Anda di halaman 1dari 36

KULIAH KERJA LAPANGAN II

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN RESAPAN AIR DI KECAMATAN


WOLO

Oleh :
Kelompok 1
1. Nur Indah (R1B120001)
2. Oksana Dewianti (R1B120002)
3. George Jenny Muhammad (R1B120006)
4. Neri Nelasari (R1B120009)
5. Cut Camelia (R1B120017)
6. Ela Desti Nova (R1B120018)
7. King Abdul Azis (R1B120020)
8. Muh. Rizky Abdillah (R1B120024)
9. Pinky Alista Maharani (R1B120029)
10. Zul Isma Isra Halidin (R1B120011)
11. Rinaldi Muh. Biu (R1B120031)
12. Samsuriani (R1B120034)
13. Salman Abi (R1B120033)
14. Muh. Heri Danubrata (R1B119017)
15. Teguh Hermawan Putra (R1B119026)
16. Eko Mulhadis (R1B119036)
17. Muh Irfan (R1B119044)
18. Cahya Ramadhan (R1B117024)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN II

Laporan Praktikum Kuliah Kerja Lapangan II oleh Mahasiswa Jurusan


Geografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo
Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022 yang dinyatakan diterima dan
disahkan.

Yang Melaksanakan Praktikum ini adalah:


Nama : Kelompok I (Terlampir)
Jurusan : Geografi
Fakultas : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Disahkan Oleh

Kendari, Juli 2022


Dosen Pembimbing Tanda Tangan
1. Jufri Karim, S.SP., M.Sc
………………………….
NIP. 19811201 201504 1 002
2. Ahmad Hidayat, S.Pd., M.Sc
………………………….
NIP. 19890505 201903 1 014

Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi

Fitra Saleh, S.Pi., M.Sc


NIP. 198612032015041002

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, ridha, dan karunia-Nya laporan

praktikum Kuliah Kerja Lapangan II dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam tak lupa kami hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW. yang selalu menjadi petunjuk bagi umat manusia hingga saat ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan praktikum Kuliah

Kerja Lapangan II ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan,

bahasa, maupun dalam penulisannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat berharap

kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang sangat membangun

agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Kendari, Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................... 2
1.3 Kompetensi Ditargetkan.......................................................................... 3
1.4 Materi Kerja Praktek ............................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
2.1 Konsep Penatagunaan Lahan .................................................................. 4
2.2 Pengertian Kawasan Resapan Air ........................................................... 5
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawasan Resapan Air .................... 7
2.4 Analisis Spasial dengan Teknologi Sistem Informasi Geografis (GIS) .. 8
III. METODE PELAKSANAAN .................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum .............................................................. 10
3.2 Jenis Penggunaan Data .......................................................................... 10
3.3 Alat dan Bahan ...................................................................................... 11
3.4 Prosedur ............................................................................................... 12
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 17
4.1 Gambaran Umum Lokasi ...................................................................... 17
4.2 Hasil ...................................................................................................... 17
4.3 Pembahasan ........................................................................................... 20
V. PENUTUP ................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 23
5.2 Saran……… .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN .............................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin pesat melahirkan berbagai

macam teknologi yang semakin mutakhir, diantaranya adalah ketersediaan

teknologi pengolah data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.

Seiring dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, hal ini juga

mempengaruhi dinamika pembangunan di segala sektor khususnya di daerah

Kecamatan. Kecamatan Wolo salah satunya. Pesatnya perkembangan

pembangunan ini, menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk

kebutuhan akan sumberdaya lahan. Berkaitan dengan karakteristik lahan yang

terbatas, dinamika perkembangan kegiatan di kawasan ini menimbulkan

persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan

penggunaan lahan dari area terbuka menjadi area terbangun. Daerah resapan air di

daerah ini sangat penting keberadaannya, dimana daerah resapan air ini dinilai

sangat penting untuk melestarikan sumberdaya air tanah maupun

menciptakan keseimbangan sumber daya air lingkungan. Apabila lahan yang

berfungsi sebagai resapan air ini mengalami penurunan yang terus menerus,

maka akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti

tingginya volume air larian permukaan, yang mana apabila jumlahnya lebih

besar daripada debit tampungan DAS yang ada pada wilayah Kecamatan

Wolo, maka dapat mengakibatkan terjadinya banjir lokal.

1
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan

tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air

bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air adalah

daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya

menjadi air tanah.

Penurunan ketersediaan air dan peningkatan kebutuhan air juga terjadi di

Provinsi Sulawesi Tenggara, termasuk juga Di Kecamatan Wolo. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan akibat eksploitasi

lahan secara terus-menerus sehingga terjadi penurunan kapasitas infiltrasi dan

peningkatan aliran permukaan, akibatnya jumlah air yang hilang ke laut akan

meningkat pula yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketersediaan air.

Perubahan penggunaan lahan diduga mengakibatkan terjadinya penurunan debit

minimum dan peningkatan debit maksimum. Jika kecenderungan penurunan ini

berlanjut, diperkirakan akan terjadi defisit air pada musim kemarau.

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat diambil tujuan

praktikum sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami analisis kawasan daerah resapan air di

Kecamatan Wolo.

2. Untuk mengetahui dan memahami kondisi topografi atau kemiringan lereng

yang ada di Kecamatan Wolo.

3. Untuk mengetahui dan memahami potensi Curah Hujan yang ada di

Kecamatan Wolo.

2
4. Untuk mengetahui dan memahami penggunaan lahan Kecamatan Wolo.

1.3 Kompetensi Yang Ditargetkan

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilaksanakan maka diharapkan

praktikan mampu.

1. Mengetahui dan memahami kesesuaian kawasan resapan aliran air.

2. Mengetahui dan memahami kondisi topografi atau kemiringan lerengnya.

3. Mengetahui dan memahami potensi Curah Hujannya.

4. Mengetahui dan memahami penggunaan lahannya

1.4 Materi Kerja Praktek

Adapun materi kerja praktek dalam praktikum yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

1. Kawasan resapan air

2. Kemiringan Lerang

3. Curah Hujan

4. Penggunaan lahan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penatagunaan Lahan

Menurut Sarwono (2011) dalam rangka penatagunaan lahan, beberapa

pengertian yang perlu diberikan sebagai batasan adalah sebagai berikut:

1. Tataguna lahan adalah struktur dan pola pemanfaatan lahan, baik yang

direncanakan maupun maupun tidak, yang meliputi persediaan, peruntukan

dan penggunaan lahan serta pemeliharaannya.

2. Penatagunaan lahan adalah pengelolaan tataguna lahan berupa penyesuaian

penggunaan lahan untuk mewujudkan pemanfaatan lahan yang sesuai dengan

rencana tata ruang wilayah, meliputi kegiatan perencanaan penatagunaan

lahan, pengaturan pemanfaatan lahan dan pengendalian pemanfaatan lahan

dengan memperhatikan perkembangan teknologi.

3. Penggunaan lahan adalah wujud kegiatan atau usaha memanfaatkan lahan

untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Seng dkk, 2015).

penatagunaan lahan adalah upaya atau hasil upaya mengatur penggunaan

tanah yg rasional, dan serasi; penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yg

berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah; melalui pengaturan kelembagaan yg

terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan

masyarakat secara adil. Dengan memahami ruang sebagai wadah yang meliputi

ruang darat, laut dan udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah

(UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang), maka peranan penatagunaan

lahan menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai ruang fungsional tempat

4
berlangsungnya aktivitas tetapi juga secara politik sebagai wujud teritori atau

wilayah kedaulatan (Rusdiyah dkk, 2016).

Dalam implementasi penatagunaan lahan tidak terlepas dari daya dukung

masyarakat dan pemerintah setempat, terutama dalam penyediaan lahan. Maka

implementasi penatagunaan lahan yang dapat dilakukan saat ini lebih kepada

pengelolaan lahan untuk memperkecil bencana longsor seperti penanaman pohon-

pohon keras pada daerah rawah longsor, pembukaan lahan tidak dilakukan

pembakaran, dan tidak melakukan penggunaan lahan secara intensif (Hakim dkk,

2019).

Tujuannya untuk mewujudkan penatagunaan lahan secara optimal,

khususnya bagi kepentingan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

menyajikan rekomendasi sebagai alternatif skema perencanaan manajemen

pengembangan wilayah yang dapat diusulkan guna Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (Janti dkk, 2016).

2.2 Pengertian Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi

untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi

(aquifer) yang berguna sebagai sumber air (Peraturan Daerah Kota Manado no 1

Tahun 2014). Menurut Wibowo 2006, Kawasan resapan air adalah daerah tempat

meresapnya air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya menjadi air tanah. Menurut

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 02 Tahun 2013, tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air (Resubun dkk, 2016).

5
Daerah resapan air adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam

tanah yang selanjutnya menjadi air tanah. Kenyataannya semua daratan di muka

bumi dapat meresapkan air hujan. Dalam penelitian ini pengertian daerah resapan

air ditekankan dalam kaitannya dengan aliran air tanah secara regional. Daerah

resapan regional berarti daerah tersebut meresapkan air hujan dan akan mensuplai

air tanah ke seluruh cekungan, tidak hanya mensuplai secara lokal dimana air

tersebut meresap (Wibowo, 2006).

Kawasan resapan air berperan sebagai penyaring air tanah. Ketika air

masuk ke daerah resapan maka akan terjadi proses penyaringan air dari partikel-

partikel yang terlarut di dalamnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan air

dalam tanah sangat lambat dan oleh karenanya memerlukan waktu yang relatif

lama. Pada keadaan normal, aliran air tanah langsung masuk ke sungai yang

terdekat (Asdak, 1995). Daerah resapan air dalam Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No. 39/MENLH/8/1996 adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke

dalam tanah yang selanjutnya menjadi air tanah (Gunawan dkk, 2016).

Kekurangan air dapat disebabkan oleh daya resap lahan terhadap air.

Kawasan yang tidak dapat menyerap air dengan baik akan mengalirkan limpasan

air dipermukaan tanah langsung menuju sungai dan laut tanpa didahului proses

penyerapan air ke dalam tanah. Hal ini berdampak pada berkurangnya volume air

tanah sehingga pengambilan air tanah tidak dapat maksimal. Selain faktor alam,

penyerapan air juga dipengaruhi faktor manusia. Banyak daerah vegetasi

dijadikan area terbangun yang menyebabkan daya resap air berkurang. Daerah

aliran sungai sebagai penyangga air tanah juga tidak dapat berfungsi dengan baik

6
apabila kawasan resapan airnya rusak. Kondisi air pada DAS Kanal Timur terlihat

memprihatinkan pada musim kemarau tahun ini karena hampir seluruh area

sungai hanya terisi oleh tanah tanpa adanya air (Gunawan dkk, 2016).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kawasan Resapan Air

Secara umum proses resapan air tanah ini terjadi melalui 2 proses

berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air dari atas ke dalam permukaan tanah) dan

perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh

air. Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang mungkin, yang

ditentukan oleh kondisi permukaan tanah. Daya perkolasi adalah laju perkolasi

maksimum yang mungkin, yang besarnya ditentukan oleh kondisi tanah di zona

tidak jenuh. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan jika laju infiltrasi

masih lebih kecil dari daya infiltrasinya. Perkolasi tidak akan terjadi jika porositas

dalam zona tidak jenuh belum mengandung air secara maksimum. Daerah resapan

air adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya

menjadi air tanah (Wibowo, 2006).

Untuk menentukan daerah resapan air, aspekaspek yang harus diperhatikan

antara lain:

a. Kondisi hidrogeologi yang serasi, meliputi : arah aliran air tanah, adanya

lapisan pembawa air, kondisi tanah penutup, curah hujan.

b. Kondisi morfologi/ medan/ topografi, semakin tinggi dan datar lahan semakin

baik sebagai daerah resapan air.

c. Tataguna lahan, lahan yang tertutup tumbuhan. Daerah resapan air dalam

Keputusan Menter (Aryanto dan Hardiman, 2017).

7
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi air adalah:

a. Dalamnya genangan di permukaan tanah, semakin tinggi genangan maka

tekanan air untuk meresap ke dalam tanah semakin besar pula.

b. Kadar air dalam tanah, semakin kering tanah infiltrasi semakin besar.

c. Pemampatan tanah, akan memperkecil porositas, pemampatan dapat terjadi

karena pukulan butirbutir hujan, penyumbatan pori oleh butir halus, karena

injakan manusia, binatang dan lain sebagainya.

d. Tumbuh-tumbuhan, jika tertutup oleh tumbuhan akan semakin besar.

e. Struktur tanah, yaitu ada rekahan daya infiltrasi akan memperbesar.

f. Kemiringan lahan dan temperatur air (mempengaruhi kekentalan) (Wibowo,

2006).

2.4 Analisis Spasial Dengan Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG merupakan suatu alat yang tepat untuk mengelola data spasial, SIG

memungkinkan untuk analisis data tabulasi dan spasial secara cepat dan akurat.

Dalam melakukan analisa spasial berbasis SIG akan dilakukan tahapan antara lain,

digitasi ke data vektor dari image raster, pembuatan model kriteria analisa potensi

dengan membandingkan antara potensi LPK lama dan LPK baru, pengumpulan

data untuk dimasukan dalam database SIG, melakukan analisa proximity terhadap

model kriteria, penentuan model strategi pengembangan dan memberikan

rekomendasi dari hasil analisis (Saefudin dan Susandi, 2020).

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Sistem Informasi

Geografis (SIG) dengan menggunakan Quantum GIS. QGIS memungkinkan

pengguna untuk membuat peta dengan banyak lapisan menggunakan berbagai

8
proyeksi peta. Peta dapat dihimpun dalam format yang berbeda dan untuk

kegunaan yang berbeda. QGIS memungkinkan peta yang akan terdiri dari lapisan

raster atau vektor. Tipikal untuk jenis perangkat lunak, data vector disimpan baik

sebagai titik, garis, atau ciri-poligon. Berbagai jenis citra raster yang didukung,

dan perangkat lunak ini dapat menampilkan citra georeferensi (Budiyanto dkk,

2020).

Teknologi ini dirancang untuk membantu mengumpulkan data,

menyimpan data serta menganalisis objek beserta data geografis yang bersifat

penting dan kritis untuk dianalisis. Aplikasi Sistem Informasi Geografis telah

diterapkan dalam berbagai bidang. Dengan adanya perkembangan teknologi

khususnya dibidang internet Sistem Informasi Geografis ini telah dikembangkan

menjadi sistem informasi geografis berbasis web (Hamadi, 2017).

Analisis meliputi kegiatan-kegiatan seperti Overlay, pembuatan peta

tematik dan sebagainya. Dimana secara umum kegiatan analisi ini meliputi :

1. Membuat buffer di sekitar titik, garis dan poligon.

2. Menganalisis peta dengan titik, garis dan poligon dan mengoverlaynya dengan

metode irisan, union, identitas, hapus, klip dan operasi paste (Handayani dkk,

2005).

9
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Dalam pelaksanaan praktikum Kuliah Kerja Lapangan (KKL-2) dengan

Judul Tema “Analisis Kawasan Resapan Air” dilaksanakan pada hari Kamis, 23

Juni 2022 di Kelurahan Wolo, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Secara geografis batas administrasi Kecamatan Wolo,

dibagian Utara Berbatasan Langsung dengan Kecamatan Iwoimenda di sebelah

Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Samaturu Disebelah Timur Berbatasan

dengan Kecamatan Ueesi dan di bagian Barat Berbatasan dengan Teluk Bone

Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara administrasi, Kecamatan Wolo terdiri atas 14 wilayah dengan 12

Desa dan 2 Kelurahan, meliputi : Desa Donggala, Desa Iwoimopuro, Desa

Lalonaha, Desa Lalonggopi, Desa Lana, Desa Langgomali, Desa Lapao-Pao, Desa

Muara Lapao-Pao, Desa Samaenre, Desa Tolowe Ponrewaru, Desa Ulu

Rina,Desa Ululapao-pao, Kelurahan Wolo dan Kelurahan Ulu-Wolo. Keadaan

topografis di Kecamatan Wolo merupakan daerah dataran tinggi dan pegunungan

dengan sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian petani dan mencari

kayu di hutan.

3.2 Jenis Penggunaan Data

Data yang digunakan dalan penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan baik

melalui survei terestrial maupun dengan metode penginderaan jauh dan sistem

10
informasi geografis, dan data sekunder adalah data yang sudah ada yang

kemudian diolah lagi menjadi data baru. Data sekunder dapat diperoleh dari

instansi pemerintah yang terkait.

3.2.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek

peneliti dari pengamatan langsung dilapangan pada saat melakukan observasi

langsung dilapangan. Data primer yang digunakan pada penelitian ini yaitu data

survei lapangan. Survei lapangan dilakukan untuk melihat keadaan kondisi

lapangan. Data primer juga dapat dianalisis sendiri seperti data-data yang tersedia

dibeberapa situs yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

yaitu Citra Resolusi Menengah/ Tinggi.

3.2.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber

informasi tidak langsung, seperti perpustakaan, pusat pengelolaan data, pusat

penelitian, departemen instansi dan sebagainya. Data sekunder pada penelitian ini

yaitu Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, Peta Penggunaan Lahan, dan

Curah Hujan.

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat

pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1 Alat praktikum dan kegunaan


No Alat Kegunaan
1 Software ArcGis 10.8 Untuk mengolah data citra menjadi peta
2 Laptop Untuk mendukung proses pengolahan data
3 Alat Tulis Untuk mencatat hal-hal yang penting dan

11
bersifat mendukung proses penelitian yang
sedang berlangsung
4 GPS (Global Positioning Untuk mendukung dalam memperoleh data
System primer

Tabel 3.2 Bahan Praktikum dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1 Citra Resolusi menengah Mendeteksi dan pemantauan suatu daerah
atau tinggi
2 Data Demnas Untuk megetahui informasi ketinggian
3 Peta Tanah Untuk evaluasi sumber daya lahan
4 Peta Lereng Untuk mengetahui seberapa curam
kemiringan suatu lereng
5 Peta Penggunaan Lahan Untuk memberikan informasi pada suatu
wilayah

3.4 Prosedur

3.4.1 Tahapan Persiapan

Adapun tahapan persiapan praktikum KKL III dimulai dari asisten,

pembagian kelompok dan asisten kelompok kemudian setiap praktikan

menyiapkan alat dan bahan dilanjutkan dengan pemberian materi cara

membuat peta curah hujan dan peta penggunaan lahan. Adapun tahapan kerja

lapangan yang akan dilakukan yaitu:

1. Pembuatan Peta Lokasi Penelitian

Pembuatan peta lokasi penelitian bertujuan untuk mengetahui inforamisi

mengenai wilayah kajian yang akan di teliti.

2. Pengunduhan Citra Resolusi Menengah/Tinggi

Citra yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Citra SAS Planet tahun

2021 untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan diwilayah kajian.

