Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Sosial
Dosen Pengampu: Elys Wardatun N. S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Sem. V/Pend.Sejarah/Kel-8

1. Moh. Ibnu Fakrur 211I10132


2. Abdul Wahid 211I10134

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO
JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji syukur kamiucapkankehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya dalam bentuk kesehatan dan kesempatan serta keterbukaan hati dan pikiran,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Model Pembelajaran IPS ini dengan baik
dan tepat waktu.

Pada kesempatan ini pemakalah juga menyampaikan terimakasih kepada Ibu


Elys Wardatun N, S.Pd., M.Pd.. sebagai dosen pengampu matakuliah Pengantar Ilmu
Sosial yang telah memberikan tugas ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu dengan tangan terbuka kami sangat mengharapkan masukan
berupa kritik dan saran dari para pembaca ataupun pendengar untuk perbaikan
selanjutnya. Akhirnya, kami berharap mudah-mudahan tujuan penulisan makalah ini
dapat tercapai serta mendatangkan manfaat untuk kita semua.

Gumukmas, 18 Oktober 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. LatarBelakang....................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Model Pembelajaran........................................................... 3


B. Unsur-Unsur Model Pembelajaran....................................................... 4
C. Kriteria Model Pembelajaran IPS......................................................... 5
D. Jenis-Jenis Model Pembelajaran IPS.................................................... 6
E. Implementasi Model Pembelajaran IPS................................................ 10

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan pembelajaran


yang dilakukan oleh pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap model
pembelajaran mengarahkan pendidik ke dalam mendesain pembelajaran dan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu peserta didik
belajar, sehingga kompetensi dan tujuan belajarnya tercapai. Model pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran akan menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas, sehingga tercapai kompetensi yang ditentukan.
Efektif tidaknya pendidik mengajar akan tergantung pada bagaimana pendidik
mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik. Oleh karena itu, pendidik dan
tenaga kependidikan perlu memperkaya pemahamannya mengenai model
pembelajaran. Jadi model pembelajaran dirancang untuk membelajarkan peserta
didik dan memudahkan guru menggunakan strategi, metode, teknik, pengajaran
sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab pendidik.Model
pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara
holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar
lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran
lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang
relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta

1
kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan
melalui pembelajaran terpadu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran?
2. Apa saja unsur model pembelajaran?
3. Apa saja kriteria model pembelajaran IPS?
4. Apa saja jenis model pembelajaranIPS?
5. Bagaimana implementasi model pembelajaran pada pembelajaran IPS?

C. Tujuan
1. Mendeskripsi pengertian model pembelajaran
2. Menyebutkan unsur model pembelajaran
3. Mendeskripsi kriteria model pembelajaran IPS
4. Menyebutkan jenis model pembelajaran IPS
5. Menjelaskan implementasi model pembelajaran pada pembelajaran IPS

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Secara istilah “model” memiliki berbagai pengertian. Pertama, model diartikan
sebagai kerangkakonseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan atau
sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan. Kedua, “model” juga
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti
“globe” adalah model dari bumi tempat manusia hidup.1
Secara khusus, model diartikan sebagai karangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Setiap model pembelajaran
mempunyai keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan sesuatu kegiatan belajar dan mengajar. Secara bebas dapat diartikan
bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. 2
Adapun menurut Sarifudin yang dimaksud dengan ‘model belajar mengajar’
adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan secara
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
Dengan demikian, model belajar-mengajar khususnya dapat diartikan sebagai satuan
cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan dalam mendekati
sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai efektifitasnya, menurut kesesuaian
dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya.3
Maka tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata
pelajaran atau untuk semua materi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih

1 Eka Yusnaldi, Potret Baru Pembelajaran IPS, (Medan: Perdana Publishing, 2019), Hlm. 95

2 Udin S. Winataputra. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Universitas Terbuka. Jakarta. Hlm.
1

3 Wahab, Azis, Evaluasi Pengajaran IPS, (Bandung: Lab. Pengajaran IPS FKIPS IKIP Bandung,
1990), Hlm.1

3
model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model
pembelajaran yang diterapkan di kelas harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran yang akan diajarkan, ketersediaan
fasilitas dan media, sumber-sumber belajar, kondisi peserta didik atau tingkat
kemampuan peserta didik, dan alokasi waktu yang tersedia agar penggunaan model
pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan peserta
didik dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa belajar
akan lebih antusias dan mampu mengubah persepsi siswa terhadap mata pelajaran
IPS akan lebih positif.

B. Unsur-Unsur Model Pembelajaran


Menurut Joyce dan Weil dalam I Wayan Santyasa, model pembelajaran harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 4

1. Syntax, langkah-langkah operasional pembelajaran


2. Sosial sistem suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran
3. Principles of reaction, menggambarkan seharusnya bagaimana guru
memandang, memperlakukan dan merespon siswa.
4. Support system, segala sarana, bahan, alat atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran.
5. Instructional, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang
disasar (instructional effects) dan hasil belajar yang diluar yang disasar
(narturant effects).

Maka unsur model pembelajaran merupakan pokok-pokok penting dalam


pelaksanaan pembelajaran dengan model apapun yang akan digunakan. Apabila
hilang salah satu unsur maka pembelajaran yang berlangsung akan terasa kurang
lengkap dan sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. Kriteria Model Pembelajaran IPS

4 I Wayan Santyasa, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Universitas Pendidikan Ganesha, 2007)


Hlm. 3

4
Terdapat beberapa kriteria model pembelajaran IPS di MI yang didasarkan pada
tujuan pembelajaran IPS pada jenjeng Mi dan karakteristik peserta didik MI, antara
lain:5
1. Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar, seperti kenampakan alam, koperasi, kantor kepala desa,
informasi kependudukan.
2. Dalam penerapan model harus didampingi nara sumber, mengingat kondisi
perkembangan mental peserta didik MI yang masih terbatas pada hal-hal yang
bersifat konkrit, berbeda dengan peserta didik pada jenjang yang lebih tinggi
3. Model yang akan diterapkan sedapat mungkin menjadikan peristiwa-peristiwa
sosial yang baru menjadi fokus pembelajaran yang berkaitan dengan materi IPS
yang akan diajarkan
4. Model yang diterapkan idealnya sedapat mungkin mendorong peserta didik
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik secara fisik maupun
mentalnya
5. Model yang diterapkan memungkinkan peserta didik menentukan konsep,
prinsip dan teknik interaksi dengan lingkungannya
6. Model yang diterapkan memiliki relevansi dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari
7. Model yang diterapkan memberikan rasa aman dan senang kepada peserta didik
hingga dapat belajar dengan betah dan dapat merangsang berfikir kreatif.

Maka dalam menentukan model yang akan digunakan dalam proses


pembelajaran tidak hanya melihat aspek menarik atau tidaknya untuk diaplikasikan.
Namun, harus diperhatikan kesesuaiannya dengan lingkungan atau faktor eksternal
bagi proses pembelajaran tersebut.

D. Jenis-Jenis Model Pembelajaran IPS


Bagian ini secara fokus alan menyajikan bahasan tentang model pembelajaran
IPS. Model pembelajaran IPS memiliki karakeristik tersendiri yakni menekan
hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat, sehingga dalam model ini

5 Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan
Sekolah Dasar, Model Pembelajaran IPS Sekolah Dasar, (Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu
Pembelajaran IPS) 2003

5
lebih terfokus pada peningkatan kemampuan pendekatan individu dalam
berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis, bekerja sama
secara produktif. Model-model pembelajaran IPS yang dimaksudkan dalam kategori
model pembelajaran IPS adalah :6
1. Model Pencapaian Konsep.
Model ini dikembangkan oleh Jerome S Bruner, Jacqueline Goodrow dan
George Austin (1967) berdasarkan pada penekanan bahwa lingkungan penuh
dengan hal-hal yang berbeda dan mustahil dapat menyesuaikan diri dengannya
jika manusia tidak dilengkapi dengan kemampuan untuk membedakan dan
mengelompokkan segala sesuatu itu kedalam kelompok-kelompok. Model ini
sengaja dirancang untuk membantu para peserta didik mempelajari konsep-
konsep yang dapat dipakai untuk mengorganisasikan informasi sehingga dapat
memberi kemudahan bagi mereka untuk mempelajari konsep itu dengan cara
yang lebih efektif.
2. Model Berfikir Induktif Atau “Inductive Thinking”
Model ini dikembangkan oleh hilda taba (1966) dengan tujuan untuk
mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi,
menciptakan nama suatu konsep, dan menjajaki berbagai cara yang dapat
menjadikan peserta didik lebih terampil dalam menyikapi dan
mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang
melukiskan hubungan antar berbegai data. Model ini telah dimanfaatkan secara
meluas dalam berbagai bidang studi dalam kurikulum berbagai tingkatan
pendidikan.
3. Model Penelitian Atau “Inquiry Training”
Model ini dikembangkan oleh Richard Suchman (1962). Model ini
dirancang untu melibatkan para pelajar dalam proses penalaran mengenai
hubungan sebab akibat, dan menjadikan mereka lebih fasih dan cermat dalam
mengajukan pertanyaan, membangun konsep, dan merumuskan serta mengetes
hipotesis. Walaupun pada mulanya model ini digunakan dalam bidang ilmu-ilmu
alam, lebih jauh lebih diterapkan dalam bidang pengajaran ilmu sosial dan dalam
program latihan yang berisikan materi yang berdimensi personal dan sosial.
4. Model Memorisasi Atau “Memorization”
6 Eka Yusnaldi, op.cit, hlm. 97

