Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian ”Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu
Bayi 1-3 Bulan Di PMB Bidan Fera S Di Kabupaten Bandung Tahun
2023" dengan jumlah sampel 30 reponden. Langkah awal yang ditempuh
penulis sebelum melakukan pengujian hipotesis adalah melakukan uji
normalitas. Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat
memperoleh informasi mengenai data tersebut berdistribusi normal atau
tidak.
Berikut adalah hasil uji normalitas dari data-data penelitian yang
telah diperoleh sampel penelitian pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1 Uji Normalitas Data Durasi Menyusui Sebelum dan
Sesudah dilakukan Pijat Bayi
No Kualitas Tidur P Value
1 Kelompok Sebelum Pijat 3,64
2 Kelompok Sesudah Pijat 3,94

Berdasarkan pada tabel 4.1, Dapat disimpulkan bahwa data


terdistribusi tidak normal dikarenakan nilai signifikansi dari Shapiro-Wilk
sebesar 3,64 sebelum dilakukan pijat, dan sesudah dilakukan pijat sebesar
3,94 Dengan itu, dapat dilihat nilai signifikansi dari data lebih besar dari
0,05 yang artinya semua data berditribusi tidak normal. Dengan
berdistribusi tidak normalnya data, maka dapat dilakukan untuk uji
selanjutnya.
4.1.1 Analisis Univariat
1. Gambaran Kualitas tidur bayi sebelum dilakukan pijat
Tabel 4.2 Deskripsi Durasi Menyusui bayi sebelum dilakukan
pijat bayi usia 1–3 bulan di PMB Bidan Fera S Di
Kabupaten Bandung Tahun 2023
Variabel n Mean Minimum Maximum
Durasi 2,21 7,15
30 3,64
Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan


nilai rerata durasi menyusu bayi sebelum dilakukan pijat bayi
sebesar 3,64. Diketahui dari 30 responden durasi menyusu pijat
bayi berada durasi menyusu bayi cukup. Terdapat 10 responden
dibawah rerata 2,21 dan sebagian besar diatas rerata 7,15 terdapat
20 responden.

2. Gambaran kualitas tidur bayi sesudah dilakukan pijat


Tabel 4.3 Deskripsi Durasi Menyusui bayi sesudah dilakukan pijat bayi di
PMB Bidan Fera S Di Kabupaten Bandung Tahun 2023

Variabel n Mean Minimum Maximum


Durasi 3,94 2,49 7,29
30
Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan


nilai rerata durasi menyusu bayi setelah dilakukan pijat bayi
sebesar 3,94 Diketahui dari 30 responden durasi menyusu pijat
bayi berada durasi cukup baik. Terdapat 6 responden dibawah
rerata 2,49 dan sebagian besar diatas rerata 7,29 terdapat 24
responden.
4.1.2 Analisis Bivariat
Perbedaan durasi menyusu bayi sebelum dan sesudah pijat bayi
terhadap durasi menyusu bayi usia 1-3 bulan di PMB Bidan Fera S Di
Kabupaten Bandung Tahun 2023

Tabel 4.4 Perbedaan Durasi Menyusu bayi sebelum dan


sesudah dilakukan pijat bayi terhadap Durasi
Menyusu bayi usia 1-3 bulan di PMB Bidan Fera S
Di Kabupaten Bandung Tahun 2023
Durasi n Mean selisih SD P Value
menyusui (Min-Mak)
Pretest 30 3,64 4 1,82 0,000
Posttest 30 3,94 5 1,80