12
3.4.2 Tahapan Pengolahan Data

1. Pemotongan Citra (Cropping)

Pemotongan citra atau cropping merupakan proses pengolahan citra yang

digunakan untuk memperkecil daerah pengamatan suatu penelitian. Hal ini

bertujuan untuk memperkecil kapasitas file yang akan diolah serta mempercepat

proses-proses dalam software pengolahan yang digunakan bila dibandingkan

dengan mengolah data satu scene penuh pada wilayah kajian Kecamatan Wolo,

Kabupaten Kolaka.

3.4.3 Tahapan Kerja Lapangan

Tahapan kerja lapangan yaitu melakukan observasi terhadap penggunaan

lahan wilayah kajian yang digunakan.

3.4.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang di gunakan dalam melakukan analisis kawasan

resapan air yaitu dengan teknik pengamatan langsung dan wawancara terhadap

masyarakat sekitar yang berada di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan salah satu cara untuk mengolah sebuah

data menjadi variasi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah

untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan.

Dalam teknik analisis data terdapat dua kategori yang umum dalam teknik

pengkajian data, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik analisis data

kualitatif.

13
3.5.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang sifatnya numerik atau dapat dihitung

karena berbentuk angka statistik. Data kuantitatif didapatkan dari kuesioner,

angket, atau survei. Karena data yang didapat dalam bentuk angka, maka teknik

analisisnya juga menggunakan model matematika atau statistik.

3.5.2 Teknik Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif adalah kebalikan dari data kuantitatif. Jadi, data yang

didapatkan berupa data-data non-numerik atau bukan angka. Data

kualitatif didapatkan dari wawancara dan observasi sehingga data yang didapat

lebih bersifat deskriptif dari suatu fenomena.

1. Analisis Wacana

Analisis wacana adalah teknik yang dilakukan dengan cara menganalisis

interaksi antara antarorang di dalam suatu konteks sosial. Analisis wacana

bertujuan untuk mencari tahu terkait pola-pola yang ada di dalam suatu aktivitas

komunikasi.

Tujuan wacana yang ingin dicapai dalam sebuah wacana juga dapat

dipengaruhi atau juga ditentukan oleh kebutuhan dasar manusia. Ada 4 kebutuhan

dasar yang dapat mempengaruhui wacana. Kebutuhan dasar dapat berwujud

yakni:

 Keinginan untuk dapat memberi informasi kepada orang lain atau juga

memperoleh informasi dari orang lain akan mengenai suatu hal.

 Keinginan untuk dapat menyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran

atau suatu hal, dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.

14
 Keinginan untuk dapat menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk

atau wujud suatu barang atau objek, atau mendeskripsikan cita rasa suatu

benda, hal, atau bunyi.

 Keinginan untuk dapat menceritakan kepada orang lain kejadian atau

peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang

didengarkannya dari oang lain.

2. Analisis Naratif

Analisis naratif adalah teknik yang dilakukan dengan berfokus pada

deskripsi berbagai peristiwa yang didapatkan dari narasumber, yang kemudian

akan disajikan ke dalam suatu deskripsi cerita. Analisi dalam penggunaan lahan

untuk pertanian di Kecamatan Wolo masa panen padi dalam waktu satu tahun

dapat dilakukan penanaman padi tiga kali atau ada tiga periode tanam.

Berdasarkan data Luas Tanam Akhir (LTA), Luas Panen (LP), dan Hasil per

Hektar gabah (HH) dalam kurun waktu tertentu akan dianalisis berdasarkan

wawancara terhadap warga.

Bila setahun rata-rata dua kali panen, hasil pokoknya sekitar 12-14 ton per

tahun, per hektar. Dengan Padi Ratun, hasilnya sekitar 24-34 ton setahun

tergantung dari musim atau cuaca,” katanya. Secara umum, ratun, salibu, atau

singgang, merupakan metode menanam padi yang tumbuh atau ditumbuhkan dari

batang pertama padi yang telah dipanen pertama kali.

Dalam analisis penggunaan lahan buah cacao masa panen buah cacao

akan dilakukan tiga tahun setelah awal penanaman, panen akan dilakukan tiap

bulan setelah buahnya muncul dan matang, panen biasanya dilakukan dua kali per

15
bulan. Penghasilan dalam sekalipanen biasanya mencapai 700-800 ribu/kl. Setiap

15 tahun bibitnya akan di ganti, jika ada pohon yg rusak atau mengelami sakit

langsung akan ditebang, karna berpotensi menular ke pohon lain 3-4 kali per

tahun setelah pohonnya berbuah. Pada penggunaan lahan buah cacao hujan sangat

berpengaruh pada hasil panen, buah jadi rusak, dan penjemuran cacao tidk

maksimal. Hujan merupakan alasan terbesar terjadinya kerusakan pada cacao.

Pada analisis penggunaan lahan buah kelapa, panen dilakukan 3-4 kali per

tahun setelah pohonnya berbuah. Cuaca cukup beroengaruh dalam proses

pengolahan kelapa khusunya pemanggangan kopra. Petir sangat berpengaruh pada

kerusakan pohon kelapa apa bila menyambar langsung ke kelapanya, dan

dampaknya bisa merembes sekitarnya khusuny pohon kelapa lain, bisa langsung

tumbang atau rusak pohonnya sedangkan masa panen kelapa Tidak tergantung

musim jika buah kelapa suda tua atau sudah bisa dipanen segera diambil dari

pohonnya dan diolah menjadi kopra. Selain di olah menjadi kopra, kelapa juga

bisa di olah menjadi minyak goreng, biasanya hasil minyaknya akan di jual atau

dikonsumsi sendiri oleh si pemilik buah.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Wolo adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara

Nama Wolo adalah kependekan dari Mowolo (Berasal dari Bahasa Tolaki yang

artinya (Hangat)). Kecamatan Wolo juga Sudah Termasuk Kecamatan yang

Modern. Kecamatan Wolo Termasuk salah satu Kawasan industri Nikel

Kecamatan Wolo juga Memiliki Desa Sebanyak 12 Desa dan 2 Kelurahan,

Kecamatan Wolo dibagian Utara Berbatasan Langsung dengan Kecamatan

Iwoimenda di sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Samaturu Disebelah

Timur Berbatasan dengan Kecamatan Uei dan di bagian Barat Berbatasan dengan

Teluk Bone, Kecamatan Wolo Memiliki topografi yang curam dengan kemiringan

lereng 10°, jenis penggunaan lahan: Sawah, Perkebunan Coklat, Kebun kelapa,

Kebun karet, Kawasan industri, dan yang Paling mendominasi ialah kebun

Campuran.

4.2 Hasil

Adapun Jenis penggunaan lahan yang berada di Kecamatan Wolo yaitu

kebun karet, tambak, semak belukar, pemukiman dll. Selanjutnya dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 hasil penggunaan lahan dan karakteristik penggunaan lahan


Penggunaan
No Deskripsi Lahan Koordinat Lokasi
Lahan
Kebun karet merupakan salah satu
S (03°48'58.9")
1 Kebun karet komoditas tanaman yang di
manfaatkan untuk pembuatan karet, E (121°26'20.0")
sebagai bahan industry, sebagai

17
bahan bakar dll.
Lahan tambak merupakan kolam
Tambak yang di bangun di daerah pasang S (03°59’17.5”)
2 surut dan digunakan untuk
memelihara bandeng, udang laut E (121°25’37.7”)
dan hewan air lainya
Semak belukar merupakan bagian
dari rerumputan yang tidak S (03°83’72.1”)
terkelola oleh masyarakat hal ini
3 Semak belukar
terjadi karena rerumputan tersebut E (121°26’45.8”)
memiliki akses yang sulit jika mau
di manfaatkan.
pemukiman merupakan wilayah
yang dimanfaatkan atau telah S (03°82’84.7”)
dikelola oleh manusia baik itu
4 Pemukiman
sebagai sumber mata pencaharian E (121°27’89.1”)
maupun sebagai sumber
pendidikan.
Merupakan lahan yang telah jamak S (03°82’90.8”)
oleh manusia tanpa adanya
5 Lahan Terbuka
keberlangsungan kegiatan di E (121°28’05.3”)
dalamnya.
Lahan kebun kelapa merupakan
S(03°82'84.7")
lahan yang memiliki tekstur
6 Kebun Kelapa
lempung berpasir, lempung liat E(121°27'89.1")
berpasir, dan lempung
Lahan sawah irigasi adalah sawah
yang sumber irigasinya dari sungai,
yang artinya selalu tersedia S (03°49’13.1”)
7 Sawah sepanjang tahun serta volume air
irigasi yang masuk ke saluran E (121°25’38.8”)
primer, sekunder, dan tersier bisa
diukur
Lahan kebun cokelat memerlukan S (03°48'58.3")
8 Kebun Coklat kondisi tanah yang mempunyai
E (121°12'18.6")
kandungan bahan organik

9 Aliran sungai Aliran sungai adalah daerah yang di S (03°82'89.4")


batasi punggung-punggung gunung

18
di mana air hujan yang jatuh pada E (121°27'92.3")
daerah tersebut akan di tampung
oleh punggung gunung tersebut dan
akan di alirkan melalui sungai-
sungai kecil ke sungai utama yang
terdapat di kecamatan iwoimenda.
Salah satu sumber pendapatan
masyarakat yang lokasi wilayahnya S(03°48'22.8")
10 Pantai banyak terdapat wisata dapat di
jadikan sumber pendapatan bagi E(121°22'02.7")
orang-orang setempat.
Kebun jati yang di tanam di
samping sungai yang bertempat di
desa iweimendaa berfungsi sebgai
kurangmya erosi dan membantu S(03°48'38.6")
11 Kebun jati
resapan air di sekitar sungai dan E(121°23'15.6")
bermanfaat untuk masyrakat sekitar
yang di gunakan sebagai bahan
bangunan.
Kebun pisang atau tanaman pisang
ini dominan tumbuh di daerah yang
datar dan lembab tanaman ini S (03°49'4.6")
15 Kebun pisang
banyak di budidayakan oleh E (121°12'19.1")
masyarakat kecamtan iwoimenda
karena perawatannya yang mudah.
Marjid/Rumah ibadah adalah S (03°83’26.7”)
Majid/Rumah
17 tempat dilakukannya kegiatan
Ibadah E (121°27’40.4”)
keagamaan bagi umat muslim.
Merupakan karya seni yang
mengandung makna untuk S (03°82’92.8”)
18 Tugu peringatan suatu peristiwa, atau
untuk menghormati orang atau E (121°27’78.2”)
kelompok yang berjasa.
Adalah tempat bagi anak-anak di S (03°82’91.6”)
Sekolah
19. daerah Kecamatan Wolo untuk
Menengah E (121°27’82.8”)
mencari/menimba ilmu.

19
4.3 Pembahasan

Pada praktikum ini, daerah yang menjadi lokasi analisis wilayah resapan

air ialah Kecamatan Wolo. Kecamatan wolo juga memiliki pantai yang sangat

indah yang berada tepat di belakang rumah warga sekitar dan perlu di ketahui pula

bahwa setengah jam perjalanan dari kecamatan wolo menuju kolaka utara

melawati sungai tamborasi. Dimana tamborasi ini memiliki sungai terpendek di

dunia yang panjangnya (-+) 15 meter dan tersambung langsung dengan laut.

Sungai ini langsung keluar dari kaki tebing dan memiliki air yang sangat jernih

dan suhu air yang dingin, Di kecamatan wolo juga terdapat serambi mekkah nya

sendiri yaitu desa T. Ponre Waru yang mana di desa ini mempunyai masjid yang

cukup besar dan terbesar di kecamatan wolo itu sendri memang di desa ini telah di

perbincangkan sebagai kampung religus.

Di Kecamatan Wolo banjir sering berkunjung setiap curah hujan makin

meningkat yang menjadi tujuan dari praktikum kali ini yaitu menganalisis wilayah

resapan air. Di daerah yang sangat penting keberadaannya, dimana daerah resapan

air ini dinilai sangat penting untuk melestarikan sumberdaya air tanah maupun

menciptakan keseimbangan sumber daya air lingkungan. Apabila lahan yang

berfungsi sebagai resapan air ini mengalami penurunan yang terus menerus, maka

akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti tingginya volume

air larian permukaan, yang mana apabila jumlahnya lebih besar daripada debit

tampungan DAS yang ada pada wilayah tersebut, maka dapat mengakibatkan

terjadinya banjir lokal.

20
Pemanfaatan sumberdaya alam merupakan salah satu upaya manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedikit banyak pemanfaatannya terkait secara

langsung maupun tidak langsung dengan sumberdaya pertanian dapat dijadikan

sebagai pendorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Indonesia dapat memaksimalkan usaha di bidang pertanian untuk memenuhi

kebutuhan pangan di dalam negeri maupun untuk ekspor, dengan demikian maka

tidak akan terjadi krisis pangan. Produktifitas sumberdaya lahan secara langsung

dapat dilihat dari hasil panen untuk setiap komoditas yang diusahakan di

Kecamatan Wolo. Masyarakat setempat mengelola lahan dengan cara bertani.

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional,

diantaranya dalam memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani

serta meningkatkan pendapatan nasional melalui penerimaan devisa.

Pembangunan pertanian di satu sisi dituntut untuk menjamin pendapatan yang

layak bagi petani, sedangkan di sisi lain mampu menyediakan hasil pertanian

dalam jumlah yang cukup dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Salah satu

upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan cara

mengusahakan komiditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta

mempunyai potensi pasar yang cukup besar, baik pasar dalam negeri maupun luar

negeri. Banyak nya sawah dapat terlihat di sepanjang wilayah tersebut. Tetapi

pada tahun 2022, masyarakat sekitar mengalami kerugian diakibatkan virus dari

hama, juga diakibatkan oleh saluran irigasi yang tidak dapat menampung volume

air hujan. Bukan hanya di sektor pertanian, ada juga di sektor perkebunan dan

pertambangan. Untuk di perkebunan, masyarakat menanam pohon cokelat,

21
cengkeh dan juga kelapa. Tiga tanaman itu paling banyak ditemukan dan sudah

menjadi sumber penghasilan. Di Wolo juga sudah dibuka kawasan tambang

melihat sumber daya alam di Wolo sangat kaya dan berlimpah. Dalam hal ini

pendapatan yang diperoleh masyarakat Wolo ada di tiga sektor tersebut.

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada tujuan praktikum maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut.

1. Parameter-parameter yang menjadi penentuan daerah resapan air adalah curah

hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, penggunaan lahan yang dibedakan

dengan bobot dan harkat. masing-masing mempunyai pengaruh terhadap

kondisi daerah resapan air ke dalam tanah. Sebagai salah satu model

pengkelasan parameter daerah resapan dibedakan dengan metode pembobotan

(skoring).

2. Kondisi permukaan Kecamatan Wolo umumnya terdiri dari gunung dan bukit

yang memanjang. Di selang gunung dan bukit terbentang dataran-dataran yang

merupakan kawasan potensial untuk pengembangan sektor pertanian,

perkebunan dan pertambangan.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan dalam praktikum ini praktikan

harus menambah wawasan terkait mata kuliah Kuliah Kerja Lapangan II baik teori

maupun mekanisme praktikum dilapangan agar praktikum selanjutnya lebih baik

lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, D.E., & Hardiman., 2017, Kajian Multi Varian Faktor yang Berpengaruh
terhadap Infiltrasi Air Tanah sebagai Dasar Penentuan Daerah Potensial
Resapan Air Tanah, Journal Proceeding Biology Education Conference
14(1), p.254.

Budiyanto, Septiana T, & Muda A., 2020, Pemanfaatan Analisis Spasial Untuk
Pemetaan Risiko Bencana Alam Tsunami Menggunakan Pengolahan Data
Spasial Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Di Pesisir Lampung
Selatan, Provinsi Lampung), Jurnal Ilmu Komputer, 07(02), p.214.

Gunawan, S.A., Prasetyo Y, Amarrohman, F.J., 2016, Penentuan Kawasan


Resapan Air Pada Wilayah Das Banjir Kanal Timur, Jurnal Geodesi
Undip, 5(2), p.126.

Gunawan, S.A., Prasetyo Y, Amarrohman, F.J., 2016, Penentuan Kawasan


Resapan Air Pada Wilayah Das Banjir Kanal Timur, Jurnal Geodesi
Undip, 5(2), p.126.

Hakim, E.H., Darmawan D., & Mulyanie E., 2019, Zonasi Rawan Bencana
Longsor Sebagai Upaya Penatagunaan Lahan Di Desa Bojongkapol
Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya, Jurnal Geografi
Teknik Dan Manusia, p.224.

Hamidi, 2017, Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran


Dana Bantuan Operasional Sekolah, Jurnal Masyarakat Informatika, 2(3),
P.1.

Handayani U.N.D., Soelistijadi R., & Sunardi., 2005, Pemanfaatan Analisis


Spasial Untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi, Jurnal
Teknologi Informasi, X(2), p.113.

Janti, G.I., Martono E., & Subejo, 2016, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan Guna Memperkokoh Ketahanan Pangan Wilayah, Jurnal
Ketahanan Nasional, 22(1), p.17.

Resubun, E.E.R., Taror, R.C & Takumansang, E.D., 2016, Analisis Pemanfaatan
Ruang Pada Kawasan Resapan Air Di Kelurahan Ranomuut Kecamatan
Paal Dua Kota Manado, p.175.

24
Rusdiyah, Maulina D., & Dahliana D., 2016, Tinjauan Islam Terhadap Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi Atas Tata Guna Lahan (Land Use) Kota
Banjarmasin, Jurnal Studi Ekonomi, 7(2), p.165

Seng, A.A., Kumurur, V.A & Moniaga, I.R., 2015, Analisis Perubahan Luas
Kawasan Resapan Air Di Kota Manado, Jurnal Sabua, 7(1), p.424.

Saefudin & Susandi D, 2020, Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Spasial
Potensi Lembaga Pendidikan Keterampilan, Jurnal Sistem Informasi, 7(2)
p.124.

Wibowo M., 2006, Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan
Tata Ruang Berwawasan Lingkungan, Jurnal Model Penentuan Kawasan,
1(1), p.3

25
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Titik Pengambilan Titik Lokasi Penggunaan Lahan

Gambar 2. Pengambilan Titik Lokasi 1


Gambar 3. Pengambilan Titik Lokasi 2

Gambar 4. Pengambilan Titik Lokasi 3


Gambar 5. Pengambilan Titik Lokasi 4

Gambar 6. Pengambilan Titik Lokasi 6


Gambar 7. Pengambilan Titik Lokasi 5

Gambar 8. Pengambilan Titik Lokasi 7


Gambar 9. Pengambilan Titik Lokasi 8

Gambar 10. Pengambilan Titik Lokasi 9


Gambar 11. Pengambilan Titik Lokasi 10

Gambar 12. Pengambilan Titik Lokasi 11


Gambar 13. Foto Bersama Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai