Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/333246718

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH


TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE

Article in Jurnal Teknologi · May 2019

CITATION READS

1 2,843

1 author:

Nicolas Titahelu
Pattimura University
18 PUBLICATIONS 20 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nicolas Titahelu on 21 May 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS
ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK
HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE

Nicolas Titahelu*

ABSTRACT

Effect of hot fluid flow velocity direction have been investigated to determine the characteristics
of shell and tube heat exchanger. Experimental study examined by varying hot fluid velocity (V)
= 0.011 to 0.037 m / s on the hot fluid inlet temperature (T hi) = 363K. The experimental results
demonstrated by the increasing speed of the flow direction of hot fluid on the hot fluid inlet
temperature is constant, then the characteristics of the heat exchanger; Reynolds number (Re),
Nusselt number (Nu), convection coefficient (h), overall heat transfer coefficient (U), heat
transfer rate (q) and effectiveness (e) increase with the gradient increased significantly. This
condition occurs at a speed (V) < 0037 m/s and the characteristics of optimal heat exchanger at a
speed (V) = 0.037 m/s and minimum speed (V) = 0.011. The increasing velocity (V) direction
flow of hot fluid on the hot fluid inlet temperature constant, the heat transfer characteristics of the
accelerated ie, Re,h increased 25.1%, Nu,h increased by 35.64%, increased by 35.79% hi, Re,c
increased by 28, 32%, Nu,c 36.90%, ho increased by 36.75%, U increased 35.81, q increased by
25.09% and increasing fluid velocity (V) < .030 m/s heat exchanger effectiveness () 20:41%
while increasing the fluid velocity (V) > 0.030 m/s no significant impact on effectiveness.

Keywords: Heat fluid velocity, heat exchanger shell and tube,


Reynolds number, Nusselt number, effectiveness

I. PENDAHULUAN aliran searah tipe shell and tube akan berbeda


dengan heat exchanger aliran berlawanan tipe shell
Heat Exchangers berfungsi untuk memindahkan
and tube untuk beda temperatur yang sama.
panas antara dua fluida atau lebih yang memiliki
Sedangkan besar ketiga bilangan tidak berdimensi
perbedaan temperatur (Hodge dan Taylor, 1999).
tersebut bergantung pada kecepatan aliran serta
Menurut Kakac S (1998) heat exchanger banyak
sifat fluida yang meliputi massa jenis, viskositas
digunakan dalam bidang rekayasa industri,
absolut, panas jenis dan konduktivitas panas.
diantaranya; radiator pada mobil, oil cooler pada
Besar kecil kecepatan aliran menentukan jenis
mesin pesawat terbang, kondensor pada sistem
aliran yaitu aliran laminar atau aliran turbulen.
pendinginan, feed water heater pada boiler dan
Aliran turbulen yang terjadi dalam aliran akibat
lain-lain. Salah satu tipe heat exchanger yang lazim
meningkatnya kecepatan aliran akan
digunakan yakni tipe Shell and Tube.
mempengaruhi bilangan Reynold (Re) dan bilangan
Menurut Smith E. M (1996) klasifikasi aransemen
Nusselt (Nu) yang kemudian mempengaruhi
aliran fluida dari tipe shell and tube terdiri dari
perpindahan panas secara konveksi (Naylor, D dan
aliran searah (parallel flow), aliran berlawanan
Oosthuzen, P. H., 1999). Namun, semakin tinggi
(counter flow) dan aliran menyilang (cross flow).
kecepatan aliran berarti waktu kontak kedua fluida
Heat exchanger shell and tube aliran searah
semakin singkat. Berdasarkan kondisi ini, disusun
(parallel flow) dimana fluida panas dan fluida
hipotesa bahwa kenaikan kecepatan aliran akan
dingin mengalir dalam arah yang sama, baik pada
meningkatkan karakteristik perpindahan panas heat
sisi masuk maupun pada sisi keluar. Menurut
exchanger.
Cengel (1997), hampir semua heat exchanger,
Penelitian ini akan didesain sebuah heat exchanger
perpindahan panas didominasi oleh konveksi dan
aliran searah (parallel flow) tanpa baffle dengan
konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana
fluida panasnya oli yang mengalir pada sisi tube,
keduanya dipisahkan oleh dinding. Perpindahan
sedangkan fluida dinginnya air tawar yang
panas secara konveksi sangat dipengaruhi oleh
mengalir pada sisi shell. Dengan jumlah tube 8
bentuk geometri heat exchanger dan ketiga
buah atau 4 laluan yang terbuat dari tembaga dan
bilangan tidak berdimensi yaitu bilangan Reynold
shell terbuat dari besi. Jika memvariasikan
(Re), bilangan Nusselt (Nu) dan bilangan Prandtl
kecepatan fluida pada temperatur masuk fluida
(Pr) fluida. Ketiga bilangan tak berdimensi ini
panas (Thi) konstan mengindikasikan karakteristik
tegantung dari kecepatan aliran dan properties
perpindahan panas heat exchanger tipe shell and
fluida.
tube akan meningkat pula. Kecepatan fluida (V)
Menurut Smith, E. M (1997) besar perpindahan
divariasikan dari 0.011 m/s hingga 0.037 m/s pada
konveksi yang terjadi untuk suatu heat exchanger
*
Nicolas Titahelu, Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Unpatti
820 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 5 Nomor 2, 2010: 819 - 824

temperatur masuk fluida panas (Thi) = 363 K sebanyak lima kali untuk mendapatkan data
konstan bertujuan untuk mengetahui berapa besar yang valid.
perubahan karakteristik heat exchanger shell and 7. Menghentikan pompa dan mendinginkan
tube. instalasi penelitian.
8. Mengulangi langkah ke-6, untuk mendapat
II. METODOLOGI PENELITIAN kecepatan 0,017 m/s, 0,024, 0,030 m/s, dan
0,037 m/s dengan mempertahankan temperatur
2.1. Variabel Penelitian
masuk fluida panas untuk 363 K konstan.
Adapun variabel penelitian dibedakan atas variabel
bebas yakni kecepatan fluida (V) dan variabel 2.4. Teknik Pengambilan Data
terikat yakni karakteristik heat exchangers yakni:
Re, Nu, h, U, q dan є. Pengukuran temperatur pada model uji dilakukan
dengan menggunakan thermocouple dan dibaca
2.2. Instalasi Penelitian dengan menggunakan display thermometer.
Pembacaan temperatur dilakukan saat kondisi dari
13 model uji dalam keadaan steady. Penempatan alat
ukur pada model uji diperlihatkan dalam gambar 2
12
di bawah ini
Saluran masuk
fluida panas Saluran keluar
Potongan-AA fluida dingin
Tc,o
14 Th,i A
O 0.95 cm 1.59 cm
11
7
1 2

10,254 cm
6
4 cm

9 8
10

4
5 3 Th,o
Keterangan : Saluran keluar Saluran masuk Tc,i
1. Shell 8. Tangki flluida dingin 10.16 cm fluida panas fluida dingin
A
2. Tube 9. Pompa fluida dingin 15 cm 100 cm 15 cm
3. Tangki fluida Panas 10. Katup
4. Pompa fluida Panas 11. Katup
5. Katup 12. Flow meter fluida dingin 130 cm
6. Katup 13. Isolasi glasswoll
7. Flowmeter fluida panas 14. Isolasi asbes

Gambar 2. Lokasi pengukuran


Gambar 1. Instalasi penelitian
Keterangan : Thi = temperatur masuk fluida panas,
2.3. Prosedur Penelitian Tho = temperatur keluar fluida panas, Tci =
temperatur masuk fluida dingin, Tco = temperatur
Adapun prosedur penelitian dari pelat datar sebagai keluar fluida dingin.
berikut:
1. Mempersiapkan semua perlengkapan dan
2.5. Teknik Analisa Data
peralatan yang diperlukan.
2. Memasang instalasi penelitian dan mengisolasi Data hasil pengukuran akan dianalisa dengan
shell dengan isolator glasswoll dan asbes menggunakan regresi berganda untuk mendapat
seperti pada gambar 1. karakteristik perpindahan panas konveksi paksa
3. Memasukkan fluida panas (oli) dan fluida pelat datar yakni; bilangan Reynolds (Re), bilangan
dingin (air tawar) kedalam masing-masing Nusselt (Nu), bilangan Prandtl (Pr), koefisen
tangki. perpindahan panas konveksi (h), koefisien
4. Menjalankan pompa untuk mengalirkan fluida perpindahan panas me nyeluruh (U), laju
panas dan fluida dingin untuk mengecek perpindahan panas konveksi (qkonv) dan efektifitas
kebocoran. (є). Kemudian menyimpulkan hasil penelitian.
5. Memanaskan fluida panas dengan
menggunakan heater di dalam tangki.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. Mengatur laju aliran massa fluida panas dan
dingin dengan cara mengatur bukaan katup 3.1. Data Hasil Penelitian
dan dibaca pada flowmeter untuk
Pengujian dilakukan secara konveksi paksa dengan
mendapatkan kecepatan 0.011 m/s dengan
memvariasikan kecepatan udara (V) yakni 0.011
temperatur masuk fluida panas 363 K konstan.
m/s hingga 0.037 m/s pada temperature masuk
Selanjutnya menunggu kondisi operasi stedi
fluida panas (Thi) = 363 K dan temperatur ruang
state, maka mengukur temperatur masuk dan
(Tro) = 28 oC konstan. Pengambilan data dilakukan
keluar fluida panas maupun fluida dingin serta
setelah sistem dalam kondisi steady state, tekanan
temperatur ruang dengan thermometer.
1 atm dan laju aliran massa tidak mengalami
Pengambilan data temperatur ini diulang
fluktuasi cukup berarti atau konstan, diperoleh data
seperti diperlihat dalam tabel 1, sebagai berikut :
Nicolas Titahelu; Analisis Pengaruh Kecepatan Fluida Panas Aliran Searah 821
Terhadap Karakteristik Heat Exchanger Shell And Tube

