Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p.

367-380
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

Analisa Laju Erosi dan Arahan Konservasi Lahan


Menggunakan Aplikasi ArcMap Pada DAS Pekalen
Hulu Kabupaten Probolinggo Jawa Timur
Ridho Nur Aziz Rastanto1*, Dian Sisinggih2, Andre Primantyo
Hendrawan3
1, 2, 3
Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono No. 167, Kota Malang, 65145, INDONESIA
*Korespondensi Email: ridhorastanto@gmail.com

Abstract: The Pekalen Watershed is located in the administrative area of


Probolinggo Regency, East Java Province. The cause of the flooding in Probolinggo
in 2018 and 2019 was probably due to the large amount of deforestation and land use
change in the upstream Pekalen watershed. With this incident, it is necessary to study
the erosion of the Upper Pekalen watershed at the outlet of the Pekalen Weir and
review the erosion hazard level and Recommendation for Land Rehabilitation and
Soil Conservation (ARLKT). This research was conducted using the Universal Soil
Loss Equation (USLE) and Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE)
methods, then compared to determine the amount of runoff and erosivity in the
upstream Pekalen watershed, erosion rate, erosion hazard level, and the
recommendation for land rehabilitation and soil conservation in accordance with
watershed conditions. Soil erosion using the USLE method was obtained at 89,79
tons/ha/year, with the SDR (Sediment Delivery Ratio) according to Boyce's formula
(1975) of 11,72%, so that the SY (Sediment Yield) was 10,52 tons/ha/year. While
MUSLE erosion with a return period of 1,01 years averaged 5,75 tons/ha/year, for 2-
years return period is an average of 9,03 tons/ha/year. Upper Pekalen watershed is
dominated by very high erosion of 39,74%. The ARLKT pattern (Recommendation for
Land Rehabilitation and Soil Conservation) carried out in the Upper Pekalen
watershed is to provide a policy of directing land use, as follows. Protected Areas
with an area of 5.094,76 ha (30.25 %), Buffer Areas with an area of 10.092,43 ha
(59,93 %), Cultivation Areas with an area of 1.654,31 ha (9,83 %).

Keywords: Upper Pekalen Watershed, USLE, MUSLE, SDR, ARLKT

Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) Pekalen yang terletak di wilayah administrasi
Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Penyebab terjadinya banjir di
Probolinggo pada tahun 2018 dan 2019 kemungkinan dikarenakan banyak terjadi
penebangan pohon dan perubahan tata guna lahan di hulu DAS Kali pekalen. Dengan
adanya kejadian tersebut, maka diperlukan kajian erosi DAS Pekalen Hulu dengan
outlet Bendung Pekalen serta meninjau tingkat bahaya erosi dan Arahan Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (ARKLT). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) dan Modified Universal
Soil Loss Equation (MUSLE), kemudian dibandingkan untuk mengetahui besarnya
debit limpasan permukaan dan erosivitas di DAS Pekalen hulu, laju erosi, tingkat
bahaya erosi, dan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang sesuai dengan
kondisi DAS. Erosi lahan metode USLE diperoleh sebesar 89,79 ton/ha/tahun,

*Penulis korespendensi: ridhorastanto@gmail.com


Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

dengan SDR (Sedimen Delivery Ratio) menurut rumus Boyce, 1975 sebesar 11,72 %
sehingga didapatkan SY (Sedimen Yield) sebesar 10,52 ton/ha/tahun. Erosi MUSLE
dengan periode ulang 1.01 tahun rata-rata sebesar 5,75 ton/ha/tahun,untuk periode
ulang 2 tahun rata-rata sebesar 9,03 ton/ha/tahun. DAS Pekalen Hulu didominasi erosi
sangat tinggi sebesar 39,74 %. Pola ARLKT yang dilakukan adalah memberikan
kebijakan arahan penggunaan lahan yaitu, Kawasan Lindung 5.094,76 ha (30,25 %),
Kawasan Penyangga dengan luas 10.092,43 ha (59,93 %), dan Kawasan Budidaya
dengan luas 1.654,31 ha (9,83 %).

Kata kunci: DAS Pekalen Hulu, USLE, MUSLE, SDR, ARLKT

1. Pendahuluan
Perubahan tata guna lahan pada suatu DAS (daerah aliran sungai) yang tidak sesuai dengan kaidah
konservasi akan mempengaruhi besarnya erosi dan sedimentasi dan berpotensi mengakibatkan bencana
banjir dan tanah longsor [1][2]. Potensi banjir yang terjadi dapat mengganggu kehidupan manusia
karena merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan bencana dan kerusakan daerah aliran sungai
sebagai media konservasi sumber daya air. DAS Pekalen merupakan kawasan DAS yang strategis di
Wilayah Jawa Timur, namun kondisi sekarang banyak terdapat hutan masyarakat yang ditanami pohon
sengon yang dipanen kayunya secara bersamaan, sehingga menimbulkan erosi lahan yang cukup besar,
menimbulkan terbukanya lapisan permukaan tanah dan rentan terjadi banjir bandang.
Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) semakin banyak digunakan pada studi analisa erosi
lahan serta untuk mengkaji kebijakan dalam melakukan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
(ARKLT) yang disajikan dalam bentuk tabel/atribut dan peta [2], sehingga penting sekali untuk
mengkaji erosi-sedimentasi di DAS Pekalen Hulu menggunakan SIG untuk melihat kemampuan lahan
dan memberikan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah menggunakan data-data terkini. Sesuai
dengan uraian di atas, maka diperlukan kajian erosi DAS Pekalen Hulu dengan outlet Bendung Pekalen
serta meninjau tingkat bahaya erosi lahan kondisi saat ini dengan menggunakan aplikasi ArcMap 10.3
[3]. Aplikasi tersebut merupakan alat/tools untuk mempermudah analisis tematik berdasarkan data
dijital berbentuk raster maupun vektor dan melakukan analisis berdasarkan data atribut masing-masing
peta tematik.
Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui besar debit limpasan permukaan dan erosivitas di DAS
Pekalen hulu, mengetahui hasil erosi lahan berdasarkan formula USLE dan MUSLE, mengetahui
seberapa tingkat bahaya erosi (TBE) di DAS Pekalen hulu, serta memberikan arahan rehabilitasi lahan
dan konservasi tanah (ARLKT) yang sesuai dengan kondisi DAS Pekalen hulu.
2. Bahan dan Metode
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian terkait eorsi-sedimentasi ini dilakukan di DAS Pekalen Hulu yang terletak di Kabupaten
Probolinggo, Propinsi Jawa Timur, Lokasi DAS Pekalen hulu meliputi beberapa kecamatan dua hulu
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang dimana pada kajian ini
digunakan outlet titik pengamatan DAS di Bendung Pekalen. Lokasi penelitian disajikan dalam bentuk
peta terlihat pada Gambar 1.

368
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Gambar 1: Lokasi Wilayah Penelitian dan Batas DAS Pekalen Hulu

2.2 Alat dan Data


Pengumpulan Alat dan Data meliputi beberapa hal antara lain data curah hujan harian pada 4 stasiun
hujan tersebar di wilayah DAS Pekalen Hulu (stasiun hujan Condong, Kertosuko, Segaran, Tiris) tahun
2000-2020 didapatkan dari PSDA Pasuruan Wilayah Sungai Pekalen-Sampean, sedangkan data jenis
tanah didapat dari FAO (Food and Agriculture Organization) berdasarkan sumber data dari
Harmonized World Soil Database [4]. Peta kemiringan lereng (Length and Slope) didapat dari DEM
model SRTM resolusi 30 meter kemudian dibuat peta lereng dengan menggunakan Arctoolbox pada
ArcMap dengan menu 3D Analysttools-raster surface-slope, lalu kemiringan lereng dengan kriteria
sebagai berikut: [5]
Tabel 1: Faktor atau indeks LS (length dan Slope) Berdasarkan Kemiringan Lereng

Peta tata guna lahan yang digunakan untuk analisis faktor CP (crop dan practice) diperoleh dari
instansi terkait yaitu Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) Provinsi Jawa Timur.
2.3 Tahapan Penelitian
Langkah pertama dari pengerjaan studi ini yaitu melakukan analisa hidrologi dimana data curah
hujan yang didapat dari instansi terkait dilakukan pengujian konsistensi data hujan dan uji statistik
lainnya, kemudian melakukan perhitungan besar curah hujan rerata daerah digunakan metode Poligon
Thiessen, kemudian dihitung analisa curah hujan rancangan dalam hal ini digunakan distribusi frekuensi
Metode Gumbel dan Log Pearson III. Pada penelitian ini lebih sesuai digunakan metode Log Pearson
III, berdasarkan hasil uji statistik dan uji kesesuaian distribusi menggunakan metode Chi-Square serta
Smirnov-Kolmogorov sehingga analisa frekuensi Log-Pearson III dapat diterima. Setelah melakukan
analisa hidrologi, selanjutnya adalah melakukan analisa erosi dimana perhitungan erosi digunakan
metode USLE (universal soil loss equation) dan MUSLE (modified universal soil loss equation) serta
melakukan klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (IBE). Jika hasil erosi kedua metode dan IBE telah didapat,
selanjutnya menghitung nilai Sedimen Yield (SY) untuk USLE dan membandingkan hasilnya dengan
metode MUSLE. Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT) dan upaya penanganan
erosi dan sedimentasi yang meliputi penanganan secara mekanik dan non-mekanik (konservasi
vegetatif) diusulkan untuk menangani masalah di DAS Pekalen Hulu. Hasil perhitungan diatas disajikan
dalam bentuk peta dan tabel.
369
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

