Makalah Berbusana Muslim
Makalah Berbusana Muslim
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakaianku adalah Pribadiku
" Ajining Raga saka Busana”
yang memiliki arti : " kehormatan badan dilihat daripakain yang di kenakan"
Sejarah busana lahir seiring dengan dengan sejarah peradaban manusia itu sendiri. Oleh
karenanya, busana sudah ada sejak manusia diciptakan. Kesimpulan ini dapat diambil dari
firman Allah SWT,
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syetan sebagaimana ia telah
mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya auratnya”.
B. Rumusan Masalah
Busana memiliki fungsi yang begitu banyak, dari menutup anggota tertentu di tubuh hingga
penghias tubuh. Sebagaimana yang telah diterangkan pula oleh Allah dalam Al-Qur’an, yang
mengisyaratkan akan fungsi busana, “Wahai anak Adam (manusia), sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi (aurat) tubuhmu dan untuk perhiasan.”
Dari tata cara, bentuk, dan mode berbusana, manusia dapat dinilai kepribadiannya. Dengan
kata lain, cara berbusana merupakan cermin kepribadian seseorang.
Konsekwensi sebagai manusia agamis adalah berusaha semaksimal mungkin untuk
melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan agamanya. Salah satu
bentuk perintah agama Islam adalah perintah untuk mengenakan busana yang menutup seluruh
aurat yang tidak layak untuk dinampakkan pada orang lain yang bukan muhrim.
C. Tujuan
Dari situlah akhirnya muncul apa yang disebut dengan istilah “Busana Muslimah”.
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun
tersebut mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara
berbusana. Busana muslimah bukan hanya sekedar simbol, melainkan dengan mengenakannya,
berarti seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Mahaesa dan Kuasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Aurat wanita adalah seluruh anggota tubuhnya kecuali wajah dan dua telapak tangannya.
Leher dan rambutnya adalah aurat di hadapan lelaki ajnabi (bukan mahram) walaupun sehelai.
Pendek kata, dari hujung rambut sampai hujung kaki kecuali wajah dan dua telapak tangan
adalah aurat yang wajib ditutup.
A. Dalil Menutup Aurat
Dalil-dalil AL-QUR'AN
“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syeitan akan
memperhatikannya.” (HR. Bazzar & At- Tirmizi).
Bahawa Asma’ bint Abi Bakr (kakaknya) bertemu Nabi s.a.w. dalam keadaan pakaiannya nipis
sehingga nampak kulit badannya, lalu Nabi s.a.w. pun bersabda: “Wahai Asma’, seorang
perempuan yang telah sampai haidh (baligh) tidak boleh dilihat (hendaklah bertutup) pada
badannya melainkan ini dan ini” (sambil baginda menunjukkan ke arah wajah dan kedua
pergelangan tangannya). (HR Abu-Dawud)
“Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama, apabila turunnya ayat (yang
bermaksud) “…dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala
mereka…”,serta-merta mereka mengoyakkan apa sahaja kain (yang ada di sekeliling mereka)
lalu bertudung dengannya.” (HR, Al-Bukhari).
A. Kesimpulan
Dari tulisan ringkas ini, dapat diambil kesimpulan bahwa, mode, seni, budaya, dan etika yang
masih masuk dalam bingkai ajaran agamalah yang sanggup menghantarkan manusia pada
kesempurnaan hakiki sebagai manusia, termasuk dalam masalah mode busana yang berfungsi
menjaga etika kepada Allah dan lingkungan sekitar, terkhusus sesama komunitas manusia.
Dari sini pula akhirnya muncul apa yang disebut dengan “Mode Busana Muslimah” yang
masih masuk dalam koridor ajaran agama Islam. Dan dikarenakan ajaran agama Islam bersumber
dari Dzat Yang Mahasuci dan Sakral, maka mode busana yang bersandar pada ajaran sakral itu
pun bersifat sakral pula.
