Anda di halaman 1dari 16

AL-QURAN SURAH-SURAH PENDEK PILIHAN TENTANG

MENIMBUN HARTA(SERAKAH) DAN HADITS TENTANG


KESEIMBANGAN HIDUP DI DUNIA DAN AKHIRAT(VIII/II)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Studi materi Al-Qur’an Hadist di MTS dan MA”

DosenPengampu:

Anas Ma’ruf,M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 6 PAI 5E

Faruq Romadhoni (201190084)

Galih Jaya Dewata (201210155)

Hanif Lukman Dwi Harsya (201210164)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Al-Qur`an
Surah-Surah Pendek Pilihan Tentang Menimbun Harta (serakah) dan Hadits
Tentang Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat” sesuai dengan yang
diharapkan. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas perkulihan
terutama pada mata kuliah Studi Materi Al-Quran Hadist MTs dan MA

Penulis menyadari sepenuhnya,bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari


berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan
baikoleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Anas Ma’ruf,M.Pd, selaku Dosen mata
kuliah Studi Materi Al-Quran Hadist di MTs dan MA

Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan,mengingat keterbatasan


penulisan dalam hal kemampuan yang masih dalam taraf belajar oleh karena
itukritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penulisan karya tulis ini
sangatpenulis harapkan dan semoga penulisan laporan ini bermanfaat bagi penulis
dan dapat menambah bahan referensi bagi orang lain.

Ponorogo,25 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. LatarBelakang .................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ............................................................................... 1
C. TujuanMasalah ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Menimbun Harta .............................................................. 3


B. Ayat Hadits Tentang Menimbun Harta .............................................. 5
C. Hikmah Larangan Ikhtisar.................................................................. 6
D. Pengertian Perilaku Keseimbangan Hidup Dunia Dan Akhirat serta
Hadits dan ayat Al-Quran................................................................... 8
E. Hikmah Menjaga Keseimbangan Hidup Dunia dan Akhirat .............. 9

BAB III PENUTUP .................................................................................... 11

A.Kesimpulan ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan dalam pendidikan Islam pada dasarnya dititik beratkan pada
dua aspek pokok, aspek yaitu duniawi (mu’amalah) dan aspek ukhrawi
(ubudiyah). Kedua aspek tersebut harus senantiasa dapat diwujudkan secara
berimbang dalam segala aktivitas manusia, sehingga dapat hidup secara harmonis
dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Dalam kenyataannya, upaya untuk mewujudkan keseimbangan hidup
manusia, khususnya di kalangan masyarakat Islam, nampaknya masih merupakan
suatu masalah yang perlu mendapat perhatian serius, terutama dalam
mengarahkan dan memberikan tuntunan untuk memahami hakikat dari kehidupan
menurut konsep pendidikan Islam.
Keseimbangan hidup manusia adalah merupakan kunci utama untuk
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi manusia, dengan pengertian
bahwa konsepsi pendidikan tentang kehidupan, tidak saja mementingkan
pencapaian kebahagiaan dunia semata-mata dengan segala kemewahan dan
terpenuhinya segala kebutuhan duniawi, juga kehidupan ukhrawi. Akan tetapi
kehidupan yang hakiki dalam konteks pendidikan Islam harus senantiasa terdapat
keseimbangan antara kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan rohaniah, atau
kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian menimbuh harta?

2. Bagaimana ayat dan hadits tentanag menimbuh harta?

3. Apa hikmah dari pelarangan menimbuh harta?

4. Apa pengertian perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat serta


haits dan ayat Al-Quran

5. Apa hikmah menjaga keseimbangan hidup dunia dan akhirat?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian menimbun harta

2. Untuk mengetahui ayat-ayat tentang menimbun harta

3. Untuk mengetahui tentang hikmah larangan menimbuh harta

4. Untuk mengetahui pengertian dan ayat-ayat sekaligus hadits tentang


keseimbangan hidup dunia dan akhirat.

5. Untuk mengetahui hikmah menjaga keseimbangan hidup dunia dan


akhirat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian menimbun harta


Ihtikar merupakan bahasa Arab yang secara etimologi ialah
perbuatan menimbun, pemngumpulan (barang-barang) atau tempat untuk
menimbun. Juga diartikan dengan menimbun atau menahan agar tejual.
Sedangkan definisi ihtikar secara terminologi para ulama berbeda-beda
memberikan makna daripada ihtikar tersebut. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1 Ihtikar adalah menahan (menimbun) barang-barang pokok manusia
untuk dapat meraih keuntungan dengan menaikkan harganya.
2 Ihtikar adalah membeli barang-barang yang kalau disimpan akan
menimbulkan bencana, seperti makanan, minyak, biji rami, kapas,
dan sebagainya kemudian menyimpannya.
3 Ihtikar adalah membeli suatu barang dan menyimpangnya agar barang
tersebut berkurang di masyarakat sehingga harganya meningkat
sehingga manusia akan mendapatkan kesulitan akibat kelangkaan dan
mahalnyaharga barang tersebut.
4 Ihtikar adalah tindakan menyimpan harta, manfaat atau jasa, dan
enggan menjual dan memberikannya kepada orang lain yang
mengakibatkan melonjaknya harga pasar secara drastis disebabkan
persediaan barang terbatas atau stok barang hilang sama sekali dari
pasar, sementara rakyat, Negara, ataupun hewan (peternakan) amat
membutuhkan produk, manfaat, atau jasa tersebut.1

Dari ke empat definisi yang dilontarkan oleh para ulama di atas dapat
dipahami bahwasanya istilah ihtikar tersebut merupakan sebuah teori
ekonomi Islam yang memiliki makna dengan model menimbun, artinya
membeli barang dalam jumlah yang banyak kemudian menyimpannya
dengan maksud untuk menjualnya dengan harga tinggi kepada penduduk

1
Junaid, “Perspektif Hadis Tentang Ihtikar,” Al-Iqtishad: Jurnal Ekonomi Volume 1, no. 1 (2021):
hlm.35.
3
ketika mereka sangat membutuhkannya. Biasanya barang-barang yang
ditimbun adalah barang sandang melimpah dan harganya murah. Ketika
barang sudah jarang dan harganya tinggi, sipenimbun mengeluarkan
barangnya dengan harga tinggi sehingga ia memperoleh keuntungan yang
berlipat. Walaupun harganya tinggi, karena pembeli sangat membutuhkan
biasanya barang kebutuhan pokok, maka dengan sangat terpaksa pembeli pun
membelinya. Dalam hal ini yang dirugikan dalam penimbunan tersebut
adalah semua lapisan masyarakat dan juga terhadap binatang dan tumbuh-
tumbuhan.2
Para ekonom juga mengartikan ikhtikar dengan makna monopoli.
Monopoli dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti berdagang sendiri
(orang lain atau kongsi yang lain tidak diperbolehkan ikut), hak tunggal yang
diberikan kepada seseorang atau satu golongan tertentu. Dalam Undang-
undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat di artikan sebagai suatu bentuk penugasan atas suatu
produksi dan pemasaran barang atau jasa oleh seseorang atau suatu kelompo
.Sehingga terjadi pemusatan perdagangan yang dikuasai oleh sebuah
kelompok yang menyingkirkan kelompok lain. Jadi, secara asal kata
monopoli berasal dari bahasa Yunani dari kata monos yang berarti sendiri dan
kata polein yang berarti penjual. Dari kata tersebut muncul kata monopoli.
Sebagai suatu penjual mematok sebuah barang atau jasa dengan harga
tersendiri.
Maka sebagai penentu sebuah harga (price-maker), seorang
monopolis atau seseorang yang melakukan monopoli dapat menaikan harga
atau mengurangi harga dengan cara menentukan sejumlah barang yang akan
di produksi dengan berpedoman semakin sedikit barang yang diproduksi akan
semakin mahal harga barang tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-
satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang
untuk keperluan persediaan pun tidak dilarang dalam Islam. Jadi, monopoli
sah-sah saja. Demikian pula menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah
ihtikâr, yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara

2
Junaid, “Perspektif Hadis Tentang Ihtikar,”………….H.37
4
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah
ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi, dalam Islam monopoli boleh,
sedangkan monopoly’s rent-seeking tidak boleh.3
B. Ayat dan Hadist tentang menimbun harta
Hadis sebagai salah satu sumber yang dalam syariat Islam, tentunya
memuat banyak hal yang berhubungan langsung dengan hablu min al-nas.
Dalam hal ini khususnya yang berhubungan dengan masalah ekonomi Islam
yaitu masalah ihtikar atau penimbunan barang.
Adapun teks hadis yang berhubungan langsung dengan peersoalan
ihtikar adalah sebagai berikut:

Terjemahnnya: “Dari Ma’mar Bin Abdullah, Rasulullah SAW, bersabda,


“tidaklah seseorang menimbun (makanan pokok) melainkan ia berdosa.”
(H.R.Muslim).
Melalui pendekatan tekstual bahwasanya hadis Nabi Muhammad
SAW tersebut di atas dapat dipahami bahwa istilah al-Ihtikar atau
penimbunan barang merupakan hal yang dilarang dalam syriat Islam . karena
memiliki dampak yang negatif terhadap proses jual beli yang berasaskan pada
ajaran dan norma Islam itu sendiri. Sehingga nabi Muhammad SAW
sangatlah melarang bagi pedagang yang melakukan istilah penimbunan
barang. Dalam hal ini, al-Ihtikar atau penimbunan barang tersebut hukumnya
adalah haram.
Mayoritas fuqaha berpendapat haram pada praktek ini berdasarkan
landasan hukum yang ada. Berdasarkan landasan hukum praktek penimbunan
harta terdapat dalam sebuah hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ma’mar bin
Abdullah :
‫ قال ال حيتكر إال‬.‫ عن معمر بن عبدهلال عن رسول هلال صلى هلال عليه وسلم‬،‫عن سعيد بن املسيب‬

‫خاطئ‬

Artinya: “Dari Sa’id ibnul Musayyib, dari Ma’mar bin Abdillah dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Tidaklah seorang

3
Dzulhidayat, No Title‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬, ‫הארץ‬, vol. 34, 2022.Skripsi,UIN
Walisongo.H.35-37
5
menimbun kecuali dia berdosa”
Dari penjelasan hadis diatas dapat di fahami bahwa hadis tersebut
hukumnya belaku mutlak, artinya tidak ada pembatasan secara khusus dalam
beberapa komoditas tertententu dalam praktek ihtikhar, larangan menimbun
harta itu mencakup segala komuditas yang diperlukan masyarakat bukan
hanya kebutuhan makanan pokok saja.
Akan tetapi lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh
kalangan mazhab Syafi’iyah bahwa mereka menganggap larangan menimbun
harta hanya berlaku pada komuditas makanan pokok saja, gagasan ini
didasari dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh dari Abu Ummah
menjelaskan bahwa “Rasulullah saw melarang ihtokar Makanan”. Menurut
mereka hadis Ma’mar telah di taqyid (dibatasi berlakuannya) dengan hadis
dari abu Ummah.
Akan tetapi asy-Syaukani memberikan pendapat bahwa illat
keharaman perbuatan menimbun harta itu bila merugukan kaum muslimin.
Namun jika tidak sampai merugikan, hukumnya tidak diharamkan.11
Pendapat ini seolah memberikan jalan tengah bahwa keharaman dari praktek
penimbunan harta itu dilihat dari segi illatnya. Dalam hal ini jelas kalau
dalam hal praktek penimbunan makanan pokok itu diharamkan karena
memberikan sebuah kemudhratan yang luar biasa, akan tetapi tidak menutup
juga barang-barang lain selama itu menjadi sebuah kebutuhan masyarakat.
C. Hikmah pelarangan Ikhtisar
Secara umum, hikmah larangan perbuatan menimbun harta adalah
mecegah dari segala sesuatu yang dapat menyulitkan manusia, karena hal itu
mempunyai kadar kemudharatan. Oleh karena itu para ulama sependapat
bahwa praktek penimbuanan harta atau yang sering disebut dalam makalh ini
sebagai ihtikar adalah haram.
Secara khusus hikmah pelarangan praktik antara lain ;
1 Menjauhkan manusia untuk saling menzholimi antara satu dengan
yang lainnya. Dengan kata lain adanya larangan menimbun harta akan
menjauhkan manusia untuk menimbulkan kemudharatan bagi orang
lain, karena penimbunan harta akan menimbulkan sebuah
kemudharatan yang sangat besar bagi masyarakat karena
mengakibatkan hilangnya barang yang sangat dibutuhkan masyarakat
6
dipasaran sehingga akan mengakibatkan tingginya harga barang
tersebut, akbitnya harga barang dipasaran dapat mencekik leher
masyarakat karena itu adalah kebutuhan jadi mau tidak mau akan
dibeli.
2 memunculkan sifat kedermawanan seseorang kepada orang
disekitarnya (lingkungan sosial), artinya sikap kepedulian sosial akan
menimbulkan suatu sikap untuk saling memberi antar sesema
makhluk Tuhan, sehingga praktek penimbunan harta itu memang tidak
ada, karena orang yang mempraktekannya hanya orang-orang yang
mengutamakan sikap individualitik semata
3 Menimbun harta maksudnya membekukannya, menahannya dan
menjauhkannya dari peredaran. Artinya praktek penimbunan harta
akan melumpuhkan aktivitas ekonomi disekitarnya baik itu produksi,
distribusi ataupun dalam pengecerannya, sehingga akan banyak
aktivitas perekonomian yang akan lumpuh karena volume daya beli
masyarakat akan semakin berkurang karena adanya kenaikan harga
yang sangat siknifikan, ditambahlagi dengan lumpuhnya akativitas
ekonomi akan menimbulkan kenaikan angka pengangguran di sekita
lokasi tersebut yang disebabkan tidak berjalannya praktek produksi,
distribusi dan pengecaran barang
4 Penimbunan barang merupakan halangan terbesar dalam pengaturan
persaingan dalam pasar Islam. Dalam tingkat internasional, menimbun
barang menjadi penyebab terbesar dari krisis yang dialami oleh
manusia sekarang, yang mana beberapa negara kaya dan maju secara
ekonomi memonopoli produksi, perdagangan, bahan baku kebutuhan
pokok. Bahkan, negara-negara tersebut memonopoli pembelian
bahan-bahan baku dari negara yang kurang maju perekonomiannya
dan memonopoli penjulan komoditas industri yang dibutuhkan oleh
negara-negara tadi. Hal itu menimbulkan bahaya besar terhadap
keadilan distribusi kekayaan dan pendapatan dalam tingkat dunia.4
D. Pengertian perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat serta hadis
dan ayat Al Qur'an

4
Blum Hanso, “Larangan Menimbun Harta Dalam Jual Beli,” Makalah Ilmiah, 2020, 5-6.
7
Perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat adalah melakukan
dan menyeimbangkan segala bentuk pola kegiatan kita dalam menjalani
kehidupan ini dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup yang harus
dicapai tanpa mengabaikan kehidupan dunia serta bekerja keras dalam
menjalani kehidupan ini sesuai syariat Allah.5Sebagaimana Allah swt
berfirman, dalam surat Al-Qasas ayat 77:
‫الداي وأحسي كوا أحسي هلال‬
ً ‫وتتغ فيوا اتىك هلال الداراأخلزج َّولتٌسً صيثك هي‬

‫إليك َّول تثغ الفسادىف اَّلرض إى هلالَّ ليحة الوفسدي‬

Artinya; “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuatkerusakan.”
Rasulullah mengajarkan kita untuk berusaha dan mencari rahmat Allah
dengan jalan yang baik sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw
) ‫العوام‬ ‫بن‬ ‫الزْب‬
‫ي‬ ‫عن‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬ (

َ‫ي يء ُخ َذاَ َح ُد َُ ُك يَاَ يحبَالًَفيَأي ُخ َذ ُح يزَمةً ِمني َحطَبٍ َفيَبِيي َع َفيَ ُكفَّهلالُبِ ِوَو يَ يج ََ ُو َخ ي‬ ِ ِ ‫اَنييسأَََللن‬
َ ََ ‫َّاساُ يعطيَاَيْمُن َع ََ َلءَ ين‬
َ ‫َي‬
‫ يي ٌَ ِم ين‬,

Artinya: Sungguh jika salah seorang diantara kamu membawa seutas kayu
bakar lalu kayu itu dijual sehingga allah mencukupkan kebutuhan hidupnya
dengan hasil jualannya itu lebih baik dari pada meminta minta kepada
orang lain, baik di beri maupun di tolak (tidak diberi).
Dalam Al-Quran Allah mengajarkan kita doa untuk mendapatkan
rahmat kebaikan dunia dan akhirat, sebagaimana dalam Al Quran Surat Al
Baqarah ayat 201, Allah berfirman:
‫النَّا ِر َع َذابَ َوقِنَا َحسَ نَةً ْالَ ِخَرةِ َوفِ َحسَ نَةًادلُّْن يَا فِآَ تِنَا َربَّنَا‬

Artinya: Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka.

5
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie., Op. Cit, hal. 197.
8
Seorang muslim mempuyai sifat-sifat terpuji dan akhlak yang
terpuji. Muslim yang mengamalkan perilaku keseimbanga hidup dunia dan
akhirat akan senanntiasa mengingat Allah pada saat susah maupun senang,
disaat sulit maupun mudah dia akan seanantiasa mengingat Allah dan tidak
melupakan dan melalaika tugas dan kewajibannya didunia. Umat Muslim
yang mengamalkan perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat:
1 Kerja keras
Kerja keras adalah melaksanakan setiap pekerjaan dengan
bersungguhsungguh tanpa mengenal lelah sesuai dengan
kemampuannya sehingga mendapat hasil yang baik. Oleh karna itu
rasulullah saw sangat menyukai umatnya bekerja keras dalam
melakukan sesuatu.
2 Tekun
Tekun adalah rajin dan teliti dalam melaksanakan setiap
pekerjaan. muslim yang tekun akan selalu bersungguh melakukan
apa yang menjadi kewajibannya tentunya sesuai syariat Islam.
3 Ulet
Ulet adalah berusaha dengan semangat dengan cara yang
baik sesuai kemampuannya. Mukmin yang ulet dalam berusaha
tidak akan pernah putus asa meskipun usahanya kurang berhasil, dan
ia akan berusaha mencari jalan lain agar usahanya berhasil.
4 Teliti
Teliti adalah perilaku cermat dan sangat teliti dalam
melakukan setiap tindakan/pekerjaan. Seorang muslim yang teliti
selalu melakukan pekerjaannya dengan sunguh-sungguh dengan
sedikit kemungkinan kesalahan dan selalu rapi, sistematis dalam
melakukan setiap pekerjaan.6
E. Hikmah menjaga keseimbangan hidup dunia dan ahirat
Hikmah dari menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan
akhirat adalah menciptakan keharmonisan dalam kehidupan serta
mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Beberapa
hikmahnya meliputi:

6
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al-Ma’arif, 1962 ), h.41.

9
1 Ibadah dan Kebaikan: Dengan menjaga keseimbangan, Anda dapat
melakukan ibadah dan berbuat baik dalam kehidupan dunia untuk
meraih kesuksesan dan kebahagiaan, serta berinvestasi untuk
mendapatkan pahala di akhirat.
2 Keadilan: Keseimbangan membantu Anda memperlakukan orang
lain dengan adil dan baik, menciptakan hubungan yang sehat dalam
kehidupan sosial, serta menghindari keserakahan dan egoisme.
3 Ketenangan Jiwa: Fokus pada dunia saja bisa membuat jiwa Anda
gelisah. Menjaga keseimbangan memungkinkan Anda mencapai
ketenangan dan kedamaian jiwa dengan melihat dunia sebagai jalan
menuju akhirat.
4 Ujian dan Kesebaran: Kehidupan dunia adalah ujian, dan
keseimbangan membantu Anda menghadapinya dengan kesabaran
dan keteguhan hati, mengetahui bahwa segala sesuatu datang dari
Allah.
5 Perspektif yang Seimbang: Keseimbangan membantu Anda
memiliki perspektif yang lebih seimbang tentang dunia dan akhirat,
tidak terlalu terfokus pada dunia semata atau akhirat saja.
6 Mengingat keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah prinsip
penting dalam banyak agama, menjalani kehidupan yang seimbang
dapat membantu Anda mencapai tujuan spiritual dan material
dengan harmonis.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ihtikar merupakan bahasa Arab yang secara etimologi ialah perbuatan


menimbun, pemngumpulan (barang-barang) atau tempat untuk menimbun.Juga
diartikan dengan menimbun atau menahan agar tejual.
Perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat adalah melakukan dan
menyeimbangkan segala bentuk pola kegiatan kita dalam menjalani kehidupan ini
dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup yang harus dicapai tanpa
mengabaikan kehidupan dunia serta bekerja keras dalam menjalani kehidupan ini
sesuai syariat Allah.
hikmah larangan perbuatan menimbun harta adalah mecegah dari segala
sesuatu yang dapat menyulitkan manusia, karena hal itu mempunyai kadar
kemudharatan.
Hikmah dari menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
adalah menciptakan keharmonisan dalam kehidupan serta mempersiapkan diri
untuk kehidupan setelah kematian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dzulhidayat, No Title‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬, ‫הארץ‬, vol. 34,
2022.Skripsi,UIN Walisongo.H.35-37 Larangan Menimbun Harta Dalam Jual
Beli

Marimba, Ahmad Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al-Ma’arif, 1962)

Junaid, “Perspektif Hadis Tentang Ihtikar

Larangan Menimbun Harta Dalam Jual Beli,” Makalah Ilmiah, 2020

Salahudin Anas dan Irwanto Alkrienciehie., Op. Cit

Tentang Ihtikar,” Al-Iqtishad: Jurnal Ekonomi Volume 1, no. 1 (2021)

12
13

Anda mungkin juga menyukai