Anda di halaman 1dari 7
Y SISTEM POLITIK KOLONIAL BELANDA (SISTEM SISTEM BIROKRASI KOLONIAL DAN POLITIK DEVIDE ET IMPERA) Ctl CEC lel aod Dosen Pengampu : Dr. Yadri Irwansyah, MPd. Teen CAEP PL NOE Mata Kuliah ea Haikal saputra (203220005) Azra tiara gonita (203220040) Birokrasi pemerintahan yang terbentuk pada saat itu adalah birokrasi kerjaan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)penguasa menganggap dan menggunakan administrasi publik sebagai urusan pribadi; (2)administrai adalah perluasan rumah tangga istananya; (3) tugas pelayanan ditujukan kepada pribadi sang raj (4).gaji" dari raja kepada pegawai kerajaen pada hakiketnya adalah anugerah yang juga dapat ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja; dan (5)pera pejabat kerajaan dapat bertindak sekehendak hatinya terhadap rakyat, seperti halnya yang dilakukan oleh raja(Suwarno, 1994) Pada era kerajaan, tidak terdapat perbedaan sistem pemerintahan yang diterapkan baik di Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, jauh sebelum pemerintah kolonial Belanda berkuasa, merupakan bagian dari wilayah kekukasaan kerajaan Mataram. Birokrasi Masa Kolonial Sistem Paternalistik Selama pemerintahan kolonial berkuasa di Indonesia terjadi dualisme sistem birokrasi r r. pemerintahan. Di satu sisi telah mulai diperkenalkan dan diberlakukan sistem adminkistrasi kolonial(Binnenlandsche Bestuur) yang mengenalken sistem birokrasi dan administrasi modern, sedangkan pada sisi lain, sistem administrasi tradisional (Inheemsche Bestuur) masih tetap dipertahankan oleh pemerintah kolonial. Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Reja Belanda. Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di negara-negara jajahan, termasuk di indonesia, Ratu Belanda menyerahkan kepada wakilnya, yakni seorang gubernur jenderal. Kekuasaan dan kewenangan gubernur jenderal meliputi seluruh keputusan politik di wilayah negara jajahen yang dikuasainya. ene cue Uc UD Renae nc cee PRR Meteo enor Ue Rance Lecce meee ec Se RRR eR SS cues nae ee SUC Cnet Cuno eMe Uke ete Me aa eee aca na REE Ewen unt Ree eRe Cane nce aSC ams CCC CUR Rca sup ua TR a eu ea ne ee ete Pee Mangan e Cn ee on ee utc Rene ic eee case Re ai Re MCR un asco PONS URE ee See eS Cac em eae emcee d Pee RNa Une ecu ue Cun een cee cae a bergeser dari penggunaan pola top-down. Corak Birokrasi Pada @ e@ @ e @ Era Desentralisasi Berkembangnya sikap feodalisme di dalam tubuh birokrasi kolonial membawa berbagai konsekuensi terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Akuntabilitas birokrasi hanya ditujukan kepada pejabat atasnya, bukannya kepada publik. Demikian pula loyalitas dan pertanggungjawaban aparat di tingkat bawah semata-mata hanya ditujukan kepada pejabat di atasnya. Prestasi kerja seorang aparat birokrasi di mata pimpinan hanya dilihat dari kriteria seberapa besar loyalitasnya kepada pimpinan. Pembentukan etos kerja juga mengalami feodalisasi, seperti dalam penyelesaian tugas hanya berorientasi pada petunjuk pimpinan, tumbuhnnya image bahwa pimpinan selalu bertindak benar, Pon tidak dapat disalahkan, tetapi sebaliknya seorang bawahan yang dianggap tidak mampu | menerjemahkan kehendak pimpinan, dan berbagai sikap yang memperlihatkan adanya kultur 4h) marjinalisme di kalangan aparat birokrasi bawah. Ay Politik Devide et Impera Pengertian Politik Devide et Impera Politik Devide et Impera adalah politik pecah belah yang diterapkan oleh Belanda, tepatnya oleh VOC selama berada di Indonesia. Orientasi VOC adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menaklukkan berbagai kerajaan di Nusantara. Selain itu, VOC juga berusaha menguasai jalur perdagangan sekaligus 14 memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, VOC menerapkan strategi politik adu domba atau devide et impera. Ketika Belanda pertama kali datang ke Indonesia, jumlah mereka masih sangat kecil dan hanya mampu menguasai beberapa pos dagang dan benteng di Ambon dan kemudian Batavia (Jakarta). Guna memperluas wilayah kekuasaannya, VOC menerapkan politik devide et impera Tujuan Penerapan Politik Devide et Impera Penerapan Politik devide et impera dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a, Make friends and create common enemy b. Manajemen isu c. Win-win Solution d. Merekrut pemimpin lokal e. Pengepungan dan embargo f, Mengatur terjadinya perang saudara g. Excessive force and extreme prejudice ad TERIMA KASIH rd

Anda mungkin juga menyukai