Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN LINGKUNGAN A.

Pengertian Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana pribadi itu tinggal. Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syaratsyarat lingkungan yang sehat. Ilmu kesehatan lingkungan berkisar pada usaha manusia mengelola lingkungan sedemikian rupa, sehingga derajat kesehatan manusia dapat lebih ditingkatkan Adapun pengertian Kesehatan lingkungan menurut WHO Kesehatan Lingkungan Sebagai suatu ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya (WHO). Jadi Kesehatan Lingkungan adalah Ilmu yang merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang lebih menitikberatkan perhatianya pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih ditingkatkan. B. Ruang lingkup kesehatan lingkungan Ruang lingkup kesehatan lingkungan adalah mencakup semua faktor yang terdapat pada lingkungan fisik manusia meliputi:

Lingkungan fisis: geografi ( pegunungan , tanah datar) Lingkungan geologi (sumber - sumber air) dan iklim Lingkungan biologi flora dan fauna Lingkungan sosial ekonomi, kultural dan politis

Ruang lingkup kesehatan Lingkungan menurut WHO adalah meliputi: Masalah air . Masalah benda sisa/bekas(limbah, sampah, tinja) Masalah makanan dan minuman. Masalah perumahan dan bangunan. Masalah pencemaran udara, tanah dan air. Masalah pengawasan arthropoda dan rodentia. Masalah kesehatan kerja.

C. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat 1. Keadaan Air Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 100 0C, sehingga bakteri yang di dalam air tersebut mati. 2. Keadaan Udara Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidak tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat Karbondioksida). 3. Keadaan tanah Tanah yang sehat adalah tanah yang baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat. D. Pengaruh Lingkungan terhadp Kesehatan Akibat atau masalah yang ditimbulkannya segera, terjadi, artinya begitu faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut hadir dalam kehidupan, maka akan timbullah penyakit Akibat atau masalah yang ditimbulkannya terjadi lambat laun, artinya terdapat tenggang waktu antara hadir atau tidak hadirnya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dengan munculnya penyakit

E. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, di Indonesia sendiri berdampak pada kesehatan lingkungan, dengan adanya industri yang kian merebak khususnya di kota-kota besar yang tidak mempedulikan limbah industri tersebut. Kadangkala mereka membuang limbah industri secara sembarangan tanpa mempedulikan lingkungan disekitarnya. Hal ini berdampak negatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pemukiman industri. Seharusnya mereka memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dengan melakukan daur ulang terhadap limbah tersebut dan tidak membuang limbah secara sembarangan. Kebanyakan bagi para pelaku industri yang sadar akan kesehatan lingkungan, mereka menyaring limbah sebelum dibuang ke sungai sehingga pencemaran lingkungan dapat di minimalisasi. 2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor Masalah ini masih menjadi kajian pemerintah untuk melakukan upaya pengurangan polusi di negara ini. Dimulai dengan menambah kendaraan umum dan mengeluarkan peraturan mengenai pengendara mobil. Penggunaan kendaraan bermotor yang terlalu banyak dapat mengakibatkan polusi yang tinggi, karena Co2 yang dihasilkan dapat merusak lapisan O3 yang terdapat dalam lapisan Atmosfir. 3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya 4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong F. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 1. Mengurangi Pemanasan Global Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan global, karbon, zat O2 (oksigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (Karbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bersih dari segala penyakit dan sampah. Sampah adalah musuh kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ; a. Membersihkan Sampah Organik Sampah organik adalah sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur dalamdalam sampah organik tersebut, contoh sampah organik : 1) Daun-daun tumbuhan 2) Ranting-ranting tumbuhan 3) Akar-akar tumbuhan b. Membersihkan Sampah Non Organik Sampah non organik adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya.
G. Desentralisasi Kesehatan Menuju Indonesia Sehat

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati, antara lain, bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut, dan tingkat sosial ekonominya. Inilah salah satu yang menjiwai penyusunan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang berdasarkan atas perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, dan pengutamaan manfaat. Sementara itu, isu strategis bidang kesehatan menuju Indonesia Sehat adalah kerja sama lintas sektor, pemberdayaan masyarakat, mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, dan sumber daya pembiayaan kesehatan. Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat beberapa kebijakan strategi yang ditempuh, antara lain, adalah peningkatan kerjasama lintas sektor; peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta; peningkatan upaya kesehatan; dan peningkatan sumber daya kesehatan (Depkes, 1999).

Visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya diseluruh Indonesia. Sementara itu, salah satu misi pembangunan kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (Depkes, 1999). Bila dikaitkan dengan visi dan misi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat, maka kebijakan desentralisasi dapat dianggap sebagai upaya percepatan menunju citacita tersebut, karena hakikat dari desentralisasi pembangunan kesehatan adalah tersedianya pelayanan kesehatan secara adil dan merata bagi seluruh warga negara. Hal tersebut dimungkinkan karena daerah diberi keluwesan untuk mengurus kesehatan daerahnya. Program pembangunan kesehatan tidak lagi top-down tetapi benar-benar berasal dari aspirasi masyarakat (daerah). Dengan desentralisasi, daerah memiliki kewenangan menyusun sistem kesehatannya sendiri, menentukan anggaran pembangunan kesehatan, memilih prioritas pembangunan, mendayagunakan sumber daya kesehatan, menentukan tarif pelayanan kesehatan, dan membuat kebijakan sistem pembiayaan kesehatan di daerahnya. H. Kendala dalam Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan Harus diakui bahwa melaksanakan sesuatu yang relatif baru tentu akan berhadapan dengan berbagai kendala, yang penyelesaiannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Salahsatu hal yang dapat menghambat pelaksnaan desentralisasi adalah perubahan yang dramatisterhadap birokrasi pemerintahan di daerah. Selama ini masyarakat memandang birokrasisebagai suatu proses panjang dan berbelit-belit, apabila masyarakat akan menyelesaikan suatu urusan dengan aparatur pemerintah (Widjaya, 2002). Arus desentralisasi semakin menuntut perubahan radikal dalam kinerja birokrasi aparatur pemerintahan. Hal ini merupakan kendala, karena peroses perubahannya memerlukan waktu lama dan kemauan kuat dari aparatur pemerintah (termasuk perubahan mental birokrat) yang selama ini sudah mapan. Menurut Tagela (2001), beberapa kendala umum yang dihadapi daerah (Kabupaten/Kota) dalam melaksanakan desentralisasi adalah terbatasnya sumber daya manusia, sarana dan prasarana, manajemen, sumber daya alam, pendapatan asli daerah, dan mental aparatur yang sudah terbiasa dengan mengikuti petunjuk atasan. Disamping itu, dari

sisi masyarakat, posisi masyarakat yang selama ini menjadi objek pembangunan merupakan kendala juga, karena dalam era desentralisasi mereka dituntut untuk banyak terlibat dalam perencanaan dan penyusunan program pembangunan di daerah. Dalam bidang kesehatan, berdasarkan fungsi dan kewenangan daerah Kabupaten/Kota, kesiapan daerah, baik dari pihak penyelenggara pemerintahan (ekesekutif dan legislatif) maupun dari pihak masyarakat, sangat dituntut. Sebagai contoh, pemerintah daerah diharapkan untuk menyusun sistem kesehatan, merencanakan pembangunan kesehatan, melakukan bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan, dan pengembangan kerjasama lintas sektor(lintas instansi). Selain itu, pemerintah daerah dituntut untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di daerah dan sedapat mungkin melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan dan penyusunan program pembangunan kesehatan di daerah. Hal ini tidak mudah dilakukan,karena selama ini daerah sudah dibuai oleh kebijakan yang ditetapkan dari pusat. Pihak DPRD diharapkan dapat menghasilkan peraturan daerah yang memberi iklim kondusi fterhadap pembangunan kesehatan di daerah. Kebiasaan ego-sektoral yang selama ini terjadi juga merupakan kendala dalam pelaksanaan desentralisasi kesehatan, karena pembangunan kesehatan hanya dapat berhasil jika terdapat kerjasama lintas sektor yang baik. Hal ini sesuaidengan misi Indonesia Sehat.

Anda mungkin juga menyukai