Anda di halaman 1dari 14

Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720

Research Journal e-ISSN : 2685-5755


(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Prediksi Erosi Menggunakan Model USLE di Sub DAS Amohalo


Sulawesi Tenggara
Najar 1), Djafar Mey2) Jufri Karim²),
1
Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo
Email: najaralkhilafah@gmail.com
2
Program Studi Magister Geografi Pascasarjana Universitas Halu Oleo
Email: djafar_mey@yahoo.com
3
Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo
Email: jufrikarim.pjgeo@gmail.com

Abstract: The results of several studies show that the results of the Wanggu River drainage area such as
changes in land use into residential areas are quite fast, causing problems such as erosion and sedimentation
indicated by eroded cliffs, erosion of grooves and ditches on the ground, and sedimentation in river bodies and
Kendari Bay.This study aims to assess the erosion hazard level and analyze the distribution of erosion hazard
levels and determine suitable land conservation directives in the Amohalo watershed. This study uses the USLE
method with equation A = R.K.L.S.C.P by combining the value of the depth of the soil solum and comparing the
potential erosion value of the permissible erosion. The results showed that there is 1 unit of land that has a very
severe erosion hazard level which is generally spread in Mokoau and Lamokula villages, and 11 land units that
have very mild erosion hazard levels which are generally spread in the Baruga and Konda Districts.Whereas
land conservation directives carried out in the Amohalo River Subdistrict namely shrub land use are directed to
be used as high density mixed gardens and others are converted into forests, making construction bench terraces
both on mixed garden land use and other mixed gardens directed to be made forest back.

Keywords: Erosion, USLE, Land Conservation

1. PENDAHULUAN hidrologi (Arsyad, S.1989 dalam Mey,


Kerusakan pada tanah tempat 2018).
terjadinya erosi di sebabkan oleh Dampak dinamika penggunaan lahan
kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik di DAS Wanggu periode 1960-2010
tanah, seperti tanah kehilangan unsur hara terhadap sedimentasi kumulatif di Teluk
dan bahan organik, menurunnyakapasitas Kendari yang berasal dari erosi
infiltrasi dan kemampuan tanah dalam pembangunan infrastruktur, tebing sungai,
menahan air sehingga aliran permukaan tanah longsor sebesar 49.292.191,7 m³
lebih tinggi daripada infiltrasi, dan (88,3 %) atau 954.000 m³ per tahun,
rusaknya vegetasi penutup tanah akibat sampah penduduk 1.089.165,0 m³ (2,0 %)
pembukaan lahan yang tidak sesuai dengan atau 21.310 m³ dan erosi lahan (pertanian,
kaidah konservasi tanah dan air. Erosi semak belukar, pemukiman, dan
berdampak terhadap hilangnya kandungan kehutanan) sebesar 5.150.182,4 m³ (9,3
organik dan unsur hara tanah yang %) atau 104.000 m³ pertahun (Alwi, 2012).
terangkut bersama aliran permukaan. Akibatnya 1) Terjadi penurunan kualitas
Tanah yang kehilangan unsur hara dan dan volume air di Teluk Kendari, 2)
kandungan organik akan mengurangi berkurangnya populasi dan
tingkat kesuburan sehingga lahan menjadi keanekaragaman hayati biota perairan
kritis. Akibatnya kemampuan lahan dalam Teluk Kendari, dan 3) Vegetasi mangrove
mendukung usaha budidaya pertanian mengalami kerusakan (Iswandi, 2004
menurun, karena : (a) kerusakan struktur dalam Mey, 2018 ).
tanah, (b) menurunnya kualitas dan Sub DAS Amohalo merupakan salah
kuantitas bahan organik, (c) hilangnya satu bagian hulu dari DAS Wanggu dengan
unsur hara, dan (d) terganggunya siklus kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis
tanah dan curah hujan yang bervariasi.
April --- 29
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Dinamika perubahan penggunaan lahan dianalisis di Laboratorium Pertanian


yang terjadi di DAS Wanggu berdampak Universitas Halu Oleo. Sub DAS Amohalo
pula terhadap kondisi lahan yang ada di memiliki luas 10.048,39 hektar dan secara
Sub DAS Amohalo. Tingkat kerusakan geografis terletak di bagian selatan garis
lahan yang terjadi di Sub DAS Amohalo khatulistiwa berada diantara 3°58’44ˮ dan
diantaranya ditandai dengan adanya 4°10’30” Lintang Selatan dan membentang
kejadian erosi. Pra-Observasi lapangan dari Barat ke Timur diantara 122°31’54”
menunjukan bahwa disebagian wilayah dan 122°32’34” Bujur Timur..
Sub DAS Amohalo telah terjadi erosi Jenis data yang digunakan dalam
permukaan yang ditandai dengan adanya penelitian ini dikelompokan menjadi 2
bercak-bercak dipermukaan tanah dan macam, yaitu data primer dan data
terkumpulnya tanah pada dasar lereng sekunder. Data primer yaitu data yang
akibat proses erosi. didapat secara lansung dari objek
Tingkat kejadian erosi di Sub DAS penelitian melalui pengamatan lansung dan
Amohalo dapat diprediksi dengan pengecekan lapangan pada saat observasi
menggunakan Metode USLE (Universal lapangan seperti; panjang dan kemiringan
Soil Loss Equation) yang biasa digunakan lereng, pengukuran kedalaman solum
untuk memperediksi laju erosi. Metode tanah,pengambilan sampel tanah dan data
USLE sesuai diterapkan di daerah-daerah jenis vegetasi dan tindakan konservasi
yang faktor utama penyebab erosinya lahan. Sedangkan data sekunder yaitu data
adalah hujan dan aliran permukaan seperti yang diperoleh dari instansi-instansi yang
di wilayah Sub DAS Amohalo. Sebaran berkaitan seperti, data curah hujan, peta
erosi di Sub DAS Amohalo dapat diketahui geologi, peta administrasi, peta jenis tanah,
dengan memanfaatkan teknologi Sistem peta kemiringan lereng, dan data DAS.
Informasi Geografi (SIG) agar Analisis data yang dilakukan dengan
memudahkan dalam menganalisis spasial. melakukan overlay semua parameter yang
Prediksi erosi dengan metode USLE juga digunakan seperti peta kemiringan lereng,
bisa menggunakan SIG dalam peta jenis tanah, peta curah hujan dan peta
perhitungannya. Pemanfaatan SIG sebagai penggunaan lahan, untuk memperoleh peta
alat dalam memprediksi erosi bisa satuan lahan daerah penelitian. Prediksi
membantu keakuratan data yang dihasilkan erosi permukaan (A) pada suatu lahan yaitu
khususnya pada lahan-lahan yang dengan menggunakan
mempunyai keadaan topografi yang persamaan USLE (Universal Soil Loss Uqu
kompleks. Selain itu, SIG dapat ation) dalam Fahliza, 2013 yaitu:
memanejemen data yang bereferensi
geografi dengan cepat sehingga membuat E = R.K.L.S.CP ......................................(1)
studi tentang erosi bisa lebih mudah,
khususnya bila harus mengulang Dimana :
menganalisis data-data pada daerah yang
E = Kehilangan tanah (ton/ha/tahun)
sama.
R = Indeks erotivitas curah hujan,
K = Faktor erodibilitas tanah
2. METODE PENELITIAN
LS = Panjang dan kemiringan lereng
Penelitian ini dilakukan di Sub DAS
C = Faktor manajemen tutupan lahan, dan
Amohalo Sulawesi Tenggara. Sub DAS
P = Faktor praktek dukungan/
Amohalo merupakan bagian hulu dari DAS
pengendalian erosi
Wanggu dimana proses erosi yang terjadi
(Renard etal, 1996 dan Narcisa, 2009
di Sub DAS tersebut tidak terlepas dari
dalam Fahliza, 2013).
pengaruh yang diberikan oleh DAS
Wanggu secara umum. Sampel tanah
30 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

R = curah hujan rata-rata bulanan (cm)

2.1.Faktor Erosivitas Hujan (R) 2.2.Faktor Erodibilitas Tanah (K)


Indeks erosivitas hujan diprediksi Erodibiltas tanah atau ketahanan
menggunakan formulasi Lenvain (1989) tanah dapat ditentukan dengan aturan
dalam Auliyani dkk, 2017 yaitu: rumus perhhitungan nilai K yang dihitung
EI = 2,21 X R1,36 ……………….(2) dengan persamaan (Weischmeier, et all,
1971 dalam Fahliza, 2013). Persamaan
Dimana :
berikut digunakan untuk jenis tanah
EI = erosivitas hujan rata-rata tahunan
dilokasi penelitian yang belum diketahui
(KJ/ha)
nilai erodibilitas tanahnya.

K = 2,7 x 𝑀1.14 (10−4 ) (12 - a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3).............(3)


100
Dimana:
K = Faktor erodibilitas tanah
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus + % debu x (100-% liat)
a = kadungan bahan organik (% C x 1,72)
b = harkat strukrut tanah
c = harkat permeabilitas tanah

2.3. Faktor Panjang dan Kemiringan S = (0,43 + 0,30𝑠 + 0,04𝑠 ²)/6,61….….(5)


Lereng
Dimana : S = Kemiringan lereng (%)
Faktor panjang dan kemiringan
S = Kemiringan lereng aktual
lereng terdiri dari dua bagian, yakni faktor
(%)
panjang (L) dan faktor kemiringan lereng
(S) yang ditentukan nilainya dengan 2.4.Faktor pengelolaan tanaman dan
menggunakan persamaan Schawab (1981) teknik konservasi
dalam Sufiani (2005): Faktor penutupan vegetasi dan
𝑙
L=( )𝑚 ………............…..(4) pengolahan lahan menggambarkan dampak
22,1 kegiatan pertanian dan pengolahan lahan
Dimana : L = Panjang lereng (m) terhadap tingkat erosi. Besaran nilai C dan
l = Pengukuran lereng dilapang P ditentukan berdasarkan keamekaragaman
m = Angka eksponen yang dipengaruhi bentuk penguunaan lahan dilapangan
oleh interaksi antara panjang dan (berdasarkan peta tata guna lahan dan
kemiringan lereng dan dapat juga orientasi lapangan). Nilainya di tentukan
dipengaruhi oleh karakteristik tanah, tipe berdasarkan hasil peneltian sebelumnya
vegetasi. atau modifikasinya. Nilai C dan P untuk
Perhitungan nilai kemiringan lereng (S) tata guna lahan tertentu dapat dilihat pada
adalah: Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Nilai Pengelolaan Tanaman


No. Jenis Pertanaman Nilai C
1. Sawah beririgasi 0,01
2. Sawah tadah hujan 0,05
3. Ubi kayu 0,8
4. Kacang tanah 0,2
5. Padi 0,5

April --- 31
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

No. Jenis Pertanaman Nilai C


6. Tebu 0,2
7. Pisang 0,6
8. Akar wangi (sereh wangi) 0,4
9. Kopi dengan tanaman penutup tanah 0,2
10. Cabe, Jahe, dan lain-lain (rempah-rempah) 0,9
11. Kebun campuran :
- Kerapatan tinggi 0,1
- Ubi kayu-Kacang Panjang 0,2
- Kerapatan sedang 0,3
- Kerapatan rendah (Kacang Tanah) 0,5
12. Perladangan berpindah-pindah (Shifting 0,4
culitvation)
13. Perkebunan (Penutup tanah buruk)
- Karet 0,8
- Teh 0,5
- Kelapa sawit 0,5
- Kelapa 0,6
14. Hutan:
- Penuh dengan serasah 0,001
- Serasah sedikit 0,005
15 Belukar/rumput 0,3
16. Jati + Mahoni 0,04
17. Jagung 0,7
Sumber: Hamer, 1980 dalam Hardjowigeno, 2017

Tabel 2. Teknik Konservasi


No. Jenis Teknik Konservasi Tanah Nilai P
Teras bangku :
- Standar disain dan bangunan baik 0,04
1.
- Standar disain dan bangunan sedang 0,15
- Standar disain dan bangunan rendah 0,35
2. Teras tradisional 0,04
Penanaman/pengolahan menururt kontur
pada lereng:
3. - 0–8% 0,50
- 9 – 20 % 0,75
- Lebih dari 20 % 0,90
Penanaman rumput (Brachia) dalam strip;
- Standar disain dan keadaan pertumbuhan 0,04
4. baik
- Standar disain dan keadaan pertumbuhan 0,40
tidak baik
5. Penanaman Crotaliria dalam rotasi 0,60
Penggunaan Mulsa
- ( jerami 6 ton/ha/th) 0,30
6.
- (jerami 3 ton/ha/th) 0,50
- (jerami ton/ha/th) 0,80
Penanaman penutup tanah rendah pada
tanaman perkebunan :
7.
- Kerapatan tinggi 0,10
- Kerapatan sedang 0,50
8. Tanpa tindakan konservasi 1,00
Sumber: Hamer, 1980 dalam Hardjowigeno 2017

2.5 Tingkat Bahaya Erosi (TBE)


32 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Tingkat Bahaya Erosi ditentukan permukaan yang terjadi yang dapat dilihat
dengan membandingankan antara nilai pada tabel berikut:
kedalaman solum tanah terhadap nilai erosi
Tabel 3. Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Kelas Erosi
I II III IV V
Solum Tanah
Erosi (ton/ha/tahun)
(cm)
<15 15-60 60-180 180-480 >480
Dalam SR R S B SB
(>90) 0 I II III IV
Sedang R S B SB SB
(60-90) I II III IV IV
Dangkal S B SB SB SB
(30-60) II III IV IV IV
Sangat Dangkal B SB SB SB SB
(<30) III IV IV IV IV
Sumber: Hardjowigeno, 2017
Keterangan :
SR (Sangat Ringan), R (Ringan), S (Sedang), B (Berat), dan SB (Sangat
Berat).

2.6 Arahan Konservasi Lahan jenis pertanaman dan arahan konservasi


Arahan konservasi lahan ditentukan yang sesuai untuk mengurangi jumlah erosi
dengan membandingkan antara jumlah yang terjadi. Erosi yang diperbolekan (edp)
erosi yang terjadi terhadap erosi yang ditentukan dengan menggunakan
masih diperbolehkan kemudian ditentukan persamaan Hardjowigeno, 2015:

Edp = (DE x Nilai FKT)/MPT) x Bv x 10.....(6)


Dimana:
Edp = Erosi yang diperbolehkan (ton/ha/tahun)
DE = Kedalaman efektif tanah (cm)
FKT = Faktor Kedalaman
MPT = Masa pakai tanah (tahun)
Bv = Berat Volum Tanah (gr)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN bumi akibat gravitasi bumi dan sebagian


3.1. Curah Hujan partikel halus menutup pori-pori tanah
Erosivitas hujan adalah salah satu sehingga menyebabkan porositas menurun
faktor penyebab erosi karena bisa (A’yunin, 2008). Rata-rata curah hujan
menghasilkan energi kinetik terhadap yang terjadi di Sub DAS Amohalo yaitu
permukaan tanah yang mampu memecah Stasiun BMKG 1.664, 28 mm/tahun,
agregat tanah dan menghasilkan aliran Stasiun Moramo 1.826,00 mm/tahun, dan
permukaan serta melakukan pengerusan Stasiun Tanea sebesar 1.748,13 mm/tahun.
pada tanah yang dilaluinya. Tetesan air Data curah hujan tersebut diinterpolasi
hujan tersebut mengakibatkan sehingga didapatkan peta sebaran curah
terhempasnya partikel tanah ke udara yang hujan (Gambar 1).
kemudian jatuh kembali ke permukaan

April --- 33
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Gambar 1. Peta Curah Hujan Sub DAS Amohalo

3.2. Jenis tanah Setiap satuan lahan yang terdapat di


Tanah di Sub DAS Amohalo Sub DAS Amohalo memiliki nilai
didominasi jenis tanah podsolik (42,80%) erodibilitas yang berbeda-beda yang
dengan tekstur lempung berdebu. dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan
Sedangkan untuk jenis tanah lainnya organik serta permeabilitas. Seperti satuan
seperti Aluvial (15,05%), Kambisol lahan F221s yang tersusun atas jenis tanah
(25,70%), dan litosol (16,45%). Setiap Aluvial memiliki tesktur pasir sangat halus
jenis tanah memiliki pengaruh tersendiri 31,87%, debu 3,89% dan liat 0,51%,
terhadap kejadian erosi yang disebut dengan kandungan C-organik 0,75% atau
erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai 0,75% x 1,75 atau bahan organiknya 1,29%
erodibilitas maka tanah semakin rentan serta permeabilitasnya 0,68 cm/jam
terhadap erosi sebaliknya semakin rendah sehingga nilai erodibilitasnya adalah 0,31.
nilai erodibilitas tanah semakin tahan Satuan lahan F222k yang tersusun atas
terhadap erosi. Nilai erodibilitas tanah jenis tanah Kambisol memiliki tekstur
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara pasir sangat halus 12,38%, debu 56,69%,
lain tekstur tanah dimana semakin kasar dan liat 6,61 % dengan kandungan bahan
tekstur tanah maka semakin tinggi nilai organik 1,29%, permeabilitas 0,56 cm/jam
erodibilitasnya atau tanah tersebut semakin sehingga nilai erodibilitasnya adalah 0,76.
mudah tererosi begitupun sebaliknya Satuan lahan H234sb yang tersusun dari
semakin halus tekstur tanah maka tanah jenis tanah podsolik yang memiliki tekstur
tersebut tidak mudah tererosi. Hal ini pasir sangat halus 9,99%, debu 65,16%,
terjadi karena semakin kasar tekstur tanah dan liat 4,86% dengan kandungan bahan
maka bahan organik akan berkurang organik 0,64%, permeabilitas 9,89 cm/jam
karena banyak tanah yang tercuci akibat sehingga erodibilitasnya adalah 0,87.
permeabilitas yang cepat. Selain itu, Semakin tinggi erodibilitas tanah maka
erodibilitas tanah juga dipengaruhi oleh semakin peka terhadap kejadian erosi.
bahan organik karena bahan organik Adapun jenis tanah pada daereh penelitian
berfungsi sebagai bahan perekat agregat Sub DAS Amohalo yaitu dapat dilihat pada
tanah, dan memperbaiki struktur tanah Gambar 2.
sehingga tanah tidak mudah hancur akibat
pukulan air hujan.

34 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Gambar 2. Peta Jenis Tanah Sub DAS Amohalo


3.3. Kemiringan lereng dan bagian hilir memiliki ketinggian
Sub DAS Amohalo memiliki bentuk berkisar antara 0-10 meter dari permukaan
topografi yang bervariasi antara datar, laut. Adapun Kemiringan lereng hujan Sub
berbukit dan daerah pegunungan. Sub DAS DAS Amohalo.
Amohalo 55,22% adalah daerah dataran Hasil pengukuran panjang dan
dengan kemiringan lereng 0–15% dan kemiringan lereng di lapangan terdapat
sisanya adalah daerah perbukitan sampai variasi kemiringan dan panjang lereng
pegunungan sebesar 44,78% dengan disetiap satuan lahan seperti pada satuan
tingkat kemiringan lereng 15 sampai lahan F211s memiliki panjang lereng 400
dengan lebih dari 45%. Ketinggian tempat m, kemiringan lereng 3,33% sehingga nilai
pada hulu Sub DAS Amohalo berkisar LS yaitu 0.93 (Gambar 3).
antara 100-475 meter dari permukaan laut

Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Amohalo

3.4. Penggunaan Lahan (27,04%), kebun campur kerapatan rendah


Penggunaan lahan sangat (6,29%), kebun campur kerapatan sedang
berpengaruh terhadap aliran permukaan (1,53%), kebun campur kerapatan tinggi
yang terjadi di Sub DAS. Berdasarkan (9,99%), semak dan belukar (9,26%),
hasil klasifikasi citra dan pemantauan permukiman (2,44%), sawah irigasi
lapangan menunjukan bahwa penggunaan (7,81%), serta tambak (0,44%). Adapun
lahan di Sub DAS Amohalo didominasi peta Penggunaan Lahan Sub DAS Amohalo.
oleh hutan kerapatan tinggi (35,19%) dari Setiap satuan lahan di Sub DAS Amohalo
luas keseluruhan Sub DAS Amohalo memiliki jenis penggunaan lahan dan
sedangkan sisanya hutan kerapatan rendah konservasi yang bervariasi seperti F211s
April --- 35
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

dengan penggunaan lahan sawah irigasi tinggi dengan banyak serasah penutup
dengan nilai C 0,01 tanpa tindakan tanah sehingga nilai C 0,001 dan nilai P
konservasi sehingga P 1,00, F224k 1,00. Jenis vegetasi yang terdapat di Sub
merupakan kebun campur kerapatan tinggi DAS Amohalo yaitu pohon besi, cengkeh,
sehingga nilai C 0,1 dengan tindakan jambu mete, coklat, pisang, pepaya, padi,
konservasi dengan teras bangku kontruksi komba-komba, pohon jati, mahoni, kacang
kurang baik sehingga nilai P 0,35, panjang, ubi kayu dan berbagai macam
M152hkt merupakan hutan kerapatan rerumputan yang tumbuh liar (Gambar 5).

Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Amohalo


3.5. Tingkat Bahaya Erosi kedalam solum tanah,berikut adalah peta
Analisis Tingkat Bahaya Erosi sebaran erosi yang terjadi di di Sub DAS
(TBE) dapat diketahui dengan Amohalo.
menggabungkan nilai erosi dengan nilai

Gambar 5. Peta Sebaran Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Amohalo.

Hasil penelitian menunjukan bahwa geologi serta jenis penggunaan lahan yang
sebaran erosi di Sub DAS amohalo cukup terdapat di Sub DAS Amohalo.
bervariasi mulai dari kategori sedang Selain faktor curah hujan, yang
sampai erosi berat (Lihat Tabel 5). Hal ini takkalah penting perannya dalam kejadian
dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah erosi adalah faktor panjang dan kemiringan
hujan, maupun karakteristik fisik lahan lereng serta penggunaan lahan dan upaya
seperti kemiringan lereng, jenis tanah, konservasi tanah. Panjang dan kemiringan
lereng berperan dalam proses kejadian
36 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

erosi. Panjang dan kemiringan lereng banyaknya akumulasi tanah yang terbawa
berpengaruh terhadap jumlah air larian oleh air hingga mencapai dasar lereng.
yang terjadi pada suatu lahan serta

Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Lapangan


Panjang
Satuan Kecuraman Jenis Teknik
UL Lereng Penggunaan Lahan
Lahan Lereng (%) Tanah Konservasi
(m)
1 F211s 400 3,33 Aluvial Sawah Irigasi -
2 F221hkr 500 3,35 Aluvial Hutan Kerapatan Rendah -

60 20,00 Kebun Campur Kerapatan Teras bangku


3 F221k Aluvial
Sedang kontruksi sedang
4 F222hkr 12 34,44 Kambisol Hutan Kerapatan Rendah -
5 19 24,44 Kambisol Kebun Campur Kerapatan Serasah dan mulsa
F222k
Tinggi
6 F222s 400 5,56 Kambisol Sawah Irigasi -
7 F222sb 13 7,78 Kambisol Semak Belukar -
8 F223hkr 38 31,11 Litosol Hutan Kerapatan Rendah -
9 F224hkr 52 20,00 Podsolik Hutan Kerapatan Rendah -
10 F224hkt 27 27,78 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
11 25 30,00 Podsolik Kebun Campur Kerapatan Teras bangku
F224k
Tinggi kontruksi buruk
12 F224sb 10 6,67 Podsolik Semak Belukar -
13 F314t 300 3,25 Podsolik Tambak -
14 85 22,22 Aluvial Kebun Campur Kerapatan -
F321k
Rendah
15 H134hkt 70 41,11 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
16 H144hkt 47 37,78 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
17 H232hkr 70 42,22 Kambisol Hutan Kerapatan Rendah -
18 H233hkr 43 30,00 Litosol Hutan Kerapatan Rendah -
19 H233hkt 52 38,89 Litosol Hutan Kerapatan Tinggi -
20 H234hkr 52 27,78 Podsolik Hutan Kerapatan Rendah -
21 H234hkt 54 44,44 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
22 27 27,78 Podsolik Kebun Campur Kerapatan -
H234k
Rendah
23 H234sb 70 47,78 Podsolik Semak Belukar -
24 H243hkt 210 66,00 Litosol Hutan Kerapatan Tinggi -
25 H244hkt 98 72,22 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
26 H334hkt 27 35,5 Podsolik Hutan Kerapatan Tinggi -
27 M152hkt 120 47,78 Kambisol Hutan Kerapatan Tinggi -
28 M253hkt 200 43,33 Litosol Hutan Kerapatan Tinggi -
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 5. Nilai Tingkat Bahaya Erosi


Satuan A Kelas Solum Tingkat Luas
UL R K LS CP
Lahan ton/ha/thn Erosi tanah (cm) Bahaya Erosi (ha)
1 F211s 1.116,81 0,31 0,93 0,01 3,22 0 >120 Sangat Ringan 420,48
2 F221hkr 1.116,81 0,31 1,05 0,001 0,36 0 >120 Sangat Ringan 482,14
3 F221k 1.116,81 0,31 1,76 0,045 27,46 I >120 Ringan 153,82
4 F222hkr 1.116,81 0,76 1,41 0,001 1,20 0 >120 Sangat Ringan 651,23

April --- 37
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Satuan A Kelas Solum Tingkat Luas


UL R K LS CP
Lahan ton/ha/thn Erosi tanah (cm) Bahaya Erosi (ha)
5 F222k 1.116,81 0,76 1,22 0,01 10,38 0 >120 Sangat Ringan 502,95
6 F222s 1.116,81 0,76 1,38 0,01 11,73 0 >120 Sangat Ringan 364,59
7 F222sb 1.116,81 0,76 0,33 0,3 84,52 II >120 Sedang 548,91
8 F223hkr 1.116,81 0,56 2,24 0,001 1,40 0 >120 Sangat Ringan 187,94
9 F224hkr 1.116,81 0,87 1,64 0,001 1,59 0 >120 Sangat Ringan 457,52
10 F224hkt 1.116,81 0,87 1,67 0,001 1,62 II 57 Sedang 485,77
11 F224k 1.116,81 0,87 1,75 0,035 59,48 IV 47 Berat 501,38
12 F224sb 1.116,81 0,87 0,25 0,300 74,22 II >120 Sedang 155,5
13 F314t 1.005,62 0,87 0,79 0,010 6,93 0 >120 Sangat Ringan 44,53
14 F321k 1.005,62 0,31 2,33 0,200 145,79 III 80 Berat 282,13
15 H134hkt 1.081,94 0,87 4,16 0,001 3,92 II 30 Sedang 681,72
16 H144hkt 1.081,94 0,87 3,10 0,001 2,92 II 31 Sedang 243,99
17 H232hkr 1.116,81 0,55 4,29 0,001 2,64 II 47 Sedang 284,48
18 H233hkr 1.116,81 0,56 2,29 0,001 1,43 0 >120 Sangat Ringan 232,95
19 H233hkt 1.116,81 0,56 3,37 0,001 2,11 0 >120 Sangat Ringan 753,46
20 H234hkr 1.116,81 0,87 2,32 0,001 2,25 0 >120 Sangat Ringan 421,23
21 H234hkt 1.116,81 0,87 4,00 0,001 3,89 III 20 Berat 417,86
22 H234k 1.116,81 0,87 1,67 0,040 64,98 III 70 Berat 349,69
23 H234sb 1.116,81 0,87 4,96 0,300 1445,38 IV 15 Sangat Berat 225,64
24 H243hkt 1.116,81 0,71 12,68 0,001 10,06 III 20 Berat 379,25
25 H244hkt 1.116,81 0,87 9,70 0,001 9,42 III 10 Berat 227,71
26 H334hkt 1.005,62 0,87 2,19 0,001 1,92 III 25 Berat 30,65
27 M152hkt 1.081,94 0,75 6,49 0,001 5,27 III 20 Berat 215,62
28 M253hkt 1.116,81 0,71 7,48 0,001 5,93 III 15 Berat 100,27
Sumber: Hasil analisis data primer, 2018

Pada dasarnya semakin panjang dan hujan terhadap tanah. Suatu vegetasi
miring lereng suatu lahan maka potensi penutup tanah yang baik seperti rumput
kejadian erosi semakin besar dan tanah yang tebal atau hutan yang lebat akan
yang tererosi semakin banyak. Hal ini mengurangi pengaruh hujan dan topografi
dikarenakan pada lahan yang miring maka terhadap erosi. Sedangkan tindakan
proses aliran permukaan semakin besar dan konservasi tanah adalah upaya manusia
cepat sehingga tanah yang terbawa oleh air dalam mengelola lahan untuk bisa
semakin banyak pula. Faktor penggunaan mengurangi jumlah kehilangan tanah
lahan sendiri berkaitan dengan tumbuhan akibat erosi. Lahan yang terdegradasi
atau tanaman penutup tanah yang berfungsi akibat erosi akan kehilangan
mengurangi atau mencegah jumlah kemampuannya untuk bisa dimanfaatkan
kehilangan tanah akibat erosi pada suatu oleh manusia khususnya dibidang
lahan. Lahan dengan penutup tanah yang pertanian sehingga perlu adanya tindakan
baik memiliki potensi erosi yang lebih konservasi agar tanah bisa produktif
rendah dibandingkan dengan lahan yang kembali.
tidak memiliki penutup tanah sama sekali Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui
seperti lahan kosong. Hal ini dikarenakan bahwa Tingkat Bahaya Erosi Sangat
penutup tanah mempengaruhi air yang Ringan (TBE-SR) memiliki besar erosi
sampai kepermukaan tanah dan tanah berkisar antara 0,36 t. ha−1 thn−1
mengurangi aliran permukaan serta sampai dengan 11,73 t. ha−1 thn−1 dengan
mengurangi pukulan lansung butir-butir kedalaman tanah lebih dari 120 cm
38 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

meliputi luas daerah 4.519,02 ha atau hingga kedasar lereng yang membuat nilai
44,97% dari luas wilayah Sub DAS erosi menjadi besar.Tingkat bahaya erosi
Amohalo. TBE sangat ringan terjadi juga kategori berat tersebar di Kelurahan
karena adanya konservasi tanah yang Baruga, Andonuhu, Kambu, Lepo-lepo
cukup baik yaitu teras bangku kontruksi serta Desa Amohalo dan Lombuea. Tingkat
sedang serta adanya serasah penutup tanah Bahaya Erosi Sangat Berat (TBE-SB)
yang terdapat pada satuan lahan F222k. memiliki besar erosi tanah 1.445,38
Tingkat bahaya erosi sangat ringan tersebar t. ha−1 thn−1 dengan kedalaman mulai dari
di Kelurahan Lalolara, Baruga, serta Desa 15 cm meliputi luas daerah 2.225,64 ha
Cialam Jaya, Lamokula dan Lombuea. atau 2,25% dari luas wilayah Sub DAS
Tingkat Bahaya Erosi (TBE-R) memiliki Amohalo. Penggunaan lahan pada daerah
besar erosi tanah 27,46 t. ha−1 thn−1 ini kebanyakan semak belukar. Terjadinya
dengan kedalaman tanah lebih dari 120 cm erosi sangat berat pada daerah ini
meliputi luas daerah 153,82 ha atau 1,53% dikarenakan faktor kedalaman tanah yang
dari luas wilayah dengan Sub DAS sangat dangkal serta penggunaan lahan
Amohalo. TBE pada daerah dengan semak belukar tanpa adanya tumbuhan
penggunaan lahan kebun campuran penutup tanah. Curah hujan yang tinggi
termasuk ringan karena berada pada lahan membuat aliran permukaan menjadi besar
yang datar sehingga laju aliran permukaan dan tanah yang tererosi semakin banyak
pada lahan ini sangat kecil dan tanah yang karena tidak ada media yang menahan laju
tererosi menjadi kecil. Tingkat bahaya erosi permukaan khususnya pada daerah
erosi ringan tersebar di Kelurahan Baruga perkebunan. Selain itu, adanya penggunaan
dan Desa Wonua. Tingkat Bahaya Erosi lahan semak belukar pada daerah ini
Sedang (TBE-S) memiliki besar erosi dengan tanaman penutup tanah sekunder
tanah berkisar antara 1,62 t. ha−1 thn−1 yang berumur relatif pendek membuat
sampai dengan 84,52 t. ha−1 thn−1 dengan tidak adanya media yang memperlambat
kedalaman tanah 30 cm sampai dengan atau menahan laju erosi yang terjadi.
lebih dari 120 cm meliputi luas daerah Tingkat bahaya erosi kategori sangat berat
2.400,37 ha atau 23,89% dari luas wilayah tersebar di Kelurahan Mokoau, dan Desa
dengan Sub DAS Amohalo. Tingkat Lamokula.
bahaya erosi sedang tersebar di Kelurahan
Baruga dan Desa Lamokula. Tingkat 3.6. Arahan konservasi tanah di Sub
Bahaya Erosi Berat (TBE-B) memiliki DAS Amohalo.
besar erosi tanah berkisar antara 1,92 Arahan konservasi lahan ditentukan
t. ha−1 thn−1 sampai dengan berdasarkan nilai dari hasil perbandingan
145,79 t. ha−1 thn−1 dengan kedalaman antara erosi permukaan yang terjadi
yang relatif dangkal mulai dari 10 cm terhadap nilai erosi yang masih
sampai 80 cm meliputi luas daerah diperbolehkan. Langkah pertama dalam
2.504,56 ha atau 24,92% dari luas wilayah arahan konservasi lahan adalah
Sub DAS Amohalo. Walaupun penggunan menentukan tindakan konservasi yang
lahan pada daerah ini didominasi oleh tepat untuk setiap satuan lahan yang erosi
hutan dengan tingkat kerapatan tinggi akan permukaannya telah melampauhi batas
tetapi masuk kategori Tingkat Bahaya erosi yang diperbolehkan. Apabila
Erosi Berat (TBE-B) karena kedalam tanah tindakan konservasi yang akan
pada daerah ini tergolong dangkal dan direncanakan belum mampu mengurangi
tersusun atas tanah podsolik yang sangat jumlah erosi permukaan, maka langkah
peka terhadap erosi. Sehingga, pada saat berikutnya adalah mengganti jenis
musim hujan air dengan mudah mengikis penggunaan lahan pada satuan lahan
permukaan tanah dan mengangkutnya dengan nilai erosi permukaan yang besar.
April --- 39
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

Berikut adalah peta arahan konservasi kemudian H234k dengan penggunaan


lahan pada Sub DAS Amohalo. lahan kebun campur yaitu jati dan mahoni
Hasil penelitian menunjukan dari 28 dan nilai erosi permukaannya sebesar
satuan lahan yang terdapat di Sub DAS 64,98 ton/ha/thn dengan luas lahan 349,69
Amohalo yang masuk kategori ha serta H234sb penggunaan lahan berupa
rekomendasi konservasi yaitu F222sb semak belukar dengan nilai erosi
dengan penggunaan lahan semak belukar permukaan sebesar 1.445,38 ton/ha/thn
dan nilai erosi permukaan sebesar 84,52 dengan luas lahan 225,64 ha (2,25%).
ton/ha/thn dengan luas lahan 548,91 ha Erosi permukaan yang terjadi pada satuan
(5,46%), F224k berupa kebun campur lahan diatas telah melampaui batas erosi
dengan teras bangku kontruksi buruk dan yang masih diperbolehkan yang hanya
nilai erosi permukaannya sebesar 59,48 berkisar antara 5,04 ton/ha/thn sampai
ton/ha/thn dengan luas lahan 501,38 ha dengan 71,20 ton/ha/thn. Secara
(4.49%), F321k penggunaan lahan berupa keseluruhan luas lahan yang masuk
kebun campur yaitu ubi kayu dan kacang kategori rekomendasi konservasi adalah
panjang tanpa ada konservasi dengan nilai 2.063,25 ha atau 20,54% dari luas lahan
erosi permukaan 145,79 ton/ha/thn dengan Sub DAS Amohalo selebihnya penggunaan
luas lahan 282,13 ha (2,81%), F224sb lahan yang dipertahankan dan area
dengan penggunaan lahan semak belukar permukiman.
dan nilai erosi permukaan 74,22 ton/ha/thn,

Gambar 6. Peta Arahan Konservasi Lahan di Sub DAS Amohalo.


Satuan lahan F222sb diarahkan erosinya menjadi 14,58 ton/ha/thn, F224sb
kepenggunaan lahan kebun campuran diarahkan untuk menjadi kebun campur
kerapatan tinggi sehingga erosi kerapatan tinggi sehingga erosi
permukaannya berkurang menjadi 28,17 permukaannya menjadi 24,74 ton/ha/thn,
ton/ha/thn. Kemudian untuk satuan lahan H234k diarahkan untuk ditambahkan serasah
F224k diarahkan untuk dibuatkan teras dan mulsa, sehingga erosi permukaan
bangku kontruksi baik sehingga erosi berkurang menjadi 6,50 ton/ha/thn dan
permukaannya berkurang menjadi 6,80 terakhir H234sb diarahkan untuk dijadikan
ton/ha/thn. F321k diarahkan untuk hutan sehingga erosi permukaanya berkurang
ditambahkan mulsa dan serasah sehingga menjadi 4,82 ton/ha/thn.
40 --- April
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, L, O., 2012, Kajian Dampak Dinamika
4. KESIMPULAN Penggunaan Lahan di Das Wanggu
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Terhadap Sedimentasi Di Teluk
Tingkat Bahaya Erosi Sangat Ringan (TBE- Kendari Sulawesi Tenggara [Skripsi].
SR) memiliki besar erosi tanah berkisar Bogor: Bogor Agricultural University,
antara 0,36 t. ha−1 thn−1 sampai dengan A’yunin, Qurratul, 2008. Prediksi Tingkat
11,73 t. ha−1 thn−1 dengan kedalaman tanah Bahaya Erosi Dengan Metode Usle Di
lebih dari 120 cm meliputi luas daerah Lereng Timur Gunung
4.519,02 ha atau 44,79% dari luas Sindoro [Skripsi]. Surakarta:Fakultas P
keseluruhan Sub DAS Amohalo. Tingkat ertanianUniversitas Sebelas Maret
Bahaya Erosi Sangat Berat (TBE-SB) Surakarta.
memiliki besar erosi tanah 1.445,38 Auliyani, Diah dan Wahyu Wisnu Wijaya.
t. ha−1 thn−1 dengan kedalaman tanah 15 cm 2017. Perbandingan Prediksi Hasil
meliputi luas daerah 225,64 ha atau 2,25% Sedimen Menggunakan Pendekatan
dari luas keseluruhan Sub DAS Amohalo. Model Universal Soil Loss Equation
Arahan konservasi dilakuan dengan Dengan Pengukuran Langsung. Jurnal
tujuan untuk mengurangi jumlah erosi yang Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran
terjadi agar tidak melapaui batas erosi yang Sungai, Vol.1 No.1, p.61-71
masih diperbolehkan. Satuan lahan yang Fahliza, Usna, Dinar Dwi Anugerah P,
direkomendasikan untuk dikonservasi yaitu Sarino.2013. Analisis Erosi Pada
F224k dibuatkan teras bangku kontruksi Subdas Lematang Hulu. Jurnal Teknik
baik, F222sb dari semak belukar diarahkan Sipil dan Lingkungan, Vol.1 No.1,
untuk jadi kebun campuran kerapatan tinggi, p.32-39
F224sb dari semak belukar diarahkan untuk Hardjowigeno Sarwono dan
dijadikan kebun campuran kerapatan tinggi, Widiatmaka. 2017. Evaluasi
F321k (ubi kayu dan kacang panjang) dan Kesesuaian Lahan Dan Perencanaan
H234k (jati dan mahoni) diarahkan untuk Tataguna Lahan. Yogyakarta: Gadjah
ditambahkan serasah dan mulsa dari Mada Universiy Press.
dedaunan, serta H234sb diarahkan dari Mey, Djafar., Sahindomi B dan Jufri K.,
semak belukar menjadi hutan. 2018. Pemodelan Kehilangan Karbon
TBE-SR tersebar di Kelurahan Baruga Organik Tanah Akibat Erosi Di
(884,67 ha/8,80%), Desa Cialam Jaya Daerah Aliran Sungai (DAS)Wanggu
(482,14 ha/4,80%), Lombuea (2.507,28 Kota Kendari. Lembaga Penelitian
ha/24,95%), Amohalo (420,48 ha/4,18%), Dan Pengabdian Kepada Masyrakat
Lalolara (974,66 ha/9,70%), dan Lamokula Universitas Halu Oleo Kendari.
(364,59 ha/9,70%). Sedangkan TBE-SB Sufiani, 2005. Prediksi Erosi Dengan
tersebar di Kelurahan Mokoau (200,28 Menggunakan Metode USLE Di
ha/1,99%) dan Desa Lamokula (135,64 Daerah Aliran Sungai (DAS) Labalano
ha/1,35%). Kabupaten Muna. [Skripsi]. Kendari:
Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo Kendari.

April --- 41
Physical and Social Geography ISSN : 2685-5720
Research Journal e-ISSN : 2685-5755
(PSGRJ) | Vol. 2 | No. 1| 2020

42 --- April

Anda mungkin juga menyukai