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 30 responden kelompok


sebelum rerata nilai total sebanyak 3,64 terdapat selisih 4 dengan standar deviasi
1,82 dan dari kelompok sesudah rerata nilai total sebanyak 3,94 terdapat selisih 5
dengan standar deviasi 1,80 menunjukkan adanya perbedaan rata – rata sebelum
dan sesudah diberikan pijat bayi dengan nilai peningkatan sebesar 3,26. Hasil
tersebut dapat menjelaskan bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai sebelum
dan setelah diberikan pijat bayi hal ini berari ada peningkatan nilai durasi
menyusu bayi berdasarkan observasi. Responden mengalami peningkatan durasi
menyusu bayi menjadi baik. Dari hasil uji T berpasangan bahwa nilai p value =
0.000 <0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan ada perbedaan durasi menyusu bayi sebelum dan sesudah diberikan
pijat bayi usia 1-3 bulan di PMB Bidan Fera S Di Kabupaten Bandung Tahun
2023
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
a. Gambaran durasi menyusui pada bayi usia 1-3 bulan
sebelum dilakukan pijat di PMB Bidan Fera S di Kabupaten
Bandung
Rata-rata durasi menyusui sebelum pijat 3,64 menit, data
median adalah 2,45 menit untuk sebelum pijat, dengan standar
deviasi 1,82 sebelum pijat, durasi terendah 2,21 menit sebelum
pijat, durasi tertinggi 7,15 menit untuk sebelum pijat, durasi
terbanyak 2,23 menit sebelum pijat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Simanungkalit (2019) diketahui bahwa rata-rata frekuensi
menyusu pada bayi sebelum dipijat adalah 7,3 kali per hari
dengan standar deviasi 0,949 dan rata-rata frekuensi menyusu
pada post test adalah 11,6 kali dengan standar deviasi 1,265.
Air susu ibu (ASI) yang merupakan nutrisi yang paling
lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama
(ASI Ekslusif). Nutrisi yang adekuat dan seimbang merupakan
kebutuhan akan asuh yang terpenting. Namun pada hasil
penelitian ini bayi hanya memiliki durasi menyusui selama 3,64
menit dimana untuk rata-rata durasi menyusi baiknya selama 10-
15 menit di setiap sisi payudara jadi rata- rata menyusu hampir
20-30 menit persesi menyusui untuk memastikan cukup ASI.
Jumlah produksi ASI meningkat segera pasca kelahiran hingga
usia 4 hingga 6 minggu, selanjutnya produksi ASI kembali stabil.
Jumlah produksi ASI pada hari pertama dan kedua sangatlah sedikit,
namun meningkat mencapai ±500 mL pada hari ke-5, 600-690 mL
pada minggu kedua, dan sekitar 750 mL pada bulan ke-3 hingga ke-5.
Produksi ASI sebesar 750-1000 mL/hari mampu menghasilkan energi
sebesar 500-700 kkal/hari, dimana jumlah ini ekuivalen dengan energi
yang dibutuhkan bayi yang berbobot 5-6 kg. Volume produksi ASI per
menyusui berkisar antara 90-120 mL/kali yang dihasilkan oleh 2
payudara (IDAI, 2020).
Produksi ASI akan melimpah pada hari ke-2 hingga ke-4
setelah melahirkan, terlihat dari payudara yang semakin besar,
berat, hangat dan sering meneteskan ASI secara spontan. Bayi
menyusu 8-12 kali sehari, disertai pelekatan yang tepat pada