perbandingan lurus dengan laju aliran massa fluida


Tabel 1. Data hasil eksperimen panas sebagai beriktu :
Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas Konveksi Natural Pada Pelat Datar
4m h
Skala: oli = 225; air tawar = 0,85 Koefisien Konveksi h  Rumah Tangga
Re,Oven
  di  h
V Thi Tho Tci Tco
(m/s) (K) (K) (K) (K)
308,8 304,2
Gambar 3 juga memperlihatkan bahwa semakin
0,011
besar kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk
0,017 313,7 305,7
fluida panas (Thi) konstan, maka bilangan Nusselt
0,024 363 318,6 301 306,3
akan meningkat signifikan dengan kenaikan curam,
0,030 320,7 306,9
kondisi ini terjadi pada kecepatan fluida (V) < 0.030
0,037 321,2 307,7
m/s dan pada kecepatan fluida (V) > 0.030 m/s
terjadi pula kenaikan bilangan Nusselt (Nu.h) tidak
signifikan dengan gradien kenaikan curam. Bilangan
3.2. Analisa Grafik Nusselt optimal pada kecepatan fluida (V) = 0.037
m/s dan minimum pada kecepatan fluida (V) = 0.011
3.2.1. Analisa fluida panas m/s.
Fenomena ini terjadi karena semakin
Gambar 3 memperlihatkan bahwa semakin besar meningkatnya kecepatan fluida panas rata-rata
kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk fluida menyebabkan bilangan Reynold meningkat,
panas (Thi) konstan, maka harga bilangan Reynold mengakibatkan bilangan Nusselt (Nu,h) semakin
(Re,h) akan semakin meningkat. Peningkatan meningkat pula. Bilangan Nusselt merupakan salah
bilangan Reynold (Re,h) akan mencapai optimal satu parameter yang sangat penting untuk
pada kecepatan fluida (V) = 0.037 m/s dan mengetahui karakteristik perpindahan panas
minimum pada kecepatan fluida (V) = 0.011 m/s. konveksi. Dari penelitian yang telah dilakukan
Untuk kecepatan fluida (V) < 0.030 m/s terjadi sebelumnya, bahwa bilangan Nusselt (Nu,h) adalah
peningkatan bilangan Reynold (Re) tidak rasio antara konduksi dan konveksi. Semakin
signifikan dengan kenaikan curam dan untuk meningkatnya bilangan Nusselt (Nu,h) sebagai
kecepatan fluida (V) > 0.030 m/s terjadi pula akibat bertambahnya kecepatan fluida (V). Karena
kenaikan bilangan Reynold (Re) cukup signifikan bilangan Nusselt berbanding lurus dengan bilangan
dengan gradien kenaikan landai. Reynold dan bilangan Pr, yang juga sesuai dengan
persamaan :
45 0.4
Nu, h  0.023  Re, h  Pr

