Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KELOMPOK 6

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Bahasa/Sastra Indonesia di SD Kelas


Rendah

Dosen Pengampu: Maulina Rahayu, M.Pd

Disusun oleh :

Amelia Damayanti : 210935

Miftakhul Khoiriyah : 210899

Syahril Arian : 210305

Vera Wulandari : 210906

Yulinda Ayu Pratiwi : 210938

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan
ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak
merasa kesulitan. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai
akhir zaman.

Makalah yang berjudul “Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” ini, disusun
sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa/Sastra Indonesia di SD Kelas
Rendah. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan
pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu
banyak.

Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis,
Amin yarobbal ‘alamiin

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................………

DAFTAR ISI.................................................................................………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................……………….

B. Rumusan Masalah ......................................................................………………

C. Tujuan .......................................................................................………………..

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sumber Tugas Perkembangan .............................…………….

B. Sumber-Sumber Tugas Perkembangan .......................................……………..

C. Tugas Perkembangan Pada Setiap Fase Perkembangan ...............……………

D. Peranan Sekolah Dalam Mengembangkan Tugas-Tugas Perkembangan .......

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................
…………………

B. Saran .........................................................................................…………………

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................……………

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada dua pendapat yang bertentangan di tengah pengajaran bahasa Indonesia. Di satu sisi,
banyak keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap penguasaan bahasa Indonesia si
anak didik. Keluhan itu terutama karena si anak didik dianggap kurang mampu menggunakan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Di sisi lain, di sebagian siswa /
mahasiswa mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka
sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak
langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah dalam penangkapan materi (Haris, 2008).

Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan dan guru harus cermat dalam memilih pendekatan mana yang cocok digunakan
untuk lingkungannya.

Anthony (dalam Ramelan, 1982) mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat
asumsi yang saling berkaitan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan
merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam,
antara lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap bahasa
sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan , dan ada lagi yang
menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.

Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai dengan seperangkat


asumsi yang saling berkaitan, yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif,
pendekatan terpadu, dan pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan
merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir
dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran itu?


2. Apa saja jenis-jenis dari pendekatan pembelajaran tersebut?

4
3. Bagaimana langkah-langkah dan manfaat pendekatan tersebut?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, Jenis-Jenis, dan
langkah-langkah serta manfaat dari pendekatan pembelajaran tersebut.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Menurut Tarigan, pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik


mengenai hakikat bahasa, pengajaran, bahan, dan belajar bahasa yang digunakan sebagai
landasan dalam merancang, melakukan, dan menilai proses belajar bahasa (Tarigan, 1995:5).
Menurut Anthony (Ismati dan Umaya, 2012: 76), pendekatan(approach) adalah sekumpulan
asumsi yang terkait dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar bahasa. Pendekatan bersifat
aksioma, menggambarkan hakikat subjek yang akan diajarkan secara benar.

Menurut Sanjaya,pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran ( Suprihatiningrum,2013,hlm.146). Menurut
Wati,pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru
terhadap proses pembelajaran,yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum(Wati,2010,hlm.7).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan


pandangan atau sudut pandangan berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses
pembelajaran dalam menerapkann perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Pendekatan dalam pembelajaran bahasa dapat
dikatakan sebagai seperangkat kegiatan yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat
bahasa serta pengajaran bahasa. Berbagai pendekatan yang telah lama diterapkan dalam
pembelajaran bahasa antara lain adalah pendekatan tujuan dan pendekatan struktural.

B. JENIS-JENIS PENDEKATAN

1. Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar men
gajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. D
engan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang ak
an digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajar
an tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah dite
tapkan untuk mencapai tujuan itu sendiri. Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kuri

6
kulum disusun berdasarkan suatu pendekatan. Seperti kita ketahui, Kurikulum 1975 merupak
an kurikulum yang berorientasi pada pendekatan tujuan. Sejalan dengan hal itu maka bidang-
bidang studi pun orientasinya pada pendekatan tujuan; demikian pula bidang studi Bahasa Ind
onesia.

Oleh karena orientasinya pada tujuan, maka pembelajarannya pun penekanannya pada ter
capainya tujuan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang ditetapk
an ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dar
i bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tuj
uan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang. Adapun mengenai bagaimana proses pem
belajarannya, bagaimana metodenya, bagaimana teknik pembelajarannya tidak merupakan m
asalah penting. Demikian pula kalau yang diajarkan pokok bahasan struktur, dengan tujuan
"Siswa memiliki pemahaman mengenai bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia". Tujuan terseb
ut dapat dicapai melalui pembelajaran morfologi bahasa Indonesia.

Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas". Dengan "ca
ra belajar tuntas", berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil apabila sedikitny
a 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan aja
r yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif; jika seku
rang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan bena
r minimal 75% dari soal yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasi
l.
2. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang
dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Atas das
ar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan pen
guasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dit
itikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, morfol
ogi, dan sintaksis dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku ka
ta menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih diutamakan.

Di samping kelemahan, pendekatan ini juga memiliki kelebihan. Dengan pedekatan strukt
ural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-
kaidahnya. Misalnya saja, mereka mungkin tidak akan membuat kesalahan seperti di bawah i
ni.

7
"Bajunya anak itu baru".

"Di sekolahan kami mengadakan pertandingan sepak bola".

"Anak-anak itu lari-lari di halaman".

3.Pendekatan Komunikatif

Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa pandangan tentang bahasa dan pembela
jaran bahasa selalu mengalami perubahan, sejalan dengan perkembangan pola pikir masyarak
at. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, akhir-akhir ini sedang digalakka
n penerapan pendekatan komunikatif dan pendekatan terpadu. Pendekatan komunikatif merup
akan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dal
am komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Tampak ba
hwa bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah tetapi lebih luas lagi, yakni se
bagai sarana untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, y
aitu fungsi komunikatif. Menurut Littlewood (1981) pemikiran pendekatan komunikatif didas
arkan pada pemikiran bahwa:

(1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. H
al ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan
kosakata, tetapi juga pada fungsi komunikatif bahasa.

(2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran ba
hasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa. tidak cukup dengan memb
erikan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi siswa harus mampu meng
embangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sar
ana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Sehubungan dengan pendapat itu, dia mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajara
n bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar, kepada siswa diberikan latihan, antara lain sepert
i di bawah ini.

(1) Memberikan informasi secara terbatas

Contoh:

(a) Mengidentifikasi gambar

8
Dua orang siswa ditugasi mengadakan percakapan (bertanya jawab) tentang benda-benda yan
g terdapat di dalam gambar yang disediakan oleh guru. Pertanyaan dapat mengenai warna, ju
mlah, bentuk, dan sebagainya.

(b) Menemukan/mencari pasangan yang cocok

Guru memberikan gambar kepada sekelompok siswa yang masing-masing mendapat seb
uah gambar yang berbeda. Seorang siswa yang lain (di luar kelompok) diberi duplikat salah s
atu gambar yang telah dibagikan. Siswa ini harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
teman-temannya yang membawa gambar, dengan tujuan untuk mengetahui identifikasi atau c
iri-ciri gambar yang mereka bawa. Dari hasil tanya jawab itu siswa (pembawa duplikat) terse
but harus dapat menemukan siapa di antara teman-temannya itu yang membawa gambar yang
cocok dengan duplikat yang dibawanya.

(c) Menemukan informasi yang ditiadakan

Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan. Siswa dit
ugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu. Kemudian A mengajukan pertanya
an-pertanyaan kepada B, sehingga is (A) dapat mengetahui gambar yang mana yang tidak ada
pada gambar milik B.

2) Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)

Contoh:

(a) Mengomunikasikan contoh dan gambar

Siswa A membawa sebuah model bentuk-bentuk yang diatur/disusun ke dalam (menjadi)


sebuah contoh. Siswa B juga membawa bentuk-bentuk yang sama. Mereka, A dan B, harus sa
ling memberikan informasi sehingga B dapat mengetahui contoh yang ada pada A dengan set
epat-tepatnya.

(b) Menemukan perbedaan

Siswa A dan B masing-masing mempunyai sebuah gambar yang sama, kecuali beberapa
bagian. Para siswa harus mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan perbedaannya.

(c) Menyusun kembali bagian-bagian cerita

9
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong. Setiap anggota kelompok memegan
g satu bagian tanpa mengetahui bagian gambar yang dipegang oleh yang lain; kelompok itu h
arus menentukan urutan aslinya, dan menyusun kembali cerita itu.

(3) Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah

Contoh:

Siswa mempunyai rencana akan mengunjungi sebuah kota yang menarik. B mempunyai da
ftar/jadwal bus. Mereka harus merencanakan perjalanan yang akan dilakukan yang memungk
inkan mereka untuk mengunjungi beberapa tempat (misalnya 5 tempat) dalam satu hari, dan
menggunakan waktu sekurang-kurangnya setengah jam untuk tiap tempat. Siswa harus memil
ih tempat yang paling menarik bagi mereka.