Jadi, segala bentuk pelecehan terhadap busana muslimah, dengan berbagai modenya yang masih
masuk kategori busana muslimah, sama halnya dengan melecehkan ajaran agama Allah. Selain
itu, menyebarkan budaya busana muslimah, sama halnya dengan menyebarkan salah satu ajaran
Allah.
Jadi Itulah Sahabat Wanita, sekilas tentang Etika dalam berpakaian ala Muslimah, karenanya
tak perlu ragu dan merasa rendah diri dalam memenuhi perintah Allah, karena sesungguhnya
Allah Maha Penyayang.
Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cermin Kepribadian dan Keindahan Diri
2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang
longgar untuk menutup seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam
bahasa Arab, jilbab dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan
istilah veil. Selain kata jilbab untuk menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup
aurat perempuan, dikenal pula istilah kerudung, Hijab, dan sebagainya.
Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia,
pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah artinya pakaian yang dipakai oleh
perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut busana muslimah. Berdasarkan
makna tersebut, busana
muslimah dapat diartikan sebagai pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang
diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta
masyarakat di mana ia berada.
Perintah menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. yang dilakukan secara
bertahap. Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-
istri Nabi Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu .
(Q.S. Al- Ahzāb[33] : Ayat 32
َيا ِنَس اَء الَّنِبِّي َلْس ُتَّن َك َأَحٍد ِّم َن الِّنَس اِء ۚ ِإِن اَّتَقْيُتَّن َفاَل َتْخ َض ْع َن ِباْلَقْو ِل َفَيْطَم َع اَّلِذ ي ِفي َقْلِبِه َم َر ٌض َو ُقْلَن َقْو اًل َّم ْعُروًفا
Artinya : " Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,
Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw. agar tidak berhadapan
langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S.Al-Ahzāb [33] Ayat :53). Selanjutnya, karena
istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari kebutuhan rumah tangganya, Allah
Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila hendak keluar rumah (Q.S.
al-Ahzāb/33:59).
Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri
Nabi Muhammad saw. dan anak-anak perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang
yang beriman. Dengan demikian, menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib
hukumnya bagi seluruh wanita yang beriman.
َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ُقل َأِّلْز َو اِج َك َو َبَناِتَك َو ِنَس اِء اْلُم ْؤ ِمِنيَن ُيْد ِنيَن َع َلْيِهَّن ِم ن َج اَل ِبيِبِهَّن ۚ َٰذ ِلَك َأْدَنٰى َأن ُيْع َر ْفَن َفاَل ُيْؤ َذ ْيَن ۗ َو َك اَن ُهَّللا َغ ُفوًرا
َّر ِح يًم ا
Artinya : " Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Artinya : "Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti)
Kandungan Q.S. Al-Ahzāb[33] Ayat :59
Dalam ayat ini, Rasulullah saw. diperintahkan untuk menyampaikan kepada para istrinya dan
juga sekalian wanita mukminah termasuk anak-anak perempuan beliau untuk memanjangkan
jilbab mereka dengan maksud agar dikenali dan membedakan dengan perempuan nonmukminah.
Hikmah lain adalah agar mereka tidak diganggu. Karena dengan mengenakan jilbab, orang lain
mengetahui bahwa dia adalah seorang mukminah yang baik.
Pesan al-Qur’ān ini datang menanggapi adanya gangguan kafir Quraisy terhadap para mukminah
terutama para istri Nabi Muhammad saw. yang menyamakan mereka dengan budak. Karena pada
masa itu, budak tidak mengenakan jilbab. Oleh karena itulah, dalam rangka melindungi
kehormatan dan kenyamanan para wanita, ayat ini diturunkan.
Islam begitu melindungi kepentingan perempuan dan memperhatikan kenyamanan mereka dalam
bersosialisasi. Banyak kasus terjadi karena seorang individu itu sendiri yang tidak menyambut
ajakan al-Qur’ān untuk berjilbab.
Kita pun masih melihat di sekeliling kita, mereka yang mengaku dirinya muslimah, masih tanpa
malu mengumbar auratnya. Padahal Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya rasa malu dan
keimanan selalu bergandengan kedua-duanya. Jika salah satunya diangkat, maka akan terangkat
keduaduanya.”
Hadis Sahih berdasarkan syarah Syeikh Albani dalam kitab Adabul Mufrad)
Kedua, menjaga kemaluan. Orang yang tidak bisa menjaga kemaluannya pasti tidak bisa
menjaga pandangannya. Hal ini karena menjaga kemaluan tidak akan bisa dilakukan jika
seseorang tidak bisa menjaga pandangannya. Menjaga kemaluan dari zina adalah hal yang sangat
penting dalam menjaga
kehormatan. Karena dengan terjerumusnya ke dalam zina, bukan hanya harga dirinya yang rusak,
orang terdekat di sekitarnya seperti orang tua, istri/ suami, dan anak akan ikut tercemar. “Dan,
orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-
budak yang
mereka miliki. Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari
yang sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. al-Ma’ārij/70:29-31)
Allah Swt. sangat melaknat orang yang berbuat zina, dan menyamaratakannya dengan orang
yang berbuat syirik dan membunuh.
Sungguh, tiga perbuatan dosa besar yang amat sangat dibenci oleh Allah Swt. Firman-Nya:
“Dan, janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. alIsrā’/17:32).
Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis Nabi. Allah
Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada mereka yang
bukan muhrim, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa saja boleh
melihat. Di antaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara perempuan,
anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidak ada hasrat terhadap wanita.
Di samping ketiga hal di atas, Allah Swt. menegaskan bahwa walaupun auratnya sudah ditutup
namun jika berusaha untuk ditampakkan dengan berbagai cara termasuk dengan menghentakkan
kaki supaya gemerincing perhiasannya terdengar, hal itu sama saja dengan membuka aurat. Oleh
karena itu, ayat ini ditutup dengan perintah untuk bertaubat karena hanya dengan taubat dari
kesalahan yang dilakukan dan berjanji untuk mengubah sikap, kita akan beruntung.
( Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti_ 27)
Dari Umu ‘A'iyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untuk keluar pada Hari
Fitri dan Ad'ha, baik gadis yang menginjak akil balig, wanita wanita yang sedang haid, maupun
wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka dapat
menyaksikan kebai kan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw. salah
seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hendaklah
saudari Nya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’”(H.R. Muslim).
a. Kandungan Hadist
Kandungan hadis di atas adalah perintah Allah Swt. kepada para wanita untuk menghadiri
prosesi śalat I'´dul Fitri dan I´dul Adha, walaupun dia sedang haid, sedang dipingit, atau tidak
memiliki Jilbab. Ba gi yang sedang haid, maka cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu
melakukan śalat berjama’ah seper ti yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun bisa
meminjamnya dari wanita lain.
Hal ini menunjukkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain. Kandungan hadis yang
kedua, ya ng diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi tentang kemurkaan Allah Swt. terhadap orang
yang menjulur kan pakaiannya dengan maksud menyombongkan diri.
Aktivitas 1:
Carilah melalui berbagai media, para aktris/aktor atau public figure yang telah mengubah
penampilan cara berpakaiannya secara islami. Kemudian, berilah kesimpulan tentang perubahan
penampilan ter sebut, apakah sudah mencerminkan sikap pribadi yang baik ataukah belum!
Aktivitas 2:
Akhir-akhir ini muncul perdebatan tentang penggunaan jilbab di kalangan polisi wanita (Polwan)
oleh Mabes Polri. Ada pihak yang tidak menyetujui dengan rencana tersebut dengan alasan yang
belum jelas. Kemukakan pendapat kamu tentang hal tersebut! Bagaimana dengan larangan di
sejumlah perusaan atau dunia kerja terhadap pekerja yang berjilbab?
Aktivitas 3:
Carilah ayat al-Qur’ān dan hadis yang berhubungan dengan perintah mengenakan busana muslim
dan muslimah atau perintah menutup aurat! .
Menerapkan Perilaku Mulia Mengenakan busana yang sesuai dengan syari’at Islam bertujuan
agar manusia terjaga kehormatannya. Ajaran Islam tidak bermaksud untuk membatasi atau
mempersulit gerak dan langkah umatnya. Justru dengan aturan dan syari’at tersebut, manusia
akan terhindar dari berbagai kemungkinan yang akan mendatangkan bencana dan kemudaratan
bagi dirinya.
Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan berbusana sesuai
sya ri’at Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
1. Sopan-santun dan ramah-tamah
Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri mendasar orang yang beriman. Mengapa
demikian? Karena ia merupakan salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
sebagai teladan dan panutan. Rasulullah adalah orang yang santun dan lembut perkataannya serta
ramah-tamah prilakunya. Hal itu ia tunjukan bukan saja kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya,
tetapi kepada orang lain bahkan kepada orang yang me-musuhinya sekalipun.
3. Gemar beribadah
Beribadah adalah kebutuhan ruhani bagi manusia sebagaimana olah raga,makan, minum, dan
istirahat sebagai kebutuhan jasmaninya. Karena ibadah adalah kebutuhan, maka tidak ada alasan
orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya. Malahan, ia akan dengan senang
hati melakukannya
tanpa ada rasa keterpaksaan sedikitpun.
Rangkuman
1. Menutup aurat adalah kewajiban agama yang ditegaskan dalam al-Qur’ān maupun hadist
Rasulullah saw.
2. Kewajiban menutup aurat disyari’atkan untuk kepentingan manusia itu sendiri sebagai wujud
kasih sayang dan perhatian Allah Swt. terhadap kemaslahatan hamba-Nya di muka bumi.
3. Kewajiban bagi kaum mukminah untuk mengenakan jilbab untuk menutup auratnya kecuali
terhadap beberapa golongan.
4. Dalam Q.S. Al-Ahzāb/33:39 ditegaskan perintah menggunakan jilbab dan memanjangkannya
hingga ke dada, dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada setiap
mukminah.
5. Hadis dari Ummu A'isyyah berisi anjuran kepada setiap muslimah untuk menghadiri Salat I
´dul Fitri dan I´dul Adha meskipun sedang haid atau dipingit.Sementara yang tidak memiliki
jilbab, dia bisa meminjamnya dari saudara seiman.
6. Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nµr[24] Ayat :31 untuk menjaga pandangan, memelihara
kemaluan, dan tidak menampakkan aurat, kecuali kepada: suami, ayah suami, anak laki-laki
suami, saudara laki-laki, anak laki saudara lakilaki, anak lelaki saudara perempuan, perempuan
mukminah, hamba sahaya, pembantu tua yang tidak lagi memiliki hasrat terhadap wanita.
7. Allah Swt. memerintahkan setiap mukmin dan mukminah di dua ayat ini untuk bertaubat
untuk memperoleh keberuntungan.
Sedangkan akibat dari tidak mengindahkan dari perintah menutup aurat adalah :
1. Terkoyaknya harga diri seorang muslim
2. Mendatangkan kehinaan baik di dunia maupun di akherat
3. Mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya
4. Mendatangkan azab Allah
Tidak adanya kemuliaan bagi seorang muslim dan muslimah
Pakaian secara umum dipahami sebagai “alat” untuk melindungi tubuh atau “fasilitas“ untuk
memperinda penampilan. Tetapi selalin untuk memenuhi dua fungsi tersebut, pakaian pun
dapat berfungsi sebagai “alat” komunikasi yang non-verbal, karena pakaian mengandug simbol-
simbol yang memiliki beragam makna. Islam menganggap pakaian yang dikenakan adalaha
simbol identitas, jati diri, kehormatan dan kesederhanaan bagi seseorang, yang dapat
melindungi dari berbagai bahaya yang mungkin mengancam dirinya.
Busana menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Menurut istilah, busana adalah pakaian yang kita kenakan setiap hari dari
ujung rambut sampai ujung kaki berserta segala pelengkapannya, seperti tas, sepatu, dan
segala macam perhiasan/aksesoris yang melekat padanya. Al-Quran paling tidak menggunakan
tiga istilah untuk pakaian yaitu, libas, tsiyab, dan sarabil. Kata libas digunakan oleh Al-Quran
untuk menunjukkan pakaian lahir maupun batin, sedangkan kata tsiyab digunakan untuk
menunjukkan pakaian lahir. Kata ini terambil dari kata tsaub yang berarti kembali, yakni
kembalinya sesuatu pada keadaan semula, atau pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan
ide pertamanya.
Busana islam adalah suatu ungkapan terhadap pakaian yang berfungsi menutupi tubuh manusia
yang dapat terlindung dari hawa padas dan dingin. Sementara dari pakaian islami adalah
ungkapan dari pakaian islami yang berfungsi menutupi seluruh aurat baik pria maupun wanita
yang tidak transparan tidak ketat dan tidak menyurupai lawan jenis.
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Busana muslimah bukan hanya sekedar symbol, melainkan dengan mengenakannya berarti
seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.
"Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup
auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat".
Islam sebenarnya adalah agama yang mudah dan memudahkan umatnya bila garis dasar yang
ditetapkan dalam berpakaian ialah menutup aurat dan bersih. Aurat mengikut jumhur ulama bagi
lelaki ialah dari bawah lutut hingga ke atas pusat mereka.Walau bagaimanapun, adab dan
kesopanan dalam berpakaian menurut Islam menambahkan sehingga ke atas bahu apabila kita
diminta meletakkan kain atau pakaian lain menutupi hingga ke atas dua bahu ketika hendak
sembahyang.
Sedangkan aurat bagi wanita ialah seluruh tubuh mereka kecuali muka dan dua tangan bermula
dari pergelangan tangan mereka. Ada juga pendapat yang menyatakan bahawa seluruh tubuh
wanita itu adalah aurat termasuk muka mereka dengan alasan muka juga boleh menarik perhatian
lelaki yang “hatinya berpenyakit” dan akan menimbulkan fitnah dalam masyarakat.
Inilah antara lambang kesempurnaan dan ajaran bagaimana Islam mendidik umatnya dalam
berpakaian dan memilih pakaian yang melambangkan ketaqwaan kepada Allah.
Oleh itu, kita sebagai umat Islam dan selagi kita meyakini bahawa setiap ajaran Islam itu benar
dan meyakini bahawa Allah itu benar, maka kita akan dengan rela hati memilih dan berpakaian
menurut Islam dan menjulang tinggi pakaian yang manjadi syiar dan lambang keislaman dan
ketaqwaan kita walaupun ada mereka yang membenci, marah atau menyerang kita.
Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai kerana pakaian sopan dan menutup aurat
adalah cermin seseorang itu Muslim. Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab
berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu:
1. Menutup aurat. Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut.
Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan
dantapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu adalah aurat.”(H.R.
Bukhari)
2. Tidak menampakkan tubuh. Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, tapi
juga bias merangsang nafsu orang yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
bermaksud: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu
golongan memegang cemeti seperti ekor lembuyang digunakan bagi memukul manusia
dan satu golongan lagi wanita yangmemakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan
badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak masuk syurga dan
tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat di cium dari jarak
jauh.”(H.R. Muslim)
3. Pakaian tidak ketat. Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan
4. Tidak menimbulkan riak Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan
memandangnya pada hari kiamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud:”Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti.” (H.R. Ahmad, Abu Daud, an-
Nasa’iy dan Ibnu Majah)
5. Lelaki, wanita berbeda maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai
oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas:
“Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru
pakaian dan sikap perempuan.”(H.R. Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda :
“Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki.” (H.R. Abu
Daud dan Al-Hakim).
6. Larangan pakai sutera. Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: “Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (H.R. Muttafaq ‘alaih)
7. Melabuhkan pakaian contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah
berfirman bermaksud: “Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak
perempuanmu serta perempuan-perempuan beriman, supaya merekamelabuhkan
pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar);cara yang demikian
lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu
mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalahMaha Pengampun dan Maha
Penyayang.” ?(al-Ahzab:59)
8. Memilih warna sesuai contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW.
Baginda bersabda bermaksud: “Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan
kafankan mayat kamu dengannya (kain putih).” (H.R. an-Nasa’ie dan al-Hakim)
9. Larangan memakai emas termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah
barang-barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan
seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun para lelaki cenderung berhias
seperti wanita. Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w.
bersabda bermaksud: “Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan
(memakainya) kepada wanita.”
10. Mulakan sebelah kanan. Apabila memakai baju, mulakan sebelah kanan. Rasulullah
SAW bersabda: “Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan
apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi
yang pertama memakai kasut dan yangterakhir menanggalkannya.” (Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkanoleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:”Ya Allah, segala puji
bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan
apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada
kejahatannya dan kejahatan apa-apa yangdiperbuat untuknya. Demikian itu telah datang
daripada Rasulullah”.
12. Berdoa, ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: “Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diridalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia.”
13.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan
agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang
Muslim yang sebenar-benarnya.
Leher
Baik karena jilbab terlalu pendek atau karena jilbab yang diterpa angin, tidak boleh sampai
terlihat lehernya.
Lengan
Beberapa muslimah hanya menggunakan baju berlengan panjang tanpa decker. Sehingga ada
bagian lengan yang terlihat bila tangan digerakkan. Padahal dari ujung bahu sampai pergelangan
tangan termasuk aurat yang tidak boleh terlihat.
Rambut
Baik rambut yang terurai didepan, dibelakang atau disekitar daerah telinga tidak boleh terlihat.
Kaki
Syariat memerintahkan laki-laki untuk menjauhi isbal dan wanita menjulurkan pakaiannya
sampai melebihi mata kaki, namun yang banyak terjadi justru sebaliknya. Laki-laki banyak ber-
isbal, dan wanita malah berpakaian lebih tinggi dari mata kaki, sehingga terlihatlah kakinya.
Padahal kaki (semua bagian) termasuk aurat yang tidak boleh terlihat. Untuk hal ini dianjurkan
memakai busana yang panjangnya melebihi mata kaki, atau bahkan sampai menyentuh tanah.
Atau mengenakan kaus kaki, dianjurkan dengan warna gelap, bukan dengan warna kulit.
Ketat
Bahwa Islam melarang muslimah berbusana ketat. Syaikh Al-Albani menjelaskan bahwa busana
muslimah dikatakan ketat jika dapat menggambarkan bentuk anggota tubuhnya. Hal ini
berdasarkan hadist Usamah: Usamah bin Zaid pernah berkata : Rasulullah pernah memberiku
baju Quthbiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada
beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku : “Mengapa kamu tidak
mengenakan baju Quthbiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaiakan baju itu pada istriku. Nabi lalu
bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Quthbiyah itu, karena saya
khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi
dengan sanad Hasan). Jadi, baju ketat bukan hanya baju yang kainnya menempel dengam erat
dikulit, namun termasuk juga baju yang sedikit agak longgar namun masih dapat
menggambarkan siluet dan bentuk tubuh. Seperti pada beberapa baju gamis muslimah yang
banyak digunakan sekarang, yang terdapat belahan pada bagian pinggulnya sehingga bila
digunakan masih bisa memperlihatkan lengkung pinggang dan pinggul atau siluet si pemakai.
Termasuk ketat juga jilbab yang terdapat karet atau ikatan dibagian lehernya yang bila digunakan
dapat menggambarkan bentuk kepala, leher dan bahu si pemakai. Suatu kesalahan pula yang
banyak dilakukan para jilbaber yang sudah berjilbab besar, yaitu memakai jaket di luar jilbabnya.
Hal ini menyebabkan hilangnya fungsi jilbab yang menutupi bentuk tubuh bagian atas. Dengan
memakai jaket di bagian luar jilbab, akan memperlihatkan bentuk tubuh, bentuk sliuet, bahu,
lengan, dan lengkung pinggang si pemakai. Solusinya, pakailah jaket yang super-besar dan
longgar atau bila memiliki jaket yang tidak besar, pakailah di dalam jilbab (jilbab menutupi
jaket).
“Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab ke dada mereka…” (QS. An Nur : 31)
Maka disini ulama berpendapat bahwa panjang minimal jilbab adalah sampai menutupi dada
dengan sempurna. Namun ini bukan berati hanya ‘ngepas’ sepanjang itu. Karena bila diterpa
angin, maka bagian dada akan tersingkap, terutama bagi akhwat-akhwat pengendara motor.
Maka, tidak ada pilihan lain bagi muslimah kecuali mengenakan jilbab yang lebih panjang dari
itu. Bahkan sangat baik bila jilbab menjulur panjang sampai betis atau sampai kaki. Dan inilah
pendapat sebagian ulama dengan mengambil zhahir dari perintah Allah pada surat Al-Ahzab ayat
59:
59. Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [1232] keseluruh tubuh mereka”. yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu.
danAllah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
Sesuai taglinenya ‘busana muslim’ tentunya harus memenuhi kriteria sebagai busana takwa
sesuai yang disyariahkan Islam. Jangan sampai semangat mengenakan busana muslim
terbelokkan hanya demi trend. Artinya, mengejar trend boleh, asal syar’i. Sebab, memang
itulah tujuan kita mengenakan busana muslim, yakni ridho Allah SWT.Jadi jangan
dibalik, yang penting trendy, mau syar’i atau tidak urusan belakangan.
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Busana muslimah bukan hanya sekedar symbol, melainkan dengan mengenakannya, berarti
seorang perempuan telah memproklamirkan kepada makhluk Allah akan keyakinan,
pandangannya terhadap dunia, dan jalan hidup yang ia tempuh, dimana semua itu didasarkan
pada keyakinan mendalam terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa.
Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian untuk menutup
auratmu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka
selalu ingat.
3. Sebagai petunjuk identitas dan pembeda antara seseorang dengan yang lain. Al-Qur’an surat
Al-Ahzab:59
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang
mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang Telah dia ciptakan, dan dia
jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu Pakaian yang
memeliharamu dari panas dan Pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-
Nya).
Kesimpulan
Busana muslimah adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna gaun tersebut
mencerminkan seorang muslimah yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berbusana.
Islam menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan
akhlak seorang Muslim.
Syarat yang harus ada dalam busana muslim yang syar’i antara lain:
Pakaian harus menutup aurat
Pakaian harus tebal tidak tipis atau transparan dan tidak ketat sehingga kelihatan bentuk
tubuhnya
Busana ersebut jangan sampai menyerupai busana orang-orang kafir
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan agama Islam dengan judul “Berbusana Muslim dan Muslimah. Disamping itu,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KELAS X PMS 3
B. STUDY : PENDIDIKAN AGAMA SILAM
SMA NEGERI 1 TG. TIRAM
TP. 2018 / 2019
YOGA WIRA SAMUDRA
AGIEL ANANDA
RINI RAHMADANI
NOVI AULIA
ELIYANTI
MULYADI
-
KELAS X PMS 2
B. STUDY : PENDIDIKAN AGAMA SILAM