Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) batupasir karbonat
kerap kali menjadi target untuk reservoir. Menurut Knebel dan Rodriguez (1956)
dalam Kosoemadinata (1980) 59% lapangan migas terdapat dalam batuan reservoir
batupasir dan 40% terdapat pada batuan karbonat. Besar atau kecilnya nilai suatu
porositas dipengaruhi akibat dari evolusi dari porositas tersebut ketika batuan
mengalami proses deposisi. Suatu perubahan nilai porositas pada batuan karbonat
dikontrol oleh adanya proses dari diagenesis, proses diagenesis dapat disebabkan
satunya adalah batupasir karbonatan yang mana sangat menarik jika batupasir
dikarenakan petroleum system yang tidak lengkap. Tetapi dengan penelitian seperti
ini, akan sangat mudah bagaimana mengetahui batupasir karbonatan ini dapat
formasi yang mungkin jarang orang mengetahui daerah ini, penelitian yang sangat
sedikit dapat menjadi alasan kuat untuk meneliti daerah ini dan pastinya dapat
1
2
Kondisi material di daerah Kali Ngalang yang kompak terdiri atas batupasir
karbonatan Formasi Sambipitu yang dapat menjadi reservoir. Hal ini dikarenakan
batupasir karbonatan mempunyai pori dan rongga antar butir yang baik sehingga
sebab itu, perlu diketahui kondisi porositas dari material batupasir karbonatan
Maksud dari penulisan seminar ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
& Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Tujuan dari penulisan seminar ini adalah
Yogyakarta. Pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini berupa studi
Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini adalah data geologi
A. Geologi regional
penelitian.
a. Fisiografi regional
dihitung dari Selatan Surakarta memiliki lebar 55 km, sedangkan bila dihitung
dari daerah Blitar areanya mencakup 25 km. Bila merujuk pada tektoniknya
erosi yang terjadi pada daerah ini bersifat telah mengalami peremajaan kembali.
Van Bemmelen (1949) juga menyebut pada area sisi timur area ini antara Opak
yang lebih dikenal sebagai Gunung Sewu (Gunung Seribu), sedangkan pada
Pacitan dan Popoh di bagian utara Pegunungan Sewu tersusun atas sisa batuan
pada sungai bentangan Sungai Berantas umumnya tersusun atas batugamping dan
b. Geomorfologi regional
Satuan ini terdapat mulai dari sekitar Imogiri di bagian barat, memanjang ke
kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan-Slahung, daerah ini
didominasi oleh keberadaan litologi batupasir, breksi vulkanik dan batuan beku
Memiliki ketinggian 400 m di atas muka laut, dengan topografi yang hampir rata
dan pada umumnya ditempati oleh batugamping. Daerah ini tersusun oleh bukit-
5
bukit kecil maupun berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping klastik maupun
Satuan ini berada pada daerah mulai dari Wonogiri di utara hingga
Formasi Kepek yang tertutup oleh endapan Kuarter. Dataran rendah ini disebut
c. Stratigrafi Regional
apabila diurutkan berdasarkan tua ke muda, maka urutannya adalah sebagai berikut:
1. Batuan malihan
Perbukitan Jiwo adalah satuan himpunan berbagai batuan malihan yang tertindih
secara tidak selaras oleh batuan sedimen Eosen. Satuan batuan malihan
tersingkap baik di Perbukitan Jiwo, terdiri atas filit, sekis, gneis, serpentinit,
batusabak, sedimen malih, batuan gunung api malih, dan marmer. Wardana dkk.
(2008) dalam Surono (2009) meneliti fasies batuan malihan di daerah perbukitan
bagian barat, dan membagi batuan malihan ini menjadi tiga fasies, yaitu fasies
2. Formasi Wungkal-Gamping
Kurniawan, dkk (2006) dan Umiyatun, dkk (2006) dalam Surono (2009)
3. Lava Bantal
biasa disebut dengan nama Lava Bantal Nampurejo. Lava Bantal Nampurejo
4. Formasi Kebo-Butak
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Lava Bantal Nampurejo.
Kebo-Butak yang diendapkan pada sistem turbidit disusun oleh perselingan antara
dan serpih. Formasi Butak menindih selaras Formasi Kebo-Butak terdiri atas
Awal.
5. Formasi Mandalika
andesit, tuf dasitan dan setempat retas diorit. Hasil pengukuran K/Ar lava dasit
6. Formasi Semilir
batuan hasil erupsi letusan gunungapi asam. Bagian bawah Formasi ini didominasi
oleh tuf lapili dengan sisipan tuf dan lempung tufan, batupasir tufan, dan breksi
batuapung. Sedangkan bagian atas didominasi oleh tuf dengan sisipan tuf lapili,
batupasir tufan dan batupasir kerikilan. Umur formasi ini adalah Miosen Awal.
7. Formasi Sindet
Formasi ini terdiri atas tuf lapili dan tuf yang berwarna hitam yang sebagian
terbentuk di bawah laut. Umur Formasi ini belum diketahui, namum diduga
8. Formasi Wonolelo
Formasi ini diusulkan oleh Bronto, dkk (2008) dalam Surono (2009) dan
terdiri dari lava, breksi dan konglomerat. Umur formasi ini belum diketahui
8
dengan pasti, namum diduga sama dengan Formasi Semilir bawah atau bagian
9. Anggota Buyutan
Diusulkan oleh Novian, dkk (2007) dalam Surono (2009) dan terdiri atas
perselingan batulanau, batupasir tufan, dengan sisipan breksi lapili dan batubara.
