Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pakaianku adalah Pribadiku
" Ajining Raga saka Busana”
yang memiliki arti : " kehormatan badan dilihat daripakain yang di kenakan"

Sejarah busana lahir seiring dengan dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Oleh
karenanya, busana sudah ada sejak manusia diciptakan. Kesimpulan ini dapat diambil dari
firman Allah SWT,
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syetan sebagaimana ia telah
mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya auratnya”.

B. Rumusan Masalah

Busana memiliki fungsi yang begitu banyak, dari menutup anggota tertentu di tubuh hingga
penghias tubuh. Sebagaimana yang telah diterangkan pula oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang
mengisyaratkan akan fungsi busana, “Wahai anak Adam (manusia), sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi (aurat) tubuhmu dan untuk perhiasan.”

Dari tata cara, bentuk, dan mode berbusana, manusia dapat dinilai kepribadiannya. Dengan
kata lain, cara berbusana merupakan cermin kepribadian seseorang.
Konsekwensi sebagai manusia agamis adalah berusaha semaksimal mungkin untuk
melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan agamanya. Salah satu
bentuk perintah agama Islam adalah perintah untuk mengenakan busana yang menutup seluruh
aurat yang tidak layak untuk dinampakkan pada orang lain yang bukan muhrim.

C. Tujuan

Dari situlah akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah “Busana Muslimah”.

Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun
tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara
berbusana. Busana muslimah bukan hanya sekedar simbol, melainkan dengan mengenakannya,
berarti seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Mahaesa dan Kuasa.
BAB II
PEMBAHASAN

Aurat wanita adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan dua telapak tangannya.
Leher dan rambutnya adalah aurat di hadapan lelaki ajnabi (bukan mahram) walaupun sehelai.
Pendek kata, dari hujung rambut sampai hujung kaki kecuali wajah dan dua telapak tangan
adalah aurat yang wajib ditutup.
A. Dalil Menutup Aurat

Dalil-dalil AL-QUR'AN

"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan


yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-
baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun,
lagi Maha Mengasihani." (Surah Al-Ahzab, ayat 59).

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan


mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah
mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah
mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka
memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka
atau bapak mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-
saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-
saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka,
atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan,
atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka
menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka;
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu
berjaya." (Surah An-Nur, ayat 31).

B. Menunjukkan Perilaku Berbusana Muslim Dan Muslimah

Hadis-hadis NABI S.A.W.

“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syeitan akan
memperhatikannya.” (HR. Bazzar & At- Tirmizi).

Bahawa Asma’ bint Abi Bakr (kakaknya) bertemu Nabi s.a.w. dalam keadaan pakaiannya nipis
sehingga nampak kulit badannya, lalu Nabi s.a.w. pun bersabda: “Wahai Asma’, seorang
perempuan yang telah sampai haidh (baligh) tidak boleh dilihat (hendaklah bertutup) pada
badannya melainkan ini dan ini” (sambil baginda menunjukkan ke arah wajah dan kedua
pergelangan tangannya). (HR Abu-Dawud)
“Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama, apabila turunnya ayat (yang
bermaksud) “…dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala
mereka…”,serta-merta mereka mengoyakkan apa sahaja kain (yang ada di sekeliling mereka)
lalu bertudung dengannya.” (HR, Al-Bukhari).

Siksaan Neraka Wanita Yang Berpenampilan Menyimpang Dari Islam :


 Wanita yang memakan badannya sendiri adalah ia yang berhias untuk lelaki yang bukan
muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
 Wanita yang akan memotong badannya sendiri dengan gunting neraka adalah ia
memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya
kecantikannya dilihat para laki-laki yang bukan muhrimnya.
Etika Berpakaian:
 Tidak berpakaian yang menyerupai lawan jenisnya, laki-laki tidak berpakaian yang menyerupai
wanita dan juga wanita tidak berpakaian yang menyerupai laki-laki.
 Tidak berpakaian menyerupai orang yang non-Islam. Islam melarang umatnya untuk memekai
pakaian yang menyerupai pakaian, menggunkan simbol-simbol yang dimiliki oleh orang-orang
non-Islam.
 Hendaklah tidak menggunakan wangi-wangian yang menimbulkan fitnah dan rangsangan nafsu.
 Hendaklah pakaian itu yang wajar dan beradab, bukan berupa perhiasan yang menyolok, yang
aneh-aneh baik potongannya maupun memiliki warna warni yang menarik, yang menimbulkan
fitnah dan perhatian.
 Hendaklah hijab/jilbab/ pakaian tersebut menutup seluruh badan (auratnya), tidak tipis,
transparan, tidak sempit, tidak ketat, tidak menampakkan lekuk tubuh dan aurat. Karena
dimaksud dan tujuan hijab/jilbab adalah menutup, jika tidak menutup, tidak dinamakan hijab,
karena hal tersebut tidak menghalangi penglihatan terhadap aurat dan lekuk-lekuknya aurat. Hal
inilah yang disinyalir oleh Nabi SAW “wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang”. wanita
yang demikian itu dinyatakan tidak masuk surga dan tidak mencium baunya surga.
 Hendaknya tidak memakai pakaian dengan model yang aneh-aneh agar berbeda dengan
kebanyakan orang, dan memakainya dengan perasaan sombong dan takabbur, karena hal ini
dilarang oleh agama Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari tulisan ringkas ini, dapat diambil kesimpulan bahwa, mode, seni, budaya, dan etika yang
masih masuk dalam bingkai ajaran agamalah yang sanggup menghantarkan manusia pada
kesempurnaan hakiki sebagai manusia, termasuk dalam masalah mode busana yang berfungsi
menjaga etika kepada Allah dan lingkungan sekitar, terkhusus sesama komunitas manusia.

Dari sini pula akhirnya muncul apa yang disebut dengan “Mode Busana Muslimah” yang
masih masuk dalam koridor ajaran agama Islam. Dan dikarenakan ajaran agama Islam bersumber
dari Dzat Yang Mahasuci dan Sakral, maka mode busana yang bersandar pada ajaran sakral itu
pun bersifat sakral pula.
Jadi, segala bentuk pelecehan terhadap busana muslimah, dengan berbagai modenya yang masih
masuk kategori busana muslimah, sama halnya dengan melecehkan ajaran agama Allah. Selain
itu, menyebarkan budaya busana muslimah, sama halnya dengan menyebarkan salah satu ajaran
Allah.

Jadi Itulah Sahabat Wanita, sekilas tentang Etika dalam berpakaian ala Muslimah, karenanya
tak perlu ragu dan merasa rendah diri dalam memenuhi perintah Allah, karena sesungguhnya
Allah Maha Penyayang.
Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cermin Kepribadian dan Keindahan Diri

Berpakaian Sesuai dengan Ketentuan Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Perintah menutup aurat :


Makna busana muslim/muslimah
2. Memahami aurat dan batasan
Menunjukkan perilaku berbusana
batasannya muslim/muslimah

3. Memahami dalil menutup aurat:


Membiasakan perilaku berbusan
muslim/muslimah dalam kehidupan sehari-hari

A. Memahami Makna Busana Muslim/Muslimah dan Menutup Aurat


1. Makna Aurat
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang
artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata,berarti hilang cahayanya dan lenyap
pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan dan
mengecewakan.
Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian tubuh yang wajib
ditutupi karena perintah Allah Swt.

2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang
longgar untuk menutup seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam
bahasa Arab, jilbab dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan
istilah veil. Selain kata jilbab untuk menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup
aurat perempuan, dikenal pula istilah kerudung, Hijab, dan sebagainya.
Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia,
pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah artinya pakaian yang dipakai oleh
perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut busana muslimah. Berdasarkan
makna tersebut, busana
muslimah dapat diartikan sebagai pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang
diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta
masyarakat di mana ia berada.
Perintah menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. yang dilakukan secara
bertahap. Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-
istri Nabi Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu .
(Q.S. Al- Ahzāb[33] : Ayat 32
‫َيا ِنَس اَء الَّنِبِّي َلْس ُتَّن َك َأَحٍد ِّم َن الِّنَس اِء ۚ ِإِن اَّتَقْيُتَّن َفاَل َتْخ َض ْع َن ِباْلَقْو ِل َفَيْطَم َع اَّلِذ ي ِفي َقْلِبِه َم َر ٌض َو ُقْلَن َقْو اًل َّم ْعُروًفا‬

Artinya : " Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,

(Q.S. Al- Ahzāb[33] : Ayat 33


‫َو َقْر َن ِفي ُبُيوِتُك َّن َو اَل َتَبَّرْج َن َتَبُّر َج اْلَج اِه ِلَّيِة اُأْلوَلٰى ۖ َو َأِقْم َن الَّص اَل َة َو آِتيَن الَّز َكاَة َو َأِط ْع َن َهَّللا َو َر ُسوَلُهۚ ِإَّنَم ا ُيِريُد ُهَّللا ِلُيْذ ِهَب َعنُك ُم‬
‫الِّر ْج َس َأْهَل اْلَبْيِت َو ُيَطِّهَر ُك ْم َتْطِهيًرا‬
Artinya : " dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw. agar tidak berhadapan
langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S.Al-Ahzāb [33] Ayat :53). Selanjutnya, karena
istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari kebutuhan rumah tangganya, Allah
Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila hendak keluar rumah (Q.S.
al-Ahzāb/33:59).
Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri
Nabi Muhammad saw. dan anak-anak perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang
yang beriman. Dengan demikian, menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib
hukumnya bagi seluruh wanita yang beriman.

B. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berbusana Muslim/Muslimah


1. Q.S. Al-Ahzab[33] Ayat : 59

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ُقل َأِّلْز َو اِج َك َو َبَناِتَك َو ِنَس اِء اْلُم ْؤ ِمِنيَن ُيْد ِنيَن َع َلْيِهَّن ِم ن َج اَل ِبيِبِهَّن ۚ َٰذ ِلَك َأْدَنٰى َأن ُيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَن ۗ َو َك اَن ُهَّللا َغ ُفوًرا‬
‫َّر ِح يًم ا‬

Artinya : " Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. Q.S. An-Nµr[24] Ayat : 31


ۖ ‫َو ُقل ِّلْلُم ْؤ ِم َناِت َيْغ ُضْض َن ِم ْن َأْبَص اِرِهَّن َو َيْح َفْظَن ُفُروَج ُهَّن َو اَل ُيْبِد يَن ِزيَنَتُهَّن ِإاَّل َم ا َظَهَر ِم ْنَهاۖ َو ْلَيْض ِرْبَن ِبُخ ُم ِر ِهَّن َع َلٰى ُجُيوِبِهَّن‬
‫َو اَل ُيْبِد يَن ِز يَنَتُهَّن ِإاَّل ِلُبُعوَلِتِهَّن َأْو آَباِئِهَّن َأْو آَباِء ُبُعوَلِتِهَّن َأْو َأْبَناِئِهَّن َأْو َأْبَناِء ُبُعوَلِتِهَّن َأْو ِإْخ َو اِنِهَّن َأْو َبِني ِإْخ َو اِنِهَّن َأْو َبِني‬
ۖ ‫َأَخ َو اِتِهَّن َأْو ِنَس اِئِهَّن َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُهَّن َأِو الَّتاِبِع يَن َغْيِر ُأوِلي اِإْل ْر َبِة ِم َن الِّر َج اِل َأِو الِّطْفِل اَّلِذ يَن َلْم َيْظَهُروا َع َلٰى َعْو َر اِت الِّنَس اِء‬
‫َو اَل َيْض ِرْبَن ِبَأْر ُج ِلِهَّن ِلُيْع َلَم َم ا ُيْخ ِفيَن ِم ن ِزيَنِتِهَّن ۚ َو ُتوُبوا ِإَلى ِهَّللا َجِم يًعا َأُّيَه اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

Artinya : "Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti)
Kandungan Q.S. Al-Ahzāb[33] Ayat :59
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para istrinya dan
juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau untuk memanjangkan
jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan dengan perempuan nonmukminah.
Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu. Karena dengan mengenakan jilbab, orang lain
mengetahui bahwa dia adalah seorang mukminah yang baik.
Pesan al-Qur’ān ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap para mukminah
terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang menyamakan mereka dengan budak. Karena pada
masa itu, budak tidak mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam rangka melindungi
kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.
Islam begitu melindungi kepentingan perempuan dan memperhatikan kenyamanan mereka dalam
bersosialisasi. Banyak kasus terjadi karena seorang individu itu sendiri yang tidak menyambut
ajakan al-Qur’ān untuk berjilbab.
Kita pun masih melihat di sekeliling kita, mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih tanpa
malu mengumbar auratnya. Padahal Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya rasa malu dan
keimanan selalu bergandengan kedua-duanya. Jika salah satunya diangkat, maka akan terangkat
keduaduanya.”
Hadis Sahih berdasarkan syarah Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad)

Kandungan Q.S. An-Nµr[24] Ayat : 31


Dalam ayat ini, Allah Swt. berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang mukminah agar menjaga
kehor matan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan menjaga
aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan mukminah akan terjaga.
Ayat ini merupakan kelanjutan dari perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang mukmin untuk
menjaga pandangan dan menjaga kema uan. Ayat ini Allah Swt. khususkan untuk hamba-Nya
yang beriman, berikut penjelasannya.
Pertama, menjaga pandangan. Pandangan diibaratkan “panah setan” yang siap ditembakkan
kepada siapa saja. “Panah setan” ini adalah panah yang jahat yang merusakan dua pihak
sekaligus, si pemanah dan yang terkena panah. Rasulullah saw. juga bersabda pada hadis yang
lain, “Pandangan
mata itu merupakan anak panah yang beracun yang terlepas dari busur iblis, barangsiapa
meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt., maka Alla Swt. akan memberinya ganti
dengan manisnya iman di dalam hatinya.” (Lafal hadis yang disebutkan tercantum dalam kitab
Ad-Da’wa Dawa’ karya Ibnul Qayyim).
Panah yang dimaksud adalah pandangan liar yang tidak menghargai kehormatan diri sendiri dan
orang lain. Zina mata adalah pandangan haram. Al-Qurān memerintahkan agar menjaga
pandangan ini agar tidak merusak keimanan karena mata adalah jendela hati. Jika matanya
banyak melihat
maksiat yang dilarang, hasilnya akan langsung masuk ke hati dan merusak hati. Dalam hal
ketidaksengajaan memandang sesuatu yang haram, Rasulullah saw. bersabda kepada Ali ra.,
“Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan
pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu
pandangan yang
terakhir (pandangan yang kedua)” (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dihasan-kan oleh Syaikh
al-Albani).

Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak bisa
menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika
seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang sangat
penting dalam menjaga
kehormatan. Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina, bukan hanya harga dirinya yang rusak,
orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/ suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan,
orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-
budak yang
mereka miliki. Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari
yang sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)
Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan orang
yang berbuat syirik dan membunuh.
Sungguh, tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya:
“Dan, janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. alIsrā’/17:32).
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis Nabi. Allah
Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada mereka yang
bukan muhrim, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa saja boleh
melihat. Di antaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara perempuan,
anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat terhadap wanita.

Di samping ketiga hal di atas, Allah Swt. menegaskan bahwa walaupun auratnya sudah ditutup
namun jika berusaha untuk ditampakkan dengan berbagai cara termasuk dengan menghentakkan
kaki supaya gemerincing perhiasannya terdengar, hal itu sama saja dengan membuka aurat. Oleh
karena itu, ayat ini ditutup dengan perintah untuk bertaubat karena hanya dengan taubat dari
kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita akan beruntung.
( Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti_ 27)

3. Hadis dari Ummu ‘A¯iyyah

Dari Umu ‘A'iyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari
Fitri dan Ad'ha, baik gadis yang menginjak akil balig, wanita wanita yang sedang haid, maupun
wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka dapat
menyaksikan kebai kan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw. salah
seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hendaklah
saudari Nya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’”(H.R. Muslim).

a. Kandungan Hadist
Kandungan hadis di atas adalah perintah Allah Swt. kepada para wanita untuk menghadiri
prosesi śalat I'´dul Fitri dan I´dul Adha, walaupun dia sedang haid, sedang dipingit, atau tidak
memiliki Jilbab. Ba gi yang sedang haid, maka cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu
melakukan śalat berjama’ah seper ti yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun bisa
meminjamnya dari wanita lain.

Hal ini menunjukkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain. Kandungan hadis yang
kedua, ya ng diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi tentang kemurkaan Allah Swt. terhadap orang
yang menjulur kan pakaiannya dengan maksud menyombongkan diri.
Aktivitas 1:
Carilah melalui berbagai media, para aktris/aktor atau public figure yang telah mengubah
penampilan cara berpakaiannya secara islami. Kemudian, berilah kesimpulan tentang perubahan
penampilan ter sebut, apakah sudah mencerminkan sikap pribadi yang baik ataukah belum!

Aktivitas 2:
Akhir-akhir ini muncul perdebatan tentang penggunaan jilbab di kalangan polisi wanita (Polwan)
oleh Mabes Polri. Ada pihak yang tidak menyetujui dengan rencana tersebut dengan alasan yang
belum jelas. Kemukakan pendapat kamu tentang hal tersebut! Bagaimana dengan larangan di
sejumlah perusaan atau dunia kerja terhadap pekerja yang berjilbab?

Aktivitas 3:
Carilah ayat al-Qur’ān dan hadis yang berhubungan dengan perintah mengenakan busana muslim
dan muslimah atau perintah menutup aurat! .
Menerapkan Perilaku Mulia Mengenakan busana yang sesuai dengan syari’at Islam bertujuan
agar manusia terjaga kehormatannya. Ajaran Islam tidak bermaksud untuk membatasi atau
mempersulit gerak dan langkah umatnya. Justru dengan aturan dan syari’at tersebut, manusia
akan terhindar dari berbagai kemungkinan yang akan mendatangkan bencana dan kemudaratan
bagi dirinya.

Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan berbusana sesuai
sya ri’at Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
1. Sopan-santun dan ramah-tamah
Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri mendasar orang yang beriman. Mengapa
demikian? Karena ia merupakan salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
sebagai teladan dan panutan. Rasulullah adalah orang yang santun dan lembut perkataannya serta
ramah-tamah prilakunya. Hal itu ia tunjukan bukan saja kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya,
tetapi kepada orang lain bahkan kepada orang yang me-musuhinya sekalipun.

2. Jujur dan amanah


Jujur dan amanah adah sifat orang-orang beriman dan saleh. Tidak akan keluar perkataan dusta
dan perilaku khianat jika seseorang benar-benar berimankepada Allah Swt. Orang yang
membiasakan diri dengan hidup jujur dan amanah, maka hidupnya akan diliputi dengan
kebahagiaan. Betapa tidak, banyak orang yang hidupnya gelisah dan menderita karena hidupnya
penuh dengan dusta. Dusta adalah seburuk-buruk perkataan.

3. Gemar beribadah
Beribadah adalah kebutuhan ruhani bagi manusia sebagaimana olah raga,makan, minum, dan
istirahat sebagai kebutuhan jasmaninya. Karena ibadah adalah kebutuhan, maka tidak ada alasan
orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya. Malahan, ia akan dengan senang
hati melakukannya
tanpa ada rasa keterpaksaan sedikitpun.

4. Gemar menolong sesama


Menolong orang lain pada hakikatnya menolong diri sendiri. Bagi orang yang beriman,
menolong dengan niat ikhlas karena Allah Swt. semata akan mendatangkan rahmat dan karunia
yang tiadatara. Berapa banyak orang yang ngemar membantu orang lain hidupnya mulia dan
terhormat. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang kikir dan enggan membantu orang lain,
dapat dipastikan ia akan mengalami kesulitan hidup di dunia ini. Tolonglah orang lain, niscaya
pertolongan akan datang kepadamu meskipun bukan berasal dari orang yang kamu tolong!

5. Menjalankan amar makruf dan nahi munkar


Maksud amar makruf dan nahi munkar adalah mengajak dan menyeru orang lain untuk berbuat
kebaikan dan mencegah orang lain melakukan kemunkaran/ kemaksiatan. Hal ini dapat
dilakukan dengan efektif jika ia telah memberikan contoh yang baik bagi orang lain yang
diserunya. Tugas mulia tersebut haruslah dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Ajaklah
orang lain berbuat kebaikan
dan cegahlah ia dari kemunkaran!

Rangkuman
1. Menutup aurat adalah kewajiban agama yang ditegaskan dalam al-Qur’ān maupun hadist
Rasulullah saw.
2. Kewajiban menutup aurat disyari’atkan untuk kepentingan manusia itu sendiri sebagai wujud
kasih sayang dan perhatian Allah Swt. terhadap kemaslahatan hamba-Nya di muka bumi.
3. Kewajiban bagi kaum mukminah untuk mengenakan jilbab untuk menutup auratnya kecuali
terhadap beberapa golongan.
4. Dalam Q.S. Al-Ahzāb/33:39 ditegaskan perintah menggunakan jilbab dan memanjangkannya
hingga ke dada, dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada setiap
mukminah.
5. Hadis dari Ummu A'isyyah berisi anjuran kepada setiap muslimah untuk menghadiri Salat I
´dul Fitri dan I´dul Adha meskipun sedang haid atau dipingit.Sementara yang tidak memiliki
jilbab, dia bisa meminjamnya dari saudara seiman.
6. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nµr[24] Ayat :31 untuk menjaga pandangan, memelihara
kemaluan, dan tidak menampakkan aurat, kecuali kepada: suami, ayah suami, anak laki-laki
suami, saudara laki-laki, anak laki saudara lakilaki, anak lelaki saudara perempuan, perempuan
mukminah, hamba sahaya, pembantu tua yang tidak lagi memiliki hasrat terhadap wanita.
7. Allah Swt. memerintahkan setiap mukmin dan mukminah di dua ayat ini untuk bertaubat
untuk memperoleh keberuntungan.

Pakaian Sebagai Cermin Pribadi


Islam sangat mengagungkan keindahan dan keluhuran akhlaq. Akhlaq bagi seorang muslim
adalah identitas sekaligus kepribadiannya. Hal ini akan tercermin dalam setiap aktivitas hidupnya, baik
dalam bersikap, bertutur kata maupun dalam berpenampilan dan berpakaian. Penampilan dan pakaian
akan mencerminkan kepribadian seseorang. Seorang muslim dan muslimah harus senantiasa memegang
atauran dan nilai-nilai Islam dalam dirinya.

APA ITU AURAT?


Aurat pada dasarnya sesuatu yang malu bila dilihat. Menurut pandanagn Islam aurat adalah
sesuatu yang haram ditampakkan. Aurat bisa memancing nafsu birahi. Aurat sering digunakan syetan
sebagai alat untuk memalingkan Bani Adam dari kebenaran. Karena dahsyatnya daya tarik aurat, tak
jarang seseorang mendewakannya dan tak jarang seseorang hancur kariernya karena aurat. Bila aurat
bebas terbuka dan berjalan kemana-maan maka tunggulah munculnya malapetaka hidup (Al Ittihad,
1198:3).
Aurat dapat juga berarti kelemahan, “Sesungguhnya rumah kami adalah aurat (QS. Al Ahzab: 13).
Maksudnya rumah itu lemah tidak bisa melindungi sepenuhnya barang-barang berharga yang ada di
dalamnya. Agar barang-barang berharga tidak mudah di curi, maka aurat harus dijaga dan ditutup rapat.
Perempuan itu aurat, seluruh tubuh perempuan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki mempunyai
daya tarik, gerak-gerik perempuan sering menjadi santapan nafsu hewani karena saking menariknya.
Besarnya daya tarik perempuan tak jarang laki-laki tenggelam dalam lembah kehinaan. Dalam sejarah
umat manusia, wanitalah yang pertama kali mencampakkan dua bersaudara (Qabil dan Habil) pada
lembah dendam dan permusuhan bahkan pembunuhan hingga hal itu berlangsung turun temurun.
“Perempuan itu aurat, maka apabila ia keluar rumah, berdirilah (terangsang) syetan kepadanya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Maka (ketika aurat terbuka) hauslah nafsu orang yang di dalam hatinya ada penyakit” (Al Ahzab: 32)
Wanita sering diidentikkan dengan bunga sebagai lambing keindahan dan symbol kenikmatan. Tidak ada
yang paling enak dipandang menurut pandangan nafsu, selain lemah gemulainya perempuan, tak heran
bila perempuan dijadikan komoditi yang layak dipasarkan dan mendatangkan untung besar, karena itu
Rasulullah SAW mengingatkan :
“Sesungguhnya dunia ini sangat manis, Allah menyerahkan kepada kamu untuk melihat bagaimana kamu
berbuat, karena itu berhati-hatilah pada wanita. Sesungguhnya fitnah pertama Bani Israil terjadi karena
wanita” (HR.Muslim)
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada suatu cobaan sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yang melebihi
bahayanya, cobaan yang berhubungan dengan soal wanita” (HR. bukhari)

KEWAJIBAN MENUTUP AURAT DAN BATAS-BATASNYA


Menutup aurat hukumnya wajib bagi semua muslim baik laki-laki dan perempuan. Bagi wanita
seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan, bagi laki-laki minimal antaar lutut dan pusat.
Selain itu juga diperintahkan agar berpakaian rapih dan sopan.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makn dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
(Al A’raf: 31)

SYARAT PAKAIAN MENURUT SYAR’I


Syarat pakaian menurut syar’I adalah :
1. Untuk pria, pakaian bebas, akan tetapi khusus untuk celana hendaknya dari bahan bukan levis. Dan
hendaknya memakai baju berkerah. Atau biasa yang digunakan adalah bahan sarung
2. Untuk wanita, diwajibkan untuk setiap wanita muslim memakai jilbab (menurunkan kain kerudungnya
sampai menutupi dada (QS. An Nuur: 31))
Adapun syarat pakaian bagi wanita muslim adalah :
a. menutup seluruh badan selain yang dikecualikan (An Nuur:31, Al Ahzab:59)
b. Bukan berfunngsi sebagai perhiasan (An Nuur:31)
c. Kainnya harus tebal, tidak tipis
d. Harus longgar, tidak ketat sehingga tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya
e. Tidak diberi wewangian atau parfum
“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar ia menghirup
wanginya, maka ia sudah berzina” (HR. Nasa’I)
f. Tidak meyerupai laki-laki
“Rasulullah melaknat pria yang menyerupai pakaian wanita dan wanita yang meyerupai pakaian laki-laki”
(HR. Abu Dawud)
g. Tidak meyerupai pakaia wanita kafir
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum itu” (HR. Ahmad)
h. Bukan libas syuhrah (pakaian popularitas)
“Barang siapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah
mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah)

KEUNTUNGAN DARI MENUTUP AURAT


Adapun keuntungan dari menutup aurat adalah :
1. Terjaganya harga diri seorang muslim
2. Membrikan kemuliaan baik di dunia maupun di akherat
3. Melindungi tubuh dari segala penyakit dan sengatan matahari
4. Bagi muslimah : supaya mudah dikenal dan tidak diganggu (Al Ahzab:59)

Sedangkan akibat dari tidak mengindahkan dari perintah menutup aurat adalah :
1. Terkoyaknya harga diri seorang muslim
2. Mendatangkan kehinaan baik di dunia maupun di akherat
3. Mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya
4. Mendatangkan azab Allah
Tidak adanya kemuliaan bagi seorang muslim dan muslimah

Cara Berbusana Syar’i Bagi Pria dan Wanita

Pakaian secara umum dipahami sebagai “alat” untuk melindungi tubuh atau “fasilitas“ untuk
memperinda penampilan. Tetapi selalin untuk memenuhi dua fungsi tersebut, pakaian pun
dapat berfungsi sebagai “alat” komunikasi yang non-verbal, karena pakaian mengandug simbol-
simbol yang memiliki beragam makna. Islam menganggap pakaian yang dikenakan adalaha
simbol identitas, jati diri, kehormatan dan kesederhanaan bagi seseorang, yang dapat
melindungi dari berbagai bahaya yang mungkin mengancam dirinya.

Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari
ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu, dan
segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya. Al-Quran paling tidak menggunakan
tiga istilah untuk pakaian yaitu, libas, tsiyab, dan sarabil. Kata libas digunakan oleh Al-Quran
untuk menunjukkan pakaian lahir maupun batin, sedangkan kata tsiyab digunakan untuk
menunjukkan pakaian lahir. Kata ini terambil dari kata tsaub yang berarti kembali, yakni
kembalinya sesuatu pada keadaan semula, atau pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan
ide pertamanya.

Busana islam adalah suatu ungkapan terhadap pakaian yang berfungsi menutupi tubuh manusia
yang dapat terlindung dari hawa padas dan dingin. Sementara dari pakaian islami adalah
ungkapan dari pakaian islami yang berfungsi menutupi seluruh aurat baik pria maupun wanita
yang tidak transparan tidak ketat dan tidak menyurupai lawan jenis.

Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Busana muslimah bukan hanya sekedar symbol, melainkan dengan mengenakannya berarti
seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.

A. ADAB BERPAKAIAN DALAM ISLAM


Firman Allah s.w.t. dalam Surah al-A`araf, ayat 26 yang bermaksud;

"Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup
auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat".

Islam sebenarnya adalah agama yang mudah dan memudahkan umatnya bila garis dasar yang
ditetapkan dalam berpakaian ialah menutup aurat dan bersih. Aurat mengikut jumhur ulama bagi
lelaki ialah dari bawah lutut hingga ke atas pusat mereka.Walau bagaimanapun, adab dan
kesopanan dalam berpakaian menurut Islam menambahkan sehingga ke atas bahu apabila kita
diminta meletakkan kain atau pakaian lain menutupi hingga ke atas dua bahu ketika hendak
sembahyang.

Sedangkan aurat bagi wanita ialah seluruh tubuh mereka kecuali muka dan dua tangan bermula
dari pergelangan tangan mereka. Ada juga pendapat yang menyatakan bahawa seluruh tubuh
wanita itu adalah aurat termasuk muka mereka dengan alasan muka juga boleh menarik perhatian
lelaki yang “hatinya berpenyakit” dan akan menimbulkan fitnah dalam masyarakat.

Firman Allah s.w.t. dalam Surah An-Nur, ayat 31 bermaksud;

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan


mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan
janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya;
dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan
janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka,
atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri
mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki,
atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam,
atau hamba-hamba mereka, atau oranggaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak
berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat
perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang
tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.”

Firman Allah s.w.t. dalam surah Al-Ahzab, ayat 59 yang bermaksud;

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-


perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya
(semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai
perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah
adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”

Inilah antara lambang kesempurnaan dan ajaran bagaimana Islam mendidik umatnya dalam
berpakaian dan memilih pakaian yang melambangkan ketaqwaan kepada Allah.

Oleh itu, kita sebagai umat Islam dan selagi kita meyakini bahawa setiap ajaran Islam itu benar
dan meyakini bahawa Allah itu benar, maka kita akan dengan rela hati memilih dan berpakaian
menurut Islam dan menjulang tinggi pakaian yang manjadi syiar dan lambang keislaman dan
ketaqwaan kita walaupun ada mereka yang membenci, marah atau menyerang kita.

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai kerana pakaian sopan dan menutup aurat
adalah cermin seseorang itu Muslim. Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab
berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu:
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut.
Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan
dantapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu adalah aurat.”(H.R.
Bukhari)
2. Tidak menampakkan tubuh. Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, tapi
juga bias merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
bermaksud: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu
golongan memegang cemeti seperti ekor lembuyang digunakan bagi memukul manusia
dan satu golongan lagi wanita yangmemakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan
badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak masuk syurga dan
tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat di cium dari jarak
jauh.”(H.R. Muslim)
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan
4. Tidak menimbulkan riak Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud:”Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, an-
Nasa’iy dan Ibnu Majah)
5. Lelaki, wanita berbeda maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai
oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas:
“Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru
pakaian dan sikap perempuan.”(H.R. Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda :
“Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki.” (H.R. Abu
Daud dan Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: “Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (H.R. Muttafaq ‘alaih)
7. Melabuhkan pakaian contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah
berfirman bermaksud: “Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak
perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya merekamelabuhkan
pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar);cara yang demikian
lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu
mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalahMaha Pengampun dan Maha
Penyayang.” ?(al-Ahzab:59)
8. Memilih warna sesuai contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW.
Baginda bersabda bermaksud: “Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan
kafankan mayat kamu dengannya (kain putih).” (H.R. an-Nasa’ie dan al-Hakim)
9. Larangan memakai emas termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah
barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan
seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun para lelaki cenderung berhias
seperti wanita. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w.
bersabda bermaksud: “Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan
(memakainya) kepada wanita.”
10. Mulakan sebelah kanan. Apabila memakai baju, mulakan sebelah kanan. Rasulullah
SAW bersabda: “Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan
apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi
yang pertama memakai kasut dan yangterakhir menanggalkannya.” (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkanoleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:”Ya Allah, segala puji
bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada
kejahatannya dan kejahatan apa-apa yangdiperbuat untuknya. Demikian itu telah datang
daripada Rasulullah”.
12. Berdoa, ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: “Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diridalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.”
13.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan
agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang
Muslim yang sebenar-benarnya.

B. BUSANA YANG SYAR’I TAPI TRENDI


Prinsip berpakaian dalam islam dikenakan oleh seseorang sebagai ungkapan ketaatan dan
ketundukan kepada Allah, kerena itu berpakaian bagi orang muslim maupun muslimah memiliki
nilai ibadah. Oleh karena demikian dalam berpakaian seseorang harus mengikuti aturan yang
ditetapkan Allah dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. Dalam berpakaian seseorang pun tidak dapat
menentukan kepribadiannya secara mutlak, akan tetapi sedikit dari pakaian yang digunakannya
akan tercermin kepribadiannya dari sorotan lewat pakaiannya.
Syarat-syarat yang harus ada dalam busana muslim yang syar’i adalah:
 Dapat menutupi seluruh angggota badan selain yang telah dikecualikan oleh agama,
seperti wajah dan telapak tangan
 Jangan dijadikan sebagai sarana untuk menghiasi tubuh
 Busana tersebut harus tebal dan tidak tipis
 Seharusnya busana yang akan dikenakan lebar dan tidak sempit
 Jangan sampai menggunakan parfum atau pewangi pada busana yang akan dikenakan
tersebut
 Busana wanita jangan sampai menyerupai pakaian pria
 Busana tersebut jangan sampai menyerupai busana yang sering dipergunakan orang-
orang kafir
Allah telah mewajibkan bagimu untuk berhijab, maka Allah pun telah memberikan ketentuan-
ketentuannya. Dan berhijab yang syar’i tidak hanya sekedar menutup aurat saja. Dan hal ini yang
banyak disalah-pahami kebanyakan muslimah. Sehingga dibuatlah berbagai macam model
busana muslimah dengan prinsip “yang penting menutup aurat”. Mereka lebih mementingkan
faktor keindahannya, keanggunan, ke-stylish-an, tanpa memperdulikan sudah benar atau belum
jilbab yang digunakannya. Sehingga dari salah paham ini muncullah banyak kesalahan-
kesalahan dalam berbusana muslimah. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

Tidak Menutup Aurat Secara Sempurna


Banyak dari busana muslimah yang ada sekarang tidak menutup aurat secara sempurna,
melainkan terdapat celah-celah yang memperlihatkan aurat walau hanya sedikit. Dan menurut
jumhur ulama, bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Sebagaimana ulama ahli tafsir Imam Al-Qurthubi berkata : Pengecualian itu adalah pada wajah
dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah sedangkan ia memakai pakaian tipis.
Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : “Wahai Asma ! Sesungguhnya jika
seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat,
kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Allah Pemberi Taufik
dan tidak ada Rabb selain-Nya”. Maka, selain muka dan telapak tangan, tidak boleh terlihat
walaupun sedikit. Aurat yang sering ditampakan dalam berbusana muslimah yang salah antara
lain:

Leher
Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai
terlihat lehernya.

Lengan
Beberapa muslimah hanya menggunakan baju berlengan panjang tanpa decker. Sehingga ada
bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal dari ujung bahu sampai pergelangan
tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat.

Rambut
Baik rambut yang terurai didepan, dibelakang atau disekitar daerah telinga tidak boleh terlihat.

Kaki
Syariat memerintahkan laki-laki untuk menjauhi isbal dan wanita menjulurkan pakaiannya
sampai melebihi mata kaki, namun yang banyak terjadi justru sebaliknya. Laki-laki banyak ber-
isbal, dan wanita malah berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya.
Padahal kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan
memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau bahkan sampai menyentuh tanah.
Atau mengenakan kaus kaki, dianjurkan dengan warna gelap, bukan dengan warna kulit.

Ketat
Bahwa Islam melarang muslimah berbusana ketat. Syaikh Al-Albani menjelaskan bahwa busana
muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya. Hal ini
berdasarkan hadist Usamah: Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku
baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada
beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : “Mengapa kamu tidak
mengenakan baju Quthbiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu
bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya
khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi
dengan sanad Hasan). Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat
dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun masih dapat
menggambarkan siluet dan bentuk tubuh. Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang
banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila
digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai.
Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan
dapat menggambarkan bentuk kepala, leher dan bahu si pemakai. Suatu kesalahan pula yang
banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya.
Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas. Dengan
memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu,
lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan
longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi
jaket).

Jilbab Terlalu Pendek


Sungguh mengherankan beberapa saudara kita muslimah, yang ia sudah menyadari wajibnya
menutup aurat, namun di dalam hatinya masih ada keinginan untuk menonjolkan bagian-bagian
tubuhnya agar terlihat indah dimata laki-laki. Waliyyadzubillah. Sehingga mereka pun memakai
jilbab sekadarnya saja, terlalu pendek. Lebih lagi gencarnya syiar ‘busana muslimah gaul’ yang
lengkap dengan jilbab pendek dan ketatnya. Bahkan kadang hanya sepanjang leher dan diikat-
ikat dileher sehingga bagian dada (maaf) tidak tertutupi jilbab. Sungguh ini sebuah kesalahan
fatal dalam berbusana muslimah. Padahal telah jelas dalil menyebutkan:

“Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka…” (QS. An Nur : 31)
Maka disini ulama berpendapat bahwa panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada
dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ‘ngepas’ sepanjang itu. Karena bila diterpa
angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhwat-akhwat pengendara motor.
Maka, tidak ada pilihan lain bagi muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari
itu. Bahkan sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki. Dan inilah
pendapat sebagian ulama dengan mengambil zhahir dari perintah Allah pada surat Al-Ahzab ayat
59:

59. Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [1232] keseluruh tubuh mereka”. yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu.
danAllah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

Ciri-Ciri Jilbab trendy tetapi tidak syar’i antara lain :


 Tidak seluruh tubuh tertutup. Misalnya, terbukanya bagian kaki bawah, atau bagian dada
karena jilbab diikatkan ke leher, atau yang lagi trendy, jilbab tapi lengan bajunya
digulung atau dibuka sampe siku.
 Menggunakan pakaian yang tipis, sehingga walaupun perempuan tersebut udah pake
jilbab, tapi lekuk-lekuk tubuh mereka masih keliatan jelas.
 Ada juga perempuan yang berjilbab dengan menggunakan celana panjang bahkan
terkadang memakai celana jeans. Yang perlu ditekankan dan telah diketahui dengan jelas
bahwa celana jeans bukanlah pakaian syar’i untuk kaum muslimin, apalagi wanita.
 Banyak muslimah yang pake jilbabnya temporer, yaitu jilbab dipakai hanya pada saat
tertentu atau pada kegiatan tertentu, kuliah, acara pengajian kampung Dan sebagainya,
setelah itu tidak dipakai lagi dan yang ada kebanyakan jilbab tersebut sekedar mampir
alias tidak sampai menutup rambut atau menutup kepala.
Agama tidak pernah melarang manusia untuk mengikuti mode. Akan tetapi, Islam adalah agama
yang hendak membebaskan manusia dari berbagai bentuk perbudakan dan keterkekangan dari
segala macam belenggu, termasuk diperbudak dan dikekang oleh mode. Mode tidak lebih hanya
sekedar sarana untuk mencapai kesempurnaan, bukan tujuan utama.

Sesuai taglinenya ‘busana muslim’ tentunya harus memenuhi kriteria sebagai busana takwa
sesuai yang disyariahkan Islam. Jangan sampai semangat mengenakan busana muslim
terbelokkan hanya demi trend. Artinya, mengejar trend boleh, asal syar’i. Sebab, memang
itulah tujuan kita mengenakan busana muslim, yakni ridho Allah SWT.Jadi jangan
dibalik, yang penting trendy, mau syar’i atau tidak urusan belakangan.

Firman Allah s.w.t. dalam Surah An-Nur, ayat 31 bermaksud;


31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.

C. FUNGSI BERBUSANA MUSLIM


Busana memiliki fungsi yang begitu banyak, dari menutup anggota tertentu dari tubuh hingga
penghias tubuh. Sebagaimana yang telah diterangkan pula oleh Allah dalam al-Qur’an, yang
mengisyaratkan akan fungsi busana; “Wahai anak Adam (manusia), sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi (aurat) tubuhmu dan untuk perhiasan…”.[4]
Dari tata cara, bentuk dan mode berbusana, manusia dapat dinilai kepribadiannya. Dengan kata
lain, cara berbusana merupakan cermin kepribadian seseorang.

Konsekwensi sebagai manusia agamis adalah berusaha semaksimal mungkin untuk


melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan agamanya. Salah satu
bentuk perintah agama Islam adalah perintah untuk mengenakan busana yang menutup seluruh
aurat yang tidak layak untuk dinampakkan pada orang lain yang bukan muhrim.[5] Dari situlah
akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah “Busana Muslimah”.

Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Busana muslimah bukan hanya sekedar symbol, melainkan dengan mengenakannya, berarti
seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.

Fungsi Berbusana Muslim diantaranya:


1. Tujuan menggunakan busana muslim ialah untuk mendapatkan ridlo Allah SWT.
2. Penutup aurat dan perhiasan, Firman Allah SWT Al-Quran Surat Al A’rof : 26

Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup
auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat.

3. Sebagai petunjuk identitas dan pembeda antara seseorang dengan yang lain. Al-Qur’an surat
Al-Ahzab:59

Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

4. Menjaga pandangan dari fitnah


Sebagai pelindung; memelihara terhadap bencana, dan dari sengatan panas dan dingin. Al-
Qur’an Surat An-Nahl:81

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang Telah dia ciptakan, dan dia
jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu Pakaian yang
memeliharamu dari panas dan Pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-
Nya).

Kesimpulan
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.

Islam menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan
akhlak seorang Muslim.

Syarat yang harus ada dalam busana muslim yang syar’i antara lain:
 Pakaian harus menutup aurat
 Pakaian harus tebal tidak tipis atau transparan dan tidak ketat sehingga kelihatan bentuk
tubuhnya
 Busana ersebut jangan sampai menyerupai busana orang-orang kafir

Fungsi berbusana muslim adalah


 Untuk mendapatkan ridlo Allah SWT
 Sebagai penutup aurat dan perhiasan
 Sebagai petunjuk identitas
 Menjaga pandangan dari fitnah
 Sebagai pelindung
Sebagai seorang muslin dalam menentukan pilihan busana hendaknya kita memilih busana yang
syar’i jangan asal trendy
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama Islam dengan judul “Berbusana Muslim dan Muslimah. Disamping itu,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.

Tanjung Tiram, Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................


Daftar Isi ............................................................................................................................

BAB IPENDAHULUAN ..................................................................................................


A. Latar Belakang ..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................


A. Dalil Menutup Aurat ...................................................................................................
B. Menunjukkan Perilaku Berbusanah Muslim &Muslimah .........................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................


A. Kesimpulan ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


LINDA MAHA DEWI
SITI AISYAH
ANNISA DEWI
NURMALA DEWI
TUAH RIFKY
ANSORI SYAHPUTRA
-

KELAS X PMS 3
B. STUDY : PENDIDIKAN AGAMA SILAM
SMA NEGERI 1 TG. TIRAM
TP. 2018 / 2019
YOGA WIRA SAMUDRA
AGIEL ANANDA
RINI RAHMADANI
NOVI AULIA
ELIYANTI
MULYADI
-
KELAS X PMS 2
B. STUDY : PENDIDIKAN AGAMA SILAM

SMA NEGERI 1 TG. TIRAM


TP. 2018 / 2019

Anda mungkin juga menyukai