(4) Menyusun informasi

Contoh:

Siswa diminta membayangkan bahwa mereka akan mengadakan "camping" (berkemah) gu


nung selama tiga hari. Tiap anggota hanya boleh membawa barang kira-kira seberat 11 kg. K
elompok-kelompok itu harus menentukan apa saja yang akan mereka bawa, dengan melihat d
aftar barang yang patut dibawa, yang diberikan oleh guru, dan mempersiapkan pembelaan ap
abila mereka ditentang oleh kelompok lain.

Latihan-latihan tersebut merupakan latihan penggunaan bahasa dalam aktivitas komunikasi


yang bersifat fungsional di dalam kelas. Di samping itu, juga terdapat tipe aktivitas komunika
tif yang lain, yakni aktivitas interaksi sosial, interaksi di dalam masyarakat atau dalam pergau
lan. Dalam hal ini latihan yang diberikan kepada siswa antara lain dapat berupa:

(1) Kelas sebagai konteks sosial

Contoh: Percakapan atau diskusi.

(2) Simulasi dan bermain peran

Contoh:

(a) Siswa diminta membayangkan dirinya ada di dalam suatu situasi yang dapat terjadi di luar
kelas. Ini dapat saja berupa kejadian yang sederhana, misalnya, bertemu seorang teman di jala
n; tetapi dapat pula kejadian yang bersifat kompleks, seperti negosiasi di dalam bisnis.

10
(b) Mereka (siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa kasu
s, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus lain, mungkin m
ereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi.

(c) Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan peran m
ereka masing-masing. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk akting tetapi dapat juga
dalam bentuk debat atau improvisasi.

(b) Mereka (siswa) diminta memilih peran tertentu dalam suatu situasi. Dalam beberapa kasu
s, mungkin mereka berlaku sebagai dirinya sendiri; tetapi dalam kasus-kasus lain, mungkin m
ereka harus memperagakan sesuatu di dalam simulasi.

(c) Mereka diminta berbuat seperti kalau situasi itu benar-benar terjadi sesuai dengan peran m
ereka masing-masing. Permainan peran ini tidak selalu dalam bentuk akting tetapi dapat juga
dalam bentuk debat atau improvisasi.

4.Pendekatan Tematik

Pendekatan tematik merupakan suatu strategi yang melibatkan beberapa mata pelajaran u
ntuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada pebelajar (Ariantani, 2003). Keterpadu
an dapat dilihat dari segi proses, waktu, segi kurikulum, dan segi aspek belajar-mengajar. Me
nurut Puskur (2002) pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas re
ndah (kelas I dan II), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai sat
u keutuhan (holostik), perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan m
ental, sosial, dan emosional. Untuk itu, strategi pembelajaran tematik hendaknya, (1) bersaha
bat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi anak, (2) dalam menanamkan konsep atau pe
ngetahuan dan keterampilan, anak tidak harus didrill, tetapi ia belajar melalui pengalaman lan
gsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajar
an ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa. Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental siswa kelas I dan II, pe
mbelajaran pada tahap ini menurut Ariantini (2003:1) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berpusat pada siswa

2) Memberikan pengalaman langsung pada anak

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

4) Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran

11
5) Bersifat fleksibel

6) Hasil belajar dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Disamping itu, pembelajaran tematis memiliki beberapa kekuatan yakni :

1) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuha
n anak

2) Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak

3) Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih terkesan dan bermakna

4) Mengembangkan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi

5) Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tang
ap terhadap gagasan.

Sedangkan peran tema dalam pembelajaran tematik menurut Puskur (2001;23), yakni :

1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu

2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pel
ajaran dalam tema yang sama

3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

4) Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran la
in dengan pengalaman pribadi anak

5) Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata,
misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat untuk mengembangkan ketera
mpilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain.

6) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat diguna
kan untuk kegiatan remidial, pemantapan atau pengayaan.

Contoh Pembelajaran Tematik :

Bertolak dari contoh di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematis a
dalah sebagai berikut :

12
1) Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
bermakna

2) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi wa


ktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada dilingkungan

3) Pilihan tema yang terdekat dengan anak

4) Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema

Untuk lebih memantapkan pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa langkah yang p
erlu diikuti menurut Ariantini (2003), yakni :

1) Membaca dan memahami semua kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dan
setiap mata pelajaran di kelas I dan II SD.

2) Memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap se


mester (Ariantini, 2003).

