Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

BENTUKAN LAHAN KARS

DISUSUN OLEH :

IKDAN RIFKI MUHAMAD RAMADAN


03071182025012

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

ACARA : PETA GEOLOGI KOTA LUBUKLINGGAU

DAN SEKITARNYA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2022

PENYUSUN

IKDAN RIFKI MUHAMAD RAMADAN

03071182025012

Indralaya, 14 Maret 2022

Asisten Pembimbing Praktikan

Reyan Permana Ikdan Rifki Muhamad R.

03071282194022 03071182194012

III-1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini agar bisa mengikuti Praktikum Geomorfologi. Pada kesempatan ini
saya sangat mengucapkan terimakasih kepada Bapak Budhi Setiawan, S.T., M.T., PH. D dan
Ibu Harnani, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Geomorfologi dan Reyan Permana selaku
asisten Praktikum Geomorfologi yang telah membimbing serta mendidik saya serta rekan-
rekan saya yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Laporan ini. Dan tidak lupa juga
saya berterima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah mendoakan dan mendukung saya
dalam menempa ilmu yang akan berguna di masa depan kelak nanti.dan juga terkhusus bagi
rekan rekan keluargaku yang telah menyemangati dan membantu saya dalam mengerjakan
laporan ini

Semoga Laporan Bentukan Lahan Karst ini bisa bermanfaat dan berguna bagi siapapun.
Penulis menyadari ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi kita sesama dan dapat dijadikan
referensi..

Indralaya, 14 Maret 2022


Penulis

Ikdan Rifki Muhamad R

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. I-1

1.1 Kompetensi .......................................................................................................... I-1

1.2 Tujuan Pembelajaran ........................................................................................... I-1

1.3 Alat Yang Digunakan .......................................................................................... I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... II-1

2.1 Pengertian Bentukan Lahan Denudasional ......................................................... II-1

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. III-1

3.1 Tutorial Membuat Peta Bentukan Lahan Denudasional ...................................... III-1

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................... IV-1

4.1 Interpretasi Peta .................................................................................................. IV-1

4.2 Interpretasi penampang..........................................................................................IV-1

4.3 kesimpu;an ..........................................................................................IV-2

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... V

III-1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Kompetensi
Kompetensi pada mata acara bentukan lahan Karst adalah sebagai berikut :
1. Praktikan mampu memahami macam macam lahan Karst pada peta dan mampu
menginterpretasikannya
2. Praktikan dapat mengerti proses-proses pembuatan peta bentukan lahan karst suatu
daerah.
3. Praktikan dapat membuat peta dalam model 3D dengan aplikasi arcscene

I.2 Tujuan
Diharapkan bagi mahasiswa dapat menggunakan dan mengerti pengaplikasian dalam
membuat peta bentukan lahan Karst dengan menggunakan software Global Mapper dan
ArcGis.

I.3 Alat Yang Digunakan


 Laptop
 Mouse
 Software Global Mapper
 Software ArcGis
 Software Corel Draw
 Software arcscene

I-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. BENTUKAN LAHAN KARST

Karst adalah istilah Jerman yang berasal dari kata Slovenia 'kras' yang berarti tanah gersang
dan berbatu. Di negara asalnya, istilah 'karst' sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping
dan proses pelarutannya. Namun, saat ini istilah Karst telah digunakan secara internasional
sebagai istilah untuk bentang alam hasil proses pelarutan (Haryono, 2004). Jika ditelisik lebih
jauh, istilah karst awalnya berasal dari bahasa pra-Indo-Eropa 'karra' atau 'garra' yang berarti
batu karang. Bentang alam karst dapat didefinisikan sebagai tanah dengan bentuklahan yang
khas dan karakteristik hidrologis yang dihasilkan oleh kombinasi batuan terlarut dan adanya
porositas sekunder yang berkembang dengan baik. Pembentukan dan perkembangan karst
dikenal dengan istilah karstifikasi. Dalam proses karstifikasi , perkembangan karst dimulai dari
pelarutan dan konsentrasi pada suatu titik atau sepanjang kelurusan-kelurusan kekar atau sesar
membentuk cekungan-cekungan tertutup atau lembah-lembah kering. Cekungan dan
lembahtersebut terus berkembang dan melebar, bergabung satu dengan yang lainnya
meninggalkan bukit-bukit karst dengan bentuk yang bervariasi (Haryono, 2002). Terbentuknya
bukit karst mensyaratkan lapisan batugamping yang tebal dengan sistem kekar yang
berkembang baik dengan proses karstifikasi yang terus menerusdalam waktu lama, dan curah
hujan yang besar (White, 1988; Anhert dan Williams,1997; Verstappen, 1960 dalam Haryono,
2000) Berikut adalah definisi dari karst dari para ahli :
1. Ford dan Williams (1989)
Karst adalah medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari batuan
yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik.
2. Haryono (2009)
Karst diartikan sebagai lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya sebenarnya
tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah karst
telah diadopsi untuk istilah bentuk lahan hasil proses pelarutan.
3. Jennings (1971)
Karst adalah suatu kawasan yang memiliki karakteristik berupa relief dan drainase yang
khas yang disebabkan oleh tingginya keterlarutan batuan didalam air.
4. Milanovic (1991)
Topografi kars adalah bentuk bentang alam tiga dimensional yang terbentuk akibat
proses pelarutan lapisan batuan dasar, khususnya batuan karbonat seperti batugamping
kalsit atau dolomit. Bentang alam ini mengakibatkan bentuk permukaan bumi yang
khusus dandrainase
Bentang alam karst dicirikan oleh:
1. Terdapatnya sejumlah cekungan (depresi) dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi, cekungan tersebut digenangi air atau tanpa air dengan kedalaman dan
jarak yang berbeda-beda.
2. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak yang merupakan sisi-sisi erosi akibat
pelarutan kimia pada batu gamping, sehingga terbentuk bukit-bukit (conical hills).
3. Sungai-sungai tidak mengalami perkembangan pada permukaan. Sungai pada
daerah karst umumnya terputus-putus, hilang kedalam tanah dan begitu saja muncul
dari dalam tanah.
4. Terdapatnya sungai-sungai di bawah permukaan, adanya gua-gua kapur pada
permukaan atau di atas permukaan.
5. Terdapatnya endapan sedimen lumpur berwarna merah (terrarosa) yang merupakan
II-1
endapat resedual akibat pelapukan batu gamping.
6. Permukaan yang terbuka mempunyai kenampakan yang kasar, pecah-pecah atau
lubanglubang mapun runcing-runcing (lapies)

Gambar 1 : morfologi berupa conical hill yang umum dijumpai di daerah sepanjang
Wonosari, Yogyakarta-Pracimantoro, Jawa Tengah. Mekanisme utama pembentukannya
adalah proses pelarutan kimiawi oleh air
Sumber : http://www.geoinside.web.id/2015/04/bentangalam-denudasional.html

. Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau
fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan
dibawah permukaan bumi. Selain itu, bentang alam seperti karst juga dapat terjadi dari
proses pelapukan, hasil kerja hidrolik misalnya pengikisan, pergerakan tektonik, pencairan
es dan evakuasi dari batuan beku (lava). Karena proses utama pembentukanya bukan
pelarutan, maka bentang alam demikian disebut pseudokarst. Sementara itu karst yang
terbentuk oleh pelarutan disebut truekarst. Batuan yang mengandung CaCO 3 tinggi akan
mudah larut, sehingga bentuklahan karst akan semakin berkembang pada batuan dengan
kandungan CaCO3 tinggi. Kelompokan batuan menentukan kestabilan morfologi karst
setelah mengalami pelarutan. Pada batuan yang lunak kenampakan karst tidak dapat
berkembang dengan baik, karena kenampakan karst yang telah terbentuk akancepat hilang
baik oleh proses pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan gerak massa batuan.
Ketebalan menentukan terbentuk nya sirkulasi air secara vertikal. Tanpa adanya lapisan
yang tebal, proses yang terjadi adalah aliran lateral seperti pada sungai permukaan sehingga
cekungacekungan tertutup tidak bisa terbentuk.Curah hujan merupakan media pelarutan
utama dalam karstifikasi sehingga semakin tinggi curah hujan, media pelarutan nya juga
menjadi semakin besar.

Gambar 1. Bentuk Lahan Karst


Sumber : https://geologi.co.id/2017/12/04/banjir-dan-munculnya-mataair-di-dataran-tinggi-
danpegunungan-karst/ka

III-1
II.2 Karakteristik Bentuk Lahan Karst

Bentuk lahan kawasan karst memiliki karakteristik berupa bentukan negative yang
tertutup dengan berbagai ukuran dan susunan, pola drainase yang terputus–putus, gua–gua dan
aliran sungai bawah tanah. Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap
daerah memiliki ciri atau bentukan yang berbeda. Ada yang berbentuk seperti menara atau
disebut Tower Karst, ada yang berbentuk Cawan Terbalik atau biasa disebut Conical Hill.
Antara bukit–bukit Karst Tower dan Conical bisa terlihat lembah–lembah yang lebar atau
sempit. Bukit–bukit tersebut terkadang terpisah oleh suatu dataran yang luas akan tetapi
terkadang juga ada yang saling berdempetan dengan bentuk yang simetris atau asimetris
dengan tinggi yang relative hampir sama. Kawasan Karst yang belum dijamah oleh manusia
(Agraris dan Pertambangan) biasanya masih tertutup Vegetasi yang lebat bahkan bisa tidak
terlihat dari kejauhan bahwa daerah tersebut adalah daerah karst. Terkecuali Vegetasi tersebut
telah dibabat oleh aktivitas manusia seperti, Pertanian, Pertambangan, Penebangan Liar.
Vegetasi kawasan karst juga bisa habis akibat gerakan Gletser yang menerjang kawasan
tersebut beberapa juta tahun yang lalu. Akibat dari aktivitas tersebut maka timbullah
penggundulan dan pengikisan permukaan karst. Perkembangan bentuklahan karst sangat
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang
mengontrol perkembangannya, seperti batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim. Faktor-
faktor tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas dan kecepatan karstifikasi.

II.2 Klasifikasi Bentuk Lahan Karst

Haryono (2004) menyatakan bahwa topografi karst ditemukan di berbagai tempat


dibelanjakan bumi dengan berbagai tipe. Oleh karena nya perlu adanya klasifikasi karst yang
membedakan secara rinci berbagai tipe tersebut. Klasifikasi karst secara umum dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu klasifikasi berdasarkan perkembangannya, morfologi,
dan iklim. Klasifikasi bentuk lahan berdasarkan brahmantyo sebagai berikut :

Gambar 2. Klasifikasi Bentuk Lahan Karst


Sumber : https://osf.io/preprints/inarxiv/8ah6v/
Morfologi eksokarst dijumpai sebagai dua bentukan yaitu :
 Bentukan negatif merupakan hasil perkembangan karst yang berupapenurunan
permukaan lahan (degradasi). Adapun yang termasuk bentukan iniyaitu doline, uvala,
polje, dan lembah.

II-3
 Bentukan positif merupakan hasil perkembangan karst yang berupa bukit-bukitsisa
sehingga nampak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya.
Selain itu morfologi eksokarst juga dibedakan menjadi dua yaitu :
 Geomorfologi karst mayor adalah kenampakan negatif dan positif.
 Geomorfologi karst minor adalah mikromorfologi karren dan lapies
Berbagai morfologi eksokarst yang dijumpai pada daerah karts antara lain sebagai berikut :
1. Doline
Doline merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran
beberapa meter hingga lebih kurang satu kilometer. Kemiringan lerengmiring hingga
vertikal dengan kedalaman beberapa meter hingga ratusanmeter. Doline terbentuk oleh
berbagai macan proses termasuk diantaranyaadalah pelarutan, runtuhan, dan amblesan
(Ford dan Williams, 2007).Karstifikasi merupakan proses pembentukan doline dan goa-
goa bawah tanahsedangkan bukit karst merupakan sisa/residual dari perkembangan
doline.
2. Uvala
Uvala merupakan gabungan daridoline-doline yang terbentuk di karst pada stadium
perkembangan agak lanjut.Sweeting menyebutkan bahwa uvala berukuran antara 500-
1000 meter,kedalaman 100-200 meter, dan bentuk tidak teratur.
3. Polje
adalah cekungan tertutup pada medan karst yang luas dan memiliki dasarrata ( Ford dan
Williams, 2007).Haryono menyebutkan bahwa polje merupakan istilah di karst Dinaric
yangBerasal dari bahasa Slovenia yang berarti ladang-ladang yang ditanami.Mengingat
batasan-batasan polje, beberapa ahli karst lebih cenderungmendefinisikan porselen secara
kualitatif berdasarkan pada genetik dan morfologi.
4. Lembah Karst
Selain lembah berupa cekung tertutup yang disebut doline, pada bentuk lahankarts juga
berkembang lembah lainnya yang bukan merupakan cekungantertutup. Kenampakan ini
disebut lembah karst (karst valley).Lembah karst adalah lembah di kawasan karst yang
terbentuk oleh kombinasiproses fluvial dan pelarutan.Sweeting mengklasifikasikan
lembah karst menjadi empat yaitu :
 Lembah alogenik terbentuk karena sungai yang berhulu di daerah non
karstmengalir dan memotong daerah karst.

III-1
 Lembah buta merupakan lembah yang air nya menghilang ke dalam sungaibawah
tanah melalui ponor atau saluran hasil pelebaran bidang lapisan,kekar, atau sesar.
 Lembah saku merupakan lembah yang terbentuk oleh pemunculan sungaibawah
tanah.
 Lembah kering merupakan lembah di daerah karst tanpa aliran air ataudialiri air
secara intermitten

II-5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tutorial Peta Pola Aliran Sungai


1. Buka situs tanahair.indonesia.go.id lalu klik Download DEMNAS.

2. Pilih daerah lalu download lembar peta DEM nya.

3. Buka aplikasi Globalmapper

III-1
4. Masukan data DEM yang telah didownload tadi dengan memilih tombol open your own
data files.

5. Cari file DEM yang telah didownload tadi, lalu diklik open.

6. Pilih digitizer tool untuk membuat petakan.

Lalu pilih tool create distance bearing (yang ada angka 360), klik untuk membuat titik
awal petakan pada DEM. Lalu sesuaikan jarak petakan dan arah/bearing garis petakan
menggunakan arah derajat, contohnya 90° untuk arah kanan.

II-7
Jika sudah selesai membuat petakan maka klik measure tool untuk memilih petakan
yang telah dibuat menggunakan bearing tool sebelumnya.

7. Ikuti garis kotakan dari sudut ke sudut menggunakan measure tool tadi, lalu klik kanan
dan pilih stop measuring, lalu klik kanan lagi dan pilih save measurement.

8. Klik tab Edit lalu pilih Select All Features with digitizer tool

III-1
9. Lalu buka tab File, dan pilih Export elevating grid format… untuk mengeskpor DEM
yang telah dibuat petakan.

Pilih format DEM, lalu klik OK. Pada tab DEM export option klik Export Bounds.

II-9
10. Lalu pada export bound pilih Crop to selected area features untuk menyimpan DEM yang
telah diCrop sebelumnya.

Lalu klik OK dan beri nama dan tempat menyimpan sesuai yang diinginkan

11. Masukkan Demnas yang sebelumnya sudah didownload, dan aturlah sesuai ketentuan
ukuran peta yang ingin dibuat

III-1
12. Setelah mengatur semua ketentuan ukuran kertas dll, klik menu windows dan pilih
search. Lalu ketik Project Raster, Ganti Coordinate nya sesuai ketentuan.

13. Setelah Selesai klik menu ArcToolBox, klik 3D analyst tools dan pilih raster surface,
lalu hillshade. Input raster diisi dengan data Project raster yang sudah dilakukan pada step
sebelumnya..

14. Klik kanan pada data hillshade lalu properties, symbology, classified dan ubah classes
nya menjadi 1. Dan atur warna menjadi grey 20%.

15. Untuk membuat klasifikasi elevasi pada peta, maka Langkah selanjutnya adalah
menggunakan tools Topo to raster. Cari di kolom search

II-11
16. Masukkan file Contour with barrier yang telah dibuat ke dalam input feature data, lalu
klik OK

Selanjutnya adalah drag file raster ke kolom input raster

Lalu sesuaikan nilai Z tolerance, dan klik OK

III-1
17. Langkah selanjutnya adalah klik properties pada file TIN yang telah dibuat tadi, lalu pilih
tab Symbology, kemudian matikan centang pada kolom Edge Types, dan klik pada
bagian elevation, lalu sesuaikan Classes pada peta sesuai dengan klasifikasi
Widyaatmanti (2016). Pilih gradasi warna dari hijau ke merah seperti pada gambar. Lalu
klik Classify

18. Sesuaikan nilai ketinggian dengan nilai ketinggian sesuai dengan klasifikasi Bramantyo
2006 yang ada pada peta. Dan sesuaikan warna sesuai klasifikasi Kemudian klik OK.

19. Setelah selesai membuat layer klasifikasi elevasi, maka Langkah seanjutnya adalah Save
layer yang telah dibuat tadi.

II-13
Beri nama file layer dan pilih tempat penyimpanan sesuai keinginan. Lalu klik Save
20. Buat delinasi dengan cara mendigit di arcgis. Langkah pertama yaitu membuat file
shapefile dengan tipe Polyline.

Pilih tombol Edit seperti gambar di atas untuk menyesuaikan Coordinate System file
shapefile sesuai dengan petakan yang kita pakai. Lalu klik OK

Lakukan digitasi dengan cara Start Editing pada bagian editor.

III-1
Lalu pilih file SHP delinasi yang tadi sudah dibuat. Klik OK

Klik Create Features pada bagian kanan editor, lalu pilih file shp delinasi

Untuk memulai digitasi, pilih tool Trace pada bagian editor, lalu trace garis kontur yang
menjadi batas klasifikasi, misalnya garis indeks kontur 200, 500, 1000 meter.
Jika sudah selesai membuat garis delinasi, klik kanan pada akhir garis digitan lalu pilih
finish sketch, kemudia klik stop editing dan pilih save editing.
Setelah selesai membuat garis delinasi, selanjutnya adalah menyesuaikan warna dan
ketebalan garisnya

II-15
21. Setelah semua Langkah di arcgis selesai dilakukan termasuk menyimpan file layer Raster
to Tin tadi, buka aplikasi ArcScene, lalu klik kanan pada bagian Scene Layers, pilih
Scene Properties.

Lalu pilih tab Coordinate System dan sesuaikan dengan system kordinat peta yang kita
buat. Kemudian klik OK

22. Selanjutnya klik Add Data, lalu pilih file Layer yang telah di save dari ArcGis tadi.

III-1
Kemudian klik Add

23. Kemudian klik kanan pada file Layer, lalu pilih properties

Pilih tab Base Height, lalu atur seperti pada gambar di bawah ini. Sesuaikan nilai
Custom dengan peta yang kita buat.

II-17
24. Add data untuk memasukan data shp sungai pada peta. Kemudian klik Add.

25. Atur Symbology pada tiap layer dan atur juga Base Heightnya agar sesuai dengan layer
peta yang kita buat. Maka akan tampil seperti pada gambar

26. jika sudah muncul seperti pada gambar, Langkah selanjutnya adalah mengExport Scene
untuk didigit di coreldraw. Pilih File lalu Export Scene, dan pilih 2D

III-1
27. Export dengan dua sudut pandang berbeda untuk dimasukan pada Digital Elevation
Model (DEM)

28. Jika Scene sudah diExport, maka selanjutnya adalah membuat Digital Elevation Model
(DEM) menggunakan aplikasi Arcgis/Coreldraw. Contoh hasil DEM seperti pada
gambar

Jika telah selesai dibuat, masukan DEM ke bagian Legenda Peta


29. Kemudian buat juga Klasifikasi Widyaatmanti (2016) untuk dimasukan ke bagian
kartografi peta di atas DEM pada bagian legenda.

30. Langkah selanjutnya adalah membuat Titik LP, dengan cara membuat file SHP Point.

II-19
31. Setelah selesai membuat titik LP, langlah selanjutnya adalah mencari Koordinat yang
akan dimasukan ke Google Earth untuk pengambilan Foto Lokasi Penelitian. Caranya
adalah dengan mengubah koordinat titik LP ke koordinat geografis menggunakan Tools
Project, buka ArcToolbox, lalu Data management tools > Projection and
Transformation, lalu klik Project

32. Masukan SHP Titik Koordinat ke Input Dataset or Features Class, bisa dengan cara
diseret dari Table of content.

Selanjutnya atur Lokasi Output dan nama outputnya, kemudian sesuaikan Output
Coordinate System menjadi WGS 1984 pada Geographic Coordinate System > World.
Kemudian klik OK.

III-1
33. Selanjutnya adalah memperoleh koordinat Geografis titik LP dengan cara klik kanan
SHP titik kordinat geografis yang telah dibuat sebelumnya, lalu pilih Open attributes
table.
34. Klik Table options pada bagian kiri atas, lalu pilih Add Field, lalu beri nama X dan pada
Type pilih Text

Lakukan hal yang sama untuk koordinat Y


35. Lalu setelah selesai membuat kolom X dan Y, klik kanan pada X dan pilih Calculate
Geometry

II-21
36. Lalu pada bagian Property, pilih X Coordinate of point, kemudian pada bagian Units,
pilih Degrees Minutes Seconds (DDD MM’ SS.sss’’ [W|E]
Kemudian klik OK

Lakukan Langkah yang sama untuk koordinat Y


37. Setelah mendapatkan koordinat geografis X dan Y, Langkah selanjutnya adalah
memasukan koordinat geografis X dan Y ke Aplikasi Google Earth.
Buka aplikasi Google Earth, lalu pilih Add Placemark.

Kemudian masukan Koordinat X dan Y Lokasi penelitian yang telah didapat dari Arcgis
tadi. Longitude untuk koordinat X dan Latitude untuk koordinat Y

Lalu sesuaikan Nama dan Simbol LP

III-1
38. Kemudian ambil screenshot titik Lokasi Penelitian sesuai dengan Klasifikasi yang
digunakan, usahakan memberikan informasi yang sesuai klasifikasi yang digunakan,
misalnya perbukitan lereng agak curam.

Lakukan pada tiap LP yang dimiliki.


39. Setelah mendapatkan Screenshot setiap LP, selanjutnya masukan Foto LP ke Peta pada
Arcgis, dan beri Tanda Panah sesuai LPnya seperti pada gambar di bawah ini.

40. Tambahkan sayatan dan penampang pada bagian bawah peta.


41. Langkah terakhir yaitu Export peta, sesuaikan nama dan lokasi penyimpanan sesuai
keinginan

42. Proses pembuatan peta Bentuk Lahan Denudasional telah selesai dilakukan.

II-23
BAB IV
KESIMPULAN

IV.1. Interpretasi Peta


Pada peta bentukan lahan karst ini berada pada daerah Kabupaten Sijunjung yang
berada di Provinsi Kalimantan Barat. Daerah ini memiliki ketnggian yang beragam, dapat
dilihat dari garis kontur dan perbedaan warna berdasarkan klasifikasi ketinggian Brahmantyo
(2006). Daerah ini memiliki ketinggian minimal 159 meter dan ketinggian maksimal 980
meter, yang mana berdasarkan ketinggian dan betukan lahan karst tersebut maka daerah ini
dapat digolongkan menjadi 3 klasifikasi Bentuk lahan karst, yaitu yang pertama adalah
kerucut kars dengan ketinggiannya yang berada pada 750 meter diatas permukaan laut, lalu
perbukitan karst dengan ciri ciri bukit bukit pada suatu daerah yang didominasi perbukitan
dengan ketinggiannya yang beragam, dandataran kars dengan ketinggian konturnya yang
sama pada daerah lahan yang datar. Perbedaan klasifikasi Bentuk lahan karst dapat dilihat
pada perbedaan warna daerah pada peta yang dimulai dari warna orange hingga warna orange
muda. Pada daerah ini bentuk lahan karstnya didominasi oleh Perbukitan karst yang terdapat
pada daerah tengah petakan. Dalam peta Bentuk lahan karst ini terdapat 4 Titik Lokasi
Penelitian yang terletak tersebar pada peta. Lokasi penelitian pertama memiliki bentuk lahan
dataran karst, dapat dilihat pada foto LP bahwa lokasi ini terlihat lebih datar dengan
ketinggian yang sama dibandingkan dengan daerah perbukitan di sekitarnya. Kemudian LP 2
memiliki bentuk lahan Perbukitan karst yang merupakan daerah perbukitan, lalu lokasi
penelitian 3 memiliki bentuk lahan yang sama dengan LP 2 yaitu Perbukitan kars, dan lokasi
penelitian yang terakhir yaitu LP 4 memiliki bentuk lahan kerucut karst yang mana berbentuk
seperti kerucut , jika dilihat dari foto pada Google Earth Lp 4 terletak pada daerah perbukitan
tinggi yang memiliki ketinggian berkisar pada 750 meter diatas permukaan laut, juga kerucut
karst ini bernama gunung silungkang

IV.2. Interpretasi Penampang Peta Bentuk Lahan Karst


Terdapat dua sayatan yang dibuat pada peta Bentuk Lahan Karst ini, sayatan pertama
yaitu sayatan A-A’ dan sayatan kedua adalah sayatan B-B’. Kedua sayatan tersebut
memotong 2 jenis Bentuk Lahan Karst yang ada pada peta. Dalam peta ini terdapat tiga
klasifikasi Bentuk Lahan Karst. Ketiga klasifikasi tersebut adalah yaitu yang pertama adalah
kerucut kars dengan ketinggiannya yang berada pada 750 meter diatas permukaan laut, lalu
perbukitan karst dengan ciri ciri bukit bukit pada suatu daerah yang didominasi perbukitan
dengan ketinggiannya yang beragam, dandataran kars dengan ketinggian konturnya yang
sama pada daerah lahan yang datar. Perbedaan klasifikasi bentuk lahan dapat dilihat dari
perbedaan warna dan dibatasi oleh garis delinasi. Berdasarkan klasifikasi karst tersebut dapat
kita interpretasikan bahwa bentuk lahan Karst yang dominan pada sayatan tersebut adalah
didominasi oleh Perbukitan karst yang dapat dilihat dari penampangnya. Tidak terlihat jelas
perbedaan yang ada pada sayatan A-A' dan sayatan B-B’, pada keduanya terlihat dua
klasifikasi warna bentuk lahan yaitu perbukitan karst dengan ketinggian 500 meter keatas,
lalu dataran karst dengan ditandai warna orange muda dengan ketinggian 500 meter
kebawah,.
IV-1
IV.3. Kesimpulan
Bentuk lahan asal den dapat didefinisikan sebagai tanah dengan bentuklahan yang khas
dan karakteristik hidrologis yang dihasilkan oleh kombinasi batuan terlarut dan adanya
porositas sekunder yang berkembang dengan baik. Dari definisi tersebut maka dapat
dipastikan bahwa karst sendiri merupakan batuan yang terlarut yang tentunya keras. Proses
denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material (mudah lapuk), kemiringan lereng, curah
hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu.
Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak curam sampai berliuk liuk
tergantung tingkat ketinggiannya , relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur,
banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau
kebun campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit
dan terjadi akumulasi di kaki lereng, serta perbukitan lebih sering dijumpai. Dan juga bentuk
lahan karst tidak hanya berbicara tentang perbukitan tapi juga dilihat kenampakan bawah
tanahnya yaitu goa dan ruang yang diakibatkan dari kombinasi batuan terlarut.
Pada peta dan penampang bisa dilihat bahwa ada perbedaan dari masing-masing
klasifikasi, untuk bentuk lahan karst dataran karst sendiri dipenampang bisa dilihat bahwa
daerah yang dileawati sayatan cenderung datar dengan ketinggian yang dominan hampir
sama. Sedangkan untuk perbukitan karst bisa dilihat dengan jelas bahwa daerah yang dilewati
oleh sayatan didominasi oleh perbukitan dengan ketinggiannya yaitu 500 meter keatas.
Disamping peta juga dicantumkan bukti LP yang didapat dari google earth atau foto
dari internet disesuaikan dengan peta yang ada. Pada foto juga bisa dilihat dari kenampakan
kenampakan klasifikasi bentuk lahan karst ditandai dengan kode huruf, untuk perbukitan
karst disingkat dengan PK, untuk dataran karst disingkat dengan DK dan untuk kerucut karst
disingkat dengan KK. Daerah pada peta didominasi oleh perbukitan karst
.

III-1
DAFTAR PUSTAKA

Alkahfi,Surya.2016.”Geomorfologi”.(online).https//www.academia.edu/24485241/Geomorfo
logi . Diakses pada tanggal 18 maret 2022
Map Vision Indonesia. 2021. “bentuk lahan karst”. (online).
https://mapvisionindo.com/bentuk-lahan karst/ . Diakses pada tanggal 19 maret 2022.
Noor, Djauhari. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: Deepublish. Soetoto.2013.Geologi
Dasar.Yogakarta: Universitas Gadjah Mada
Sartohadi, Junun dkk. 2013. “Pengantar Geografi Tanah”. Yogyakarta : UGM.
Suharjo, dkk. 2017. “Geomorfologi Dasar”. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Anda mungkin juga menyukai