Anggota ini mempunyai umur yang sama dengan bagian atas Formasi Semilir
Formasi ini menindih selaras Formasi Semilir dan terdiri atas breksi
gunungapi dan aglomerat dengan sisipan tuf dan lava andesit. Umur Formasi ini
Formasi ini didominasi oleh sedimen klastika dan sisipan breksi gunungapi.
Batuan penyusun Formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat. Umur Formasi ini adalah Miosen Awal (N8).
Lokasi tipe Formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya pada
bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur
Wonosari dijumpai batugamping terumbu yang oleh Sartono (1964) dalam Surono
oleh napal dan sedikt batugamping. Formasi ini memiliku umur Awal Pliosen
Endapan kuarter ini terdiri dari Batuan Gunungapi Merapi (qm), Aluvium
(Qa) dan Pasir Parangkusumo (Qa). Endapan kuarter menumpang tidak selaras di
atas batuan tersier yang tersebar luas di Dataran Wonosari, Dataran Baturetno dan
Dataran Bantul.
dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku sebanyak 95%.
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari batuan beku sebesar
25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal
kilometer ketebalan yang tersingkap di bagian benua. Bentuk yang besar lainnya
tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan
1. Batuan sedimen klastik silika adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk
2. Cara pemerian
a. Warna
warna dari batu tersebut, baik warna segarnya maupun warna lapuknya.
b. Struktur
batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
1) Masif
2) Perlapisan
yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari 1 cm. Terbentuk dari
c) Perlapisan pilihan yaitu struktur batuan yang bila perlapisan disusun atas
butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar pada arah vertikal,
3) Berfosil
tertentu.
c. Tekstur
1) Ukuran Butir
Grabau, 1904.
2) Sortasi
batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya
seragam. Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas
tertutup.
beragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan
3) Kebundaran
4) Kemas
butir dan packing. Secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah
memiliki ruang kosong. Selain itu kemas dapat juga diakibatkan oleh struktur
(besar dan kecil), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila
16
ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal
clast supported.
antaranya terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported).
Gambar 1.5 Kemas terbuka (kanan), kemas tertutup (kiri) (Pettijohn, 1975)
d. Komposisi
unsur yang menyusun batuan. Komposisi batuan sedimen ini penting sebagai
dibedakan menjadi :
1) Fragmen : butiran yang besar, dapat sebgai butiran mineral, batuan atau
fosil.
2) Matrik : butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen, biasanya terletak
diantara fragmen.
17
3) Semen : bahan pengikat dari fragmen dan matrik, ada tiga macam semen
yaitu semen karbonat (kalsit, dolomite), semen silica (kuarsa), dan semen
e. Petrogenesa
Dalam hal ini, sesuai dengan struktur dan tekstur yang telah di ketahui,
f. Nama batuan
C. Porositas
ukuran butir, pemilahan dan kemas dari partikel sedimen penyusunnya. Porositas
maupun tidak berhubungan dengan volume total batuan yang tidak terisi oleh
benda padat yang ada diantara elemen-elemen mineral atau pengertian lain adalah
bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh benda padat.
VP
(𝛷) = VB × 100%
Keterangan:
dan tidak langsung (data well log, cutting, lumpur pemboran & seismik). Pada
18
butir, dan tidak tergantung pada ukuran butir mutlak. Sehingga porositas akan
hampir sama dan akan menjadi bernilai lebih kecil jika butiran bervariasi.
Hal ini berkaitan dengan genetik pori tersebut, apakah terbentuk pada saat
kondisi pori kemudian dapat dipengaruhi oleh adanya pelarutan, adanya retakan,
rekahan & patahan, adanya dilatansi pada gejala struktur, ada proses hilangnya
beban lapisan di atasnya atau adanya reduksi volume karena kompaksi (seperti
pada proses kompaksinya batulempung). Kisaran harga porositas (Tabel 1.2) dibagi
menjadi:
dari deskripsi core, petrografi sayatan tipis, pemindaian mikroskop elektron dan
bersamaan saat batuan terbentuk yaitu porositas yang dihasilkan dari rongga
pori antarbutiran.
butiran batuan.
batuan.
yang tidak terisi oleh benda padat yang ada diantara elemen-elemen mineral.
berhubungan dengan volume total batuan. Porositas efektif bisa jauh lebih
berhubungan.
antara lain:
tersortasi lebih baik dengan kemas yang tertutup, dan butirannya menjadi
lebih rounded dan kandungan lempungnya berkurang. Pasir pantai dan yang
ada pada gurun bisa memiliki porositas lebih dari 50 % dan tentunya juga
bisa juga primer, tergantung pada kapan pori-pori terbentuk), vuggy porosity,
fracture porosity.
Faktor porositas meliputi ukuran butir, bentuk butir, susunan butir dan
1. Porositas pada batuan karbonat sepenuhnya dikontrol oleh kemas batuan yang
karbonat yang relatif brittle dan homogen, seperti kapur dan dolomit.
gerowong.
sampel yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian dihitung luas
permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan yang akan diuji meliputi
rumus:
1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan.
a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan
volume batuan.
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan
volume batuan.
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan
volume batuan.
2. Porositas
batuan terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %. Dibawah ini
𝑊𝑤−𝑊𝑜
Porositas : 𝑥 100%
𝑊𝑤−𝑊𝑠
Keterangan:
berisi air dalam keadaan diikat dengan tali, kemudian sampel di timbang