Anda di halaman 1dari 12

Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku

Pemilik atas Isu Manajemen Lingkungan sebagai variabel Intervening

Suryadi Limbunan dan Josua Tarigan


Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra
Email: josuat@petra.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja keuangan
dengan menggunakan perilaku pemilik atas isu manajemen lingkungan sebagai variabel
intervening. Responden pada penelitian ini adalah pemilik yang memiliki perusahaan berbadan
PT di Surabaya dan Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan konsep Competing Values Framework
(CVF). Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer
sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan perilaku pemilik atas isu manajemen
lingkungan diukur dengan NEP (New Ecological Paradigm) sebagai variabel intervening.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan teknik analisis path modeling dengan SmartPLS.
Hasil dari penelitian ini adalah Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan dengan variabel intervening perilaku pemilik atas isu manajemen lingkungan.

Kata kunci: Perilaku Pemilik, Kinerja Keuangan, Budaya Organisasi, Manajemen


Lingkungan.

ABSTRACT

This study aimed to examine the influence of Organization Culture on Financial Performance using
the owner’s behavior on the issue of environmental management as an intervening variable.
Respondents in this study were the owners who have the entity PT in Surabaya and Sidoarjo. This
study used Competing Values Framework (CVF). Financial Performance used in this research was
using primary data as dependent variable. This study used the owner’s behavior on the issues of
environmental management was measured by the NEP (New Ecological Paradigm) as an
intervening variable. This hypothesis was tested by path analysis modeling techniques with
SmartPLS. The result of this study was the organization culture had positive affect on financial
performance with the variable behavior of the owner on the issues of environmental management as
the intervening variable.

Keywords: Owner’s Behavior, Financial Performance, Organization Culture, Environmental


Management.

PENDAHULUAN Sumber daya manusia merupakan


elemen yang sangat penting dalam
Pada era perdagangan bebas saat ini pengelolaan suatu organisasi, oleh karena itu
persaingan usaha semakin ketat. Karena diperlukan pengelolaan yang baik demi
setiap perusahaan harus memiliki keunggulan kelangsungan hidup organisasi. Kekuatan
kompetitif agar tidak mudah di tiru oleh sumber daya manusia dibentuk oleh sifat dan
perusahaan lain dan memiliki perusahaan karakter yang melekat pada masing-masing
jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi individu serta lingkungannya. Organisasi
kinerja keuangan yaitu budaya dan yang tumbuh dan berkembang akan menitik
lingkungan. Ojo (2010) menyatakan bahwa beratkan perhatiannya pada sumber daya
organizational culture merupakan kunci untuk manusia guna menjalankan fungsinya dengan
kinerja organisasi dan organizational culture optimal khususnya menghadapi dinamika
dapat dikelola untuk meningkatkan perubahan lingkungan yang terjadi. Dengan
competitive advantage perusahaan. demikian kemampuan teknis, teoritis,