Gambar 3. Distribusi bilangan Reynold (Re,h) dan


bilangan Nusselt (Nu,h)
Fenomena ini memperlihatkan bilangan Reynold Gambar 4. Distribusi koefisien konveksi (hi & ho)
(Re,h) merupakan rasio antara gaya inersia
terhadap gaya viskous yang mengkuantifikasikan Gambar 4 memperlihatkan bahwa semakin besar
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk fluida
kondisi aliran tertentu. Semakin besar kecepatan panas (Thi) konstan, maka koefisien perpindahan
udara (V), maka semakin besar pula bilangan panas konveksi (hi) semakin meningkat cukup
Reynold (Re) dan juga sebaliknya bahwa semakin signifikan dengan gradient kenaikan curam,
kecil kecepatan udara (V), maka semakin kecil kondisi ini terjadi pada kecepatan fluida (V) <
pula bilangan Reynold. Kecepatan udara (V) yang 0.030 m/s dan pada kecepatan udara (V) > 0.030
besar akan menyebabkan menyebabkan laju aliran m/s terjadi pula kenaikan koefisien perpindahan
massa fluida panas, hal ini sesuai pula dengan panas konveksi (hi) tidak signifikan dengan
persamaan bilangan Reynold yang merupakan gradient kenaikan curam. Fenomena ini terjadi
karena bertambahnya kecepatan fluida (V), maka
822 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 5 Nomor 2, 2010: 819 - 824

temperatur fluida panas rata-rata menjadi 4m c


meningkat sehingga mengakibatkan harga bilangan Re, c 
Reynolds (Re,h) meningkat pula. Dengan   Di  
c
meningkatnya harga bilangan Reynolds (Re,h) ini
mengakibatkan bilangan Nusselt (Nu,h) menjadi Gambar 5 juga memperlihatkan bahwa semakin
semakin meningkat sehingga koefisien konveksi besar kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk
juga meningkat. Hal ini sesuai pula dengan fluida panas (Thi) konstan, maka bilangan Nusselt
persamaan konveksi dimana koefisien konveksi (Nu,c) akan meningkat signifikan dengan kenaikan
berbanding lurus dengan bilangan Nusselt, sebagai curam, kondisi ini terjadi pada kecepatan fluida (V) <
berikut: 0.030 m/s dan pada kecepatan fluida (V) > 0.030 m/s
terjadi pula kenaikan bilangan Nusselt (Nu.c) cukup
Nu, h  K signifikan dengan gradien kenaikan curam. Bilangan
hi 
di Nusselt optimal pada kecepatan fluida (V) = 0.037
m/s dan minimum pada kecepatan fluida (V) = 0.011
3.2.2. Analisa fluida dingin m/s.
Fenomena ini terjadi karena semakin
meningkatnya kecepatan fluida dingin rata-rata
menyebabkan bilangan Reynold meningkat,
sehingga bilangan Nusselt (Nu,c) meningkat pula.
Bilangan Nusselt merupakan salah satu parameter
yang sangat penting untuk mengetahui
karakteristik perpindahan panas konveksi. Dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
bahwa bilangan Nusselt (Nu,c) adalah rasio antara
konduksi dan konveksi. Semakin meningkatnya
bilangan Nusselt (Nu,c) sebagai akibat
bertambahnya kecepatan fluida (V). Karena
bilangan Nusselt berbanding lurus dengan bilangan
Gambar 5. Distribusi bilangan Reynold (Re,c) dan Reynold dan bilangan Pr, yang juga sesuai dengan
bilangan Nusselt (Nu,c) persamaan :
45 0.4
Gambar 5 memperlihatkan bahwa semakin besar Nu, c  0.023  Re  Pr
kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk fluida Gambar 4 memperlihatkan bahwa semakin besar
panas (Thi) konstan, maka harga bilangan Reynold kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk fluida
(Re,c) akan semakin meningkat. Peningkatan panas (Thi) konstan, maka koefisien perpindahan
bilangan Reynold (Re,c) akan mencapai optimal panas konveksi (ho) semakin meningkat cukup
pada kecepatan fluida (V) = 0.037 m/s dan signifikan dengan gradient kenaikan curam,
minimum pada kecepatan fluida (V) = 0.011 m/s. kondisi ini terjadi pada kecepatan fluida (V) <
Untuk kecepatan fluida (V) < 0.017 m/s terjadi 0.030 m/s dan pada kecepatan udara (V) > 0.030
peningkatan bilangan Reynold (Re,c) tidak m/s terjadi pula kenaikan koefisien perpindahan
signifikan dengan kenaikan landai dan untuk panas konveksi (hi) tidak signifikan dengan
kecepatan fluida (V) > 0.017 m/s terjadi pula gradient kenaikan curam. Fenomena ini terjadi
kenaikan bilangan Reynold (Re,c) cukup signifikan karena bertambahnya kecepatan fluida (V), maka
dengan gradien kenaikan curam. temperatur fluida dingin rata-rata menjadi
Fenomena ini memperlihatkan bilangan Reynold meningkat sehingga mengakibatkan harga bilangan
(Re,c) merupakan rasio antara gaya inersia Reynolds (Re,c) meningkat pula. Dengan
terhadap gaya viskous yang mengkuantifikasikan meningkatnya harga bilangan Reynolds (Re,c) ini
hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu mengakibatkan bilangan Nusselt (Nu,c) menjadi
kondisi aliran tertentu. Semakin besar kecepatan semakin meningkat sehingga koefisien konveksi
udara (V), maka semakin besar pula bilangan juga meningkat. Hal ini sesuai pula dengan
Reynold (Re,c) dan juga sebaliknya.. Kecepatan persamaan konveksi dimana koefisien konveksi
udara (V) yang besar akan menyebabkan berbanding lurus dengan bilangan Nusselt, sebagai
menyebabkan laju aliran massa fluida panas, hal ini berikut:
sesuai pula dengan persamaan bilangan Reynold
yang merupakan perbandingan lurus dengan laju Nuc  K
ho 
aliran massa fluida panas sebagai beriktu : Di
Nicolas Titahelu; Analisis Pengaruh Kecepatan Fluida Panas Aliran Searah 823
Terhadap Karakteristik Heat Exchanger Shell And Tube