setiap payudara dan menyusu secara teratur selama minimal 10
menit pada setiap payudara, Puting payudara akan terasa sedikit
nyeri pada hari-hari pertama menyusui. Apabila rasa sakit ini
bertambah dan terus menetap setelah 5 - 7 hari, apalagi jika
disertai lecet, maka hal ini menandakan bahwa proses perlekatan
bayi tidak berjalan dengan semestinya. Apabila tidak diatasi
secepatnya dengan mengoreksi posisi dan perlekatan bayi, hal ini
akan menurunkan produksi ASI (IDAI, 2020).
Hal ini sesuai dengan cara untuk meningkatkan durasi
menyusu ASI pada bayi memiliki beberapa cara, salah satunya
dengan pijat bayi. Salah satu manfaat dari pijat bayi adalah
merangsang ujung – ujung syaraf bayi yang berhubungan,
dengan reflek isap bayi menjadi kuat. Dengan rangsangan yang
kuat, maka volume oksitosin akan lebih banyak dan kemampuan
untuk merangsang pengeluaran ASI sangat kuat sehingga
kebutuhan bayi terpenuhi secara maksimal (Sutiyah, 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa pijat bayi dapat meningkatkan nafsu makan. Melalui
aktivitas yang optimal, bayi merasa cepat lapar sehingga nafsu
makannya meningkat. Bertambahnya nafsu makan ini juga
dibarengi dengan peningkatan aktivitas saraf vagus (sistem saraf
otak yang bekerja di daerah leher hingga ke dada dan rongga
perut) dalam menggerakkan sel-sel peristaltik untuk mendorong
makanan masuk ke dalam saluran pencernaan.
Menurut penelitian Fitriahadi (2016) Pijat bayi adalah
suatu cara teknis dalam asuhan kebidanan pada neonatus, bayi
dan balita berupa pemijatan secara lembut dan berurutan dari
wajah hingga ujung kaki, dengan melakukan pijat bayi semua
otot bayi akan menjadi rileks, peredaran darah menjadi lancar
dan bayi akan tidur dengan nyenyak. Disamping itu, pijat bayi
akan memperbanyak frekuensi dan durasi menyusui sehingga
bayi akan merasa rileks dan tenang saat menyusu.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Izmi Fadhillah (2018) yang mengemukakan
bahwa secara statistik dari hasil uji beda pengaruh dengan
menggunakan uji t didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pijat
bayi terhadap durasi pemberian ASI pada bayi, sehingga bidan
disarankan untuk terus memotivasi ibu untuk melakukan pijat
bayi agar dapat meningkatkan durasi pemberian ASI pada
bayinya dan memotivasi pemberian ASI eksklusif.
Pada saat penelitian ditemukan sebelum bayi dilakukan
pijatan, bayi tidak mau menyusui sesuai dengan porsi
kebutuhannya. Akibatnya bayi sering rewel, dan tidurnya pun
tidak beraturan karena sering terbangun di malam hari. Dari
kejadian tersebut membuat ibu bayi merasa gelisah karena
merasa berat badan bayi tidak meningkat sesuai dengan usianya.
Peneliti berasumsi jika pijat bayi menjadikan bayi
semakin rileks serta mampu beristirahat secara efektif sehingga
sewaktu bayi bangun tidur sudah membawa energi yang cukup
untuk diajak beraktivitas. Gerakan pijatan yang perlahan dalam
memijat bayi bertujuan untuk melepaskan ketegangan otot-otot
bayi. Disamping itu, kualitas tidur yang lebih panjang terpicu
oleh keluarnya hormon oksitosin dan endorfin ketika bayi dipijat.
Senyawa oksitosin berfungsi mengurangi kadar stres dalam otak
untuk membuat bayi merasa lebih tenang dan nyaman kemudian
dapat mempengaruhi kualitas tidurnya, sementara hormon
endorfin berfungsi untuk meredakan rasa sakit dan mengurangi
ketidaknyamanan. Penyebab bayi menjadi cepat lapar saat
bergerak secara maksimal sehingga meningkatkan nafsu
makannya.
b. Gambaran durasi menyusui pada bayi usia 1-3 bulan
sesudah dilakukan pijat di PMB Bidan Fera S di Kabupaten
Bandung
Adapun durasi menyusui sesudah pijat meningkat
menjadi 3,94 menit, data median adalah 2,84 menit sesudah pijat,
dengan standar deviasi 1,80 sesudah pijat, durasi terendah 2,49
menit untuk sesudah pijat durasi tertinggi 7,29 menit untuk
sesudah pijat dengan durasi terbanyak 2,53 menit untuk sesudah
pijat.
Selaras dengan hasil penelitian ini, ditemukan pada
penelitian Natalia (2022) dengan judul “Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Durasi Menyusu pada Bayi Uusia 0-6 Bulan di Klinik
Wanasari Medika Karawang”, dengan hasil pretest rata-rata
durasi menyusu adalah 20,20 menit dalam satu kali menyusu
untuk kelompok bayi kelompok kontrol dan 21,28 menit untuk
kelompok eksperimen. Kemudian pada posttest, rata-rata durasi
menyusui pada kelompok kontrol hanya mengalami kenaikan
menjadi 21,68 menit dan menjadi 26,12 untuk kelompok
eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan durasi
menyusu pada bayi yang dilakukan pijat lebih tinggi
dibandingkan kenaikan durasi menyusui pada bayi yang tidak
dilakukan pemijatan.
Reflex menghisap (sucking reflex) ketika bagian langit-
langit mulut bayi tersentuh, ia akan refleks melakukan gerakan
menghisap. Refleks ini berguna untuk kemampuan menyusu bayi
dan biasanya mulai sempurna saat ia berusia 36 minggu didalam
kandungan. Refleks menghisap adalah salah satu refleks
terpenting yang harus dimiliki oleh bayi. Ini juga berhubungan
dengan refleks rooting saat bayi yang baru lahir mencari sumber
makanannya. Ketika bayi sudah menemukannya, reflex
menghisapnya memungkinkannya untuk menghisap dan menelan
susu. Pada responden yang saya gunakan bayi sudah betul-betul
dipilih yang kehamilannya aterm atau 37 minggu sampai 39
minggu yang dimana dalam kemampuan menghisap sudah cukup
baik. Paritas juga sangat mempengaruhi pengalaman ibu dalam
keterampilan pemberian ASI. Dengan mempunyai pengalaman
menyusu sebelumnya maka akan menunjang keberhasilan
menyusui yang sekarang. Oleh karena itu hampir sebagian besar
dari responden yang saya gunakan dilapangan adalah multipara.
Kegiatan menyusui berlangsung terlalu lama atau terlalu
pendek, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya masalah pada
perlekatan antara bayi dan putting susu ibu. Bayi baru lahir
sampai dengan usia 3 bulan akan menyusu selama 10-15 menit di
setiap sisi payudara jadi rata-rata menyusu hampir 20-30 menit
persesi menyusui untuk memastikan cukup ASI. (Wong, 2006)
Durasi menyusu yang normal yaitu ketika payudara
sudah terasa kosong dan bayi terasa puas saat menyusu akan
mengurangi resiko terjadinya infeksi pada payudara yaitu
mastitis yang disebabkan oleh bendungan ASI. Penyebab lainnya
produksi ASI meningkat sesudah 2 – 3 hari post partum. Selain
itu yang dapat mengurangi ASI yaitu rasa sedih, marah, kesal,
cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk
tubuhnya, meninggalkan bayi karena harus bekerja, merasa ASI
tidak mencukupi kebutuhan bayi, rasa sakit terutama saat
menyusui. (Sudargo, 2021).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Roesli dalam Rukmaini (2020) bahwa pijat
bayi juga memiliki efek biokimiawi yang positif, antara lain
menurunkan kadar hormon stres (katekolamin) dan
meningkatkan kadar serotonin. Selain itu, ada beberapa laporan
hasil penelitian para ahli mengenai manfaat pijat bayi, antara
lain; 1) Meningkatkan berat badan, 2) Meningkatkan
pertumbuhan, 3) Meningkatkan daya tahan tubuh, 4)
Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih
lelap, 5) Membangun ikatan kasih sayang orang tua dan anak, 6)
Meningkatkan produksi ASI. Menurut para peneliti bahwa pijat
bayi memiliki manfaat yang sangat baik terutama untuk
meningkatkan durasi menyusui pada bayi. Selain itu, pemijatan
yang juga diikuti dengan mandi pada bayi membuat bayi lebih
jarang menangis dan mengurangi rasa sakit. Banyak sekali
manfaat pijat bayi sehingga disarankan para orang tua untuk
memberikan pijat bayi pada bayinya, semakin dini pijat bayi
dilakukan secara kontinyu maka semakin besar manfaat yang
dapat dirasakan.
Ketika penelitian berlangsung dan dilakukan pemijatan
pada bayi, mayoritas para ibu menyatakan jika ragu-ragu dalam
memijat bayi mereka, terutama ibu yang baru pertama kali
melahirkan. Rasa ragu ini sebenarnya cukup wajar karena
memang selain karena masih terlalu kecil, kondisi tulang bayi
juga belum cukup kuat untuk dipijat. Namun keraguan tersebut
harus ditepis sebab pijat bayi sangat berlainan dengan pijat orang
dewasa.
Teknik perawatan pijat bayi dilakukan pada saat bayi
dalam keadaan sehat dan tidak sedang tidur. Pijat dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa keahlian khusus. Namun, harus
diingat bahwa yang dipijat adalah bayi yang tulangnya belum
cukup kuat untuk ditekan seperti pada pemijatan orang dewasa.
Sebelum memijat, pastikan tangan pemijat dalam keadaan bersih
dan hangat. Periksa kuku dan perhiasan agar tidak terjadi goresan
pada kulit bayi. Karena pentingnya pijat bayi selama masa
menyusui dan peran aktif petugas kesehatan terkait (bidan)
sangat penting dalam memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan tentang manfaat dan cara memijat bayi dengan benar
dan juga cara pemijatan yang tepat bagi ibu yang memiliki bayi
khususnya. Diharapkan para ibu dapat melakukan pijat bayi
secara rutin di rumahnya (Rukmaini, 2020).

4.2.2 Analisis Bivariat


Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh rata-rata peningkatan durasi
menyusui sesbelum dan sesudah pijat bayi 0,295 dengan standar
error 0,017 peningkatan durasi tertinggi 0,330 dan durasi terendah
0,260, hasil analisis diperoleh ρ (0,000) < α (0,05) dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa h0 ditolak atau terdapat pengaruh pinjat
bayi terhadap durasi menyusui bayi usia 1-3 bulan Di PMB Bidan
Fera S di Kabupaten Bandung Tahun 2023.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ritonga (2020) yang
menunjukkan hasil analisis pengaruh pijat bayi terhadap durasi
menyusu pada bayi Di Klinik Nining Pelawati Lubuk Pakam
menggunakan uji paired sample t-test dan didapatkan hasil nilai p-
value = 0,016 < 0,05.
Membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian Farida
(2018) ditemukan perbedaan yang bertolak. Dimana hasil penelitian
diperoleh data bahwa tidak ada pengaruh antara pijat bayi dengan
durasi menyusu pada bayi dengan P value 0,563. Hal ini terjadi
karena Banyak faktor yang dapat mempengaruhi durasi menyusu
pada bayi, baik faktor ibu (kelelahan, aktivitas ibu dll) maupun
faktor bayi (posisi menyusu yang tidak tepat dll).
Pijat bayi merupakan terapi sentuhan pada kulit dengan
menggunakan tangan atau yang biasa disebut dengan sentuhan
stimulasi, dengan terapi sentuhan yang dilakukan pada pijat bayi
dapat menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan,
selain itu dapat mempengaruhi frekuensi menyusui sehingga bayi
akan merasa nyaman dan tenang saat menyusui, selain itu akan
menimbulkan kedekatan antara ibu dan bayi (bonding). Pijat bayi
dapat dilakukan sendiri oleh ibu di rumah, dengan pengetahuan dan
pendidikan yang lebih tinggi dari ibu tentang pijat bayi, karena
pendidikan ibu yang tinggi dan ditempuh merupakan salah satu
faktor yang mendukung kemampuan seseorang dalam menerima
informasi. Selain itu, manfaat dari pijat bayi itu sendiri, salah
satunya adalah sentuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya
akan memberikan banyak hal positif bagi anak, yaitu tidak hanya
untuk perkembangan fisik saja, tetapi juga memberikan efek nyata
bagi perkembangan dan tumbuh kembang psikologisnya. Itulah
sebabnya, saat ini para ahli kesehatan anak semakin menganjurkan
para orang tua untuk sering memberikan sentuhan pada anak. ASI
akan berproduksi lebih banyak jika ibu mampu memijat bayinya
dibandingkan dengan ibu yang tidak memijat bayinya, karena
menyusui merupakan salah satu pondasi kesehatan, perkembangan
dan terutama untuk kelangsungan hidup anak, serta menghindarkan
anak dari penyakit-penyakit seperti diare, radang paru-paru dan
kurang gizi yang menjadi penyebab umum kematian balita. Bayi
yang mendapatkan ASI diharapkan dapat meningkatkan berat badan
bayi dan menambah asupan gizi bayi sehingga terpenuhi (Handjani,
2021).
Pijat bayi dapat meningkatkan nafsu makan. Pijat bayi
menyebabkan bayi menjadi lebih rileks dan dapat beristirahat
dengan efektif sehingga ketika bayi terbangun akan membawa
energi cukup untuk beraktivitas dengan aktivitas yang optimal, bayi
menjadi cepat lapar sehingga nafsu makannya meningkat.
Peningkatan nafsu makan ini juga ditambah dengan peningkatan
aktivitas nervus vagus (system sarat otak yang bekerja untuk daerah
leher ke bawah sampai dada dan rongga perut) dalam menggerakkan
sel peristaltic untuk mendorong makanan ke saluran pencernaan.
Dengan demikian, bayi lebih cepat lapar atau ingin makan karena
pencernaannya semakin lancer.(Roesli, 2008)
Teknis perlakuan pijat bayi yaitu dilakukan pada saat bayi
sehat dan tidak sedang tidur. Pemijatan dapat dilakukan oleh siapa
saja tanpa keahlian khusus. Sebelum memijat, pastikan tangan anda
bersih dan hangat. Periksa kuku dan perhiasan untuk menghindari
goresan pada kulit bayi. Waktu yang digunakan dalam pemijatan
tidak ada ketentuan baku. Paling lama pemijatan secara lengkap
dapat di lakukan sekitar 15 menit. Setelah selesai,segaralah bayi
dimandikan agar tubuhnya merasa segar dan bersih dari lumuran
baby oil (Prasetyono, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan konsep yang disampaikan
oleh Riksani 2021 mengenai kegiatan yang cocok untuk membantu
bayi dalam meningkatkan kualitas tidur, yaitu dengan dilakukannya
pijat bayi. Dan hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Fitriahadi (2016) yang berjudul Pengaruh Pijat
Bayi terhadap Frekuensi dan Durasi Menyusu Bayi di BPM Istri
Utami Sleman Tahun 2016. Dimana pada hasil penelitiannya,
terdapat peningkatan durasi menyusu sebelum dan sesudah pijat bayi
di BPM Istri Utami Sleman menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan sebelum dan sesudah dilakukan pijat bayi pada frekuensi
dan durasi menyusu pada bayi dengan hasil p-value 0,003.
Penelitian ini juga memiliki hasil yang sejalan dengan
konsep yang di sampaikan oleh Arief 2009 yang menyatakan bahwa
lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi.
Namun bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang
pertama, karena daya isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara
yang lain karena daya hisap bayi mulai melemah. Dan penelitian ini
memiliki hasil yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purwani & Darti (2012) bahwa sebagian besar durasi menyusu bayi
dalam kategori baik (96,9%) dengan durasi menyusu kira-kira 10-30
menit dalam setiap kali menyusui dan sebagian besar memiliki
pertumbuhan dalam kategori normal. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Fitriani dan Nurhidayanti (2016) bahwa ada
hubungan antara pijat bayi dengan lama menyusui. Hasil uji Chi
Square menunjukkan bahwa pengaruh pijat bayi terhadap frekuensi
dan lama menyusui pada bayi diperoleh p value 0,03 (karena p value
> 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh
pijat bayi terhadap frekuensi dan durasi menyusui. Pijat bayi
merangsang saraf vagus untuk mempengaruhi mekanisme
penyerapan makanan pada bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan konsep yang disampaikan
oleh Roesli, 2001 yang menatakan bahwa manfaat pijat bayi salah
satunya ialah meningkatkan produksi ASI. Sehingga hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bard dkk di
Amerika (2015) dari 30 orang bayi yang dipijat diperoleh data
bahwa ada pengaruh antara pijat bayi dengan frekuensi menyusu
pada bayi dengan nilai P (0,001) dan ada pengaruh antara pijat bayi
dengan durasi menyusu pada bayi (P value 0,002).
Menurut asumsi peneliti pijat bayi sangat berpengaruh dalam
meningkatkan durasi menyusu karena pijat bayi dapat membuat rasa
nyaman dengan sentuhan pada kulit bayi, menyehatkan tubuh bayi,
meningkatkan frekuensi dan durasi menyusu pada bayi,
meningkatkan kenaikan berat badan bayi, meningkatkan konsentrasi
bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap. Selain memberikan
kenyamanan pada bayi juga dapat memperlancar peredaran darah
dan sistem metabolisme tubuh bayi yang berpengaruh terhadap
proses menyusu, sehingga bayi semakin sering menyusu kepada
ibunya.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan namun dengan
adanya keterbatasan ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk
penelitian yang akan datang, adanya keterbatasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
4.3.1 Penelitian melibatkan subjek penelitian dengan jumlah yang
terbatas, yaitu 30 bayi. Sehingga hasilnya belum dapat
digeneralisasikan pada kelompok subjek dengan jumlah besar.
4.3.2 Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Keterbatasan penelitian ini diantaranya yaitu peneliti
tidak mendapatkan bayi dengan durasi menyusui yang sangat
berat, sehingga kurang maksimalnya analisis dalam mengetahui
peningkatan durasi menyusui. Selain itu, penelitian ini hanya
melibatkan kelompok usia tertentu saja sehingga penelitian ini
tidak dapat mewakili durasi menyusui bayi secara keseluruhan.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
5.1.1 Rerata durasi menyusui sebelum dilakukan pijat bayi di PMB Bidan Fera S di
Kabupaten Bandung Tahun 2023 sebesar 3,64 menit
5.1.2 Rerata durasi menyusui sebelum dilakukan pijat bayi di PMB Bidan Fera S di
Kabupaten Bandung Tahun 2023 sebesar 3,94 menit
5.1.3 Terdapat perbedaan antara durasi menyusui sebelum dan sesudah dilakukan
pijat bayi di PMB Bidan Fera S di Kabupaten Bandung Tahun 2023.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Bidan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan pada praktek mandiri
bidan supaya melakukan sosialisasi tentang pentingnya pijat bayi agar dapat
melakukan intervensi secara mandiri dirumah dan dapat menjadi bahan acuan
dalam upaya yang dapat dilakukan kepada bayi untuk meningkatkan durasi
menyusu bayi sehingga dapat terselesaikan melalui pijat bayi.
5.2.2 Bagi Ibu Bayi
Diarapkan menjadi informasi dan pengetahuan baru dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan durasi menyusu bayi Usia
1-3 bulan dan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan bayi
5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian
yang sehubungan dengan Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Durasi Menyusu Bayi
1-3 bulan di PMB Bidan Fera S di Kabupaten Bandung hasil dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya sehingga peneliti
dalam bidang kebidanan dapat mengembangkannya lebih lanjut .

Anda mungkin juga menyukai