157
158 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

konseptual dan moral dari para pelaku pengamatan yang lebih seksama, merupakan
organisasi disemua tingkat pekerjaan sangat serangkaian karakter penting yang menjadi
dibutuhkan. nilai bagi suatu organisasi (Robbins, 2002).
Budaya merupakan sesuatu yang pasti Budaya organisasi menurut Schein
ada dalam suatu kelompok manusia atau (2004) adalah sebagai pola asumsi dasar
organisasi. Hidup dalam suatu masyarakat bersama yang telah dipelajari oleh anggota
yang memiliki budaya yang berbeda dengan kelompok selama memecahkan masalah
budaya masyarakat yang lain. Misalnya saja dalam beradaptasi eksternal dan integrasi
kebudayaan umum orang Indonesia adalah internal, yang telah bekerja cukup baik untuk
ramah tamah dan suka berbasa-basi, serta dianggap sah dan oleh karena itu untuk
menjujung tinggi nilai kebersamaan atau diajarkan terus-menerus sebagai cara
kelompok, lain halnya dengan orang barat memandang, berpikir, merasakan dan
yang tanpa basa-basi dan bersifat individualis. bertindak yang benar.
Kebudayaan tersebut secara sadar atau tidak Ada 4 (empat) tipe budaya organisasi
akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam atau yang disebut dengan Competing Value
berbagai aspek kehidupan (Wirawan, 2007). Framework (CVF) yaitu clan, adhocracy,
Menurut Schein (1985), budaya hierarchy, dan market (Cameron & Quinn,
organisasi adalah pola asumsi dasar yang 1999). Lalu, Cameron & Quinn
ditemukan atau dikembangkan oleh suatu mengembangkan Competing Value Framwork
kelompok orang selagi mereka belajar untuk atau yang disebut dengan CVF yang
menyelesaikan problem-problem, diharapkan dapat membantu para peniliti
menyesuaikan diri dengan lingkungan mengidentifikasi budaya organisasi suatu
eksternal, dan berintegrasi dengan lingkungan perusahaan.
internal. Clan Culture merupakan jenis budaya
Ada 4 (empat) tipe budaya organisasi yang memiliki karakter kekeluargaan.
atau yang disebut Competing Value Menciptakan lingkungan yang baik untuk bagi
Framework (CVF) yaitu clan, adhocracy, perusahaan melalui teamwork, melakukan
hierarchy, dan market (Cameron & Quinn, pelanggan sebagai rekanan. Tugas manajemen
1999). Lalu, Cameron & Quinn adalah membina karyawan agar dapat dengan
mengembangkan Competing Value Framework mudah berpartisipasi dengan pelanggan.
atau yang disebut dengan CVF yang Adhocracy Culture merupakan jenis
diharapkan dapat membantu para peniliti budaya yang memiliki bersifat “mengalir”
mengidentifikasi budaya organisasi suatu dalam artian anggota organisasi tidak dibatasi
perusahaan. oleh struktur, sebab model ini lebih
Penelitian terdahulu yang dilakukan mementingkan penciptaan situasi dimana
oleh Rashid, Sambasivan and Johari (2002) di karyawan bisa dengan bebas menggali serta
Malaysia menyatakan bahwa terdapat menyalurkan ide-ide segar, kreatif, dan
pengaruh antara corporate culture dengan inovatif serta berpandangan ke depan dan
organisational commitment. Ia juga mandiri. Budaya perusahaan ini menuntut
menyatakan bahwa corporate culture dan inovasi dan inisiatif untuk menciptakan
organisational commitment (OC) berpengaruh produk dan jasa baru untuk kebutuhan di
terhadap kinerja keuangan. masa depan. Tugas manajemen adalah
mendukung dan mendorong terciptanya
Pengertian Budaya Organisasi semangat entrepreneurship dan kreatifitas.
Budaya organisasi merupakan Market Culture meruapakan jenis
kumpulan dari nilai-nilai, norma dan asumsi budaya yang mengedepankan kompetensi
berdasarkan pengalaman masa lalu yang yang ketat dan tinggi. Bahkan bagi organisasi
mempengaruhi cara pandang, perilaku dan dengan market culture yang kuat.
praktek dari individu, kelompok, maupun Situasi persaingan yang ketat dan tinggi
organisasi dalam menghadapi suatu kejadian bukan hanya ditunjukan bagi competitor
(Fleury, 2009; Janićijević, 2012; Chongruksut, bisnis saja, melainkan dikalangan karyawan.
2009; Schein, 1984). Budaya organisasi Budaya ini memilki asumsi budaya
merujuk pada suatu sistem pengertian pasar yang tidak ramah, kompetitif serta
bersama yang dipegang oleh anggota-anggota perilaku konsumen yang cenderung memilih
suatu organisasi, yang membedakan dan tertarik pada nilai-nilai sehingga
organisasi tersebut dari organisasi lain. menempatkan organisasi pada bisnis yang
Sistem pengertian bersama ini, dalam selalu berusaha meningkatkan
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 159

persaingan. Tugas utama manajemen adalah  Profit Growth adalah kemampuan


mengendalikan organisasi untuk perusahaan untuk mencapai
mencapai produktivitas, hasil dan tujuan serta pertumbuhan laba yang di targetkan.
keuntungan.  Sales Margin adalah kemampuan
Hierarchy Culture merupakan jenis perusahaan untuk mencapai marjin
budaya yang sangat menekankan pentingnya penjualan sesuai target.
struktur yang baik dan rapi dalam organisasi. Dalam Pandey, 2001 kinerja keuangan
Semua proses kerja diatur secara baku dan mengacu pada aktivitas keuangan secara luas
sistematis. Birokrasi sangat relevan dengan kinerja keuangan bertujuan untuk mengukur
jenis budaya ini. kesehatan keuangan perusahaan secara
Budaya perusahaan yang ditandai keseluruhan selama periode waktu tertentu
dengan adanya bentuk perusahaan yang dan juga dapat digunakan untuk
resmi dan terstruktur. Tugas utama membandingkan kinerja dengan
manajeman adalah memproduksi barang kompetitornya
dan jasa secara efisien sehingga tercapai
kesejahteraan dalam perusahaan. (Cameron Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
& Quinn, 1999). Kinerja Keuangan
Secara tradisional, kinerja perusahaan diukur
Pengertian NEP: Teori Perilaku atas dari financial performance yang diperoleh dari
Lingkungan laporan keuangan. Organisasi yang baik,
Dunlap dan Van Liere’s (1978) yang pertama tumbuh dan berkembang akan
kali mengungkapkan teori NEP untuk memperhatikan pengelolaan sumber daya
mengukur perilaku pemilik. Perilaku pemilik manusia guna menjalankan fungsinya dengan
dapat didefinisikan sebagai “belief system”. optimal, khususnya menghadapi dinamika
The human Exception Paradigm (HEP) dan perubahan lingkungan yang terjadi. Geiger
the New Environmental Paradigm (NEP) atau (1998) menemukan bahwa nilai budaya atau
di sebut HEP-NEP adalah alat ukur yang culture dapat meningkatkan sebuah
paling banyak digunakan untuk mengukur komitmen. Jika komitmen karyawan telah
belief system. NEP memiliki 12 item diperoleh, akan didapatkan karyawan yang
pertanyaan yang muncul untuk mewakili setia dan mampu bekerja sebaik mungkin
skala tunggal. Namun NEP ini seringkali untuk kepentingan perusahaan atau
mendapatkan kritikan karena memiliki organisasi. Penelitian Ozzie & Malelak, 2015
beberapa kekurangan, termasuk konsistensi menunjukkan budaya organisasi dapat
internal antara respon individu, korelasi yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
buruk antara skala dan perilaku dalam H1: Ada pengaruh signifikan budaya
laporan instrumen. Kemudian Dunlap dan organisasi terhadap kinerja keuangan.
rekannya merevisi kembali NEP dan menjadi Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
New Ecological Paradigm scale. Perilaku Pemilik
Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Miles, (1975:9) menerangkan bahwa
Menurut Mulyadi (1997, p.419) tampak suatu budaya organisasi tidak
penilaian kinerja adalah penentuan secara terlepas dari pengaruh lingkungan yang ada
periodic efektifitas operasional suatu disekitarnya, lingkungan merupakan sumber
organisasi, bagian organisasi dan pemasok input bagi budaya organisasi dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standard juga sebagai penerima output dari organisasi
kriteria yang ditetapkan sebelumnya. itu sendiri, dari lingkungan juga organisasi
Menurut Lopez et.al (2005) ada 4 indikator menangkap cita-cita, tujuan, kebutuhan dan
untuk mengukur kinerja yaitu Sales Growth, harapan. Banerjee (2002) menemukan bahwa
Profitability, Profit Growth, Sales Margin. tingkat komitmen manajemen puncak
bervariasi tergantung pada persepsi
 Sales Growth adalah kemampuan manajerial masalah lingkungan: manajer
perusahaan untuk mencapai puncak cenderung lebih terlibat dalam isu-isu
pertumbuhan penjualan yang telah di lingkungan ketika mengamati pasukan
targetkan. peraturan menjadi ancaman, pelanggan
 Profitability adalah kemampuan mereka untuk menjadi sadar lingkungan atau
perusahaan yang untuk mencapai laba melihat inisiatif lingkungan sebagai peluang
bersih yang di targetkan.
160 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

untuk menghemat biaya atau meningkatkan


kualitas produk. Sample dalam penelitian ini 35 perusahaan
H2: Ada pengaruh signifikan budaya berbadan PT. Populasi pemilik perusahaan
organisasi terhadap perilaku pemilik atas isu yang berada di Surabaya dan Sidoarjo. Data
manajemen lingkungan. diperoleh dengan menggunakan kuisioner 38
pertanyaan, dimana variabel budaya
Pengaruh Perilaku Pemilik terhadap organisasi di hitung menggunakan skala rasio
Kinerja Keuangan dengan satuan ukur presentase (%).
Kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi Sedangkan variabel perilaku pemilik atas isu
oleh kinerja lingkungan yang kuat melalui manajemen lingkungan dan variabel kinerja
kedua pasar (pendapatan) dan jalur biaya. keuangan diukur dengan menggunakan skala-
Pengelolaan lingkungan meliputi segala upaya likert. Penelitian ini akan menggunakan skala
untuk meminimalkan dampak lingkungan pengukuran interval di mana responden akan
negatif dari produk perusahaan sepanjang menentukan pilihan jawaban pada rangking
siklus hidup mereka. Ukuran kinerja sesuai dengan persepsinya masing-masing.
lingkungan seberapa sukses sebuah Skala Likert yang akan digunakan pada
perusahaan adalah dalam mengurangi dan penelitian ini akan diwakili oleh 5 rating,
meminimalkan dampak terhadap lingkungan, yaitu dari angka 1-5, sebagai berikut :
sering dibandingkan dengan beberapa rata-
rata industri atau rekan kelompok (Robert & 1. Sangat Tidak Setuju (STS)
Curtis, 2015). Dalam Earnhat & Lizal (2010)
menyatakan bahwa lingkungan yang kuat dan 2. Tidak Setuju (TS)
kokoh berpengaruh positif dan meningkatkan
profitabilitas perusahaan. Sedangkan 3. Netral (N)
menurut Klassen & McLaughlin (1996)
4. Setuju (S)
pengelolaan lingkungan yang kuat dapat
berdampak positif terhadap kinerja 5. Sangat Setuju (SS)
perusahaan.
Teknik sampling yang akan digunakan pada
H3: Ada pengaruh signifikan perilaku pemilik penelitian ini adalah Non Probability
atas isu manajemen lingkungan terhadap Sampling dengan menggunakan teknik
kinerja keuangan. sampling yang dikenal dengan Purposive
Sampling. Menurut Sugiyono (2012) Purposive
METODE PENELITIAN Sampling adalah teknik penentual sampel
dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau
Penelitian ini bertujuan untuk pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini
meneliti perilaku pemilik atas isu manajemen kriteria yang ditetapkan oleh peneliti adalah
lingkungan terhadap kinerja keuangan. karyawan yang berada satu tingkat di bawah
Penelitian ini menggunakan metode pemilik pada perusahaan berbadan PT.
kuantitatif. dengan statistik deskriptif dan Penelitian ini menggungan Partial Least
pengujian hipotesis yang terdiri dari uji Square (PLS) yaitu teknik statistika
korelasi. multivarian yang melakukan pembandingan
Tujuan dari penelitian deskriptif antara variabel dependen berganda dan
adalah untuk menjelaskan mengenai berbagai variable independen berganda (Jogiyanto &
kondisi, situasi, dan variabel dari objek Abdilah, 2009).
penelitian berdasarkan dari fakta-fakta yang
terjadi. Data yang diperoleh akan kemudian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut
dengan dasar-dasar teori yang telah ada. Melalui penyebaran kuisioner yang sudah
dilakukan, peneliti memperoleh data atas
Perilaku Pemilik (NEP), Kinerja Keuangan,
H1 dan Budaya Organisasi pada perusahaan
BO KK
manufaktur dan non-manufaktur di Surabaya
dan luar Surabaya. Kuisioner yang berhasil
H2 H3 dikumpulkan terdiri 35 responden manajer
PP perusahaan.
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 161

Tabel 1. Profil Responden Berdasarkan Jenis NEP6 0.520912


Kelamin NEP7 0.482369
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
adh 0.888896
Pria 29 82.9%
Wanita 6 17.1%
clan 0.974521
Total 35 100%

Table 1 menunjukkan bahwa responden pria


pada penelitian ini ada sebanyak 29 orang hie -0.46282
(82.9%) dan responden wanita ada sebanyak 6
orang (17.1%). Dari hasil tersebut disimpulkan
bahwa mayoritas pemilik perusahaan di market 0.061408
wilayah Surabaya dan sekitarnya yang
menjadi responden pada penelitian ini adalah
pria. Adapun penjelasan dari hasil pengujian
validitas konvergen pada tabel di atas adalah:
Convergent Validity 1. . Hasil pengujian validitas konvergen
yang pertama pada variabel kinerja
Tabel 2 keuangan menunjukkan bahwa nilai
Convergent Validity Pertama loading (λ) dari keempat item
pernyataan bernilai lebih dari 0,50
budaya kinerja perilaku sehingga keempat item pernyataan
organisasi keuangan pemilik tersebut valid dalam mengukur variabel
kinerja keuangan.
KK 1 0.909205 2. Hasil pengujian validitas konvergen
KK 2 0.66669 yang pertama pada variabel perilaku
pemilik menunjukkan bahwa nilai
KK 3 0.807457
loading (λ) tidak semua dari kedelapan
KK 4 0.862883 belas item pernyataan bernilai lebih
NEP 1 0.851421 dari 0,50. Ada 3 items yang tidak
NEP memenuhi konvergen validitas yaitu
0.679223 NEP5, NEP7, dan NEP18.
10
NEP 3. Hasil pengujian validitas konvergen
0.830323 yang pertama pada variabel budaya
11
NEP organisasi menunjukkan bahwa nilai
0.788603 loading (λ) dari keempat indikator yaitu
12
NEP Adhocracy, Clan, Hierarchy, Market.
0.771387 Hanya Adhocracy dan Clan yang
13
NEP bernilai lebih dari 0,50 sehingga kedua
0.722644 indikator tersebut valid dalam
14
NEP mengukur variabel budaya organisasi.
0.765259 Sedangkan indikator Hierarchy dan
15
NEP Market memiliki nilai kurang dari 0,50
0.75151 dengan T-statistik kurang dari 1,96
16
NEP sehingga kedua indikator tersebut tidak
0.823717 signifikan secara statistik dan tidak
17
valid dalam mengukur variabel budaya
NEP
0.460804 organisasi sehingga indikator ini harus
18
dieliminasi dari pengujian selanjutnya.
NEP 2 0.832886
NEP 3 0.837451
NEP 4 0.85002
NEP 5 0.369084
NEP 8 0.672376
NEP 9 0.612238
162 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

Tabel 3 loading (λ) dari kedelapan belas item


Convergent Validity Kedua pernyataan bernilai lebih dari 0,50
sehingga kelimabelas item tersebut
valid dalam mengukur variabel perilaku
budaya kinerja perilaku pemilik.
organisasi keuangan pemilik 3. Hasil pengujian validitas konvergen
yang kedua pada variabel budaya
KK 1 0.90759 organisasi menunjukkan bahwa nilai
KK 2 0.663422 loading (λ) dari kedua indikator yaitu
KK 3 0.811477 Clan dan Adhocracy bernilai lebih dari
0,50 sehingga valid dalam mengukur
KK 4 0.862885
variabel budaya organisasi.
NEP 1 0.858334
NEP Table 4
0.66686
10 Cross Loading
NEP
0.843195
11 budaya kinerja perilaku
NEP organisasi keuangan pemilik
0.785884
12
KK 1 0.334841 0.90759 0.709257
NEP
0.770041 KK 2 0.18593 0.663422 0.430248
13
NEP KK 3 0.452676 0.811477 0.628017
0.725995
14 KK 4 0.40771 0.862885 0.63215
NEP
0.777099 NEP 1 0.480358 0.744089 0.858334
15
NEP
NEP 0.364061 0.388397 0.66686
0.741348 10
16
NEP
NEP 0.402216 0.600061 0.843195
0.820227 11
17
NEP
NEP 2 0.849762 0.412983 0.612256 0.785884
12
NEP 3 0.845693 NEP
0.471267 0.420085 0.770041
NEP 4 0.865265 13
NEP 8 0.652865 NEP
0.365304 0.394373 0.725995
14
NEP 9 0.587307
NEP
NEP6 0.516183 0.202579 0.483589 0.777099
15
adh 0.974957 NEP
0.303899 0.541505 0.741348
clan 0.982005 16
NEP
0.466095 0.531585 0.820227
Setelah mengeluarkan 2 indikator yang tidak 17
valid yaitu Market dan Hierarchy, dan 5 item NEP 2 0.439613 0.733768 0.849762
pada variabel perilaku pemilik yaitu NEP5, NEP 3 0.469997 0.744089 0.845693
NEP7, dan NEP18 maka diperoleh penjelasan
NEP 4 0.495919 0.770863 0.865265
sebagai berikut:
1. Hasil pengujian validitas konvergen NEP 8 0.166999 0.439707 0.652865
yang kedua pada variabel kinerja NEP 9 0.180295 0.341395 0.587307
keuangan menunjukkan bahwa nilai NEP6 0.143749 0.431053 0.516183
loading (λ) dari keempat item
adh 0.974957 0.38205 0.447331
pernyataan bernilai lebih dari 0,50
sehingga keempat item pernyataan clan 0.982005 0.461757 0.516383
tersebut valid dalam mengukur variabel
kinerja keuangan. Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil cross
2. Hasil pengujian validitas konvergen loading dari variabel kinerja keuangan,
yang kedua pada variabel perilaku perilaku pemilik, budaya organisasi, adh dan
pemilik menunjukkan bahwa nilai clan dengan indikatornya lebih tinggi
dibandingkan korelasi indikator dengan
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 163

variabel lainnya artinya variabel kinerja penelitian memiliki nilai lebih dari 0,70.
keuangan, perilaku pemilik, budaya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
organisasi, adh dan clan memprediksi masing-masing variabel perilaku pemilik atas
indikatornya pada blok sendiri lebih baik isu manajemen lingkungan, budaya
dibandingkan dengan indiktor di blok lainnya. organisasi, dan kinerja keuangan telah
memenuhi composite reliability.
Tabel 5
AVE Tabel 7
R-Square
buda kiner peril
Akar ya ja aku R Square
AVE
Ave organ keua pemi
isasi ngan lik budaya
buda organisasi
ya 0.95 0.9784
1
organ 7438 87609 kinerja
0.563734
isasi keuangan
kinerj
perilaku
a 0.66 0.8165 0.434 0.24521
1 pemilik
keua 6728 34139 376
ngan
perila Nilai R-Square untuk variabel
ku 0.57 0.7606 0.495 0.747 perilaku pemilik atas isu manajemen
1 lingkungan adalah sebesar 0.24521 memiliki
pemil 866 97049 187 155
ik arti bahwa presentase besarnya pengaruh
budaya organisasi terhadap perilaku pemilik
atas isu manajemen lingkungan adalah
Tabel ini menunjukkan bahwa setiap variabel,
sebesar 24.5%.
yaitu perilaku pemilik atas isu manajemen
Nilai R-Square untuk kinerja
lingkungan, budaya organisasi, dan kinerja
keuangan adalah sebesar 0,563734 memiliki
keuangan memiliki nilai akar AVE yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan nilai arti bahwa presentase besarnya pengaruh
korelasi antara variabel tersebut dengan perilaku pemilik atas isu manajemen
lingkungan dan budaya organisasi terhadap
variabel lainnya di dalam model, sehingga
kinerja keuangan adalah sebesar 56.4%.
dapat disimpulkan bahwa variabel perilaku
Pada model PLS, penilaian goodness of
pemilik atas isu manajemen lingkungan,
fit diketahui dari nilai Q2. Nilai Q2 memiliki
budaya organisasi, dan kinerja keuangan telah
memiliki discriminant validity yang baik. arti yang sama dengan koefisien determinasi
(R-Square) pada analisis regresi, dimana
semakin tinggi R-Square, maka model dapat
Tabel 6
dikatakan semakin fit dengan data. Dari Tabel
Composite Reability
4.15 dapat dihitung nilai Q2 sebagai berikut:
Nilai Q2 = 1 – (1– 0,245) x (1– 0,564)
Composite = 0.671
Reliability Dari hasil perhitungan diketahui nilai
Q2 sebesar 0,671, artinya besarnya keragaman
budaya dari data penelitian yang dapat dijelaskan
0.978256
organisasi oleh model struktural yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah sebesar 67.1%,
kinerja sedangkan 32.9% sisanya dijelaskan faktor
0.887651
keuangan lain diluar model.
perilaku
0.952887
pemilik

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai


composite reliability dari setiap variabel
164 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

Tabel 8
Pengaruh Tidak Langsung Saran kepada pemilik karena dilihat dari
variabel perilaku pemilik yang memiliki mean
Koefisien terendah adalah NEP 15 dengan mean 3,14.
Pengaruh Berarti masih banyak perusahaan masih
Pengaruh
Budaya Organisasi → kurang memperhatikan dan menganggap
0,495 x 0,704 aspek lingkungan menjadi beban perusahaan.
Perilaku Pemilik →
= 0,348 Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan
Kinerja Keuangan
aspek lingkungan agar tidak menjadi beban
Tabel diatas berdasarkan perhitungan perusahaan namun menjadi tanggung jawab
pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku perusahaan. Saran kepada pemilik dilihat dari
pemilik dengan path coefficient sebesar 0,495 variabel kinerja keuangan yang memiliki
dan pengaruh perilaku pemilik terhadap mean terendah adalah profit growth dengan
kinerja keuangan dengan path coefficient nilai 3.03 menunjukkan pertumbuhan laba
sebesar 0,704 dapat diketahui bahwa kurang maximal. Sebaiknya pemilik lebih
pengaruh tidak langsung Budaya Organisasi melihat pertumbuhan laba diperusahaan agar
terhadap Kinerja Keuangan melalui Perilaku seimbang dengan profit perusahaan yang
Pemilik sebesar 0,348 lebih besar dari didapat.
pengaruh langsungnya yang sebesar 0,085.
Hal ini berarti Perilaku Pemilik telah Daftar Pustaka
memediasi dengan baik pengaruh Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Keuangan. Agbejule, A (2011). “Organizational culture
Sesuai dengan argument yang dinyatakan and performance: the role of
oleh Banerjee (2002) menemukan bahwa management accounting system.
tingkat komitmen pemilik bervariasi dan Banerjee, I. (2002). The locals strike back?
cenderung lebih terlibat dalam isu-isu Media globalization and localization in
lingkungan ketika mengamati pasukan the new Asian television landscape.
peraturan menjadi ancaman, pelanggan Berent-Braun, M.M., Uhlaner, L.M. (2012),
mereka untuk menjadi sadar lingkungan atau "Responsible ownership behaviors and
melihat inisiatif lingkungan sebagai peluang financial performance in family owned
untuk menghemat biaya atau meningkatkan businesses", Journal of Small Business
kualitas produk. and Enterprise Development, Vol. 19
Iss 1 pp. 20 – 38
Kesimpulan Berry, M, Rondinelli, D. (1998), “Proactive
corporate environmental management:
Berdasarkan hasil analisis dengan a new industrial revoulution”,
menggunakan Smart-PLS, maka kesimpulan Academy of Management Executive,
yang dapat diambil adalah sebagai berikut: Vol. 12 No.2, pp.38-50.
1. Terdapat pengaruh langsung yang Cameron, K.S., & Quinn, R, E. (1999).
signifikan dari organisasi budaya dengan Diagnosing and Changing
kinerja keuangan pada perusahaan yang Organizational Culture. Reading, MA:
berbadan PT, sehingga hipotesis pertama Addison Wesley.
diterima. Cameron, K. S., & Quinn, R. E. (2006).
2. Terdapat pengaruh langsung yang Diagnosing and Changing
signifikan dari organisasi budaya dengan Organizational Culture Based on the
perilaku pemilik atas isu manajemen Competing Values Framework.
lingkungan pada perusahaan yang JosseyBass, San Fransisco.
berbadan PT, sehingga hipotesis kedua Chongruksut, W. (2009). Organizational
diterima. Culture and the Use of Management
3. Terdapat pengaruh langsung yang Accounting Innovations in Thailand.
signifikan dari perilaku pemilik atas isu RU.Int.J, 113-126.
manajemen lingkungan dengan kinerja Cooper, D.R. dan C.W. (Kurniawan,
keuangan pada perusahaan yang berbadan 2013)Emory.(1996). Metode Penelitian
PT, sehingga hipotesis ketiga diterima. Bisnis. (Widyono Soetjipto). Jakarta:
Erlangga
Saran Cummings, L (2008). Managerial Attitudes
Toward Environmental Management
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 165

within Australia, the People’s Friedman, A.L. 2006. Stakeholder: Theory and
Republic of China and Indonesia. Practice. Oxford University Press,
Business Strategy and the Oxford.
Environment, Vol 17. Furman, A. (1998). A note on environmental
Deegan, C. 2000. Finacial Accounting Theory, concern in a developing country:
Sydney: McGraw-Hill. Results from an Istanbul
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. survey. Environment & Behavior, 30,
The McGraw-Hill Companies, Inc. 520-534.
Djajadikerta, H.G. & Trireksani, T. (2012). Garthwaite, Paul H. (1994). An interpretation
Corporate social and environmental of partial least squares. Journal of the
disclosure by Indonesian listed American Statistical Association,
companies on their corporate web sites. 89:425-122.
Journal of applied accounting research, Geiger, G. (1998). The impact of cultural
13 (1) values on escalation of commitment.
Dowling, J. and Pfeffer, J. 1975, International Journal of
'Organisational Legitimacy: Social Organisational Analysis, 6(2), 165-177.
Values and Organisational Ghozali, I dan Chariri, A (2007). Teori
Behaviour', Pacific Sociological Review, Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Vol. 18, Iss. 1, pp. 122-136. Universitas Diponegoro.
Dunlap RK, Van Liere KD. 1978. The ‘new Giorgos P, Spyros L, (2012). Values, attitudes
environmental paradigm’: a proposed and perceptions of managers as
measuring instrument and predictors of corporate environmental
preliminary results. Journal of responsiveness.
Environmental Education 9: Gooch, G. D. (1995). Environmental beliefs and
10–19. attitudes in Sweden and the Baltic
Dunlap, R. E., & Liere, K. D. (2000). States. Environment & Behavior, 27,
Measuring Endorsement of The New 513-539.
Ecological Paradigm : A Revised NEP Han, J.K., Kim, N., & Srivasta, R.K. (1998).
Scale. Journal of Social Issues, Vol.56, Market Orientation and
No. 3, 425-442. Organizational Performance: Is
Earnhart & Lizal (2010). The Effect of Innovation a Missing Link?, Journal of
Corporate Environmental Performance Marketing, 62 (4), 30-45.
on Financial Outcomes – Profits, Hybels, R. C. (1995) “On Legitimacy,
Revenues, and Costs: Evidence from Legitimation, and Organizations: A
the Czech Transition Economy. Critical Review and Integrative
Edgell, M. C. R., & Nowell, D. E. (1989). The Theoretical Model”, Academy of
New Environmental Paradigm Scale: Management Journal, Special Issue:
Wildlife and environmental beliefs in Best Papers Proceedings, 1995, pp. 241
British Columbia. Society and Natural - 245.
Resources, 2, 285-296. Ikhsan, Arfan. (2009). Akuntansi Maajemen
Elkington, J. (1998). Cannibals with forks: The Lingkungan. Edisi pertama.
triple bottom line of 21st century Yogyakarta: Graha Ilmu.
business. United Kingdom: New Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme
Society Publishers. Corporate Governance, Dan Kualitas
Fekete, H. & Bocskei, E. (2011), Cultural Kantor Akuntan Publik Terhadap
waves in company performance, Integritas Informasi Laporan
Research Journal of Economics, Keuangan. Thesis. Semarang:
Business and ICT, 3:38-42. Program Studi Magister Sains
Fleury, M. T. (2009). Organizational Culture Akuntansi Universitas Dipenegoro.
and the Renewal of Competences. Janićijević, N. (2011). Methodological
Brazilian Administration Review, 1-14. Approach in The Research og
Freeman, R.E. (1984). Strategic management: Organizational Culture. Economic
A stakeholder approach. Boston: Annals.
Pitman. Jogiyanto, H.M., & Abdillah, W. (2009).
Konsep dan aplikasi PLS (Partial
Least Square) untuk penelitian
166 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

empiris. Yogyakarta: BPFE- Model, Organizational Science, 4(2):


Yogyakarta. 209-223.
Kartiningsih. (2007). Analisa Pengaruh McGuire, J., Sundgren, A., & Schneeweis, T.
Budaya Organisasi dan Keterlibatan ((Dec, 1988),). Corporate Social
Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Responsibility and Firm Financial
Karyawan, Tesis. Fakultas Performance. The Academy of
Manajemen. Universitas Diponegoro, Management Journal, Vol. 31, No. 4.,
Semarang. pp.854-872.
Kellert, S. R. (1974). From kinship to mastery: McMahon, Richard, G.P. (2007),"Ownership
A study of American attitudes toward structure, business growth and
animals (Report to the U.S. Fish and financial performance amongst SMEs",
Wildlife Service). New Haven, CT: Yale Journal of Small Business and
University. Enterprise Development, Vol. 14 Iss 3
Kellert, S. R. (1976). Perceptions of animals in pp. 458 – 477.
American society. Transactions of the Miles, Raymond E., (1975) Theories of
North American Wildlife and Natural Management, New York, NY: McGraw-
Resources Conference, 41, 533-545. Hill.
Kellert, S. R. (1980). Public attitudes, Mitchell, Agle, Wood. 1997. Toward A Theory
knowledge and behaviors toward Of Stakeholder Identification And
wildlife and natural hab- itats. Salience: Defininf The Principle Of
Transactions of the North American Who And What Really Counts.
Wildlife and Natural Resources Academy Of Management Review, Vol
Conference, 45, 111-124. 22, No. 4, 853-886.
Kim, S., Lee J., &Yu K. (2004). Corporate Mulyadi. 1997. “Akuntansi Manajemen”. Edisi
culture and organizational Tiga. Yogyakarta: Salemba Empat.
performance. Journal of Managerial Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Tiga.
Psychology, 19 (4).340 359. Jakarta : Salemba Empat.
Klassen, R., & McLaughin, C. (1996). The Namyun K, Stephen M.H, Taylor V.S, (2014).
Impact of Environmental Management Structural relationships between
on Firm Performance. Management environmental attitudes, recreation
Science, Vol. 42, No. 8 , 1199-1214. motivations, and environmentally
Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social responsible behaviors.
Responsibility : Doing the Most Good O'Donovan.2000. Environmental Disclosure in
for Your Company and Your Cause. the Annual Reports: Extending the
Kotter, J.P., & Heskett, J.L. (1992). Corporate Applicability and Predictive Power of
Culture and Performance, Free Press, Legitimacy Theory. Accounting,
New York. Auditing and Accountability Journal,
Kurniawan (2013). Pengaruh komitmen Vol. 15, No.3, p. 344-371.
organisasi, budaya organisasi, dan Ogbonna, E., & Harris, L. (2000). Leadership
kepuasan kerja terhadap kinerja Style, Organizational Culture and
organisasi publik”. Performance: Empirical Evidence from
Lebas, M.J. (1995). Performance measurement UK Companies. International Journal
and performance management, of Human Resources Management,
International Journal of Production 11(4), 766-788.
Economics, 41(1–3), 23–35. Ojo, O. 2010. Organizational Culture and
Lizal & Earnhat, (2009). Does better Corporate Performance: Empirical
environmental performance affect Evidence from Nigeria”. Journal of
revenues, costs, or both? Evidence from Business System, Governance and
a transition economy. Ethics. Vol. 5 No. 2, pg 1-12.
Lopez, S., Peon, J. M., & Ordas, C. V. (2005). Ozzie, Malelak (2015). Pengaruh Corporate
Organizational learning as a Culture dan Organizational
determining factor in business Commitment terhadap Financial
performance. The Learning Performance Perusahaan Keuangan di
Organization, 12:227-245. Surabaya.
Marcoulides, G. and Heck, R.H. (1993). Pandey, IM. 2001.Capital Structure and The
Organizational Culture and Firm Characteristics: Evidence from
Performance: Proposing and Testing a
Limbunan: Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan menggunakan Perilaku Pemilik atas isu
manajemen lingkungan sebagai variabel intervening 167

an Emerging Market.IIMA Working 2013 from Universitas Diponegoro


Paper. India. Semarang. Website:
Pierce, J. C., Lovrich, N. P., Tsurutani, T., & http://eprints.undip.ac.id/28958/
Abe, T. (1987). Culture, politics and Shocker, A.D., & Sethi, S.P. (1974). An
mass publics: Traditional and modern approach to intcorporating social
supporters of the new environmental preferences in developing corporate
paradigm in Japan and the United action strategies (A.D. Sethi ed.). Los
States. Journal of Politics, 49, 54-79. Angeles: Melville Publishing.
Rashid, Sambasivan, & Johari (2003). The Spence, M. (1973), “Job market signaling”,
influence of corporate culture and Quarterly Journal of Economics, Vol.
organizational commitment on 87, pp. 355-74.
performance. Journal of Management Stern, P. C., & Dietz, T. (1994). The value
Development. Vol. 22, No. 8, pp. 708- basis of environmental concern.
728. Journal of Social Issues, 50(3), 65-
Robbins, S.P. (2003). Organisational behaviour 84.
(10th ed). San Diego: Prentice Hall. Stern, P.C, Dietz, T., & Guagnano, G. (1995).
Ross, S.A. (1977), The Determination of The new ecological paradigm in social
Financial Structure: The Incentive- psychological context. Environment &
Signalling Approach. The Bell Journal Behavior, 27, 723-743.
of Economics, Vol. 8, No. 1 (Spring, Sucipto. (2003). Penilaian Kinerja Keuangan.
1977), pp. 23-40. Fakultas Ekonomi: Universitas
Rustika, N. 2011. Analisis Pengaruh Sumatera Utara.
Penerapan Akuntansi Manajemen Sugiyono. (2010). MetodePenelitianKuantitatif
Lingkungan Strategi Terhadap Inovasi Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Perusahaan [SKRIPSI]. Semarang : Svensson, G., & Wood, G. (2007). Sustainable
Fakultas Ekonomi Universitas leadership ethics: A continuous and
Diponegoro. iterative process. Leadership and
Rynes, S.L. (1991), “Recruitment, job choice, Organization Development Journal,
and post-hire consequences”, in 28(3), 251-268.
Dunnette, M.D. (Ed.), Handbook of Tarigan, J dan Hatane, S (2014). Hubungan
Industrial and Organizational antara laporan berkelanjutan dengan
Psychology, 2nd ed., Consulting kinerja keuangan. Jurnal Akuntansi
Psychologists Press, Palo Alto, CA, pp. dan Keuangan, November.
399-444. Tseng, Shu-Mei. (2010). The correlation
Saffold, G.S. (1998). Culture Traits, Strength between organizational culture and
and Organizational Performance: knowledge conversion on corporate
Moving beyond Strong Culture. The performance. Journal of Knowledge
Academy of Management Review,13, Management, 14 (2), 269-284.
546-558. Wheelen & Hunger, 2007, Strategic
Salem, M.A., Hasnan, N. and Osman, N.H. Management and Business Policy,
(2012), Balanced Scorecard: Prantice Hall Upper Saddle River,
weaknesses, strengths, and its ability New Jersey.
as performance management system Widegren, Ö. (1998). The new environmental
versus other performance management paradigm and personal norms.
systems, Journal of Environment and Environment & Behavior, 30, 75-100.
Earth Science. Wijewardena, H., Nanayakkara, G., Zoysa,
Schein, (1984). Coming to a New Awareness of A.D. (2008),"The owner/manager's
Organizational Culture. Sloan mentality and the financial
Management Review, 3. performance of SMEs", Journal of
Schein, (1985). Organizational Culture and Small Business and Enterprise
Leadership, San Fransisco: Jossey- Development, Vol. 15 Iss 1 pp. 150 –
Bass, Inc. 161.
Soelistyoningrum, J.N., & Prastiwi, A. (2011). Wirawan, (2007). Budaya dan Iklim
Pengaruh pengungkapan sustainability Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
report terhadap kinerja keuangan Yesil, Kaya. (2013),” The effect of
perusahaan. Retrieved September 20, organizational culture on firm
168 BUSINESS ACCOUNTING REVIEW VOL. 4, NO. 1, JANUARI 2016: 157-168

financial performance: evidence from a


developing country”, journal of
Procedia - Social and Behavioral
Sciences 81, 428 – 437.

Anda mungkin juga menyukai