4121 7866 1 SM
4121 7866 1 SM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja keuangan
dengan menggunakan perilaku pemilik atas isu manajemen lingkungan sebagai variabel
intervening. Responden pada penelitian ini adalah pemilik yang memiliki perusahaan berbadan
PT di Surabaya dan Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan konsep Competing Values Framework
(CVF). Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer
sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan perilaku pemilik atas isu manajemen
lingkungan diukur dengan NEP (New Ecological Paradigm) sebagai variabel intervening.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan teknik analisis path modeling dengan SmartPLS.
Hasil dari penelitian ini adalah Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan dengan variabel intervening perilaku pemilik atas isu manajemen lingkungan.
ABSTRACT
This study aimed to examine the influence of Organization Culture on Financial Performance using
the owner’s behavior on the issue of environmental management as an intervening variable.
Respondents in this study were the owners who have the entity PT in Surabaya and Sidoarjo. This
study used Competing Values Framework (CVF). Financial Performance used in this research was
using primary data as dependent variable. This study used the owner’s behavior on the issues of
environmental management was measured by the NEP (New Ecological Paradigm) as an
intervening variable. This hypothesis was tested by path analysis modeling techniques with
SmartPLS. The result of this study was the organization culture had positive affect on financial
performance with the variable behavior of the owner on the issues of environmental management as
the intervening variable.
157
158 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168
konseptual dan moral dari para pelaku pengamatan yang lebih seksama, merupakan
organisasi disemua tingkat pekerjaan sangat serangkaian karakter penting yang menjadi
dibutuhkan. nilai bagi suatu organisasi (Robbins, 2002).
Budaya merupakan sesuatu yang pasti Budaya organisasi menurut Schein
ada dalam suatu kelompok manusia atau (2004) adalah sebagai pola asumsi dasar
organisasi. Hidup dalam suatu masyarakat bersama yang telah dipelajari oleh anggota
yang memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok selama memecahkan masalah
budaya masyarakat yang lain. Misalnya saja dalam beradaptasi eksternal dan integrasi
kebudayaan umum orang Indonesia adalah internal, yang telah bekerja cukup baik untuk
ramah tamah dan suka berbasa-basi, serta dianggap sah dan oleh karena itu untuk
menjujung tinggi nilai kebersamaan atau diajarkan terus-menerus sebagai cara
kelompok, lain halnya dengan orang barat memandang, berpikir, merasakan dan
yang tanpa basa-basi dan bersifat individualis. bertindak yang benar.
Kebudayaan tersebut secara sadar atau tidak Ada 4 (empat) tipe budaya organisasi
akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam atau yang disebut dengan Competing Value
berbagai aspek kehidupan (Wirawan, 2007). Framework (CVF) yaitu clan, adhocracy,
Menurut Schein (1985), budaya hierarchy, dan market (Cameron & Quinn,
organisasi adalah pola asumsi dasar yang 1999). Lalu, Cameron & Quinn
ditemukan atau dikembangkan oleh suatu mengembangkan Competing Value Framwork
kelompok orang selagi mereka belajar untuk atau yang disebut dengan CVF yang
menyelesaikan problem-problem, diharapkan dapat membantu para peniliti
menyesuaikan diri dengan lingkungan mengidentifikasi budaya organisasi suatu
eksternal, dan berintegrasi dengan lingkungan perusahaan.
internal. Clan Culture merupakan jenis budaya
Ada 4 (empat) tipe budaya organisasi yang memiliki karakter kekeluargaan.
atau yang disebut Competing Value Menciptakan lingkungan yang baik untuk bagi
Framework (CVF) yaitu clan, adhocracy, perusahaan melalui teamwork, melakukan
hierarchy, dan market (Cameron & Quinn, pelanggan sebagai rekanan. Tugas manajemen
1999). Lalu, Cameron & Quinn adalah membina karyawan agar dapat dengan
mengembangkan Competing Value Framework mudah berpartisipasi dengan pelanggan.
atau yang disebut dengan CVF yang Adhocracy Culture merupakan jenis
diharapkan dapat membantu para peniliti budaya yang memiliki bersifat “mengalir”
mengidentifikasi budaya organisasi suatu dalam artian anggota organisasi tidak dibatasi
perusahaan. oleh struktur, sebab model ini lebih
Penelitian terdahulu yang dilakukan mementingkan penciptaan situasi dimana
oleh Rashid, Sambasivan and Johari (2002) di karyawan bisa dengan bebas menggali serta
Malaysia menyatakan bahwa terdapat menyalurkan ide-ide segar, kreatif, dan
pengaruh antara corporate culture dengan inovatif serta berpandangan ke depan dan
organisational commitment. Ia juga mandiri. Budaya perusahaan ini menuntut
menyatakan bahwa corporate culture dan inovasi dan inisiatif untuk menciptakan
organisational commitment (OC) berpengaruh produk dan jasa baru untuk kebutuhan di
terhadap kinerja keuangan. masa depan. Tugas manajemen adalah
mendukung dan mendorong terciptanya
Pengertian Budaya Organisasi semangat entrepreneurship dan kreatifitas.
Budaya organisasi merupakan Market Culture meruapakan jenis
kumpulan dari nilai-nilai, norma dan asumsi budaya yang mengedepankan kompetensi
berdasarkan pengalaman masa lalu yang yang ketat dan tinggi. Bahkan bagi organisasi
mempengaruhi cara pandang, perilaku dan dengan market culture yang kuat.
praktek dari individu, kelompok, maupun Situasi persaingan yang ketat dan tinggi
organisasi dalam menghadapi suatu kejadian bukan hanya ditunjukan bagi competitor
(Fleury, 2009; Janićijević, 2012; Chongruksut, bisnis saja, melainkan dikalangan karyawan.
2009; Schein, 1984). Budaya organisasi Budaya ini memilki asumsi budaya
merujuk pada suatu sistem pengertian pasar yang tidak ramah, kompetitif serta
bersama yang dipegang oleh anggota-anggota perilaku konsumen yang cenderung memilih
suatu organisasi, yang membedakan dan tertarik pada nilai-nilai sehingga
organisasi tersebut dari organisasi lain. menempatkan organisasi pada bisnis yang
Sistem pengertian bersama ini, dalam selalu berusaha meningkatkan
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 159
variabel lainnya artinya variabel kinerja penelitian memiliki nilai lebih dari 0,70.
keuangan, perilaku pemilik, budaya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
organisasi, adh dan clan memprediksi masing-masing variabel perilaku pemilik atas
indikatornya pada blok sendiri lebih baik isu manajemen lingkungan, budaya
dibandingkan dengan indiktor di blok lainnya. organisasi, dan kinerja keuangan telah
memenuhi composite reliability.
Tabel 5
AVE Tabel 7
R-Square
buda kiner peril
Akar ya ja aku R Square
AVE
Ave organ keua pemi
isasi ngan lik budaya
buda organisasi
ya 0.95 0.9784
1
organ 7438 87609 kinerja
0.563734
isasi keuangan
kinerj
perilaku
a 0.66 0.8165 0.434 0.24521
1 pemilik
keua 6728 34139 376
ngan
perila Nilai R-Square untuk variabel
ku 0.57 0.7606 0.495 0.747 perilaku pemilik atas isu manajemen
1 lingkungan adalah sebesar 0.24521 memiliki
pemil 866 97049 187 155
ik arti bahwa presentase besarnya pengaruh
budaya organisasi terhadap perilaku pemilik
atas isu manajemen lingkungan adalah
Tabel ini menunjukkan bahwa setiap variabel,
sebesar 24.5%.
yaitu perilaku pemilik atas isu manajemen
Nilai R-Square untuk kinerja
lingkungan, budaya organisasi, dan kinerja
keuangan adalah sebesar 0,563734 memiliki
keuangan memiliki nilai akar AVE yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan nilai arti bahwa presentase besarnya pengaruh
korelasi antara variabel tersebut dengan perilaku pemilik atas isu manajemen
lingkungan dan budaya organisasi terhadap
variabel lainnya di dalam model, sehingga
kinerja keuangan adalah sebesar 56.4%.
dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku
Pada model PLS, penilaian goodness of
pemilik atas isu manajemen lingkungan,
fit diketahui dari nilai Q2. Nilai Q2 memiliki
budaya organisasi, dan kinerja keuangan telah
memiliki discriminant validity yang baik. arti yang sama dengan koefisien determinasi
(R-Square) pada analisis regresi, dimana
semakin tinggi R-Square, maka model dapat
Tabel 6
dikatakan semakin fit dengan data. Dari Tabel
Composite Reability
4.15 dapat dihitung nilai Q2 sebagai berikut:
Nilai Q2 = 1 – (1– 0,245) x (1– 0,564)
Composite = 0.671
Reliability Dari hasil perhitungan diketahui nilai
Q2 sebesar 0,671, artinya besarnya keragaman
budaya dari data penelitian yang dapat dijelaskan
0.978256
organisasi oleh model struktural yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah sebesar 67.1%,
kinerja sedangkan 32.9% sisanya dijelaskan faktor
0.887651
keuangan lain diluar model.
perilaku
0.952887
pemilik
Tabel 8
Pengaruh Tidak Langsung Saran kepada pemilik karena dilihat dari
variabel perilaku pemilik yang memiliki mean
Koefisien terendah adalah NEP 15 dengan mean 3,14.
Pengaruh Berarti masih banyak perusahaan masih
Pengaruh
Budaya Organisasi → kurang memperhatikan dan menganggap
0,495 x 0,704 aspek lingkungan menjadi beban perusahaan.
Perilaku Pemilik →
= 0,348 Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan
Kinerja Keuangan
aspek lingkungan agar tidak menjadi beban
Tabel diatas berdasarkan perhitungan perusahaan namun menjadi tanggung jawab
pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku perusahaan. Saran kepada pemilik dilihat dari
pemilik dengan path coefficient sebesar 0,495 variabel kinerja keuangan yang memiliki
dan pengaruh perilaku pemilik terhadap mean terendah adalah profit growth dengan
kinerja keuangan dengan path coefficient nilai 3.03 menunjukkan pertumbuhan laba
sebesar 0,704 dapat diketahui bahwa kurang maximal. Sebaiknya pemilik lebih
pengaruh tidak langsung Budaya Organisasi melihat pertumbuhan laba diperusahaan agar
terhadap Kinerja Keuangan melalui Perilaku seimbang dengan profit perusahaan yang
Pemilik sebesar 0,348 lebih besar dari didapat.
pengaruh langsungnya yang sebesar 0,085.
Hal ini berarti Perilaku Pemilik telah Daftar Pustaka
memediasi dengan baik pengaruh Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Keuangan. Agbejule, A (2011). “Organizational culture
Sesuai dengan argument yang dinyatakan and performance: the role of
oleh Banerjee (2002) menemukan bahwa management accounting system.
tingkat komitmen pemilik bervariasi dan Banerjee, I. (2002). The locals strike back?
cenderung lebih terlibat dalam isu-isu Media globalization and localization in
lingkungan ketika mengamati pasukan the new Asian television landscape.
peraturan menjadi ancaman, pelanggan Berent-Braun, M.M., Uhlaner, L.M. (2012),
mereka untuk menjadi sadar lingkungan atau "Responsible ownership behaviors and
melihat inisiatif lingkungan sebagai peluang financial performance in family owned
untuk menghemat biaya atau meningkatkan businesses", Journal of Small Business
kualitas produk. and Enterprise Development, Vol. 19
Iss 1 pp. 20 – 38
Kesimpulan Berry, M, Rondinelli, D. (1998), “Proactive
corporate environmental management:
Berdasarkan hasil analisis dengan a new industrial revoulution”,
menggunakan Smart-PLS, maka kesimpulan Academy of Management Executive,
yang dapat diambil adalah sebagai berikut: Vol. 12 No.2, pp.38-50.
1. Terdapat pengaruh langsung yang Cameron, K.S., & Quinn, R, E. (1999).
signifikan dari organisasi budaya dengan Diagnosing and Changing
kinerja keuangan pada perusahaan yang Organizational Culture. Reading, MA:
berbadan PT, sehingga hipotesis pertama Addison Wesley.
diterima. Cameron, K. S., & Quinn, R. E. (2006).
2. Terdapat pengaruh langsung yang Diagnosing and Changing
signifikan dari organisasi budaya dengan Organizational Culture Based on the
perilaku pemilik atas isu manajemen Competing Values Framework.
lingkungan pada perusahaan yang JosseyBass, San Fransisco.
berbadan PT, sehingga hipotesis kedua Chongruksut, W. (2009). Organizational
diterima. Culture and the Use of Management
3. Terdapat pengaruh langsung yang Accounting Innovations in Thailand.
signifikan dari perilaku pemilik atas isu RU.Int.J, 113-126.
manajemen lingkungan dengan kinerja Cooper, D.R. dan C.W. (Kurniawan,
keuangan pada perusahaan yang berbadan 2013)Emory.(1996). Metode Penelitian
PT, sehingga hipotesis ketiga diterima. Bisnis. (Widyono Soetjipto). Jakarta:
Erlangga
Saran Cummings, L (2008). Managerial Attitudes
Toward Environmental Management
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 165
within Australia, the People’s Friedman, A.L. 2006. Stakeholder: Theory and
Republic of China and Indonesia. Practice. Oxford University Press,
Business Strategy and the Oxford.
Environment, Vol 17. Furman, A. (1998). A note on environmental
Deegan, C. 2000. Finacial Accounting Theory, concern in a developing country:
Sydney: McGraw-Hill. Results from an Istanbul
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. survey. Environment & Behavior, 30,
The McGraw-Hill Companies, Inc. 520-534.
Djajadikerta, H.G. & Trireksani, T. (2012). Garthwaite, Paul H. (1994). An interpretation
Corporate social and environmental of partial least squares. Journal of the
disclosure by Indonesian listed American Statistical Association,
companies on their corporate web sites. 89:425-122.
Journal of applied accounting research, Geiger, G. (1998). The impact of cultural
13 (1) values on escalation of commitment.
Dowling, J. and Pfeffer, J. 1975, International Journal of
'Organisational Legitimacy: Social Organisational Analysis, 6(2), 165-177.
Values and Organisational Ghozali, I dan Chariri, A (2007). Teori
Behaviour', Pacific Sociological Review, Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Vol. 18, Iss. 1, pp. 122-136. Universitas Diponegoro.
Dunlap RK, Van Liere KD. 1978. The ‘new Giorgos P, Spyros L, (2012). Values, attitudes
environmental paradigm’: a proposed and perceptions of managers as
measuring instrument and predictors of corporate environmental
preliminary results. Journal of responsiveness.
Environmental Education 9: Gooch, G. D. (1995). Environmental beliefs and
10–19. attitudes in Sweden and the Baltic
Dunlap, R. E., & Liere, K. D. (2000). States. Environment & Behavior, 27,
Measuring Endorsement of The New 513-539.
Ecological Paradigm : A Revised NEP Han, J.K., Kim, N., & Srivasta, R.K. (1998).
Scale. Journal of Social Issues, Vol.56, Market Orientation and
No. 3, 425-442. Organizational Performance: Is
Earnhart & Lizal (2010). The Effect of Innovation a Missing Link?, Journal of
Corporate Environmental Performance Marketing, 62 (4), 30-45.
on Financial Outcomes – Profits, Hybels, R. C. (1995) “On Legitimacy,
Revenues, and Costs: Evidence from Legitimation, and Organizations: A
the Czech Transition Economy. Critical Review and Integrative
Edgell, M. C. R., & Nowell, D. E. (1989). The Theoretical Model”, Academy of
New Environmental Paradigm Scale: Management Journal, Special Issue:
Wildlife and environmental beliefs in Best Papers Proceedings, 1995, pp. 241
British Columbia. Society and Natural - 245.
Resources, 2, 285-296. Ikhsan, Arfan. (2009). Akuntansi Maajemen
Elkington, J. (1998). Cannibals with forks: The Lingkungan. Edisi pertama.
triple bottom line of 21st century Yogyakarta: Graha Ilmu.
business. United Kingdom: New Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme
Society Publishers. Corporate Governance, Dan Kualitas
Fekete, H. & Bocskei, E. (2011), Cultural Kantor Akuntan Publik Terhadap
waves in company performance, Integritas Informasi Laporan
Research Journal of Economics, Keuangan. Thesis. Semarang:
Business and ICT, 3:38-42. Program Studi Magister Sains
Fleury, M. T. (2009). Organizational Culture Akuntansi Universitas Dipenegoro.
and the Renewal of Competences. Janićijević, N. (2011). Methodological
Brazilian Administration Review, 1-14. Approach in The Research og
Freeman, R.E. (1984). Strategic management: Organizational Culture. Economic
A stakeholder approach. Boston: Annals.
Pitman. Jogiyanto, H.M., & Abdillah, W. (2009).
Konsep dan aplikasi PLS (Partial
Least Square) untuk penelitian
166 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168