memiliki izin operasional (pihak ketiga).
Aktivitas Siswa 1. Apa yang anda ketahui tentang limbah organik dan limbah
anorganik?
2. Jelaskan tentang jenis-jenis limbah berdasarkan wujudnya
3. Apa yang anda ketahui tentang limbah B3
4. Jelaskan tentang pengelolaan limbah industri farmasi berupa :
a. Limbah gas
b. Limbah cair
c. Limbah padat
Aspek-aspek Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga
ketenagakerjaan kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesai masa hubungan kerja,
baik pada pekerjaan yang menghasilkan barang maupun jasa.
Dari aspek hukum ketenagakerjaan merupakan bidang hukum privat yang
memiliki aspek publik, karena meskipun hubungan kerja dibuat berdasarkan
kebebasan para pihak, namun terdapat sejumlah ketentuan yang WAJIB
tunduk pada ketentuan pemerintah dalam artian hukum publik.
Lalu, apa saja yang berpotensi menjadi permasalahan dalam
ketenagakerjaan? Simak ulasannya dalam artikel berikut ini!

PERATURAN & UU KETENAGAKERJAAN


Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan
dijelaskan bahwa Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan tenaga kerja baik pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa
kerja.
Peraturan tersebut dilandasi dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal
dan manusiawi
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga
kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah
3. Memberikan pelindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

Lebih lanjut, tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja yang mempunyai keahlian pada bidang tertentu atau khusus
yang diperoleh dari bidang pendidikan. Sebagai contoh: dosen, dokter, guru,
pengacara, akuntan dan sebagainya.

b.Tenaga Kerja Terlatih


Tenaga kerja yang memiliki keahlian pada bidang tertentu atau khusus yang
diperoleh dari pengalaman dan latihan. Sebagai contoh: supir, tukang jahit,
montir dan sebagainya.
c. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih
Tenaga kerja yang mengandalkan tenaga, tidak memerlukan pendidikan
maupun pelatihan terlebih dahulu. Sebagai contoh: kuli, pembantu rumah
tangga, buruh kasar dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan ketenagakerjaan, pelaku usaha dan tenaga kerja


mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum melalui ikatan atau
perjanjian kerja yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, bersifat
tertulis atau lisan dan dilandasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Hak dan kewajiban antara
pengusaha dan tenaga kerja juga menjadi perhatian demi menciptakan
keamanan dan kenyamanan saat melakukan aktivitas pekerjaan.
Apabila timbul perselisihan antara pengusaha dan tenaga kerja, maka hukum
yang mengatur adalah Undang Undang No.2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Setiap bentuk perselisihan
memiliki cara atau prosedur yang berlaku dan harus diikuti oleh kedua belah
pihak baik itu melalui cara berunding, mediasi, konsiliasi, arbitrase maupun
diselesaikan di Pengadilan Hubungan Industrial.
Masalah Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor seperti
Ketenagakerjaan pendidikan, kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif
rendah. Hal ini dialami oleh banyak negara yang termasuk Indonesia, karena
hingga saat ini masih banyak pengangguran atau lebih tepatnya lagi orang
yang tidak dapat bekerja karena minimnya lapangan pekerjaan.
Tiga masalah ketenagakerjaan yang sering terjadi di Indonesia:
1. Banyaknya Pengangguran
Disebabkan karena tingginya jumlah penduduk Adan tidak diikuti dengan
lapangan kerja yang cukup, permasalah ini merupakan yang paling utama di
Indonesia. Begitu juga dengan rendahnya kualitas tenaga kerja dan
pertumbuhan ekonomi yang menjadi faktor utama dalam timbulnya masalah
ini.

2. Lapangan Kerja yang Rendah


Timbul akibat jumlah angkatan kerja yang produktif tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang disediakan. Hal ini menjadi salah satu pemicu
masalah pengangguran.

3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah


Tingkat pendidikan yang rendah baik formal maupun non formal.
Kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia tergolong rendah menyebabkan
ketidakmampuan untuk meraih pendidikan yang tinggi.
Pekerjaan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Kefarmasian
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian,
yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam


menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.

Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti


tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat


STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga
Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.

Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan
Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas distribusi atau
penyaluran.
Pelaksanaan Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
Pekerjaan a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
Kefarmasian b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan kefarmasan dalam distribusi atau penyaluran Sediaan Farmasi;
dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.

Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan


Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker.
Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat
menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada
sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien.
Tenaga Tenaga Kefarmasian terdiri atas:
Kefarmasian a. Apoteker; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.

Tenaga Teknis kefarmasian sebagaimana dimaksud terdiri dari


Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker

Tenaga Kefarmasian melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian


pada:
a. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri
farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain yang
memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan
tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu;
b. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
dan alat kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi,
penyalur alat kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan
alat kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
dan/atau
c. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko
obat, atau praktek bersama.

Asisten Tenaga Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 80 Tahun 2016


Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan :

Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang


mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang
kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga.

Jenis Asisten Tenaga Kesehatan terdiri atas:


a. Asisten Perawat;
b. Asisten Tenaga Kefarmasian;
c. Asisten Dental;
d. Asisten Teknisi Laboratorium Medik; dan
e. Asisten Teknisis Pelayanan Darah

Lingkup pekerjaan Asisten Tenaga Kefarmasian meliputi


pelaksanaan tugas yang diberikan oleh tenaga teknis kefarmasian
dan apoteker dalam pekerjaan administrasi (clerkship) dan
peran pelayanan pelanggan, mengikuti pelaksanaan standar
prosedur operasional, dalam hal:
a. melakukan pencatatan tentang pembelian dan
penyimpanan obat serta melakukan pendataan
persediaan obat;
b. menerima pembayaran resep, stok harga, penandaan item
untuk penjualan, pencatatan dan klaim asuransi
c. melakukan pelayanan perbekalan kesehatan rumah tangga
d. melakukan pengarsipan resep sesuai data dan ketentuan
berlaku
e. melakukan pemeriksaan kesesuaian pesanan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan; dan
f. melakukan pendistribusian sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan untuk keperluan floor stock

1. Apa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan ?


2. Sebutkan tentang klasifikasi tenaga kerja
3. Apa yang dimaksud dengan tenaga kefarmasian ?
4. Sebutkan tempat tenaga kefarmasian melakukan pekerjaannya
5. Apa yang dimaksud dengan Asisten Tenaga Kesehatan?
6. Jelaskan lingkup pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai