2126 2513 1 SM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No.

2 Desember 2014 :88-101

PENDUGAAN LAJU EROSI TANAH MENGGUNAKAN DATA


SATELIT LANDSAT DAN SPOT
(SOIL EROSION RATE ESTIMATION USING LANDSAT AND SPOT)
Bambang Trisakti
Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lapan
e-mail: btris01@yahoo.com
Diterima 6 Februari 2014; Disetujui 26 Oktober 2014

ABSTRACT

The damage in catchment area (DTA) and the decrease of lake water quality have
been happened in Indonesia, therefore Indonesian government has created a lake
management and rescue program. This research aims to study soil erosion rate
estimations using Landsat TM/ETM+ and SPOT-4 temporal data in the DTA of Kerinci
Lake. Data standardization was carried out to maintain the consistency of the
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) values from some disturbances caused
by the differences of acqusition time, sensor and the effect of cloud cover. NDVImin and
NDVImax were extracted from 19 Landsat TM / ETM + data in 2000-2009 period, slope
was extracted from the Digital Elevation Model (DEM). Spatial distributions of soil
erosion rate for 2009 and 2012 in the DTA were mapped using NDVI-slope method. The
generated soil erosion rates in the DTA were analysed and verified by comparing the
change of the soil erosion rate to the change of surface runoff coefficient. The results
showed that the soil erosion rate in the DTA had a increasing trend, which was
consistent with the increasing trend of surface runoff coefficient during 2009-2012
period. The soil erosion rate in the DTA of Lake Kerinci was estimated to increase form
0,39 mm /year in 2009 to be 0,46 mg/year in 2012.
Keywords: Soil erosion rate, Lake ecosystem, Multi temporal satellite data, NDVI-slope
method

ABSTRAK

Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA) dan penurunan kualitas perairan


danau telah banyak terjadi di wilayah Indonesia sehingga Pemerintah Indonesia
membuat program pengelolaan dan penyelamatan bersama ekosistem danau prioritas.
Kegiatan ini mengkaji pendugaan laju erosi tanah di DTA Danau Kerinci menggunakan
data satelit multi temporal Landsat TM/ETM+ dan SPOT-4. Standarisasi data
dilakukan untuk menjaga konsistensi nilai Normalized Difference Vegetation Index
(NDVI) karena pengaruh perbedaan waktu perekaman, sensor perekaman dan
pengaruh tutupan awan. Informasi NDVImin dan NDVImax diekstrak dari 19 data Landsat
TM/ETM+ periode 2000-2009, kemiringan lahan diekstrak dari data Digital Elevation
Model (DEM). Sebaran spasial laju erosi tanah di DTA dipetakan dengan menggunakan
metode NDVI-slope untuk tahun 2009 dan 2012. Laju erosi tanah di DTA yang
dihasilkan dianalisis perubahannya dan diverifikasi dengan membandingkan
perubahan laju erosi tanah dengan perubahan koefisien aliran permukaan. Hasil
memperlihatkan bahwa laju erosi tanah di DTA mempunyai kecenderungan meningkat,
yang sama dengan kecenderungan peningkatan koefisien aliran permukaan selama
periode 2009-2012. DTA Danau Kerinci diperkirakan mengalami peningkatan laju erosi
tanah, dari 0,39 mm/tahun pada tahun 2009 menjadi 0,46 mm/tahun pada tahun 2012.
Kata kunci: Laju erosi tanah, Ekosistem danau, Data satelit multi temporal, Metode
NDVI-slope
88
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

1 PENDAHULUAN danau ditentukan oleh beberapa faktor,


Kerusakan di Daerah Tangkapan yang salah satunya adalah erosi lahan.
Air (DTA) pada umumnya disebabkan Erosi merupakan suatu proses hilangnya
karena perubahan lahan yang tidak lapisan tanah, baik disebabkan oleh
terkendali di bagian hulu DTA yang pergerakan air maupun angin (Foth,
mengakibatkan terjadinya perubahan 1995). Tingkat erosi yang tinggi dan
siklus hidrologi di DTA tersebut. melebihi batas toleransi mengakibatkan
Berkurangnya tutupan vegetasi DTA suatu danau diberi status
(khususnya hutan dan tanaman keras) mengalami kerusakan. Metode
di DTA mengakibatkan hujan yang pendugaan laju erosi tanah yang cukup
turun tidak dapat ditahan dan diserap populer adalah Universal Soil Loss
oleh tanah, sehingga meningkatkan Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith,
aliran air permukaan. Berkurangnya 1978). USLE ini dapat diterapkan di
kemampun resapan tanah dan daerah pertanian atau daerah non
peningkatan aliran permukaan ini pertanian, tetapi tidak memprediksi
berdampak pada berkurangnya air pada pengendapan dan tidak menghitung
musim kemarau dan meningkatnya hasil sedimen dari erosi parit, erosi
erosi tanah pada musim hujan. Erosi tebing sungai dan erosi dasar sungai.
tanah yang tinggi di DTA yang dibawa Persamaan USLE sangat baik
oleh sungai ke danau atau waduk diterapkan di daerah yang faktor utama
mengakibatkan tingginya tingkat penyebab erosi adalah hujan dan aliran
kekeruhan perairan dan penurunan permukaan. Selanjutnya untuk
kualitas air danau atau waduk. meningkatkan akurasi pendugaan erosi,
Permasalahan kerusakan DTA maka USLE diperbaharui menjadi The
dan penurunan kualitas perairan danau Revised Universal Soil Loss Equation
telah banyak terjadi di wilayah Indonesia. (RUSLE). RUSLE dapat digunakan
Untuk menangani permasalahan ini, untuk menghitung kehilangan tanah
pemerintah Indonesia yang diwakili oleh pada daerah dengan aliran permukaan
Kementerian Lingkungan Hidup yang signifikan, dan tidak dirancang
memprakarsai dilaksanakannya untuk daerah yang tidak terjadi aliran
Konferensi Nasional Danau Indonesia permukaan, seperti hutan primer yang
(KNDI) ke satu. KNDI I telah belum terganggu (Jones et al., 1996).
menghasilkan suatu Kesepakatan Bali Kelemahan model ini adalah tidak
tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan dipertimbangkannya keragaman spasial
yang ditandatangani oleh 9 menteri dalam suatu DAS dimana nilai input
untuk mengelola dan menyelamatkan parameter yang diperlukan merupakan
bersama ekosistem danau prioritas yang nilai rata-rata yang dianggap homogen
terbagi menjadi dua periode yaitu dalam suatu unit lahan, khususnya
Danau Prioritas I periode 2009-2014 faktor erosivitas dan kelerengan (As-
dan Danau Prioritas II periode 2015- syakur, 2008).
2019 (KLH, 2012). Selanjutnya KNDI II Beberapa model untuk erosi
dilaksanakan pada tanggal 13-14 Oktober untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
2011 di Semarang yang menegaskan berkaitan dengan hidrologi yang juga
kembali 15 danau prioritas periode berdasarkan pada konsep USLE adalah
2010-2014 berdasarkan parahnya Areal Non-point Sources Watershed
tingkat kerusakan dan dampaknya Environment Response Simulation
terhadap kehidupan masyarakat. (ANSWERS) yang selanjutnya diperbaiki
Kementerian Lingkungan Hidup dengan model Agricultural Non-Point
telah mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Source Pollution Model (AGNPS).
Ekosistem Danau (KLH, 2008) yang Kelebihan dari AGNPS adalah dapat
menjelaskan bahwa status ekosistem memprediksi DAS sampai mencapai luas
89
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

20 ribu ha dan hasil prediksi model menengah sampai tinggi. Fulajtar (2001)
dapat meliputi aliran permukaan, hasil memetakan pola erosi dengan
sedimen, kehilangan N dan P serta menggunakan foto udara dan SPOT
kebutuhan oksigen kimiawi, tetapi Pankromatik, akurasi pemetaan hampir
model ini membutuhkan data input yang seakurat data lapangan sehingga
sangat banyak (Vadari et al., 2004). metode ini dioperasionalkan di Slovakia.
Model pendugaan laju erosi tanah juga Honda et al. (1998) mengembangkan
dilakukan berbasis data spasial dari metode NDVI-slope untuk pendugaan
satelit penginderaan jauh dan Sistem laju erosi tanah berbasis data satelit
Informasi Geografis (SIG), seperti yang penginderaan jauh, yang menggunakan
dilakukan oleh Bahadur (2009), informasi spasial kemiringan lereng dan
Hazarika dan Honda (2001) dan As- data Normalized Difference Vegetation
syakur (2008). Pemanfaatan data satelit Index (NDVI) untuk wilayah kajian DTA
dapat membantu meningkatkan Siwalik di Nepal. Kedua parameter ini
keakuratan beberapa parameter input dihubungkan dengan laju erosi aktual
seperti meningkatkan kedetilan informasi yang dikumpulkan dari pengukuran
penutup lahan dan mendapatkan lapangan, sehingga laju erosi dapat
topografi wilayah yang komplek pada diduga dengan perubahan kerapatan
wilayah yang luas, seperti di DAS atau vegetasi dan kemiringan lahan di DTA
DTA. Selain itu berkurangnya data-data tersebut. Metode ini cukup menarik
yang diperoleh dari lapangan dan karena hanya menggunakan beberapa
kemudahan perolehan data multi parameter dan dapat menduga laju dan
temporal (berlainan waktu) untuk suatu besarnya erosi dengan cukup baik pada
wilayah membuat kajian mengenai erosi daerah pegunungan dengan topografi
tanah menjadi lebih mudah dan dapat yang bervariasi, seperti: DTA Siwalik-
dilakukan pemantauan perubahan Nepal (Honda et al. (1998), Hazaika dan
tingkat erosi tanah di suatu wilayah Honda (2001), DTA Samanalawewa-
dalam cakupan yang luas. Srilangka Udayakumara et al. (2010)
Kelebihan-kelebihan yang dan DTA Manjunto di Bengkulu-
diperoleh dari data penginderaan jauh Indonesia (Gunawan et al., 2011).
satelit tersebut menjadi dasar semakin Faktor penting yang perlu
banyaknya data penginderaan jauh diperhatikan untuk meningkatkan
digunakan sebagai data input pada akurasi dari informasi erosi
model pemetaan erosi tanah di suatu menggunakan metode NDVI-slope adalah
wilayah. As-Syakur (2009) menggunakan dibutuhkannya informasi spasial
data penginderaan jauh satelit sebagai mengenai kondisi maksimum/minimum
masukan model USLE untuk tingkat kerapatan vegetasi yang akurat
memprediksi erosi tanah di DTA Danau dan mewakili daerah kajian. Pada
Buyan. Sedangkan Lu et al. (2004) penelitian pendugaan laju erosi yang
menggunakan data penginderaan jauh telah dijelaskan di atas, informasi
satelit sebagai masukan model RUSLE mengenai kondisi maksimum/minimum
di wilayah Amazon, Brasil, untuk tingkat kerapatan vegetasi dihasilkan
memetakan resiko erosi tanah menjadi hanya dengan menggunakan dua waktu
lima kelas (sangat rendah, rendah, perekaman data, sehingga hasil
menengah, menengah tinggi, dan tinggi) dirasakan belum optimal. Oleh karena
dan mengkorelasikan antara distribusi itu perlu dilakukan perbaikan metode
penutup lahan dengan tingkat resiko dengan menggunakan data multi
erosi, sehingga diperoleh bahwa hutan temporal selama periode tertentu
mempunyai resiko erosi rendah, sehingga diharapkan dapat diperoleh
sedangkan agroforestry dan padang kondisi maksimum/minimum tingkat
rumput mempunyai resiko erosi kerapatan vegetasi yang akurat dan
90
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

benar-benar menggambarkan perubahan temporal Landsat TM/ETM+ selama


kerapatan vegetasi di wilayah tersebut, periode 2000-2009 (10 tahun). Hasil
yang selanjutnya akan menjadi input pendugaan laju erosi tanah yang
bagi pendugaan erosi yang lebih baik. diperoleh diverifikasi dengan
Selain itu perlu dikaji juga kemampuan membandingkan tren perubahan laju
koefisien yang digunakan dalam model erosi tanah dengan tren perubahan
bila diterapkan pada wilayah DTA di koefisien aliran permukaan di DTA
Indonesia. Danau Kerinci.
Kegiatan ini bertujuan untuk
mengevaluasi metode pendugaan laju 2 METODOLOGI
erosi tanah berbasis data satelit 2.1 Lokasi dan Data
penginderaan jauh multi temporal Lokasi kajian adalah DTA Danau
untuk DTA Danau Kerinci yang Kerinci di Kabupaten Kerinci, Provinsi
termasuk dalam salah satu dari 15 Jambi-Indonesia seperti diperlihatkan
danau prioritas dalam Program Nasional dengan citra SPOT-4 dengan komposit
Penyelamatan Danau (KLH, 2012), RGB 431 (Gambar 2-1), dimana garis
dengan menggunakan metode NDVI- merah menunjukkan batas dari DTA
slope yang telah dikembangkan oleh Danau Kerinci. Danau Kerinci
Honda et al. (1998). Metode ini merupakan salah satu dari 15 danau
menggunakan informasi NDVI dan yang termasuk dalam program
kemiringan lahan (slope) sebagai pengelolaan danau prioritas tahun
parameter utama. Pada riset ini 2010-2014 yang dikeluarkan oleh Badan
perbaikan metode dilakukan dengan Lingkungan Hidup dan Penelitian
melakukan standarisasi data dan Pengembangan (BLHPP), KLH.
pembuatan NDVI minimum dan Permasalahan yang terjadi di DTA Danau
maksimum menggunakan citra multi Kerinci (KLH, 2011) adalah:

Gambar 2-1: Danau Kerinci di Provinsi Jambi menggunakan data SPOT RGB 431
91
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

 Kerusakan DTA danau karena kegiatan periode 2000-2009 (Tabel 2-1) untuk
illegal logging, dan konversi lahan hutan pembuatan NDVI minimum (NDVImin)
menjadi berbagai penutup lahan dan NDVI maksimum (NDVImax).
khususnya lahan pertanian yang Pendugaan laju erosi dilakukan dengan
mengakibatkan terjadinya erosi dan menggunakan data Landsat TM tahun
tinggi sedimentasi di perairan danau 2009 dan SPOT-4 tahun 2012. Data
 Kerusakan sempadan danau karena Satelit diperoleh dari Pusat Teknologi
pesatnya pembangunan permukiman dan Data Penginderaan Jauh, Lapan.
penduduk dan tingginya aktifitas Selain itu digunakan juga data Digital
pertanian Elevation Model Shuttle Radar
Data yang digunakan terdiri dari Topography Mission (DEM SRTM) X-C
19 data Landsat TM/ETM+ (Path/row: band resolusi 30 m untuk pembuatan
126/062) multi temporal yang mewakili batas DTA Danau Kerinci (Tabel 2-2).
musim hujan dan kemarau selama

Tabel 2-1: DATA SATELIT MULTI TEMPORAL UNTUK MENGHITUNG NDVImin DAN NDVImax

Tanggal Perekaman,
No. Jenis data
Path/row: 126/062
1. Landsat TM 22 Januari 2000
2. Landsat TM 5 Mei 2000
3. Landsat TM 13 Mei 2000
4. Landsat TM 3 Juli 2001
5. Landsat TM 11 Juli 2001
6. Landsat ETM+ 24 Maret 2002
7. Landsat ETM+ 28 Juni 2002
8. Landsat ETM+ 15 Agustus 2002
9. Landsat TM 6 Januari 2003
10. Landsat ETM+ 17 Juni 2004
11. Landsat TM 13 September 2004
12. Landsat TM 27 Mei 2005
13. Landsat TM 30 Mei 2006
14. Landsat TM 1 Juli 2006
15. Landsat ETM+ 11 September 2006
16. Landsat TM 1 Mei 2007
17. Landsat TM 19 Mei 2008
18. Landsat TM 20 April 2009
19. Landsat TM 22 Mei 2009

Tabel 2-2: DATA SATELIT UNTUK PENURUNAN DISTRIBUSI LAJU EROSI

No. Citra satelit Tanggal perekaman

1. Landsat TM 22 Mei 2009


2. SPOT 4 24 Maret 2012
92
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

2.2 Metode Penelitian if BandNIR < 0.19 maka menjadi piksel


2.2.1 Standarisasi data bayangan,
Data yang diterima telah dikoreksi selain itu adalah piksel bukan awan
geometrik (orthorektifikasi), koreksi
matahari (merubah nilai dijital menjadi Dimana, Ashadow-thres adalah nilai batas
reflektansi), dan sebagian data telah bayangan band albedo dan Bshadow-thres
dilakukan koreksi Terrain. Sehingga adalah nilai batas bayangan band
tahap pertama adalah melakukan koreksi inframerah. Selanjutnya piksel bayangan
terrain untuk sebagian data lainya dikelompokan dan digabungkan menjadi
dengan menggunakan algoritma C piksel awan. Metode threshold secara
correction (Wu et al. (2004), Trisakti et bertahap digunakan karena metode ini
al. (2009)) sebagai berikut: terbukti akurat dalam menghilangkan
+ awan dan bayangan di wilayah Indonesia
= × (2-1) seperti yang telah didemonstrasikan
+
oleh Candra et al.(2014).
Dimana, LH dan LT adalah reflektansi
yang sudah dikoreksi (pada permukaan 2.2.2 Pendugaan laju erosi tanah
datar) dan reflektansi belum dikoreksi Pada penelitian ini metode
(pada permukaan miring karena kondisi pendugaan laju erosi tanah menggunakan
topografi), sz adalah sudut zenith model NDVI–Slope yang telah
matahari, i adalah sudut normal piksel dikembangkan oleh Hazarika and Honda
yang dibentuk dari arah normal piksel (2001) dengan algoritma pada Persamaan
dan arah matahari, dan c adalah (2-4). Persamaan ini menduga besarnya
koefisien pembatas yang merupakan laju erosi dengan melihat perubahan
rasio antara titik potong dan gradien penutup lahan (khususnya tingkat
(b/m) dari persamaan regresi LT = m kehijauan penutup lahan yang
Cos I + b diperlihatkan dengan nilai NDVI) dan
Selanjutnya proses penghilangan kondisi lahan (yang diperlihatkan
awan dan bayangan awan pada citra. dengan tingkat kemiringan lahan. Kedua
Penghilangan awan dilakukan dengan parameter ini dihubungkan dengan laju
menggunakan metode threshold secara erosi aktual yang dikumpulkan dari
bertahap menggunakan band biru (Blue) pengukuran lapangan, sehingga laju
dan band inframerah dekat (NIR) dengan erosi dapat diduga dengan perubahan
algoritma sebagai berikut: kerapatan vegetasi dan kemiringan
lahan di DTA tersebut.
if BandNIR > 0.23 maka menjadi piksel
.
awan,
= (2-2)
if BandBlue > 0.19 maka menjadi piksel
awan,

selain itu adalah piksel bukan awan =

( − )+ (2-3)


Dimana, Acloud-thres adalah nilai batas = + 1 × 100 (2-4)

awan band inframerah dekat dan Bcloud-
thres adalah nilai batas awan band biru.
Persamaan (2-2), E adalah laju
Penghilangan bayangan awan
erosi tanah (mm/tahun), S adalah
menggunakan band albedo (penjumlahan
gradien atau kemiringan lahan (derajat),
band visible) dan band inframerah dekat
S30 adalah nilai Tangen 30º dan E30
(band 4), algoritma yang digunakan
adalah laju erosi tanah yang terjadi pada
adalah sebagai berikut:
lereng 30º diperoleh dengan
if BandBlue + BandGreen + BandRed < 0.27 menggunakan Persamaan (2-3). Nilai
maka menjadi piksel bayangan, maksimum laju erosi (Emax) dan nilai
93
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

minimum laju erosi (Emin) diperoleh Hal yang baru dilakukan untuk
berdasarkan hasil pengukuran laju erosi meningkatkan akurasi pendugaan laju
yang dikumpulkan dari lapangan pada erosi tanah adalah penggunaan data
kemiringan lahan 30º, dengan nilai multi temporal selama periode yang
masing-masing adalah 17.12 mm/tahun cukup lama (10 tahun), sehingga dapat
dan 0.132 mm/year, sedangkan nilai diperoleh informasi NDVImax dan NDVImin
maksimum kehijauan/kerapatan vegetasi yang benar-benar mewakili kondisi lokasi
(NDVImax) dan nilai minimum kehijauan kajian. Pada kegiatan ini digunakan 18
vegetasi (NDVImin) dihitung dengan data Landsat multi temporal (Tabel 2-2)
mencari nilai maksimum dan nilai yang mewakili musim hujan dan
minimum NDVI pada DTA dengan kemarau selama periode 2000-2009.
menggunakan Persamaan (2-4). Nilai Pada tahap awal dilakukan koreksi
NDVI dihitung dengan menggunakan terrain dan penghilangan awan serta
band inframerah dekat (NIR) dan band bayangan awan yang mempengaruhi nilai
merah (Red), kemudian dilakukan NDVI. Selanjutnya dilakukan ekstraksi
konversi sehingga interval nilai NDVI sebaran NDVI untuk setiap data,
yang semula -1 sampai 1 berubah penggabungan data NDVI selama periode
menjadi 0 sampai 200. Konversi 2000-2009 dan ekstraksi nilai NDVI
dilakukan agar perhitungan dilakukan maksimum dan minimum untuk wilayah
dalam bilangan bulat, tetapi range dari DTA. Kajian lengkap mengenai penurunan
kisaran NDVI masih bisa dipertahankan. NDVImax dan NDVImin, telah dibahas pada
Diagram alir pendugaan laju erosi paper publikasi sebelumnya (Trisakti,
tanah diperlihatkan pada Gambar 2-1. 2013).

Data Satelit Landsat2000-2009

Koreksi terrain & cloud


NDVI
18 data landsat mewakili
NDVI min/max musim hujan, kemarau
dan pancaroba.

• Pengukuran Erosi tanah pada lereng 300 DEM


• Konstanta

Estimasi erosi tanah Slope

Run off atau


Analisis
Erosi aktual

Informasi spasial laju


erosi tanah
Gambar 2-1: Diagram alir metode pendugaan laju erosi tanah
94
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

Pada tahap berikutnya, dilakukan erosi dengan perubahan koefisien aliran


pembuatan NDVI pada tahun yang permukaan di DTA Danau Kerinci.
diamati (tahun 2009 dan 2012) dan Koefisien aliran permukaan
penurunan kemiringan lahan dengan umumnya dipetakan dengan
menggunakan data DEM SRTM X-C menggunakan tiga parameter input,
band, sehingga dihasilkan informasi yaitu: penutup lahan, kemiringan lahan
kemiringan lahan dalam satuan derajat. dan jenis tanah. Tetapi disebabkan tidak
Selanjutnya data NDVImax, NDVImin, NDVI diperolehnya data mengenai jenis tanah,
dan kemiringan lahan menjadi input maka diasumsikan bahwa DTA Danau
untuk menghitung sebaran spasial laju Kerinci mempunyai jenis tanah dengan
erosi tanah dengan menggunakan laju infiltrasi yang tidak berbeda sehingga
algortima persamaan (2, 3 dan 4). koefisien aliran permukaan hanya
Perubahan laju erosi tanah dari tahun diturunkan dengan menggunakan data
2009 dan tahun 2012 di analisis secara penutup lahan dan kemiringan lahan
kualitatif dengan melakukan pengamatan wilayah DTA. Hasil klasifikasi penutup
secara visual dan kuantitatif dengan lahan dan kemiringan lahan wilayah DTA
menghitung nilai laju erosi tanah rata- dikonversi menjadi koefisien aliran
rata DTA. Laju erosi tanah rata-rata DTA menggunakan Tabel nilai C (Tabel 2-3
( ) dihitung dengan menghitung rata-rata dan 2-4), dan dihitung koefisien aliran
laju erosi tanah semua piksel yang permukaan (C) menggunakan persamaan
terdapat di dalam DTA tersebut. (2-6). Selanjutnya koefisien aliran
̅
permukaan rata-rata DTA ( ) dihitung
1
= × (2-5) dengan menghitung rata-rata nilai
koefisien aliran permukaan semua piksel
yang terdapat di dalam DTA tersebut.
dimana, Ei adalah laju erosi tanah pada Penjelasan lengkap mengenai pembuatan
piksel ke i dan n adalah jumlah total koefisien aliran permukaan telah dibahas
piksel dalam DTA Danau Kerinci. pada paper publikasi sebelumnya
(Trisakti et al., 2013).
2.3.3 Perhitungan koefisien aliran
C = (Cpenutup lahan +C slope)/2 (2-6)
permukaan untuk verifikasi
Verifikasi hasil pendugaan laju
1
erosi tanah sulit dilakukan karena tidak ̅= × (2-7)
diperolehnya data erosi dari dinas-dinas
terkait, sehingga verifikasi dilakukan dimana, Ci adalah koefisien aliran
dengan cara membandingkan secara permukaan pada piksel ke i dan n adalah
kualitatif korelasi antara perubahan laju jumlah total piksel dalam DTA Danau
Kerinci.
Tabel 2-3: NILAI C BERDASARKAN PENUTUP LAHAN

No. Tutupan Lahan Nilai C


1 Hutan Primer 0,01
2 Hutan Sekunder 0,05
3 Kebun Campuran 0,5
4 Ladang-Tegalan 0,5
5 Perkebunan 0,5
6 Semak Belukar 0,3
7 Sawah 0,2
8 Jalan Aspalt 0,7
9 Lahan Terbuka 0,95
10 Pemukiman 0,9
Sumber: Dune & Leopold, 1978; Subarkah, 1980;
Wahyuningrum dan Pramono, 2007
95
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

Table 2-4: NILAI C BERDASARKAN SLOPE

No. Slope Class (%) Nilai C

1 0–3 0,3

2 3- 8 0,4

3 8 - 15 0,5

4 15 - 25 0,6

5 > 25 0,7
Sumber: Dune & Leopold, 1978; Subarkah, 1980;
Wahyuningrum dan Pramono, 2007

3 HASIL DAN PEMBAHASAN akan mudah tererosi, sehingga semakin


Pendugaan laju erosi tanah rendah nilai NDVI pada suatu wilayah
dimulai dengan memetakan sebaran berkorelasi dengan semakin tinggi laju
NDVImax dan NDVImin di DTA Danau erosi yang akan terjadi pada wilayah
Kerinci. NDVI diturunkan dengan tersebut.
menggunakan 19 data temporal Landsat Kemiringan lahan DTA Danau
TM/ETM+ selama periode 2000-2009. Kerinci yang diturunkan dengan
Data mewakili musim kemarau dan menggunakan data DEM diperlihatkan
musim hujan sehingga sebaran NDVImax pada Gambar 3-1c. Kondisi topografi
dan NDVImin yang dihasilkan dapat yang relatif datar dengan kemiringan
mewakili kondisi kehijauan di DTA lahan kurang dari 10º terdapat pada
tersebut. bagian tengah DTA yang penutup
Gambar 3-1a dan 3-1b lahannya didominasi oleh pertanian
memperlihatkan sebaran spasial (sawah) dan permukiman, dan dibagian
NDVImax dan NDVImin di DTA Danau hulu DTA yang merupakan kaki lereng
Kerinci selama periode 2000-2009. Gunung Kerinci. Sedangkan kemiringan
Sebaran NDVImin terpantau pada air lahan diatas 50º terdapat pada bagian
danau, sawah (dalam fase air) di pinggir DTA yang merupakan
dataran rendah, dan daerah lahan pegunungan.
terbuka di bagian hulu DTA (puncak Input lain untuk memetakan laju
Gunung Kerinci). Sedangkan sebaran erosi berdasarkan model NDVI – Slope
NDVImax teridentifikasi di daerah hutan (Hazarika and Honda, 2001) adalah
pada bagian perbukitan. Sebaran kondisi NDVI eksisting pada tahun yang
NDVImax pada area sawah di bagian ingin dipetakan. Gambar 3-2
tengah DTA adalah kondisi sawah dalam memperlihatkan sebaran spasial NDVI
fase vegetatif. Perubahan NDVI yang pada bulan Mei 2009 dan Maret 2012.
tinggi (tinggi pada NDVImax dan rendah Adanya sedikit tutupan awan pada citra
pada NDVImin) terdapat pada daerah satelit SPOT-4 perekaman bulan Maret
sawah dan ladang yang mengalami 2012, mengakibatkan adanya nilai NDVI
perubahan kondisi fase tanam atau yang kosong (null pixel) dengan warna
perubahan tutupan vegetasi, dimana hitam pada bagian tengah DTA. NDVI
NDVI mempunyai nilai tinggi pada saat bernilai rendah terlihat pada hulu
lahan ditutupi oleh vegetasi dan NDVI Gunung Kerinci dan bagan tengah DTA
mempunyai nilai rendah saat lahan yang didominasi penutup lahan
tidak bervegetasi. Pada saat kondisi pertanian dan ladang.
tanah tidak bervegetasi maka tanah
96
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

0.2 0.9 0.2 0.9


(a) NDVI minimum (b) NDVI maksimum
90o
Keterangan:
(a) NDVImax
(b) NDVImin
(c) Kemiringan lahan dalam derajat

(c) Kemiringan lahan


Gambar 3-1: Sebaran NDVImax, NDVImin dan kemiringan lahan di DTA

0.2 0.9 0.2 0.9


(a) NDVI pada Mei 2009 (b) NDVI pada Maret 2012
Gambar 3-2: Sebaran NDVI pada 2009 dan 2012 di DTA Danau Kerinci
97
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

0 4 mm/year 0 4 mm/year
(a) Laju erosi tahun 2009 (b) Laju erosi tahun 2012
Gambar 3-3: Sebaran laju erosi tanah tahun 2009 dan 2012 di DTA Danau Kerinci

Tabel 3-1: LAJU EROSI TANAH RATA-RATA DUGAAN DI DTA DANAU KERINCI TAHUN 2009-2012

Tahun 2009 2012 Tren

Laju erosi tanah


0,39 0,46 Meningkat
(mm/tahun)

Laju erosi tanah pada tahun aliran permukaan di DTA Danau Kerinci
2009 hanya terdistribusi pada sisi pada tahun 2009 dan 2012. Hasil
kanan DTA, sedangkan laju erosi tanah perhitungan koefisien aliran permukaan
pada tahun 2012 terdistribusi merata rata-rata DTA untuk tahun 2009 dan
dengan nilai lebih bervariasi mencapai 4 2012 memperlihatkan bahwa terjadi
mm/tahun. Hasil perhitungan laju erosi peningkatan koefisien aliran permukaan
tanah rata-rata DTA untuk tahun 2009 dari 0,40 pada tahun 2009 menjadi 0,41
dan 2012 memperlihatkan bahwa terjadi pada tahun 2012, seperti diperlihatkan
peningkatan laju erosi tanah dari 0,39 pada Tabel 3-2. Hasil pengujian
mm/tahun pada tahun 2009 menjadi memperlihatkan bahwa laju erosi tanah
0,46 mm/tahun pada tahun 2012, mengalami peningkatan sejalan dengan
seperti diperlihatkan pada Tabel 3-1. peningkatan koefisien aliran permukaan
Verifikasi terhadap laju erosi tanah di DTA Danau Kerinci. Hasil perbandingan
dilakukan dengan cara membandingkan ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat,
secara kualitatif korelasi antara laju sehingga model pendugaan laju erosi
erosi dengan koefisien aliran permukaan, tanah berbasis data satelit penginderaan
dengan membuat hipotesis bahwa jauh yang digunakan pada kegiatan ini
peningkatan aliran permukaan di suatu mampu untuk memberikan gambaran
wilayah DTA akan berdampak pada kondisi perubahan tingkat erosi yang
meningkatnya erosi tanah. Gambar 3-4 terjadi di DTA kajian.
memperlihatkan sebaran spasial koefisien
98
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

(a) Koefisien aliran tahun 2009 (b) Koefisien aliran tahun 2012
Gambar 3-4: Sebaran koefisien aliran tahun 2009 dan 2012 di DTA Danau Kerinci

Tabel 3-2: KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN RATA-RATA DUGAAN DI DTA DANAU KERINCI TAHUN
2009-2012

Tahun 2009 2012 Tren


Koefisien aliran
0,40 0,41 Meningkat
permukaan

Tidak diperolehnya data erosi beberapa hasil yang diperoleh adalah


hasil pengukuran lapangan yang dapat sebagai berikut:
digunakan untuk melakukan verifikasi  Metode NDVI-slope dapat digunakan
nilai laju erosi yang dihasilkan dari untuk pendugaan laju erosi tanah
metode ini memang menjadi kendala sehingga menghasilkan informasi
untuk mengetahui seberapa besar sebaran spasial laju erosi tanah di DTA,
kemampuan koefisien yang digunakan  Pemanfaatan data citra multi temporal
dalam model dapat diterapkan wilayah dapat menghasilkan sebaran spasial
DTA di Indonesia. Walaupun begitu NDVImin dan NDVImax yang bebas dari
berdasarkan hasil perbandingan antara pengaruh awan/haze dan dapat
perubahan laju erosi dengan perubahan menggambarkan secara lebih akurat
koefisien aliran permukaan di daerah kondisi kehijauan/kerapatan vegetasi di
kajian, metode pendugaan laju erosi ini lokasi kajian (DTA Danau Kerinci),
memiliki kemampuan untuk digunakan  Verifikasi secara kualitatif terhadap
di wilayah Indonesia. laju erosi tanah dari model NDVI-slope
di DTA Danau Kerinci memperlihatkan
4 KESIMPULAN DAN SARAN bahwa peningkatan laju erosi tanah
Pendugaan laju erosi tanah (0.36 menjadi 0.46 mm/tahun) sejalan
berbasis data satelit penginderaan jauh dengan peningkatan koefisien aliran
multi temporal Landsat TM/ETM+ dan permukaan (0.40 menjadi 0.41) selama
SPOT-4 telah dilakukan di DTA Danau periode 2009-2012. Hasil ini masih
Kerinci menggunakan model NDVI-slope, perlu diverifikasi secara kuantitatif
99
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 11 No. 2 Desember 2014 :88-101

dengan erosi hasil pengukuran Remote Sensing for Supporting


lapangan untuk menghitung tingkat Integrated Water Resources
akurasi metode NDVI-slope dalam Conservation Management Case
menduga laju erosi tanah di wilayah Study: Manjunto Watershed,
Indonesia. Bengkulu Province-Indonesia,
 Berdasarkan hasil yang diperoleh, Dinamika Teknik Sipil, Vol.11,
ekosistem DTA Danau Kerinci No.3, September 2011.
diperkirakan mengalami penurunan Hazarika M. K. dan Honda K., 2001.
kualitas yang diindikasikan dengan Estimation of Soil Erosion using
terjadinya peningkatan laju erosi Remote Sensing and GIS, its
tanah, dari 0,39 mm/tahun pada Valuation and Economic
tahun 2009 menjadi 0,46 mm/tahun Implications on Agricultural
pada tahun 2012. Production, Proceeding, The 10th
International Soil Conservation
DAFTAR RUJUKAN Organization Meeting held May
As-syakur A. R., 2008. Prediksi Erosi 24-29, Purdue University and the
Dengan Menggunakan Metode USDA-ARS National Soil Erosion
USLE dan Sistem Informasi Research Laboratory.
Geografis (SIG) Berbasis Piksel di Honda K., Samarakoon L., dan Ishibashi
Daerah Tangkapan Air Danau A., 1998. Erosion Control
Buyan, PIT MAPIN XVII, Bandung. Engineering and Geoinformatics:
Bahadur K. C. K., 2009. Mapping Soil River Planform Change and
Erosion Susceptibility using Sediment Yoeld Estimation in a
Remote Sensing and GIS:a Case of Watershed of Siwalik, Nepal, p.63-
the Upper Nam Wa Watershed, 70, In R.B. Singh et al. (ed) Space
Nan Province, Thailand, Environ Informatics for Sustainable
Geol, 57:695–705. Development, Oxford & IBH
Candra D. S., Kustiyo, Ismaya H., 2014. Publishing Co.Pvt. Ltd., New Delhi.
Cloud Masking Data SPOT-6 Jones, D. S., D. G. Kowalski, dan R. B.
dengan Menggunakan Pendekatan Shaw. 1996. Calculating Revised
Nilai Reflektansi dan Geometri, Universal Soil Loss Equation
Prosiding Seminar Nasional (RUSLE) Estimates on Department
Penginderaan Jauh, 2014. of Defense Lands: A Review of
Dunne T. dan Leopold L.B., 1978. Water RUSLE Factors and U. S. Army
in Environment Planning, W.H. Land Condition-Trend Analysis
Freeman and Company, New York. (LCTA) Data Gaps, Center for
Foth H. D., 1995. Dasar-dasar Ilmu Ecological Management of Military
Tanah, Gadjah Mada University Lands Technical Publication
Press, Yogyakarta. Series 96–8. 9 pages.
Fulajtar E., 2001. Identification of KLH, 2012. Grand Design Penyelamatan
Severely Eroded Soils from Remote Ekosistem Danau Indonesia,
Sensing Data Tested in Risnovce – Kementerian Lingkungan Hidup.
Slovakia, the 1oth International KLH, 2011. Profil 15 Danau Prioritas
Soil Conservation Organization Nasional 2010-2014, Kementerian
Meeting, 24-29 Mei 1999, Pages Lingkungan Hidup.
1075-1081, in: D.E. Stott, R.H. KLH, 2008. Pedoman Pengelolaan
Mohtar and G.C. Steinhardt (eds), Ekosistem Danau, Kementerian
2011. Lingkungan Hidup.
Gunawan G., Sutjiningsih D., dan Lu D., Li G., Valladares G.S. dan
Soeryantono H., 2011. Evaluation Batistella M., 2004. Mapping Soil
of Erosion Based on GIS and Erosion Risk In RondoˆNia,
100
Pendugaan Laju Erosi Tanah ....... (Bambang Trisakti)

Brazilian Amazonia: Using Rusle, Sediment Research, Vol. 25, No.


Remote Sensing And GIS, Land 4, 2010, pp.323-339.
Degrad. Develop. 15: 499–512, Vadari T., Subagyono K dan Sutrisno N.,
2004. 2004. Model Prediksi Erosi:
Subarkah I., 1980. Hidrologi Air, Edisi Prinsip, Keunggulan dan
kedua, Idea Dharma, Bandung. Keterbatasan, Buku Teknologi
Trisakti B., Kartasasmita M., Kustiyo Konservasi Tanah Pada Lahan
dan Kartika T., 2009. Kajian Kering Berlereng, P. 71-102, Pusat
Koreksi Terrain pada Citra Penelitian dan Pengembangan
Landsat Thematic Mapper, Jurnal Tanah dan Agroklimat, Badan
Penginderaan Jauh dan Penelitian dan Pengembangan
Pengolahan Citra Digital, Vol.6, Pertanian-Deptan.
2009. Wahyuningrum N. dan Promono I.B.,
Trisakti B., Carolita I., dan Susanto, 2007. Aplikasi Sistem Informasi
2013. Pemetaan Run-off dan Debit Geografis untuk Perhitungan
Aliran Permukaan di Daerah Koefisien Aliran Permukaan di Sub
Tangkapan Air (DTA) Danau DAS Ngunut I Jawa Tengah,
Singkarak, Prosiding Nasional Sains Jurnal Penelitian Hutan dan
Geoinformasi 2013, Yogyakarta Konservasi Alam, Vol.IV, No.6:
25-26 September 2013. 561-571, 2007.
Trisakti B., 2013. Pembuatan Sebaran Wischmeier W.H. dan Smith D.D., 1978.
Spasial NDVI Minimum dan Predicting Rainfall Erosion Losses –
Maksimum Berbasis Data Landsat A Guide to Conservation Planning,
TM/ETM+ Periode 2000-2009, US Department of Agriculture,
Buku Ilmiah Bunga Rampai Agriculture Handbook No.537,
Penginderaan Jauh Indonesia December 1978.
Edisi 2013, Submitted. Wu X., Furby S. dan Wallace J., 2004.
Udayakumara E. P. N., Shrestha R. P., An Approach for Terrain Illumination
Samarakoon L., dan Schmidt- Correction, Proceeding, The 12th
Vogt D., 2010. People`s Perception Australasian Remote Sensing and
and Socioeconomic Determinants Photogrametry Association
of Soil Erosion: A Case Study of Conference, held in Fremantle,
Samanalawewa Watershed, Sri Western Australia 18-22 October
Langka, International Journal of 2004.

101

Anda mungkin juga menyukai