5.Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan didasarkan pada asumsi bahwa belajar merupakan proses mengu
bah tingkah laku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dalam kegiatan belajar perwuju
dan dari pendekatan keterampilan proses adalah CBSA. CBSA merupakan pendekatan dalam
proses belajar-mengajar yang mengutamakan aktivitas mental psikologis siswa, siswa berpera
n sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbin
g, pengamat, dan memberikan bantuan apabila diperlukan. Tarigan (dalam supriyadi, 1991 : 3
4) mengemukakan prinsip CBSA, yaitu :

1) Belajar lebih dipentingkan dari pada mengajar

2) Siswa dipandang sebagai subjek, bukan objek dalam kegiatan belajar-mengajar

3) Melalui pertisipasi (ketika guru menjelaskan siswa cermat mendengarkan, bertanya, mende
bat, menambah, contoh, dan ilustrasi, mengembagkan pikiran, mangalami, mencoba, dan mel
aksanakan atau mempraktekkan sesuatu yang dipelajari siswa) akan menghasilkan hasil belaj
ar yang lebih mantap.

Pendekatan keterampilan proses dalam kurikulum 1994 dinyatakan dalam rambu-rambu b


erikut ini.

13
1) Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan bernalar, (berp
ikir logis dan masuk akal) serta kemampuan memperluas wawasan.

2) Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi k


arya sastra, yang berkaitan erat dengan pelatihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya
khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

3) Sebaiknya siswa dibiasakan mencari arti kata dalam kamus (Depdikbud, 1993).

Berdasarkan pendapat diatas, prinsip belajar siswa aktif sejalan dengan semboyan pendidi
kan nasional, yakni “Tut Wuri Handayani” artinya para siswa diberikan keluasaan untuk men
entukan kegiatan belajar sendiri tanpa harus dijejali dengan berbagai ilmu pengetahuan oleh g
urunya.

Adapun penerapan konsep CBSA dalam pengajaran menulis akan diuraikan dalam kegiatan s
iswa, kegiatan guru, iklim belajar, dan program belajar.

1.Kegiatan Siswa

Sejalan dengan penerapan konsep keterampilan proses, maka dalam kegiatan belajar p
ara siswa diberikan kesempatan untuk mengamati objek yang akan ditulinya sesuai dengan te
ma atau topik karangan. Misalnya apabila terdapat kata-kata yang tidak dimengerti, para sisw
a dapat mencari dalam kamus yang telah disediakan oleh guru atau kalau masih belum jelas si
swa dapat menanyakan kepada teman, bahkan kepada guru bila perlu.

2. Kegiatan Guru

Guru adalah teman belajar siswa yang harus mampu memberikan dorongan, bimbingan, d
an arahan kepada para siswa. Guru berperan sebagai fasilitator, artinya menyediakan fasilitas
yang diperlukan oleh siswa demi kelancaran kegiatan belajar.

Dalam kegiatan belajar menulis, guru hendaknya dapat menciptaka iklim belajar yang kondus
if untuk melakukan kegiatan belajar menulis. Misalnya, siswa diberikan pokok-pokok kalima
t yang harus dikembangkan dengan menggunakan pilihan kata yang disediakan. Seperti cont
oh berikut ini :

1) Lengkapilah kalimat berikut dengan kata-kata yang sesuai atau tepat!

Ibu menanak nasi di . . . a. kebun

Pak tani menanam jagung di . . . b. kantor

14
Ayah bekerja di . . . c. dapur

Anak-anak ditugasi untuk melengkapi kalimat tersebut. Hasilnya sebagai berikut .

Ibu menanak nasi di dapur

Pak tani menanam jagung di kebun

Ayah bekerja di kantor

2) Susunlah huruf-huruf ini sehingga menjadi sebuah kata!

a-s-w-i-s hasilnya siswa

a-m-u-e-s hasilnya semua

h-k-o-l-a-s-e hasilnya sekolah

6.Pendekatan Whole Language

Whole language approach adalah pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan


pengajaran bahasa secara utuh, artinya tidak terpisah-pisah. Pendekatan whole
languageberasumsi bahwa bahasa merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan, oleh karena itu pembelajaran komponen bahasa (fonem, morfem, klausa, kalimat,
wacana) dan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) harus
dapat disajikan secara utuh dalam situasi yang nyata (autentik) dan bermakna kepada peserta
didik.
Secara teori kebahasaan whole language is whole (keutuhan). Pandangan ini tidak
meremehkan satu ragam bahasa, dialek, ataupun bahasa karena status penuturnya.
Pemakaiannya berkaitan erat dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Brown
menggukapkan bahwa “whole language merupakan suatu teori atau pendekatan terhadap
pembelajaran secara menyeluruh atau utuh. Maksudnya bahwa dalam pembelajaran bahasa,
kita mengajarkan secara kontekstual, logis, kronologis, dan komunikatif serta menggunakan
setting yang nyata dan bermakna.
Robert (1996) prinsip dan pengajaran dengan whole language diwarnai oleh progresivisme
dan kontruktivisme yang menyatakan bahwa peserta didik membentuk sendiri
pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole) dan terpadu
(integrated). Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa dengan

15
pendekatan whole language sejalan dengan teori kontruktivis dan quantum learning karena
siswa akan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan merasa senang dengan aktivitas
yang dilakukannya.

Dalam pendekatan whole languageterdapat hubungan yang interaktif antar keterampilan


bahasa, yaitu antara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Belajar bahasa ini hraus
diintegrasikan ke dalam atau terinternalisasi, tidak terpisah dari semua aspek kurikulum.
Pengintegrasian ini didefinisikan sebagai pendekatan whole language atau perspektif untuk
perkembangan literacy.

B. LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA S


ERTA MANFAATNYA

Karakteristik bahasa Indonesia adalah ciri khas atau sifat pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai sebuah ilmu. Adapun langkah-langkah karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia a
dalah bersifat kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat sistematis, menantang pembelajar un
tuk memecahkan masalah-masalah nyata, membawa pembelajar ke arah pembelajaran yang a
ktif, dan penyusunan bahan pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan minat dan kebut
uhan pembelajaran, itu adalah salah satu langkah awal dalam menetapkan pendekatan pembel
ajaran bahasa indonesia.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan,
yaitu tujuan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman r
asa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan kognitif ber
kaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa Indonesia. Tujuan psiko
motorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai kepent
ingan. Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu fung
si instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi instrumentatif adalah fungsi pembelajaran bahas
a Indonesia sebagai sarana komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran bahasa I
ndonesia sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.

Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang
menjadi manfaat pembelajaran bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunika
si, pembentuk perilaku positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh il
mu pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif; sar
ana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer kultural.

16
Langkah-langkah pembelajaran (siswa melakukan wawancara):

· Guru Memberi Contoh Sebuah Teks Wawancara

· Guru Mengarahkan Kegiatan Siswa Dan Menjelaskan Sopan Santun Berwawancara

· Murid Merencanakan Wawancara : Menetapkan Topik Dan Nara Sumber

· Murid Menyusun Pertanyaan (Pedoman) Untuk Wawancara

· Guru Mengundang Nara Sumber Atau Menyuruh Siswa Mendatangi Nara Sumber

· Murid Berbagi Tugas Dalam Kelompoknya : Pewawancara, Penulis, Dan Pengamat

· Murid Menyusun Laporan Hasil Wawancara

BAB III

17
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan
pandangan atau sudut pandangan berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan
proses pembelajaran dalam menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan diguna
kan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan Pendekatan dalam pembelajaran bah
asa dapat dikatakan sebagai seperangkat kegiatan yang saling berkaitan dan berhubun
gan dengan sifat bahasa serta pengajaran bahasa. Berbagai pendekatan yang telah lam
a diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain adalah pendekatan tujuan dan pen
dekatan struktural.
Dalam pembelajaran bahasa indonesia kelas rendah terdapat berbagai jenis pendek
atan diantaranya yaitu pendekatan tujuan,pendekatan struktural,pendekatan komunikat
if,pendekatan tematik,pendekatan keterampilan proses dan pendekatan whole languag
e.
B. Saran
Pendekatan yang diterapkan yang sesuai dengan pembelajaran akan mempermudah
guru ataupun siswa dalam memberi materi serta menerima materi yang telah disampai
kan,sehingga hal tersebut dapat memperlancar proses belajar mengajar disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

18
Solehan, T.W, dkk. 2001. Hakikat Pendekatan, Prosedur, dan Strategi Pembelajaran Bahasa
Indonesia Berdasar kan Pendekatan Komunikatif- Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia
(Modul UT). Jakarta. Pusat Penerbitan UT.

Hidayah, Nurul.2014. "PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA WHOLE LANGUAGE".


Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol.01 No.02

Dibia, I Ketut,dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas Rendah Berorie
ntasi Pada Kurikulum 2004. Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singar
aja.

Azies, Furqanul & A. Chaedar Alwasilah.1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

19

Anda mungkin juga menyukai