3.2.3. Analisa koefisien perpindahan panas Laju perpindahan panas (q) terendah pada V =
menyeluruh 0,011Konveksi
Terhadap Karakteristik Perpindahan Panas m/s dan lajuPada
Natural perpindahan
Pelat Datarpanas (q) optimal
pada V = 0,037 m/s untuk setiap variasi kecepatan
Koefisien
fluidaKonveksi
(V). Oven Rumah Tangga
Fenomena ini berkaitan dengan temperatur fluida
dingin dan panas rerata yang mengalami
peningkatan dengan semakin besarnya kecepatan
fluida (V), yang menyebabkan bilangan Reynold,
bilangan Nusselt, koefisien konveksi dan koefisien
perpindahan panas menyeluruh (U) mengalami
peningkatan, hal ini sesuai pula dengan persamaan
laju perpindahan panas (q) dimana laju
perpindahan panas (q) merupakan berbanding lurus
dengan koefisien perpindahan panas menyeluruh
(U) dan Tlmtd,pf, sebagai berikut :
Gambar 6. Distribusi koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U) dan laju perpindahan q  U  A  F  ΔTlmtd,pf
panas (q)

Gambar 6 memperlihatkan bahwa semakin besar 3.2.5. Analisa efektivitas heat exchanger
kecepatan fluida (V) pada temperatur masuk fluida
panas (Thi) konstan, maka koefisien perpindahan
panas menyeluruh (U) semakin meningkat cukup
signifikan dengan gradient kenaikan curam,
kondisi ini terjadi pada kecepatan fluida (V) <
0.030 m/s dan pada kecepatan udara (V) > 0.030
m/s terjadi pula kenaikan koefisien perpindahan
panas menyeluruh (U) tidak signifikan dengan
gradient kenaikan landai. Fenomena ini terjadi
karena bertambahnya kecepatan fluida (V), maka
temperatur fluida panas dan dingin rata-rata
menjadi meningkat sehingga mengakibatkan harga
koefisien perpindahan panas menyeluruh (U)
meningkat pula, hal ini sesuai pula dengan
Gambar 7. Distribusi efektifitas ()
persamaan koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U) dimana koefisien konveksi
berbanding lurus dengan koefisien perpindahan Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa semakin
panas menyeluruh (U), sebagai berikut: besar kecepatan fluida (V) dengan temperatur
masuk fluida panas (Thi) konstan, maka semakin
1
U  kecil efektivitas () kondisi terjadi pada
1  1  keseluruhan kecepatan fluida (V) seperti
   diperlihatkan pada gambar 7.
 hi   ho  Gambar 7 memperlihatkan penurunan efektivitas
() cukup signifikan terjadi pada V < 0,024 m/s
3.2.4. Analisa laju perpindahan panas dengan gradien penurunan curam sedangkan pada
V > 0,024 m/s kenaikan efektivitas () tidak
Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa semakin signifikan dengan gradien kenaikan landai.
besar kecepatan fluida (V) dengan temperatur Penurunan efektivitas () terendah pada V = 0,024
masuk fluida panas (Thi) konstan, maka semakin m/s dan laju perpindahan panas (q) optimal pada V
besar laju perpindahan panas (q) kondisi terjadi = 0,024 m/s.
pada keseluruhan kecepatan fluida (V) seperti Fenomena ini menunjukan bahwa tingkat kenaikan
diperlihatkan pada gambar 6. laju perpindahan panas (q) tidak signifikan jika
Gambar 6 memperlihatkan kenaikan laju dibandingkan dengan tingkat kenaikan laju
perpindahan panas (q) cukup signifikan terjadi perpindahan panas maximum, hal ini sesuai pula
pada V < 0,017 m/s dan V > 0,030 m/s dengan dengan persamaan efektivitas () dimana laju
gradien kenaikan curam sedangkan pada 0,017 < V perpindahan panas (q) merupakan berbanding lurus
< 0,030 m/s kenaikan laju perpindahan panas (q) dengan efektivitas () sedangkan laju perpindahan
tidak signifikan dengan gradien kenaikan landai.
824 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 5 Nomor 2, 2010: 819 - 824

panas maximum (qmax) berbanding terbalik, sebagai


berikut : DAFTAR PUSTAKA
q U  A  F  Tlmtd , pf Bejan, A., 1993., “Heat Transfer”, John Willey &
  
q max 
C min Thi  Tho  Sons, Inc, New York.
Cengel, Yunus, A., 1998, “Heat Transfer a
Practical Approach”, McGraw-Hill, New
York.
IV. KESIMPULAN Davies, M. R. D., 2000, ”On Gaseous Free
Convection Heat Transfer with Well-
Hasil penelitian eksperimen dengan memvariasikan Defined Boundary Condition”, Journal of
kecepatan udara (V) = 0.011 m/s hingga 0.037 m/s Heat Transfer, vol. 122, pp. 3-10.
pada temperatur masuk fluida panas (Thi) = 363 K Incropera, Frank P. and David P. Dewitt., 1999.,
konstan terhadap karakteristik heat exchanger ”Fundamentals of Heat and Mass
menghasilkan kesimpulan, sebagai berikut : Transfer “, Fourth Edition , John Willey &
1. Karakteristik perpindahan panas yakni Sons Co, New York.
bilangan Reynolds (Re), bilangan Nusselt Kays, W. M dan Crawford, M. E., 1993,
(Nu), koefisien konveksi (h), koefisien “Convective Heat and Mass Transfer”,
perpindahan panas menyeluruh (U) dan laju McGraw-Hill, Inc, New York.
perpindahan panas (q) optimal pada V = 0.037
m/s dan minimum V = 0.011 m/s, sedangkan Kern, D.Q., 1983., “Process Heat Transfer” Mc-
efektifitas heat exchanger () optimal pada Graw Hill, Tokyo.
V = 0.030 m/s dan minimum pada V = 0.011 Kreith, F dan Priyono, A., 1986 “Prinsip-Prinsip
m/s. Perpindahan Panas”, Edisi ketiga,
2. Semakin meningkat pada kecepatan fluida Penerbit Erlangga, Jakarta.
(V) < 0.037 m/s, maka karakteristik Moran, Michael J. & Howard, N. Shapiro., 1993.,
perpindahan panas semakin terakselerasi “Fundamental of Engineering
yakni; Re,h meningkat 25.01%, Nu,h Thermodynamics”, 2nd edition, John
meningkat 35.64%, hi meningkat 35.79%, Willey & Sons, New York.
Re,c meningkat 28,32%, Nu,c 36,90%, ho Naylor, D dan Oosthuzen, P. H., 1999,
meningkat 36,75%, U meningkat 35,81, q “Introduction to Convective Heat Transfer
meningkat 25,09% dan semakin meningkat Analysis”, McGraw-Hill, New York.
kecepatan fluida pada (V) < 0,030 m/s Smith, E, M., 1997, “Thermal Design of Heat
efektifitas heat exchanger () meningkat Exchangers a Numerical Approach Direct
20.41% sedangkan kecepatan fluida (V) > Sizing and Stepwise Rating”, John Wiley &
0,030 m/s tidak berpengaruh signifikan Sons, Chichester.
terhadap efektifitas. Wark. K. Jr. dan Richards D. E., 1999,
“Termodinamics”, Sixth edition, McGraw-
Hill, Singapore.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai