Analisa Tanah
Analisa Tanah
367-380
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
Abstrak: Daerah Aliran Sungai (DAS) Pekalen yang terletak di wilayah administrasi
Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Penyebab terjadinya banjir di
Probolinggo pada tahun 2018 dan 2019 kemungkinan dikarenakan banyak terjadi
penebangan pohon dan perubahan tata guna lahan di hulu DAS Kali pekalen. Dengan
adanya kejadian tersebut, maka diperlukan kajian erosi DAS Pekalen Hulu dengan
outlet Bendung Pekalen serta meninjau tingkat bahaya erosi dan Arahan Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (ARKLT). Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) dan Modified Universal
Soil Loss Equation (MUSLE), kemudian dibandingkan untuk mengetahui besarnya
debit limpasan permukaan dan erosivitas di DAS Pekalen hulu, laju erosi, tingkat
bahaya erosi, dan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang sesuai dengan
kondisi DAS. Erosi lahan metode USLE diperoleh sebesar 89,79 ton/ha/tahun,
dengan SDR (Sedimen Delivery Ratio) menurut rumus Boyce, 1975 sebesar 11,72 %
sehingga didapatkan SY (Sedimen Yield) sebesar 10,52 ton/ha/tahun. Erosi MUSLE
dengan periode ulang 1.01 tahun rata-rata sebesar 5,75 ton/ha/tahun,untuk periode
ulang 2 tahun rata-rata sebesar 9,03 ton/ha/tahun. DAS Pekalen Hulu didominasi erosi
sangat tinggi sebesar 39,74 %. Pola ARLKT yang dilakukan adalah memberikan
kebijakan arahan penggunaan lahan yaitu, Kawasan Lindung 5.094,76 ha (30,25 %),
Kawasan Penyangga dengan luas 10.092,43 ha (59,93 %), dan Kawasan Budidaya
dengan luas 1.654,31 ha (9,83 %).
1. Pendahuluan
Perubahan tata guna lahan pada suatu DAS (daerah aliran sungai) yang tidak sesuai dengan kaidah
konservasi akan mempengaruhi besarnya erosi dan sedimentasi dan berpotensi mengakibatkan bencana
banjir dan tanah longsor [1][2]. Potensi banjir yang terjadi dapat mengganggu kehidupan manusia
karena merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan bencana dan kerusakan daerah aliran sungai
sebagai media konservasi sumber daya air. DAS Pekalen merupakan kawasan DAS yang strategis di
Wilayah Jawa Timur, namun kondisi sekarang banyak terdapat hutan masyarakat yang ditanami pohon
sengon yang dipanen kayunya secara bersamaan, sehingga menimbulkan erosi lahan yang cukup besar,
menimbulkan terbukanya lapisan permukaan tanah dan rentan terjadi banjir bandang.
Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) semakin banyak digunakan pada studi analisa erosi
lahan serta untuk mengkaji kebijakan dalam melakukan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
(ARKLT) yang disajikan dalam bentuk tabel/atribut dan peta [2], sehingga penting sekali untuk
mengkaji erosi-sedimentasi di DAS Pekalen Hulu menggunakan SIG untuk melihat kemampuan lahan
dan memberikan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah menggunakan data-data terkini. Sesuai
dengan uraian di atas, maka diperlukan kajian erosi DAS Pekalen Hulu dengan outlet Bendung Pekalen
serta meninjau tingkat bahaya erosi lahan kondisi saat ini dengan menggunakan aplikasi ArcMap 10.3
[3]. Aplikasi tersebut merupakan alat/tools untuk mempermudah analisis tematik berdasarkan data
dijital berbentuk raster maupun vektor dan melakukan analisis berdasarkan data atribut masing-masing
peta tematik.
Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui besar debit limpasan permukaan dan erosivitas di DAS
Pekalen hulu, mengetahui hasil erosi lahan berdasarkan formula USLE dan MUSLE, mengetahui
seberapa tingkat bahaya erosi (TBE) di DAS Pekalen hulu, serta memberikan arahan rehabilitasi lahan
dan konservasi tanah (ARLKT) yang sesuai dengan kondisi DAS Pekalen hulu.
2. Bahan dan Metode
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian terkait eorsi-sedimentasi ini dilakukan di DAS Pekalen Hulu yang terletak di Kabupaten
Probolinggo, Propinsi Jawa Timur, Lokasi DAS Pekalen hulu meliputi beberapa kecamatan dua hulu
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang dimana pada kajian ini
digunakan outlet titik pengamatan DAS di Bendung Pekalen. Lokasi penelitian disajikan dalam bentuk
peta terlihat pada Gambar 1.
368
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Peta tata guna lahan yang digunakan untuk analisis faktor CP (crop dan practice) diperoleh dari
instansi terkait yaitu Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PUSDA) Provinsi Jawa Timur.
2.3 Tahapan Penelitian
Langkah pertama dari pengerjaan studi ini yaitu melakukan analisa hidrologi dimana data curah
hujan yang didapat dari instansi terkait dilakukan pengujian konsistensi data hujan dan uji statistik
lainnya, kemudian melakukan perhitungan besar curah hujan rerata daerah digunakan metode Poligon
Thiessen, kemudian dihitung analisa curah hujan rancangan dalam hal ini digunakan distribusi frekuensi
Metode Gumbel dan Log Pearson III. Pada penelitian ini lebih sesuai digunakan metode Log Pearson
III, berdasarkan hasil uji statistik dan uji kesesuaian distribusi menggunakan metode Chi-Square serta
Smirnov-Kolmogorov sehingga analisa frekuensi Log-Pearson III dapat diterima. Setelah melakukan
analisa hidrologi, selanjutnya adalah melakukan analisa erosi dimana perhitungan erosi digunakan
metode USLE (universal soil loss equation) dan MUSLE (modified universal soil loss equation) serta
melakukan klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (IBE). Jika hasil erosi kedua metode dan IBE telah didapat,
selanjutnya menghitung nilai Sedimen Yield (SY) untuk USLE dan membandingkan hasilnya dengan
metode MUSLE. Arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (ARLKT) dan upaya penanganan
erosi dan sedimentasi yang meliputi penanganan secara mekanik dan non-mekanik (konservasi
vegetatif) diusulkan untuk menangani masalah di DAS Pekalen Hulu. Hasil perhitungan diatas disajikan
dalam bentuk peta dan tabel.
369
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
2.4 Persamaan
2.4.1 Faktor atau Indeks Erosivitas Hujan (R) USLE
Perhitungan indeks erosivitas hujan yang merupakan fungsi dari rata-rata curah hujan tahunan dan
hari hujan untuk memprediksi energi kinetik hujan pada penelitian ini akan digunakan metode Bols
(1978), dimana erosivitas hujan rata-rata tahunan menurut metode Bols yang dapat dilihat pada
persamaan 1: [6]
370
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Tabel 2: Nilai Koefisien Aliran (C) Untuk Persamaan Rasional (U.S. Forest Service, 1980)
𝑄𝑝 = 0,278 . 𝐶 . 𝐼 . 𝐴 Pers. 4
dengan:
Qp = debit puncak dalam satuan m3/dt
C = koefisien limpasan atau aliran (berdasarkan tabel 2)
I = intensitas hujan dalam satuan mm/jam
Perhitungan laju erosi Metode USLE yang dikembangkan oleh peneliti pertama kali yaitu
Wischmeir dan Smith (1978) telah menemukan rumus erosi lahan sebagaimana pada persamaan 7: [6]
𝐴 = 𝑅 . 𝐾 . 𝐿𝑆 . 𝐶𝑃 Pers. 7
dengan:
A = besarnya tanah yang tererosi dalam satuan ton/ha/tahun
R = faktor atau indeks erosivitas energi kinetik hujan
K = faktor atau indeks erodibilitas tanah
LS = faktor atau indeks kemiringan lereng (length and slope)
CP = faktor pengelolaan tanaman dan konservasi tanah (crop and management practice)
𝐴 = 𝑅𝑤 . 𝐾 . 𝐿𝑆 . 𝐶𝑃 Pers. 8
dengan:
A = besarnya tanah tererosi (ton/ha/tahun)
Rw = faktor atau indeks erosivitas limpasan permukaan
Hasil dari kedua metode tersebut dapat dilihat hasil yang paling besar atau maksimum dari curah
hujan rerata daerah Metode Poligon Thiessen, sehingga untuk analisa hidrologi selanjutnya akan
digunakan Metode Poligon Thiessen.
3.1.2 Analisa Hujan Rancangan
Perhitungan analisa curah hujan rancangan untuk analisis limpasan permukaan digunakan 2 (dua)
metode yaitu Metode Gumbel dan Log Pearson III sebagaimana telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya. Rekapitulasi curah hujan rancangan baik menggunakan Metode Gumbel dan Log Pearson
disajikan pada tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4: Hasil Perhitungan CH Rancangan Metode Gumbel vs Log Pearson III
Di dalam analisis perhitungan erosi lahan, digunakan erosivitas limpasan permukaan tahunan,
sehingga untuk perhitungan pada studi ini digunakan kala ulang 1.01 dan 2 tahun, dimana curah hujan
rancangan ini menggambarkan limpasan permukaan pada kondisi debit dominan (tahunan). Selanjutnya
digunakan metode Log Pearson III yang mana menghasilkan nilai relatif lebih besar untuk kala ulang
1.01 dan 2 tahun masing-masing sebesar 82,27 mm dan 122,74 mm.
373
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Erosivitas hujan tahunan di atas merupakan erosivitas hujan rata-rata sepanjang 21 tahun mulai
tahun 2000 hingga 2020 yang dihitung pada masing-masing stasiun. Selanjutnya pengaruh erosivitas
hujan di atas digunakan rerata Poligon Thiessen untuk mengetahui faktor erosivitas hujan di DAS
Pekalen Hulu disajika pada gambar 2.
3.2.2 Faktor Erosivitas Limpasan Permukaan (Rw) MUSLE
Metode MUSLE dihitung dengan menggunakan persamaan 6 dimana parameter erosivitas limpasan
permukaan (Rw) merupakan faktor dari: Time of Concentration (Tc), Intensitas Hujan (I), Koefisien
limpasan permukaan (C), Debit Puncak (Qp), dan Volume Aliran (Vq) sehingga diperoleh nilai
erosivitas limpasan permukaan (Rw) untuk kala ulang (Tr) 1,01 dan 2 tahun [7]. Hasil perhitungan
erosivitas limpasan permukaa [7] disajikan pada gambar 3.
Gambar 2: Peta Erosivitas Hujan DAS Pekalen Hulu Masing-masing Stasiun Hujan
Gambar 3: Peta Limpasan Permukaan (Rw) Tr 1,01 dan 2 Tahun di DAS Pekalen Hulu
374
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
375
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka diperoleh erosi lahan di DAS Pekalen Hulu rata-rata sebesar
89,79 ton/ha/tahun. Nilai ini setara dengan laju kehilangan tanah sebesar = 6,91 mm/tahun, jika
diasumsikan berat volume sedimen () sebesar 1,3 ton/m3. Nilai laju kehilangan tanah 6,91 mm/tahun
376
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
didapat dari rata-rata erosi lahan metode USLE (A) dibagi berat volume sedimen (s). Nilai laju
kehilangan tanah 6,91 mm/tahun jauh lebih besar dari 2,5 mm/tahun dimana nilai 2,5 mm/tahun
merupakan nilai batas T maksimum laju kehilangan tanah [6]. Jadi hal ini menunjukkan bahwa DAS
Pekalen Hulu merupakan DAS yang sangat kritis karena kehilangan tanah = 6,91 mm/tahun > 2,5
mm/tahun.
3.2.7 Hasil Erosi Metode MUSLE
Analisis erosi metode MUSLE diperoleh dengan melakukan tumpang susun (overlay) berdasarkan
4 parameter, antara lain: Erosivitas Limpasan Permukaan Rw, Erodibilitas K, Panjang dan Kemiringan
Lereng LS, serta Pengelolaan Tanaman dan Konservasi Tanah CP menggunakan teknik intersect
berdasarkan ke-empat data vektor tersebut di atas.. Hasil yang diperoleh merupakan hasil analisis erosi
lahan dimana digunakan 2 periode ulang (Tr), yaitu Tr 1,01 dan 2 tahun pada faktor limpasan
permukaan dimana nilai ini menggambarkan kondisi laju erosi tahunan. Sebagaimana diketahui bahwa
periode ulang 2 tahun merupakan limpasan yang mendekati debit dominan suatu kawasan, sementara
periode ulang 1,01 merupakan kejadian dengan probabilitas 99,99% dimana hal ini identik dengan
erosivitas tahunan. Hasil analisis disajikan pada gambar 8 sebagai berikut:
Gambar 8: Hasil Erosi Lahan Metode MUSLE Periode Ulang (Tr) 1,01 dan 2 Tahun
Berdasarkan hasil analisis di atas, diperoleh bahwa erosi lahan menurut metode MUSLE di DAS
Pekalen Hulu dengan Tr 1,01 dan 2 tahun diperoleh nilai rata-rata erosi lahan sebesar 5,75 dan 9,03
ton/ha/tahun.
3.2.7 Indeks Bahaya Erosi
Indeks Bahaya Erosi dihitung untuk mengetahui harkat erosi di DAS Pekalen Hulu. Dari hasil
perhitungan indeks bahaya erosi dan harkat erosi, didominasi harkat erosi sangat tinggi (39,74 %),
diikuti oleh harkat erosi sedang (30 %), tinggi (15,75 %), dan rendah (14,51 %). Hasil perhitungan
indeks bahaya erosi secara lengkap berdasarkan luas lahan disajikan pada tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6: Perhitungan Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi Menurut Harkat Erosi di DAS Pekalen Hulu
377
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Selanjutnya, hasil analisis klasifikasi indeks bahaya erosi menurut harkat erosi dipetakan secara
spasial pada DAS Pekalen Hulu, dengan hasil pemetaan sebagai berikut:
Erosi Lahan USLE (Ea) Sedimen Delivery Ratio (SDR) Sedimen Yield (SY)
Rumus
(ton/ha/tahun) (%) (ton/ha/tahun)
Asdak, 2002 17.00% 15.27
Boyce, 1975 89.79 11.72% 10.52
Auerwald, 1992 14.70% 13.20
Setelah diperoleh nilai SDR dan SY, maka selanjutnya membandingkan hasil perhitungan nilai
erosi lahan antara metode USLE dan MUSLE sebagai berikut:
Tabel 8: Perbandingan Hasil Erosi USLE dan MUSLE
SY USLE (ton/ha/tahun) MUSLE (ton/ha/tahun)
Asdak, 2002 Boyce, 1975 Auerwald, 1992 1.01 Tahun 2 Tahun
15,27 10,52 13,20 5,75 9,03
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa nilai SY dari SDR metode Boyce (1975) pada erosi USLE
diperoleh nilai 10,52 ton/ha/tahun, dimana nilai ini mendekati nilai erosi lahan metode MUSLE dengan
kala ulang limpasan permukaan sebesar 2 tahun sebesar 9,03 ton/ha/tahun.
378
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Gambar 10: Hasil Analisis ARLKT Berdasarkan Fungsi Kawasan di DAS Pekalen Hulu
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa DAS Pekalen Hulu didominasi oleh kawasan penyangga
(59,93 %) dan sedikit sekali kawasan budidaya (9,83 %), hal ini perlu menjadi perhatian penentu
kebijakan untuk pengembangan kawasan DAS Pekalen Hulu sehingga akan mengurangi bencana akibat
erosi lahan. Secara lengkap hasil analisis fungsi kawasan disajikan pada tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8: Rekapitulasi Fungsi Kawasan Berdasarkan Total Luas serta Prosentase Wilayah
Kawasan Fungsional Luas (ha) Prosentase (%)
Kawasan Budidaya 1654, 31 9,83 %
Kawasan Lindung 5094,76 30,25 %
Kawasan Penyangga 10092,43 59,93 %
Total Luas 16841,51 100 %
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan maka total besar debit limpasan untuk Tr 1,01
dan 2 tahun masing-masing sebesar 48,35 m3/dt dan 72,13 m3/dt. Besar nilai erosivitas hujan rata-rata
tahunan masing-masing stasiun. Stasiun Condong sebesar 511,09 kJ/ha/tahun, Kertosuko sebesar
951,46 kJ/ha/tahun, Segaran sebesar 953,02 kJ/ha/tahun, dan Tiris sebesar 1069,86 kJ/ha/tahun. Besar
erosi lahan metode USLE diperoleh nilai sebesar 89,79 ton/ha/tahun, berdasarkan nilai SDR menurut
Boyce (1975) didapat nilay SY sebesar 10,52 ton/ha/tahun, sedangkan untuk nilai erosi lahan metode
MUSLE untuk Tr 1,01 dan 2 tahun masing-masing sebesar 5,75 ton/ha/tahun dan 9,03 ton/ha/tahun,
dimana Tr 2 tahun mendektai nilai SY metode USLE. Kondisi tingkat bahaya erosi didominasi harkat
sangat tinggi sebesar 39,74 %, harkat sedang sebesar 30 %, harkat tinggi sebesar 15,75 %, dan harkat
rendah sebesar 14, 51%, dapat disimpulkan bahwa DAS Pekalen Hulu didominasi harkat erosi sangat
tinggi. Pola ARLKT DAS Pekalen Hulu dengan arahan penggunaan lahan untuk kawasan lindung
sebesar 30,25 %, kawasan penyangga sebesar 59,93 %, dan kawasan budidaya sebesar 9,83 %.
379
Rastanto, R. N. A., et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 3 No. 1 (2022) p. 367-380
Daftar Pustaka
[1] Haq, Muhammad Fariz Kasyful, Moh Sholichin, and Runi Asmaranto. "Analisa Pendugaan
Laju Erosi Dengan Menggunakan Model Agricultural Non Point Source Pollution (AGNPS) Di
Sub Das Lesti Kabupaten Malang." Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air 1.1
(2021): 180-191.
[2] Asmaranto, Runi, Ery Suhartanto, and Mike Yuanita. "Aplikasi Model AVSWAT 2000 untuk
Memprediksi Erosi, Sedimentasi dan Limpasan di DAS Sampean." Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering 2.1 (2012): 79-85.
[3] Koyari, Elroy, and Runi Asmaranto. "Land use change impact on flood reduction capacity of
lake sentani, jayapura." International Journal of Engineering & Technology 7.3.29 (2018):
115-120.
[4] Nachtergaele, F. O., et al. "Harmonized world soil database (version 1.0)." (2008).
[5] Syamsul Arifin, Ery Suhartanto, Ussy Andawayanti. “Analysis of Changes in Land Use
Patterns for Erosion and Sediment Prediction”. Civil and Environmental Science Journal
(CIVENSE). 5.1 (2022): 26-44
[6] Asdak. Chay, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2002.
[7] Sihaloho, Rianty, Bambang Sujatmoko, and Manyuk Fauzi. "Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) untuk Prediksi Erosi Lahan dengan Metode MUSLE." JURNAL TEKNIK 14.2
(2020): 153-162.
[8] Arnoldus Nama, Ussy Andawayanti, Ery Suhartanto. Analisis Tingkat Bahaya Erosi Dan
Arahan Konservasi Lahan Dengan Aplikasi Gis Di Das Manikin. Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering 7.2 (2016): 216-224.
[9] Nurdiyanto, N., Limantara, L. M., & Suhartanto, E. “Analisis Hujan dan Tata Guna Lahan
Terhadap Limpasan Permukaan Di Sub DAS Pekalen Kabupaten Probolinggo”, Jurnal Teknik
Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 7(1), pp. 83 – 94, 2016.
[10] Suhartanto E, Hardjomidjojo S, “Optimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai
Cidanau Kabupaten Serang Propinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi ANSWERS”,
Proc. Kongres VII & Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVIII HATHI, Malang, 2001.
[11] Edison. E., Bisri. M., & Suhartanto. E, “Studi Teknologi Konservasi Untuk Menurunkan Laju
Erosi Pada Sub Das Sombe Lewara Provinsi Sulawesi Tengah”, Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering, 3 (2), pp. 204–210, 2013.
[12] Febrianingrum. N. D., Masrevaniah. A., & Suhartanto. E, “Pengaruh Perubahan Penggunaan
Lahan Terhadap Sedimen di Sungai Lesti”, Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water
Resources Engineering, 2(1), pp. 86–98, 2012.
380