6
Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin (1981).Memorisasi adalah
teknik yang digunakan utuk menghapalkan dan mengasimilasikan sesuatu
informasi, guru dapat menggunakan model memorisasi ini untuk membimbing
penyampaian materi yang bertujuan agar para pelajar dapat dengan mudah
menangkap informasi baru. Di samping itu, guru dapat mengajarkan sarana yang
perlu di pilih untuk dapat digunakan oleh para pelajar untuk memperkuat proses
belajar perseorangan dan kelompok dalam mempelajari materi yang bersifat
informatif dan konseptual. Seperti halnya model yang lain, model ini juga telah
banyak dikaji, dan ternyata dapat digunakan dalam berbagai bidan studi terutama
bidang studi IPS yang memiliki pokok bahasan yang sangat luas dan bersifat
informatif dan cocol diterapkan untuk sasaran belajar pada berbagai tingkatan
usia.

5. Model Investigasi Kelompok Atau “Group Investigation”


Model ini dikembangkan oleh Herbert A. Thelen (1960) yang bertolak dari
pandangan John Dewey (1917) bahwa keseluruhan sekolah merupakan miniatur
demokrasi yang di dalamnya peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan
sistem social. Melalui partisipasi itu secara bertahap peserta didik diharapkan
belajar sebagaimana menerapkan metode ilmiah untuk kesempurnaan
masyarakat manusia.
Herbert dalam Joyce dan Weil (1986) memberikan pertanyaan dengan tegas
bahwa “pendidikan dalam masyarkat yang demokratis, seharusnya mengajarkan
proses demokratis secara langsung”. Dalam hubungannya dengan sekolah maka
kelas menurut Herbert merupakan bentuk kecil masyarakat, yang
memilikiketeraturan, dan budaya dimana para peserta didik memperhatikan dan
memeliharanya dalam mengembangkan pandangan hidupnya yaitu ukuran dan
harapan.
Peserta didik mempelajari cara-cara ilmiah melaui berbagai pengetahuan
dan keterampilan serta nilai-nilai yang dapat di gunakan dalam Pemecahan
masalah. Oleh sebab itu, pendidikan bagi peserta didik, sekurang-kurangnya
harus di organisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama, atau
“cooperative inquiry” terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah

7
akademis. Model ini telah digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai
bidang studi untuk berbagai tingkat usia.

6. Model Bermain Peran Atau “Role Playing”


Model ini dirancang oleh Fanie dan Heorge Shaftel (1984), khususnya untuk
membantu para peserta didik mempelajari nilai-nilai sosial dan pencerminannya
dalam prilaku. Disamping itu model ini digunakan pula untuk membantu peserta
didik mengumpulkan dn mengorganisasikan isu isu sosial, mengembangkan
empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial,
dalam model ini para peserta didik dibimbing untuk memecahkan berbagai
konflik, belajar mengambil peranan orang lain, dan mengamati prilaku sosial.
Dengan berbagai penyesuaian, model ini dapat digunakan untuk berbagai bidang
studi dengan berbagai tingkatan usia.
Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk
membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan
memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain
peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran peran
yang berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan prilaku orang lain.
Langkah-langkah bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu (1)
pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat, (4) menata
panggung, (5) memainkan peran, (6)diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran
ulang, (8)diskusi dan evaluasi kedua, (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan.
7. Model Penelaah Yurisprudensi
Model ini dikembangkan oleh Pressley dan Levin (1981). Model ini
merupakan model yang melibatkan proses intelektual yang relatif lebih rumit.
Dasar dari model ini ialah proses kesepakatan sosial atau “social negotiation”.
Model ini menuntup para peserta didik untuk menguju dirinya sendiri, prilaku
kelompok, dan proses sosial yang lebih besar.
Pada sadarnya model ini, menggunakan pendekatan studi kasus dalam
proses penerapannya dalam suasana belajar di sekolah. Dalam
perkembangannya, model ini khusus dirancang dalam mengajarkan pendidikan
kewarganegaraan. Para pelajar sengaja dilibatkan dalam maslah-masalah sosial
yang menuntut Pembuatan kebijakan pemerintah, misalnya :isu keadilan,

8
kemiskinan dan kekuasaan. Selanjutya peserta didik menganalisis kasus-kasus
itu dan mengidentifikasi isu kebijakan pemerintah yang di perlukan serta
berbagai pilihan untuk mengatasi itu tersebut. Dengan berbagai penyesuaian,
model ini dapat di gunakan untuk berbagai bidang studi dengan berbagai
tingkatan usia.
8. Model Inkuiri Sosial
Model ini dikembangkan oleh Byron Massialas dan Cox (1966), atas dasar
kerangka konseptual yang sama dengan model penelitian ilmiah yang diterapkan
dalam bidang ilmu-ilmu alamiah dan model penelitian sosial dalam dalam
bidang ilmu-ilmu sosial.

Walaupun model-model ini dirancang secara khusus untuk untuk memanfaatkan


proses sosial, dapat juga digunakan untuk mencapai tujuan akademis, seperti latihan
berpikir dan membangun konsep. Dalam hubungannya dengan pembelajaran dikelas,
secara umum model ini dimaksud untuk mengembangkan kemampuan berpikir
peserta didik secara sungguh-sungguh dan terarah serta mampu merefleksikan
hakikat sosial hidup, khususnya kehidupan peserta didik serta dan arah kehidupan
masyarakat dalam upaya memecahkan masalah-masalah sosial.7
Menurut para pengembangan, fungsi sekolah dalam masyarakat modern adalah
untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam menyusun budaya masyarakat.
Untuk itu mereka mengkaji tiga ciri-ciri esensial kelas yang reflektif. 8 Pertama,
adalah model inkuiri tidak dapat digunakan dalam semua jenis kelas.Model inkuiri
memerlukan iklim terbuka dalam diskusi di mana para peserta didik mengemukakan
gagasannya tentang maslah tertentu.
Kedua, adalah kelas harus menekankan pada jawaban yang bersifat sementara
(hypotesis) karena itu diskusi kelas akan berorientasi disekitar solusi-solusi yang
bersifat hipotesis. Pengetahuan digambarkan sebagai hipotesis yang seara terus
menerus di gali dan diuji kembali. Peserta didik dan guru mengumpulkan data dari
sumber yang berbeda melalui analisis, merevisi pengetahuan mereka dan mencoba
kembali.

7 Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) Hlm. 26

8 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014) Hlm. 175

9
Ketiga, kelas yang reflektif adalah menggunakan fakta-fakta sebagai bukti. Kelas
dianggap sebagai tempat membentuk dan tempat berlatih untuk melakukan inkuiri
ilmiah. Fakta fakta yang benar dalam menggunakan model ini memperoleh tempat
yang penting. Dengan berbagai penyesuaian, model ini dapat digunakan untuk
bidang studi dengan berbagai tingkatan usia.
Maka jenis-jenis model pembelajaran ini dapat disesuaikan dan diaplikasikan
pada kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini dipilih dan disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

E. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IPS


Dalam implementasinya, pembelajaran IPS masih terdapat banyak perbedaan.
Ada yang melakukan pembelajaran IPS Terpadu secara penuh, setengah terpadu,
bahkan ada yang tidak melakukan pembelajaran IPS Terpadu, baik secara penuh
maupun setengah terpadu. Pembelajaran IPS Terpadu secara penuh, dalam
implementasinya dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama, terpadu
dengan gurunya, dan kategori kedua terpadu dalam materi pelajarannya dengan
menggunakan model-model pembelajaranIPS Terpadu.Terpadu dengan Guru dalam
kategori ini seorang guru Sejarah termasuk guru IPS yang lain (Geografi, Sosiologi
dan Ekonomi) harus mengajar keempat materi pelajaran IPS, yaitu Sejarah, Geografi,
Sosiologi dan Ekonomi, dengan alokasi waktu selama 4 atau 5 jam pelajaran
perminggu.
Dalam kategori ini, seorang guru sejarah harus juga mengajar materi Geografi,
Sosiologi, dan Ekonomi. Dalam hal ini, keempat materi IPS yang terbagi dalam
beberapa Kompetensi Dasar tidak hanya dilihat secara terpisah-pisah, melainkan juga
dapat diartikan sebagai satu kesatuan materi IPS. Dalam pengertian materi IPS
sebagai satukesatuan materi, sebagai konsekuensinya dalam setiap pembelajaran IPS,
satu tema tertentu yangakan disampaikan guru untuk dibahas harus dilihatatau
dianalisis peserta didik dari keempat aspek tersebut, yakni sejarah, ekonomi, geografi
dansosiologi. Dengan kata lain, seorang guru harus melaksanakan pembelajaran
tematik.
Pembelajaran IPS Setengah Terpadu dimaksudkan bahwa seorang guru IPS,
seperti Sejarah hanya mengajarkan dua atau tiga materi IPS. Contoh, guru sejarah
juga mengajar materi Ekonomi, Geografi atau Sosiologi. Ada juga guru Ekonomi