2.4 Persamaan
2.4.1 Faktor atau Indeks Erosivitas Hujan (R) USLE
Perhitungan indeks erosivitas hujan yang merupakan fungsi dari rata-rata curah hujan tahunan dan
hari hujan untuk memprediksi energi kinetik hujan pada penelitian ini akan digunakan metode Bols
(1978), dimana erosivitas hujan rata-rata tahunan menurut metode Bols yang dapat dilihat pada
persamaan 1: [6]

𝐸𝐼30 = 6,12 (𝑅𝐴𝐼𝑁)1,21 (𝐷𝐴𝑌𝑆)−0,47 (𝑀𝐴𝑋𝑃)0,53 Pers. 1


dengan:
EI30 = erosivitas hujan yang merupakan nilai rata-rata tahunan (kJ/ha)
RAIN = curah hujan yang merupakan nilai rata-rata tahunan (cm)
DAYS = jumlah hari hujan rerata per tahun (hari)
MAXP = curah hujan maksimum rerata dalam durasi waktu 24 jam per bulan selama satu tahun
(cm)

2.4.2 Faktor atau Indeks Limpasan Permukaan (Rw) MUSLE


Langkah-langkah menghitung Rw bisa dijelankan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Time of Concentration atau waktu konsentrasi (Tc)


Besarnya waktu konsentrasi yaitu waktu yang dibutuhkan oleh perjalanan air hujan mulai jatuh
hingga mencapai outlet yang diberi simbol Tc dapat diketahui setelah panjang sungai pada suatu sub
DAS (L) dan kemiringan sungai atau slope (S) yang dapat dilihat pada persamaan 2: [7]
0,385
0,87 . 𝐿2
𝑇𝑐 = ( ) Pers. 2
1000 . 𝑠
dengan:
Tc = waktu konsentrasi air hujan mencapai outlet dalam jam
L = panjang sungai utama pada sub DAS dalam meter
S = kemiringan sungai atau slope merupakan perbandingan beda elevasi terhadap jarak.
b. Intensitas Hujan (I)
Intensitas curah hujan (I) yang digunakan untuk analisis limpasan permukaan akan dihitung dengan
menggunakan persamaan 3: [7]
2
𝑅24 24 3
𝐼= .( ) Pers. 3
24 𝑇𝑐
dengan:
I = intensitas hujan dalam satuan mm/jam
Tc = waktu konsentrasi dalam satuan jam
R24 = hujan maksimum dalam periode ulang yang telah ditentukan dalam satuan milimeter

c. Koefisien Aliran atau limpasan (C)


Koefisien pengaliran atau limpasan permukaan adalah presentase jumlah air yang melimpas melalui
bagian permukaan tanah dari jumlah air hujan yang jatuh pada suatu kawasan atau daerah. Koefisien
limpasan (C) banyak ditentukan dengan melakukan estimasi berdasarkan perkiraan tata guna lahan yang
dilalui oleh air hujan. Beberapa perkiraan nilai C sering dihubungkan berdasarkan tabel hubungan
antara tataguna lahan-nilai C sebagai berikut: [7]

370
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Tabel 2: Nilai Koefisien Aliran (C) Untuk Persamaan Rasional (U.S. Forest Service, 1980)

d. Debit Puncak (Qp)


Debit puncak (Qp) dihitung dengan menggunakan persamaan 4: [7]

𝑄𝑝 = 0,278 . 𝐶 . 𝐼 . 𝐴 Pers. 4
dengan:
Qp = debit puncak dalam satuan m3/dt
C = koefisien limpasan atau aliran (berdasarkan tabel 2)
I = intensitas hujan dalam satuan mm/jam

e. Volume Aliran (Vq)


Volume aliran permukaan (Vq) pada penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan persamaan
5:
𝑉𝑞 = 𝐶𝐻𝑚𝑎𝑥 . 𝐶 Pers. 5
dengan:
Vq = volume aliran permukaan dalam satuan m3
CHmax = curah hujan maksimum periode ulang yang ditentukan dalam satuan mm/hari
C = koefisien aliran (berdasarkan tabel 2)

f. Limpasan Permukaan (Rw)


Setelah perhitungan no. 1-5 didapatkan, maka selanjutnya menghitung limpasan permukaan (Rw)
menggunakan persamaan 6: [7]

𝑅𝑤 = 11,8 . (𝑉𝑞 . 𝑄𝑝)0,56 Pers. 6


dengan:
Rw = faktor atau indeks erosivitas limpasan permukaan dalam satuan m2/jam
Vq = total volume aliran permukaan dalam satuan m3
Qp = debit puncak dalam satuan m3/dt

2.4.3 Perhitungan Erosi Metode USLE


371
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Perhitungan laju erosi Metode USLE yang dikembangkan oleh peneliti pertama kali yaitu
Wischmeir dan Smith (1978) telah menemukan rumus erosi lahan sebagaimana pada persamaan 7: [6]

𝐴 = 𝑅 . 𝐾 . 𝐿𝑆 . 𝐶𝑃 Pers. 7
dengan:
A = besarnya tanah yang tererosi dalam satuan ton/ha/tahun
R = faktor atau indeks erosivitas energi kinetik hujan
K = faktor atau indeks erodibilitas tanah
LS = faktor atau indeks kemiringan lereng (length and slope)
CP = faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (crop and management practice)

2.4.4 Perhitungan Erosi Metode MUSLE


Perhitungan erosi metode MUSLE yang dikembangkan oleh United States Department of
Agriculture (USDA) bekerja sama dengan Universitas Purdue (1954), dimana metode ini adalah hasil
modifikasi metode USLE dimana dihitung berdasarkan persamaan 8: [6]

𝐴 = 𝑅𝑤 . 𝐾 . 𝐿𝑆 . 𝐶𝑃 Pers. 8
dengan:
A = besarnya tanah tererosi (ton/ha/tahun)
Rw = faktor atau indeks erosivitas limpasan permukaan

2.4.5 Indeks Bahaya Erosi


Setelah diketahui laju erosi lahan kemudian dihitung nilai bahaya erosi yang dinyatakan dalam
indeks bahaya erosi (IBE), dimana ditentukan berdasarkan persamaan 9: [2] [5]

𝐸𝑟𝑜𝑠𝑖 𝑃𝑜𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑙 (𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)


𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 𝐸𝑟𝑜𝑠𝑖 = Pers. 9
𝑇 (𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
dengan:
T = besarnya erosi yang masih dapat ditoleransi/dibiarkan

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Analisa Hidrologi
3.1.1 Analisa Curah Hujan Rerata Daerah
Perhitungan analisa curah hujan rerata daerah dilakukan untuk mendapatkan hujan maksimum
rerata tahunan yang jatuh di wilayah kajian, dimana dalam penelitian ini digunakan metode metode
Aritmatik (Aljabar) dan pembanding Poligon Thiessen dengan rentang data selama 21 tahun (n = 21
data) mulai tahun 2000 hingga 2020. Rekapitulasi dari kedua metode tersebut dapat dijabarkan pada
tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3: Rekapitulasi Hasil CH Rerata Daerah M. Aritmatik dan Thiessen
Curah Hujan (mm)
Tahun
Rerata Aritmatik Poligon Thiessen
2000 157.50 179.94
2001 94.75 111.25
2002 128.50 120.76
2003 102.75 106.47
2004 103.00 113.73
2005 136.75 124.87
2006 96.00 108.22
2007 79.50 89.79
2008 95.00 95.27
372
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Curah Hujan (mm)


Tahun
Rerata Aritmatik Poligon Thiessen
2009 125.25 126.60
2010 103.50 110.80
2011 102.75 114.17
2012 133.25 142.85
2013 158.00 166.79
2014 145.75 156.39
2015 139.50 138.55
2016 151.75 146.39
2017 115.25 115.13
2018 135.00 130.52
2019 93.75 93.89
2020 154.50 148.57

Hasil dari kedua metode tersebut dapat dilihat hasil yang paling besar atau maksimum dari curah
hujan rerata daerah Metode Poligon Thiessen, sehingga untuk analisa hidrologi selanjutnya akan
digunakan Metode Poligon Thiessen.
3.1.2 Analisa Hujan Rancangan
Perhitungan analisa curah hujan rancangan untuk analisis limpasan permukaan digunakan 2 (dua)
metode yaitu Metode Gumbel dan Log Pearson III sebagaimana telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Rekapitulasi curah hujan rancangan baik menggunakan Metode Gumbel dan Log Pearson
disajikan pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4: Hasil Perhitungan CH Rancangan Metode Gumbel vs Log Pearson III

Kala Ulang (Tahun) Gumbel (mm) Log Pearson III (mm)

1.01 79.19 82.27


2 122.16 122.74
5 147.85 144.56
10 164.86 158.12

Di dalam analisis perhitungan erosi lahan, digunakan erosivitas limpasan permukaan tahunan,
sehingga untuk perhitungan pada studi ini digunakan kala ulang 1.01 dan 2 tahun, dimana curah hujan
rancangan ini menggambarkan limpasan permukaan pada kondisi debit dominan (tahunan). Selanjutnya
digunakan metode Log Pearson III yang mana menghasilkan nilai relatif lebih besar untuk kala ulang
1.01 dan 2 tahun masing-masing sebesar 82,27 mm dan 122,74 mm.

3.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi


Pada perhitungan uji statistik menggunakan dua metode yaitu Uji Chi Square dan Smirnov-
Kolmogorov bertujuan untuk mengetahui besarnya penyimpangan data secara vertikal maupun
horisontal. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa untuk analisa frekuensi Log Pearson III pada kedua
metode tersebut dapat diterima atau memenuhi persyaratan.
3.2 Analisa Erosi
3.2.1 Faktor Erosivitas Hujan (R) USLE
Untuk menghitung erosi metode USLE diperlukan nilai erosivitas hujan tahunan (kJ/ha/tahun)
dalam penelitian ini digunakan metode Bols [6]. Hasil perhitungan faktor ersovitas hujan (R) tahunan
di 4 stasiun hujan (Condong, Kertosuko, Segaran, Tiris) dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

373
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Tabel 5: Erosivitas Hujan Tahunan pada DAS Pekalen Hilu

No. Nama Stasiun Erosivitas Tahunan (kJ/ha/tahun)


1 Condong 511.094
2 Kertosuko 951.461
3 Segaran 953.021
4 Tiris 1069.86

Erosivitas hujan tahunan di atas merupakan erosivitas hujan rata-rata sepanjang 21 tahun mulai
tahun 2000 hingga 2020 yang dihitung pada masing-masing stasiun. Selanjutnya pengaruh erosivitas
hujan di atas digunakan rerata Poligon Thiessen untuk mengetahui faktor erosivitas hujan di DAS
Pekalen Hulu disajika pada gambar 2.
3.2.2 Faktor Erosivitas Limpasan Permukaan (Rw) MUSLE
Metode MUSLE dihitung dengan menggunakan persamaan 6 dimana parameter erosivitas limpasan
permukaan (Rw) merupakan faktor dari: Time of Concentration (Tc), Intensitas Hujan (I), Koefisien
limpasan permukaan (C), Debit Puncak (Qp), dan Volume Aliran (Vq) sehingga diperoleh nilai
erosivitas limpasan permukaan (Rw) untuk kala ulang (Tr) 1,01 dan 2 tahun [7]. Hasil perhitungan
erosivitas limpasan permukaa [7] disajikan pada gambar 3.

Gambar 2: Peta Erosivitas Hujan DAS Pekalen Hulu Masing-masing Stasiun Hujan

Gambar 3: Peta Limpasan Permukaan (Rw) Tr 1,01 dan 2 Tahun di DAS Pekalen Hulu

374
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

3.2.3 Faktor Erodibilitas Tanah (K)


Hasil perhitungan faktor erodibilitas tanah (K) dipetakan secara spasial pada DAS Pekalen Hulu,
dimana terdapat 4 jenis tanah berdasarkan data tanah FAO, yaitu: Andosol Molik (2323,18 ha), Andosol
Okrik (5437,25 ha), Luvisol (1151,12 ha), dan Regosol (7929,29 ha). Hasil analisis erodibilitas tanah
di DAS Pekalen Hulu disajikan pada gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4: Peta Erodibilitas Tanah (K) di DAS Pekalen Hulu

3.2.4 Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Untuk menentukan nilai LS digunakan analisa ArcMap 10.3 yang ditentukan berdasarkan
kemiringan lereng dengan 5 kriteria, yaitu: 0-8 %, 8-15 %, 15-25 %, 25-40 %, dan >40 %. Klasifikasi
kemiringan tersebut dibuat berdasarkan data kontur DEMNAS, kemudian dilakukan analisis
menggunakan 3D Analysttools-raster surface-slope yang tersedia pada fasilitas ArcMap 10.3. Nilai
kemiringan lereng yang sudah dihasilkan dikorelasikan dengan faktor LS sebagaimana pada tabel 1.
Hasil analisa LS secara spasial pada DAS Pekalen Hulu, disajikan pada gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5: Peta Length and Slope (LS) di DAS Pekalen Hulu

375
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

3.2.5 Faktor Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah (CP)


Perhitungan faktor Crop and Pattern (CP) diperoleh berdasarkan data penggunaan lahan di DAS
Pekalen Hulu dan dikorelasikan berdasarkan indeks CP berdasarkan faktor pengelolaan tanaman dan
konservasi tanah [6]. Hasil perhitungan nilai CP disajikan pada gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6: Peta Crop and Pattern (CP) di DAS Pekalen Hulu

3.2.6 Hasil Erosi Metode USLE


Analisa erosi metode USLE diperoleh dengan melakukan proses tumpang susun (overlay) keempat
parameter yaitu: Nilai erosivitas R, Erodibilitas K, Panjang dan Kemiringan Lereng LS serta
Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah CP yang diolah secara tematik menggunakan peta vektor
menggunakan teknik intersect. Hasil yang diperolah berdasarkan analisis erosi lahan dengan
menggunakan metode USLE dari beberapa data dasara di DAS Pekalen Hulu diperoleh peta tematik
sebagaimana disajikan pada gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7: Hasil Erosi Lahan Metode USLE

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka diperoleh erosi lahan di DAS Pekalen Hulu rata-rata sebesar
89,79 ton/ha/tahun. Nilai ini setara dengan laju kehilangan tanah sebesar = 6,91 mm/tahun, jika
diasumsikan berat volume sedimen () sebesar 1,3 ton/m3. Nilai laju kehilangan tanah 6,91 mm/tahun
376
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

didapat dari rata-rata erosi lahan metode USLE (A) dibagi berat volume sedimen (s). Nilai laju
kehilangan tanah 6,91 mm/tahun jauh lebih besar dari 2,5 mm/tahun dimana nilai 2,5 mm/tahun
merupakan nilai batas T maksimum laju kehilangan tanah [6]. Jadi hal ini menunjukkan bahwa DAS
Pekalen Hulu merupakan DAS yang sangat kritis karena kehilangan tanah = 6,91 mm/tahun > 2,5
mm/tahun.
3.2.7 Hasil Erosi Metode MUSLE
Analisis erosi metode MUSLE diperoleh dengan melakukan tumpang susun (overlay) berdasarkan
4 parameter, antara lain: Erosivitas Limpasan Permukaan Rw, Erodibilitas K, Panjang dan Kemiringan
Lereng LS, serta Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah CP menggunakan teknik intersect
berdasarkan ke-empat data vektor tersebut di atas.. Hasil yang diperoleh merupakan hasil analisis erosi
lahan dimana digunakan 2 periode ulang (Tr), yaitu Tr 1,01 dan 2 tahun pada faktor limpasan
permukaan dimana nilai ini menggambarkan kondisi laju erosi tahunan. Sebagaimana diketahui bahwa
periode ulang 2 tahun merupakan limpasan yang mendekati debit dominan suatu kawasan, sementara
periode ulang 1,01 merupakan kejadian dengan probabilitas 99,99% dimana hal ini identik dengan
erosivitas tahunan. Hasil analisis disajikan pada gambar 8 sebagai berikut:

Gambar 8: Hasil Erosi Lahan Metode MUSLE Periode Ulang (Tr) 1,01 dan 2 Tahun

Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa erosi lahan menurut metode MUSLE di DAS
Pekalen Hulu dengan Tr 1,01 dan 2 tahun diperoleh nilai rata-rata erosi lahan sebesar 5,75 dan 9,03
ton/ha/tahun.
3.2.7 Indeks Bahaya Erosi
Indeks Bahaya Erosi dihitung untuk mengetahui harkat erosi di DAS Pekalen Hulu. Dari hasil
perhitungan indeks bahaya erosi dan harkat erosi, didominasi harkat erosi sangat tinggi (39,74 %),
diikuti oleh harkat erosi sedang (30 %), tinggi (15,75 %), dan rendah (14,51 %). Hasil perhitungan
indeks bahaya erosi secara lengkap berdasarkan luas lahan disajikan pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6: Perhitungan Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi Menurut Harkat Erosi di DAS Pekalen Hulu

Harkat Erosi Luas (ha) Prosentase (%)


Rendah 2443.46 14.51
Sedang 5051.82 30.00
Tinggi 2653.15 15.75
Sangat Tinggi 6693.08 39.74
Total 16841.51 100.00

377
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Selanjutnya, hasil analisis klasifikasi indeks bahaya erosi menurut harkat erosi dipetakan secara
spasial pada DAS Pekalen Hulu, dengan hasil pemetaan sebagai berikut:

Gambar 9: Hasil Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi di DAS Pekalen Hulu

3.3 Hasil Sedimentasi


Untuk mengetahui sedimentasi di sungai berdasarkan hasil erosi lahan, maka dihitung sedimen yield
(SY) berdasarkan nilai Sediment Delivery Ratio (SDR). Banyak sekali formula SDR untuk menghitung
sedimen di sungai antara lain: Asdak (2002), Boyce (1975), dan Auerwald (1992). Berdasarkan ketiga
metode tersebut diperoleh nilai SDR yang berbeda, sehingga juga dihasilkan SY (ton/ha/tahun) yang
berbeda. Hasil perhitungan menunjukkan nilai SY di DAS Pekalen Hulu sebesar 10,52 ton/ha/tahun
berdasarkan metode Boyce (1975). Secara lengkap hasil perhitungan disajikan pada tabel 7 sebagai
berikut:
Tabel 7: Rekapitulasi Nilai SDR dan SY Untuk Masing-masing Rumus

Erosi Lahan USLE (Ea) Sedimen Delivery Ratio (SDR) Sedimen Yield (SY)
Rumus
(ton/ha/tahun) (%) (ton/ha/tahun)
Asdak, 2002 17.00% 15.27
Boyce, 1975 89.79 11.72% 10.52
Auerwald, 1992 14.70% 13.20

Setelah diperoleh nilai SDR dan SY, maka selanjutnya membandingkan hasil perhitungan nilai
erosi lahan antara metode USLE dan MUSLE sebagai berikut:
Tabel 8: Perbandingan Hasil Erosi USLE dan MUSLE
SY USLE (ton/ha/tahun) MUSLE (ton/ha/tahun)
Asdak, 2002 Boyce, 1975 Auerwald, 1992 1.01 Tahun 2 Tahun
15,27 10,52 13,20 5,75 9,03

Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa nilai SY dari SDR metode Boyce (1975) pada erosi USLE
diperoleh nilai 10,52 ton/ha/tahun, dimana nilai ini mendekati nilai erosi lahan metode MUSLE dengan
kala ulang limpasan permukaan sebesar 2 tahun sebesar 9,03 ton/ha/tahun.

378
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

3.4 Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT)


Analisis Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT) dilakukan untuk memberikan
rekomendasi pengelolaan kawasan berdasarkan 3 kriteria yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga,
dan kawasan budidaya. Diharapkan dengan penetapan kawasan akan memperkecil laju erosi DAS
Pekalen Hulu dikarenakan penggunaan lahan sudah sesuai dengan kriteria masing-masing kawasan.
Penetapan kawasan ini berdasarkan 3 faktor penentu yaitu: curah hujan, jenis tanah, dan kelas lereng
[6]. Hasil analisis ARLKT disajikan pada gambar 10 sebagai berikut:

Gambar 10: Hasil Analisis ARLKT Berdasarkan Fungsi Kawasan di DAS Pekalen Hulu

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa DAS Pekalen Hulu didominasi oleh kawasan penyangga
(59,93 %) dan sedikit sekali kawasan budidaya (9,83 %), hal ini perlu menjadi perhatian penentu
kebijakan untuk pengembangan kawasan DAS Pekalen Hulu sehingga akan mengurangi bencana akibat
erosi lahan. Secara lengkap hasil analisis fungsi kawasan disajikan pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8: Rekapitulasi Fungsi Kawasan Berdasarkan Total Luas serta Prosentase Wilayah
Kawasan Fungsional Luas (ha) Prosentase (%)
Kawasan Budidaya 1654, 31 9,83 %
Kawasan Lindung 5094,76 30,25 %
Kawasan Penyangga 10092,43 59,93 %
Total Luas 16841,51 100 %

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan maka total besar debit limpasan untuk Tr 1,01
dan 2 tahun masing-masing sebesar 48,35 m3/dt dan 72,13 m3/dt. Besar nilai erosivitas hujan rata-rata
tahunan masing-masing stasiun. Stasiun Condong sebesar 511,09 kJ/ha/tahun, Kertosuko sebesar
951,46 kJ/ha/tahun, Segaran sebesar 953,02 kJ/ha/tahun, dan Tiris sebesar 1069,86 kJ/ha/tahun. Besar
erosi lahan metode USLE diperoleh nilai sebesar 89,79 ton/ha/tahun, berdasarkan nilai SDR menurut
Boyce (1975) didapat nilay SY sebesar 10,52 ton/ha/tahun, sedangkan untuk nilai erosi lahan metode
MUSLE untuk Tr 1,01 dan 2 tahun masing-masing sebesar 5,75 ton/ha/tahun dan 9,03 ton/ha/tahun,
dimana Tr 2 tahun mendektai nilai SY metode USLE. Kondisi tingkat bahaya erosi didominasi harkat
sangat tinggi sebesar 39,74 %, harkat sedang sebesar 30 %, harkat tinggi sebesar 15,75 %, dan harkat
rendah sebesar 14, 51%, dapat disimpulkan bahwa DAS Pekalen Hulu didominasi harkat erosi sangat
tinggi. Pola ARLKT DAS Pekalen Hulu dengan arahan penggunaan lahan untuk kawasan lindung
sebesar 30,25 %, kawasan penyangga sebesar 59,93 %, dan kawasan budidaya sebesar 9,83 %.
379
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380

Daftar Pustaka
[1] Haq, Muhammad Fariz Kasyful, Moh Sholichin, and Runi Asmaranto. "Analisa Pendugaan
Laju Erosi Dengan Menggunakan Model Agricultural Non Point Source Pollution (AGNPS) Di
Sub Das Lesti Kabupaten Malang." Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air 1.1
(2021): 180-191.

[2] Asmaranto, Runi, Ery Suhartanto, and Mike Yuanita. "Aplikasi Model AVSWAT 2000 untuk
Memprediksi Erosi, Sedimentasi dan Limpasan di DAS Sampean." Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering 2.1 (2012): 79-85.

[3] Koyari, Elroy, and Runi Asmaranto. "Land use change impact on flood reduction capacity of
lake sentani, jayapura." International Journal of Engineering & Technology 7.3.29 (2018):
115-120.

[4] Nachtergaele, F. O., et al. "Harmonized world soil database (version 1.0)." (2008).
[5] Syamsul Arifin, Ery Suhartanto, Ussy Andawayanti. “Analysis of Changes in Land Use
Patterns for Erosion and Sediment Prediction”. Civil and Environmental Science Journal
(CIVENSE). 5.1 (2022): 26-44
[6] Asdak. Chay, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2002.
[7] Sihaloho, Rianty, Bambang Sujatmoko, and Manyuk Fauzi. "Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk Prediksi Erosi Lahan dengan Metode MUSLE." JURNAL TEKNIK 14.2
(2020): 153-162.

[8] Arnoldus Nama, Ussy Andawayanti, Ery Suhartanto. Analisis Tingkat Bahaya Erosi Dan
Arahan Konservasi Lahan Dengan Aplikasi Gis Di Das Manikin. Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering 7.2 (2016): 216-224.

[9] Nurdiyanto, N., Limantara, L. M., & Suhartanto, E. “Analisis Hujan dan Tata Guna Lahan
Terhadap Limpasan Permukaan Di Sub DAS Pekalen Kabupaten Probolinggo”, Jurnal Teknik
Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 7(1), pp. 83 – 94, 2016.

[10] Suhartanto E, Hardjomidjojo S, “Optimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai
Cidanau Kabupaten Serang Propinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi ANSWERS”,
Proc. Kongres VII & Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVIII HATHI, Malang, 2001.

[11] Edison. E., Bisri. M., & Suhartanto. E, “Studi Teknologi Konservasi Untuk Menurunkan Laju
Erosi Pada Sub Das Sombe Lewara Provinsi Sulawesi Tengah”, Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering, 3 (2), pp. 204–210, 2013.

[12] Febrianingrum. N. D., Masrevaniah. A., & Suhartanto. E, “Pengaruh Perubahan Penggunaan
Lahan Terhadap Sedimen di Sungai Lesti”, Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, 2(1), pp. 86–98, 2012.

380

Anda mungkin juga menyukai