10
mengajarkan Sejarah dan Geografi-Sosiologi. Jadi seorang guru Sejarah tidak
mengajar semua materi IPS atau guru Geografi tidak mengajar semua materi IPS
seperti dalam IPS Terpadu secara penuh.Penerapan pembelajaran IPS Setengah
Terpaduini didasarkan atas pertimbangan bahwa tidak semua guru IPS mau dan
mampu mengajarkan materi IPSyang lain. Untuk guru sejarah sebagian besar merasa
kesulitan untuk mengajarkan materi Geografi terutama yang berhubungan dengan
garis lintang, bujur, maupun dalam hitungannya. Akibatnya, guru Sejarah lebih
memilih mengajar materi Ekonomi atau Sosiologi. Sebaliknya, guru Ekonomi merasa
kesulitan untuk mengajarkan Sejarah, maka lebih senang mengajar materi Geografi
dan Sosiologi. Dengan demikian, penerapannya di setiap sekolah juga berbeda,
tergantung keberadaan guru IPS tersebut.
Pembelajaran IPS Tidak Terpadu Dalam implementasinya, pembelajaran IPS
dilaksanakan secara tidak terpadu, baik dari aspek guru, materi, maupun alokasi
waktu atau jam pelajaran. Pembelajarannya masih menggunakan model lama, dengan
mengacu pada kurikulum lama atau kurikulum sebelumnya.Seorang guru Sejarah
hanya mengajar materi Sejarah, seorang guru Ekonomi hanya mengajar materi
Ekonomi, demikian juga seorang guru Geografi hanya mengajar Geografi, kemudian
dimasukkan juga Sosiologi. Alokasi waktunya 2 jam untuk setiap materi pelajaran
(bidang studi). Dengan demikian, masih ada guru Sejarah, guru Ekonomi dan guru
Geografi.9
Jadi implementasi model pembelajaran IPS memiliki pelaksanaan yang berbeda
sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan baik itu melakukan pembelajaran
IPS Terpadu secara penuh, setengah terpadu, bahkan ada yang melakukan
pembelajaran IPS tidak Terpadu.
Beberapa contoh pengimplementasian model pembelajaran pada kegiatan
pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:10
1. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
Merupakan konsep yang mengklasifikasi sesuatu kedalam kelompok-
kelompok yang memiliki atribut atau karakteristik tertentu. Penerapan model
pembelajaran pemerolehan konsep terdiri atas empat tahapan sebagai berikut:

9 Agung S Leo. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Implementasi Model Pembelajaran Ips Terpadu.
Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012. Hlm:150-152. Diakses pada tanggal 28 November 2019 pukul 17.32 wib.

10 Eka Yusnaldi, op.cit. hlm. 105

11
a) Guru mempresentasikan data kepada peserta didik dikelas
b) Guru menentukan strategi-trategi untuk mendorong peserta didik
menemukan konsep atau pemerolehan konsepdari peserta didik.
c) Pada tahapan ini peserta didik dengan bimbingan guru diajak mengkaji
jenis-jenis konsep yang telah diperoleh dengan menentukan atribut-atribut
pada setiap konsep yang telah diperoleh sesuai dengan usia dan
pengalamannya.
d) Pada tahapan ini, peserta didik diajak mencoba membentuk konsep-konsep,
sebab itu model ini disebut juga “concept formation” atau “concept
Learning” dan mengajarkan kepada yang lain untuk memperoleh konsep
melalui bermain.
2. Model Pembelajaran Bermain Peran
Penerapan model ini dimaksudkan agar peserta didik akan dapat memahami
dirinya dan orang lain dalam kehidupan masyarakat yang pada akhirnya dapat
berhubungan secara harmonis dengan dengan cara orang lain dalam masyarakat.
Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran bermain peran adalah:
a) Pemanasan (warming up)
b) Memilih partisipan
c) Menyiapkan pengamatan (obsever)
d) Menata panggung
e) Memainkan peran (manggung)
f) Diskusi dan evaluasi
g) Memainkan peran ulang (manggung ulang)
h) Diskusi dan evaluasi kedua
i) Berbagi pengalaman dan kesimpulan
3. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi
Penerapan model pembelajaran ini dimaksud untuk melatih peserta didik
agar peka terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap
permasalahan, berani mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang
relevan serta mengajarkan peserta didik untuk menghargai orang lain. Langkah-
langkah penerapan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a) Guru memperkenalkan kepada peserta didik materi-materi dengan cara
membaca cerita.

12
b) Peserta didik mensistensikan fakta, mengaitkannya dengan isu-isu umum
dan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut.
c) Peserta didik diminta untuk mengambil posisi (sikap atau pendapat)
terhadap isu tersebut dan menyatakan sikapnya.
d) Posisi (sikap/pendapat) peserta didik digali lebih dalam
e) Penentuan ulang posisi (sipak/pendapat) diambil peserta didik
f) Pengujian asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil peserta didik.

4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial


Model ini dapat merangsang berbagai bentuk belajar seperti belajar tentang
persaingan (kompetisi), kerjasama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan,
kemampuan berfikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain-lain. Langkah-
langkah dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a) Guru memilih topic yang akan disimulasikan, memilih peserta didik yang
menjadi pemeran simulasi.
b) Guru menyusun scenario dengan memperkenalkan peserta didik terhadap
aturan, peran, prosedur, pemberi skor (nilai), tujuan simulasi dan lain-lain.
c) Guru memberikan penjelasan tentang aktifitas yang harus dilakukan peserta
didik berikut konsekuensi-konsekuensinya.
d) Melaksanakan simulasi, peserta didik berpartisipasi dalam simulasi
sedangkan guru mengawasi.
e) Guru mendiskusikan tentang beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan
simulasi.

Maka dalam mengimplementasikan model pembelajaran kedalam kegiatan


belajar mengajar, guru sebagai komando selama proses pembelajaran berlangsung.
Jadi guru bertindak lebih tegas dalam mengarahkan dan membimbing peserta didik
selama pembelajaran berlangsung sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model diartikan sebagai kerangkakonseptual yang digunakan dalam melakukan


sesuatu kegiatan atau sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan. model
belajar-mengajar dapat diartikan sebagai satuan cara, yang berisi prosedur, langkah
teknis yang harus dilakukan dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga

14
mencapai efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan
subjek ajarnya.
Unsur model pembelajaran yaitu:
1. Syntax, langkah-langkah operasional pembelajaran
2. Sosial sistem suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran
3. Principles of reaction, menggambarkan seharusnya bagaimana guru
memandang, memperlakukan dan merespon siswa.
4. Support system, segala sarana, bahan, alat atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran.
5. Instructional, hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang
disasar (instructional effects) dan hasil belajar yang diluar yang disasar
(narturant effects).

Implementasi model pembelajaran IPS memiliki pelaksanaan yang berbeda sesuai


dengan model pembelajaran yang digunakan baik itu melakukan pembelajaran IPS
Terpadu secara penuh, setengah terpadu, bahkan ada yang melakukan pembelajaran
IPS tidak Terpadu.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kelemahan yang
menghambat tercapainya tujuan dari makalah ini. Maka pemakalah mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini demi kesempunaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Taman


Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar. 2013. Model Pembelajaran IPS Sekolah
Dasar, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pembelajaran IPS

Leo, Agung S. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Implementasi Model Pembelajaran


Ips Terpadu. Vol. 18, Nomor 2, Juni 2012. Hlm:150-152. Diakses Pada
Tanggal 28 November 2019 Pukul 17.32 Wib.

15
Santyasa, I Wayan. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Universitas Pendidikan
Ganesha

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jakarta:


Prenadamedia Group

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Azis. 1990. Evaluasi Pengajaran IPS. Bandung: Lab. Pengajaran IPS FKIPS
IKIP Bandung

Winataputra, Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas


Terbuka

Yusnaldi, Eka. 2019. Potret Baru Pembelajaran IPS. Medan: Perdana Publishing

16

Anda mungkin juga menyukai