Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final
Modul 1.4. Angkatan 5 Reguler. Budaya Positif - Final
Penulis modul:
Penulis Modul:
Editor:
Direktorat Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan,
Kemdikbudristek
_______________________________________________________________
_____________________________
Hak Cipta © 2022 pada Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Dilindungi Undang-undang
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Lembar Pengesahan
Ruang Kolaborasi
Dalam kelompok, CGP akan menganalisis kasus-kasus yang tersedia dalam LMS
berdasarkan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif. CGP akan
mendiskusikan strategi-strategi agar konsep-konsep dalam disiplin positif dapat
menjadi standar tindak lanjut kasus pelanggaran disiplin di sekolahnya. Mereka
akan mempresentasikan hasil analisisnya secara sinkronus, dan kelompok lain
akan menanggapi.
Elaborasi Pemahaman
Setelah berdiskusi bersama instruktur, CGP mendemonstrasikan pemahamannya
secara lebih mendalam mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif.
Koneksi Antarmateri
CGP membuat keterkaitan konsep budaya positif dengan materi pada
sebelumnya yaitu modul 1.1, 1.2 dan 1.3 sehingga dapat mulai menyusun langkah
dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya
positif di sekolah.
Aksi Nyata
CGP akan menyampaikan kepada para pemangku kepentingan di sekolahnya
mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di
sekolah masing-masing agar dapat menciptakan budaya positif. Diharapkan
kegiatan ini akan membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sehingga
dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan, sebagaimana disampaikan oleh Ki
Hadjar Dewantara mengenai tujuan utama pendidikan.
Setelah mempelajari modul 1.1, 1.2, dan 1.3, tentunya saat ini Anda sudah memahami
bahwa sebagai seorang guru Anda diibaratkan sebagai seorang petani yang memiliki
peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Anda akan memastikan
bahwa ‘tanah’ tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki
Hadjar Dewantara menyatakan bahwa,
Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah
tempat bercocok tanam sehingga seorang guru perlu mengusahakan agar sekolah
Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana
menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling
mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan
baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga
sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan
membentuk sebuah budaya positif.
Cobalah amati lingkungan sekolah Anda sendiri saat ini, bagaimana suasananya?
Bagaimana murid-murid saling berinteraksi, bagaimana guru saling bertegur sapa,
bagaimana guru menyapa murid, bagaimana guru menyelesaikan suatu permasalahan
atau konflik antar murid? Suasana atau budaya yang berkembang di sekolah Anda saat
ini, secara tidak langsung menjadi cermin dari tujuan mulia atau nilai-nilai yang sekolah
atau institusi Anda anut dan yakini selama ini. Untuk itulah menciptakan lingkungan
positif agar terbentuk suatu budaya positif adalah suatu proses perjalanan pendidikan
yang harus kita jalani, karena ini merupakan tanggung jawab kita sebagai seorang
pendidik, sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Suatu lingkungan yang aman dan
nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar,
membuat kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu
pembelajaran. Perlu diingat, selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari
lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi. Dan salah satu tanggung
jawab kita sebagai pendidik adalah menghilangkan atau ‘mencabut’ gangguan-gangguan
yang menghalangi proses pengembangan potensi murid.
● Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan
dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan
dikembangkan?
Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang
berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan
Pasal 12 yaitu:
1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan
dalam suasana belajar yang:
a. interaktif;
b. inspiratif;
c. menyenangkan;
d. menantang;
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.
Apa saja harapan-harapan yang ingin Apa saja kegiatan, materi, manfaat
Anda lihat berkembang pada diri Anda, yang Anda harapkan ada dalam modul
sebagai seorang pemimpin ini?
pembelajaran yang memiliki pengaruh
pada warga sekolah, terutama murid-
murid Anda setelah mempelajari modul
ini?
Untuk Murid:
1.
2.
dst.
Tugas Fasilitator:
1. memastikan CGP memberikan tanggapan terhadap kasus atau situasi yang
diberikan
2. memastikan CGP mengisi kolom harapan
3. memberikan umpan balik terhadap tanggapan yang diberikan oleh CGP
Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda adalah A, tugas Anda
adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda
menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu
menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan
Anda. Tugas rekan Anda, B, adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi,
menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka kepalan
tangan Anda.
Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan B secara bergantian, masing-masing
A dan B memiliki waktu 30 detik saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan
Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang
kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan berapa
miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau
perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita
perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia,
bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema
pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.
Semua orang melihat hal yang sama. Setiap orang memiliki gambaran
berbeda.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri
Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan
pilihan-pilihan baru.
b) Makna Disiplin:
Dalam rangka menciptakan lingkungan positif, salah satu strategi yang perlu kita tinjau kembali
adalah penerapan disiplin di sekolah kita. Apakah telah efektif, apakah masih perlu ditinjau
kembali? Apa sesungguhnya arti dari disiplin itu sendiri? Apa kaitannya dengan nilai-nilai
kebajikan? Mari kita bahas makna disiplin dan nilai-nilai kebajikan universal dengan
mengaitkan beberapa pembelajaran awal di modul 1.2 tentang perubahan paradigma teori
stimulus respon ke teori kontrol serta teori 3 motivasi perilaku manusia.
Sebelumnya, mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita
melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari
lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita
menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk
mendapatkan apa yang kita mau. Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat
senyuman atau pujian dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan
uang? Apa lagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu?
Sekarang mari kita membahas tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama
dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita. Kebanyakan
guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka berpendapat bahwa
kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat
bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan
mereka. Bagaimana dengan Bapak/Ibu CGP? Apakah Anda memiliki pendapat yang sama?
Ketika mendengar kata ‘disiplin’, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di
pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur,
dan kepatuhan pada peraturan. Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman,
padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan
memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan
sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata
‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan
sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self
discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah
harus ada di dalam suasana yang merdeka.
mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa
amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah;
akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring
School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa
Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama
dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut,
seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran
tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin
diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali
potensinya menuju kepada sebuah tujuan mulia, sesuatu yang dihargai dan bermakna.
Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan
bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita
hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab
terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai
kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan;
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri
sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan
memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
4. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills)
Keterampilan Hidup
● Dapat dipercaya
● Lurus Hati
● Pendengar yang Aktif
● Tidak Merendahkan Orang Lain
● Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk HidupPeduli
● Penalaran
● Bekerja sama
● Keberanian
● Keingintahuan
● Usaha
● Keluwesan/
Fleksibilitas
● Berorganisasi
● Toleransi
● Keadilan
5. The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)
Silakan Anda membaca nilai-nilai kebajikan dari keenam institusi/organisasi yang telah
disampaikan di sini, dan pilihlah salah satu yang menurut Anda paling menarik.
Bandingkan dengan nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip yang Anda miliki di sekolah
Anda. Adakah suatu perbedaan atau persamaan? Kemudian pikirkan bagaimana nilai-
nilai kebajikan yang Anda pilih tersebut dapat disampaikan dan menjadi fondasi dari
keyakinan sekolah atau keyakinan kelas yang disepakati seluruh warga sekolah.
Kemudian pikirkan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan agar keyakinan-
keyakinan tersebut dapat dipahami, dan diterapkan seluruh warga sekolah dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Tugas Anda
1. Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin
mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Namun seiring Anda mengikuti
program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda berubah
menjadi sebuah keinginan untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini?
Bila itu terjadi, apa dampaknya untuk diri Anda? Apa yang Anda dapatkan, mengapa
hal itu penting untuk Anda?
2. Sebagai seorang pendidik, saat Anda perlu hadir di suatu pelatihan, motivasi apakah
yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda hadir karena tidak ingin ditegur oleh
pihak panitia atau pengawas Anda, dan mendapatkan surat teguran (menghindari
ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin dilihat dan dipuji oleh lingkungan
Anda, atau mendapat penghargaan sebagai kepala sekolah berprestasi?
(mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi
pemelajar sepanjang hayat, menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab
serta menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda, guru-
guru Anda, serta lingkungan Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai
Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan
pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai
kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut,
maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat
mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif
sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.
Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang
berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar
sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman
dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira
alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi
manusia, mari kita baca artikel ini:
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi
perilaku manusia:
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan
nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya
melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan
hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan
nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat
seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal,
bukan eksternal.
Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu
yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang
lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan
Tugas Anda
1. Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti
Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila
Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan
terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda
mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda
ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya
menjadi seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada
diri Anda sebagai calon guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan
berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara
internal?
Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin
mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan
2. Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi
apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu
karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda dan kemudian mendapat surat
peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin
mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai
karyawan atau guru
berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda
ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai
teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru
akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah
motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua
motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
3. Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu
dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan
yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar
murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
4. Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling
banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan.
5. Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada
murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
6. Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di
kelas dan sekolah Anda?
Kegiatan Pemantik:
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan:
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut
berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya.
Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan
tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya
menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut
tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang
tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan
kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas
makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung
hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban
rekan Anda.
1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau
konsekuensi? Mengapa?
HUKUMAN DISIPLIN
KONSEKUENSI RESTITUSI
Berlaku hanya pada sebuah Membantu penerapan Fokus pada pemecahan masalah
institusi; tidak berlanjut pada mengikuti peraturan dalam dalam jangka waktu panjang.
kehidupan nyata. masyarakat.
“Awas kalau dilakukan lagi ya, “Lakukan apa yang “Apakah hal ini yang
nanti awas kamu” saya katakan” sesungguhnya ingin kamu
lakukan?”
Mencoba mengontrol anak Mencoba mengontrol anak Anak paham bahwa dirinya
dengan penguatan negatif dengan penguatan positif sendiri yang pegang kendali
(membayar impas kesalahan) kontrol.
Dampak pada Murid: Marah, Kehilangan hak, waktu jeda Murid/anak tidak kehilangan
merasa bersalah, rendah diri, seorang diri (timeout), waktu, namun bersemangat
mengasingkan diri. penahanan (detention). untuk memperbaiki diri
Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak
terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak
dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid
hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan
dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa
fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati;
sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk
konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya
konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap
dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan
berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya
tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di
luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan
waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan
dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru
di sini senantiasa memonitor murid.
Tugas Anda:
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi, maka
isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang
dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman,
konsekuensi?
Kegiatan Pemantik:
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan:
Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri
di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini
tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat
waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama.
Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya
akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan
stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat
bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan
langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan
Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri
rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak
Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk
ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang
terjadi, mengapa?
Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban
rekan Anda.
1. Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran 2.1, kira-kira
apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?
2. Adakah cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi
penghargaan stiker bintang? Jelaskan.
Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian mereka diminta
mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul.
Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar,
dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak yang tidak tepat
dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar.
Penghargaan Menghukum
● Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan.
Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan
merasa paling ‘dihukum’.
● Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya
mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
● Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama,
penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
● Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda
akan merasa dihukum.
Pertanyaan Pemantik
Bapak Ibu calon guru penggerak, apa yang akan Anda lakukan bila,
● Dalam sebuah acara pesta ulang tahun, teman Anda memecahkan gelas. Apakah
Anda akan membiarkan dia membayar harga gelas yang dipecahkannya?
● Anda sudah janji bertemu dengan teman Anda, namun ternyata dia juga memiliki
janji penting bertemu orang lain di tempat lain, dan Anda terpaksa naik taksi
untuk menemui teman Anda di tempat itu, apakah Anda akan meminta teman
Anda membayar biaya taksi Anda menuju ke tempat tersebut?
● Pegawai Anda membuat kesalahan yang menyebabkan kerugian finansial pada
perusahaan, pegawai tersebut menawarkan untuk bekerja lembur tanpa
bayaran, apakah Anda sebagai pemilik perusahaan akan menerimanya?
Eksplorasi Mandiri
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Bila ada seseorang berbuat salah pada Anda, ketika mereka menawarkan sebuah
tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka, kemungkinan besar, jawaban Anda
adalah akan menolak semua tawaran itu, dan akan bilang, tidak usah, tidak apa-apa.
Lupakan saja.
Kalau Anda melakukan tindakan-tindakan di atas, mungkin Anda akan membuat murid
Anda merasa menjadi anak yang gagal.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana sebaiknya respon kita bila ada murid kita
melakukan kesalahan? Mari kita baca artikel ini:
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih
kuat (Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk
masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan
bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan
dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah
menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya di
modul 1.2, kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki
motivasi intrinsik.
Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan
mengajak murid berefleksi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki
kesalahan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya.
Pendekatan restitusi tidak hanya menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang
yang telah berbuat salah. Restitusi juga sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William
Glasser tentang solusi menang-menang.
Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka melakukan
kesalahan, karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung
jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman
untuk membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan
masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari
keterampilan yang berharga untuk hidup mereka.
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya.
● Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
Dalam pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru tidak mengarahkan
untuk menebus kesalahan dengan membayar sejumlah uang, memperbaiki kerugian
yang timbul, atau sekedar meminta maaf. Karena kalau fokusnya kesana, maka murid
yang berbuat salah akan fokus pada tindakan yang bersifat eksternal yaitu untuk
menebus kesalahan dan menghindari ketidaknyamanan, bukannya yang lebih bersifat
internal yaitu pada upaya perbaikan diri. Biasanya setelah menebus kesalahan, orang
Terkadang bisa juga muncul perasaan ingin balas dendam, bila orang yang berbuat
salah sebetulnya merasa tidak rela harus melakukan sesuatu untuk menebus
kesalahannya. Kalau tindakan untuk menebus kesalahan dipahami sebagai hukuman,
maka mungkin mereka berpikir untuk membuat situasinya menjadi impas.
Pembalasan seperti ini akan berdampak jangka panjang karena konfliknya akan tetap
ada. Menebus kesalahan itu tidak salah, namun biasanya tidak membuat kita menjadi
pribadi yang lebih kuat.
Ketika murid belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik untuk masa depan,
mereka akan mendapatkan pelajaran yang mereka bisa pakai terus menerus di masa
depan untuk menjadi orang yang lebih baik.
Kita tidak ingin menciptakan rasa bersalah pada diri anak dengan bertanya seperti itu. Kalau
guru melihat rasa bersalah di wajah murid, maka guru harus cepat-cepat mengatakan, “Tidak
apa-apa kok berbuat salah”.
Ketika murid sudah dibimbing untuk mengeksplorasi orang seperti apa yang mereka inginkan,
guru bisa mulai bertanya tentang kejadiannya, seberapa sering hal ini terjadi, apa yang ia
lakukan, ia berada di mana. Murid tidak akan berbohong pada guru.
Untuk membantu murid mengenali kebutuhan dasarnya, guru bisa meminta mereka
mengenali perasaan mereka. Perasaan sedih dan kesepian menunjukkan adanya kebutuhan
cinta dan kasih sayang yang tidak terpenuhi. Perasaan dipaksa, atau terlalu banyak beban,
menunjukkan kurangnya kebutuhan akan kebebasan. Perasaan takut akan kelelahan,
kelaparan, menunjukkan pada kita kalau kita merasa tidak aman. Perasaan bosan
menunjukkan kurang terpenuhinya kebutuhan akan kesenangan.
Ketika murid bisa melakukan restitusi diri maka dia akan bisa mengontrol dirinya dengan
lebih baik dengan tujuan yang lebih baik pula.
Ketika Anda berhadapan dengan orang lain, dan melakukan evaluasi diri, maka 9 dari 10 orang
yang diajak bicara juga akan melakukan evaluasi diri juga. Mungkin akan ada 1 dari 10 orang
yang diajak bicara, justru akan menggunakan kesempatan itu untuk menghukum Anda. Kalau
ini terjadi, tanyakan saja, apakah Anda mau menggunakan kesempatan ini untuk menjelek-
jelekkan saya atau Anda mau membuat situasi ini menjadi lebih baik. Anda mau ke arah
mana?
Restitusi menguatkan
Bisakah momen ketika murid melakukan kesalahan menjadi sebuah momen yang baik?
Kalau ada anak remaja nakal, orangtua menyuruh pergi dari rumah. Padahal kalau mereka
jauh dari orang tuanya, orang tuanya jadi tidak bisa mengajari mereka dan mereka tidak
belajar nilai-nilai kebajikan. Kalau mereka tidak belajar, bagaimana nasib generasi kita ke
depan? Kalau kita menjauhkan remaja kita, maka mereka akan putus hubungan dengan kita.
Ketika anak berbuat salah, kita tidak bisa memotivasi anak untuk menjadi baik, kita hanya bisa
menciptakan kondisi agar mereka bisa melihat ke dalam diri mereka. Kita seharusnya
mengajari mereka untuk menyelesaikan masalah mereka, dan berusaha mengembalikan
mereka ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat.
Disarikan dari Buku It’s All About WE; Rethinking Discipline using Restitution, Third Edition, Diane Gossen,
2008
Pada pembelajaran Disiplin dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, kita telah mempelajari
tentang nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi landasan kita dalam membuat suatu
Dilarang Merokok
Gunakan masker
Keyakinan Kelas 5
Keyakinan Kelas 7
HORMAT
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk menghormati semua
orang dan barang milik orang lain
BEKERJA
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk mengerjakan segala
pekerjaan atau mengikuti kegiatan yang telah ditugaskan.
Agar semua warga kelas dapat memahami setiap pernyataan yang telah tercantum
dalam keyakinan kelas, maka selama seminggu di awal tahun ajaran baru dapat
didedikasikan untuk pendalaman setiap keyakinan dengan berbagai kegiatan.
Menyapa teman dan guru setiap hari Tak acuh kepada teman dan guru
BEKERJA
Tekun bekerja dan menyimak guru Tidak mendengarkan guru dan acuh tak
acuh.
Memberikan kata-kata atau komen- Marah atau iri atas keberhasilan teman-
komen membesarkan hati bila teman teman kita.
kita berhasil.
Menjenguk atau menanyakan kabar Acuh tak acuh terhadap teman yang
teman yang kurang sehat atau sedang sedang kurang sehat atau mendapat
mendapat musibah. musibah.
TERDENGAR
Satu orang berbicara
“Yuk, saya bantu”
“Kita bisa selesaikan ini
bersama’
“Terima”, “Tolong ya”
“Permisi”
“Boleh saya pinjam?”
“Nanti akan segera saya
TERLIHAT kembalikan” BERPERILAKU
- Berempati terhadap
- Tersenyum ramah
perasaan orang lain.
- Memegang barang milik - Memberikan salam hormat
orang lain hanya dengan (berjabat tangan, namaste,
izinnya. meletakkan tangan di
- Mendengarkan dengan dada, salim)
saksama - Memberikan ruang bekerja
- Senantiasa berbuat baik - Postur tubuh yang tenang
- Berbagi
Tugas Mandiri:
Tersedia 2 butir Keyakinan Kelas 5 (lihat contoh) yang disediakan dalam bentuk Tabel T.
Tuliskan gagasan-gagasan Anda tentang contoh perwujudan dari 2 keyakinan tersebut,
tampak seperti apa dan tidak tampak seperti apa?
● AAA ● AAA
● AAA ● AAA
● AAA ● AAA
● dst ● dst
● AAA ● AAA
● AAA ● AAA
● AAA ● AAA
● dst ● dst
Terdengar
Berperilaku
Terlihat
“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus
juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. dalam
hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang
lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)
Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi
tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan
Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah
langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:
1. Guru akan membuat bagan berisi 4 kotak.
2. Masing-masing kotak diisi judul: Guru-Tugasnya..., Murid-Tugasnya..., Guru-
Tugasnya Bukan.., Murid-Tugasnya Bukan...
3. Guru bercurah pendapat dengan dua cara:
● Mengajak murid berpendapat secara individu, atau
● Membagi murid dalam 4 atau 8 kelompok, dan setiap kelompok diberikan tugas
bercurah pendapat tentang masing-masing tugas/bukan tugas guru maupun
murid.
4. Hasil dari curah pendapat Tugas Saya-Tugas Kamu ditempel di dinding kelas agar
dapat dilihat seluruh warga kelas.
Contoh (hasil curah pendapat guru dan murid-muridnya)
Tugas Saya (Guru)-Tugas Kamu (Murid) (Kelas 4-8)
Guru Guru
Tugasnya bukan… Tugasnya bukan…
● menyakiti atau disakiti ● menyakiti atau disakiti
● memaksa kamu untuk belajar ● mengeluh
● merapikan barang-barang murid ● merusak barang pribadi/orang lain
● menyiapkan makanan atau barang- ● melakukan tugas guru
barang alat tulis ● memutuskan untuk teman kamu
● …………………. ● ………………...
Tugas Anda:
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah
Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang
Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau
rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya
menjadi suatu budaya positif.
Pertanyaan Pemantik:
Ibu Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati, sedang bingung menghadapi ulah
salah satu murid di kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas 2A telah datang padanya
dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan
paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan anda lakukan?
Menurut anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?
Merujuk pada situasi yang sedang dihadapi Ibu Ambar di atas, dalam konteks penegakan
disiplin positif, Ibu Ambar sebaiknya mencari tahu alasan Doni melakukan tindakan
tersebut agar mengetahui kebutuhan mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh Doni.
Pada modul 1.2, nilai dan peran guru penggerak, telah dibahas mengenai 5 kebutuhan
dasar manusia. Di modul 1.4 ini, kita akan menghubungkan konsep tersebut dengan
disiplin positif yang berdasarkan pada teori kontrol dimana dinyatakan bahwa ada suatu
tujuan dibalik sebuah perilaku manusia. Kita juga percaya bahwa murid memiliki ‘tujuan’
dibalik perilaku mereka, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
Mari kita menonton video tentang konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr.
William Glasser dalam “Choice Theory”.
Setelah Anda menonton video, mari kita perdalam pemahaman Anda terhadap konsep
5 Kebutuhan Manusia dengan membaca artikel di bawah ini.
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha
terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang
kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan
dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima
(love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power).
Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal
memenuhi kebutuhan dasar mereka. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat satu persatu kelima
kebutuhan dasar ini.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar kasih sayang dan rasa diterima yang tinggi
biasanya ingin disukai dan diterima oleh lingkungannya. Mereka juga akrab dengan orang
tuanya. Biasanya mereka belajar karena suka pada gurunya. Bagi mereka, teman sebaya
sangatlah penting. Mereka juga biasanya suka bekerja dalam kelompok.
Dalam kasus diatas, apabila Doni menjawab bahwa alasannya mengambil bekal temannya
karena dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia. Ketika temannya melaporkan
tindakannya itu pada gurunya, dan gurunya memberitahu orang tuanya, sehingga orang
tuanya jadi memperhatikan dia, maka kebutuhan dasar yang sedang dipenuhi Doni adalah
kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar akan penguasaan yang tinggi biasanya selalu ingin
menjadi pemimpin, mereka juga suka mengamati sebelum mencoba hal baru dan merasa
kecewa bila melakukan kesalahan. Mereka juga biasanya rapi dan sistematik dan selalu ingin
mencapai yang terbaik.
Dalam kasus diatas, apabila jawaban Doni adalah dia merasa hebat karena temannya jadi
takut dengan dia dan menuruti keinginannya, maka sebetulnya Doni sedang berusaha
memenuhi kebutuhan dasarnya akan kekuasaan.
Bila jawaban Doni dalam kasus diatas adalah bahwa dia merasa bosan dengan bekal makanan
yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama,
Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan yang tinggi biasanya ingin menikmati apa
yang dilakukan. Mereka juga bisa berkonsentrasi tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi.
Mereka suka permainan dan suka mengoleksi barang, suka bergurau, suka melucu dan juga
menggemaskan. Bahkan saat mereka bertingkah laku buruk, mereka masih terlihat lucu.
Dalam kasus diatas, bila Doni menjawab bahwa ia melakukannya karena iseng saja dan ia
menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya dan
menurut dia, ekspresi teman-temannya itu lucu. Maka berarti Doni sedang berusaha
memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.
Disarikan dari berbagai sumber
Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik mungkin kebutuhannya akan
penguasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu, mungkin dia akan mencoba untuk
memenuhi kebutuhannya akan penguasaan, dengan mencoba mengatur orang lain di lapangan
bermain, atau bahkan menyakiti mereka secara fisik. Sebagai guru, kita dapat melibatkannya
dalam kegiatan yang memberi peluang murid tersebut membuat pencapaian yang berarti.
Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan kasih sayang
dan rasa diterima tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan memiliki satu teman dan
memisahkan diri yang lain. Sebagai guru, kita bisa membangun hubungan yang bisa
Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita dapat
mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan perilaku
positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara
yang positif.
Tugas Mandiri
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Coba pikirkan bagaimana selama ini Anda memenuhi kebutuhan dasar Anda.
Isilah setiap bagian lingkaran dengan nama orang, benda atau apapun yang
dapat memenuhi setiap kebutuhan dasar itu, dari kasih sayang dan rasa diterima,
penguasaan, kesenangan, atau kebebasan.
2. Bila Anda mendapat empat gelas yang masing-masing diberi label kasih sayang
dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan, mana gelas yang
paling penuh dalam diri Anda? Mana yang dianggap paling terpenuhi, setengah
terpenuhi, atau seperempat kosong? Apa yang menghalangi gelas yang paling
sedikit untuk terisi lebih banyak?
3. Sebutkan kebutuhan apa yang sedang berusaha dipenuhi?.
a. Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari sekolah, menangis
“Ibu guru tidak menyapaku hari ini, padahal Kasih sayang dan
aku pakai jepit rambut baru”. rasa diterima
b. Tahun ini Dimas genap berusia 17 tahun. Ia senang sekali ketika ayahnya mulai
mengajarkan cara menyetir mobil. Setiap akhir pekan ia berlatih menyetir. Ia terlihat
senang sekali berlatih sampai akhirnya ia bisa menyetir mobil dengan baik dan lancar.
Ketika Ibunya bertanya pada Dimas, apa yang membuat dia ingin bisa menyetir mobil,
ketika jawaban Dimas adalah seperti ini, kebutuhan apa yang ingin dia penuhi?
“Biar bisa jalan-jalan naik mobil sama Kasih sayang dan rasa diterima*
teman-temanku.”
Kepala sekolah bertanya pada guru-guru, siapa yang sebaiknya menggantikan Adit.
Guru-guru sepakat merekomendasikan Ichsan karena kinerjanya yang bagus di
pelajaran Bahasa Inggris dan pengetahuannya yang luas. Ichsan akhirnya
menghadiri technical meeting hari itu. Setelah itu ia berlatih debat bersama anggota
tim debat yang lain, Shinta dan Indra, di bawah bimbingan Pak Frans, guru pelatih
debat. Mereka mewakili sekolah, dan tim debat SMA Karakter Mulia menjadi juara
umum. Sejak saat itu Ichsan berubah menjadi anak yang lebih percaya diri, tidak
pemalu dan pendiam lagi.
Semua murid dan guru mengenalnya sebagai Ichsan si juara kompetisi debat. Pada
jam istirahat ia banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ia juga
semakin rajin berlatih debat dan mengikuti berbagai lomba debat. Ia menjadi ketua
klub debat di sekolahnya. Ia giat mempromosikan klub debat agar anggotanya
bertambah dan ia juga bersemangat melatih juniornya di klub debat sekolah. Kira-
kira kebutuhan dasar mana yang terpenuhi pada Ichsan sehingga membuatnya
berubah? Jelaskan. Apa peran guru dan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dasar
Ichsan?
Ada beberapa kemungkinan jawaban yang diberikan Pak Maliq. Identifikasi kebutuhan
yang ingin dipenuhi oleh Pak Maliq jika responnya seperti di kolom sebelah kiri. Bila
Anda berada dalam posisi Pak Zulfikar, dan mendengar informasi dari Pak Hanafi
tentang alasan Pak Maliq melakukan hal itu, apa yang akan Anda lakukan pada Pak
Zulfikar agar kebutuhannya terpenuhi?
“Ya biar dia kenal sama aku dan aku ingin (Cinta dan Kasih
nantinya bisa deket sama dan dan kerja sayang)
bareng sama dia, kayaknya orangnya baik
sih.
Tugas Mandiri
A. Cobalah isi kuesioner ini berdasarkan situasi yang sesuai dengan diri Anda. Setelah itu,
jumlahkan hasil dari masing-masing kategori dalam tabel berikutnya.
1 3 5
(Tidak (Kadang (Sangat
Benar) Kadang) benar)
15. Saya ingin terlihat sangat baik dengan apa yang saya
1 3 5
lakukan
Lihatlah skor jawaban Anda di LMS untuk masing-masing kelompok nomor di bawah ini:
D. Mintalah izin kepada Kepala Sekolah Anda untuk menyampaikan teori 5 Kebutuhan Dasar
Manusia ini pada rekan-rekan guru pada saat rapat guru. Guru-guru juga diminta mengisi
kuesioner ini, setelah itu analisis jawabannya bersama-sama. Kebutuhan mana yang paling
tinggi skornya, mana yang paling rencah. Bagaimana para guru melihat informasi tentang
Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda
menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-
orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa
bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya seperti
semacam album foto sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari
beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang
membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan
universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang penting bagi Anda akan termasuk
di sana. Untuk masuk ke dunia berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa
sangat baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan dasar Anda.
Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam dunia berkualitas, tidak perlu kita
terlalu mempertimbangkan standar masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang
tidak. Gambaran dunia berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap orang. Jika Anda
bisa hidup di dunia berkualitas Anda, hidup akan sempurna buat Anda, tapi sayangnya,
Anda tidak bisa tinggal di sana.
Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita
ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke
dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan
dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang
positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.
Setelah belajar mengenai dunia berkualitas, mari kita pikirkan, bagaimana kira-kira murid-murid kita
dan guru-guru di sekolah kita selama ini meletakkan sekolah dan pengalaman mereka di sekolah
sehubungan dengan dunia berkualitas? Apakah di dalamnya atau di luar dunia berkualitas?
Bila anda berada dalam posisi sebagai pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan
menggunakan informasi tentang kegiatan dunia berkualitas yang dilakukan oleh murid-murid dan
guru-guru di sekolah Anda dalam proses pembentukan budaya positif?
Pertanyaan Pemantik:
Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang
tersedia:
● Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur.
Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana
menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media.
Bila Anda adalah seorang kepala sekolah, penerapan disiplin apakah yang akan Anda
lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa?
Bahas dengan rekan CGP Anda, dan bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau
sama? Bila berbeda, utarakan masing-masing pandangan Anda.
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Berikut ini akan disampaikan suatu program disiplin positif yang berpusat pada murid,
yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut
dengan 5 Posisi Kontrol.
Pembuat Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut.
Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain
merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut
akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid
merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya
mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif.
Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi
teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.
Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka
murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa
dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid
hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan
tergantung pada guru tersebut.
Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman
atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang
melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru
adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi
yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang
pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
Di bawah ini adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007)
di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada
dialog antara seorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut
menjalankan disiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang
sama:
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk
menghardik):
“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat
waktu?”
Tanyakan kepada diri Anda:
Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang
terlambat?
Hasil:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah
kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih
buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan
menggores kendaraan tersebut dengan paku.
Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid,
mata dan senyum jenaka)
“Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa
terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana.
Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).
Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini?
Hasil:
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif,
hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada
masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat
lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru
tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain.
Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah
ini?”
Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa
hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu
meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau
bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun
bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid.
Fokus ada pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid
sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru
mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa konsekuensinya apa
peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung
jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan
bimbingan guru.
Selanjutnya, silakan Anda melihat video di LMS tentang kasus murid yang terlambat
dengan kelima posisi kontrol Restitusi - Diane Gossen. Diharapkan setelah Anda melihat
video tersebut Anda memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Restitusi - 5 Posisi
Kontrol, seperti tertera di tabel di bawah ini:
Guru Berkata: “Kalau kamu tidak “Kamu sudah “Lakukan demi “Apa “Apa yang kita yakini?
melakukannya, mengecewakan Bapak/Ibu” peraturannya?” Apa kamu meyakini hal
saya akan…” Ibu/Bapak” “Ya sudah nanti “Apa tersebut?”
Bapak/Ibu bantu konsekuensinya?” “Kalau kamu
bereskan” “Apa yang telah meyakininya, maukah
kamu lakukan?” kamu
“Apa yang terjadi memperbaikinya?”
sekarang?” “Kalau kami
memperbaikinya, jadi
kira-kira hal tersebut
akan menggambarkan
apa tentang dirimu?”
Murid Berkata: “Saya tidak peduli” “Maafkan saya”. “Saya pikir “Saya akan dapat “Bagaimana caranya
Bapak/Ibu teman berapa bintang agar saya bisa
saya” kalau melakukan memperbaiki keadaan
hal tersebut?” ini?”
“Jika sudah “Saya akan
melakukan hal memperbaiki masalah
tersebut, saya ini dengan…”
akan mendapatkan
apa?”
Kaitan Murid meletakkan Murid Murid meletakkan Murid meletakkan Murid meletakkan
dengan Dunia guru di luar Dunia meletakkan guru guru sebagai guru, peraturan di dirinya sebagai individu
Berkualitas Berkualitas. di dalam Dunia orang penting Dunia Berkualitas. yang positif dalam
Berkualitas. dalam Dunia Dunia Berkualitas.
Berkualitas.
1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Rasa Bersalah Teman Pemantau Manajer
(Di rumah)
1 2 3 4 5
Penghukum Pembuat Rasa Bersalah Teman Pemantau Manajer
Setelah mengisi di mana posisi kontrol Anda selama di rumah maupun di sekolah,
tanyakan diri, “Apakah saya berbeda menghadapi anak/keponakan dengan menghadapi
murid-murid saya?” Mengapa berbeda?
Setelah pelatihan ini, cobalah mengisi garis posisi kontrol ini, dan bandingkan dengan
posisi Anda setelah mengikuti pelatihan. Adakah perbedaan? Mengapa? Bagaimana
untuk sampai di posisi Manajer, apa yang perlu terjadi?
Pembelajaran 2.6: Restitusi - Segitiga Restitusi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
● CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif
pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.
● CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar
menjadi murid merdeka.
● CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif
di lingkungannya.
Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak
mungkin, buat anak untuk tetap membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi
anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menyatakan bahwa bila mereka
mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah
situasi yang sulit menjadi kooperatif.
Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak
yang berfungsi untuk berpikir rasional, seperti yang Bapak Ibu CGP telah pelajari di
modul 1.2 tentang konsep otak 3-in-1 (Triune). Saat itulah ketika kita harus menstabilkan
identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita
sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses
belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada
kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa
bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk
mencari penyelesaian masalah. Kedua, ketika kita merasa bersalah, kita mengalami
identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang
lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah
membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apa-
apa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki
maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan
mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang
mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang
terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah
memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar
asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan
memvalidasi kebutuhan mereka.
● “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
● “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
● “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu
yang penting buatmu”.
● “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.”
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori
kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan
memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun
sebetulnya tujuannya untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik
tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap
yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa
setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran
aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power walaupun
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang
tadinya tidak terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini
menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan
karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka
inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya
menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika
mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas
tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap
fokus pada gambaran tersebut.
Pak Joko: Mario, Adi, Bapak tadi dengar laporan dari guru piket di
kantin, sepertinya kalian dalam masalah ya. Ada yang bisa
Bapak bantu? Apa yang terjadi?
Mario dan Adi: Iya Pak. Tadi pada jam istirahat pagi, kami main lempar-
lemparan makanan di kantin, tapi tidak sengaja malah
kelempar kena wajah Ibu Dina, kepala sekolah, ketika
beliau sedang berjalan.
Mario dan Adi: Iya Pak (Dengan wajah sedih dan muka menunduk)
Pak Joko: Apakah kalian tahu kalau kalian berada dalam masalah
sekarang?
Pak Joko: Baiklah. Bapak disini bukan untuk mencari siapa yang
salah, Bapak disini untuk mencari penyelesaian sama-
sama, berpikir sama-sama tentang apa yang bisa kita
lakukan untuk memperbaiki situasi ini.
Kalian pasti melakukan itu ada alasannya ya. Pasti seru ya
main lempar-lemparan makanan begitu
Pak Joko: Sekarang mari kita bicara tentang keyakinan kelas dan
keyakinan sekolah kita. Apa yang kita percaya? Yang mana
yang kalian belum tunjukkan?
Pak Joko: Kalian berdua ingat dengan baik keyakinan kelas kita
Kita kembali pada ketika kalian main lempar-lemparan
makanan dan mengenai Ibu Dina, apakah ketika kalian
melakukan itu kalian menghormati orang lain dan
lingkungan?
Setelah tiga tahap itu dilakukan, guru dapat menanyakan pada anak-anak, apa yang ingin
mereka lakukan untuk memperbaiki situasi saat itu. Disinilah restitusi dapat dilakukan.
Tugas Anda
1. Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan.
2. Kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Mario dan Adi?
3. Apa yang dikatakan guru dalam tahap Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan
yang Salah, dan Menanyakan Keyakinan?
4. Kira-kira sesuai prinsip restitusi, apa yang akan dilakukan Mario dan Adi untuk
memperbaiki kesalahan mereka pada Ibu Dina?
Dalam penerapan program disiplin positif, hendaknya guru memiliki standar kepribadian,
profesional, dan sosial yang baik, dimana guru mampu berefleksi pada posisi kontrolnya
saat ini; bagaimana perjalanan dirinya sebagai seorang ‘Among’ (posisi manajer) yang
menuntun murid-murid menjadi insan yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab.
Kasus 1: Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk
dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi
guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai
menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan
kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil
mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas.
Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”.
Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka
mengadakan sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya. Tema yang
mereka pilih adalah penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling
menghormati dan bagaimana penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan
kedua adalah mengirim email kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut. Mereka
pun memberitahu Ibu Eni bahwa mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan,
bila lain waktu ada ketiadaan guru, maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru
pengganti.
● Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan
oleh Ibu Santi?
● Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai
dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang
telah diusulkan mereka?
● Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam
menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.
● Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh
Ibu Santi?
Kasus 2: Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah. Dia pun
akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau tidak menggunakan
sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak Lukman
memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan
bahwa dia terburu-buru dan salah mengenakan sepatu.
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang seragam warna
sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun
terburu-buru dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar tetap dapat
mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak
Lukman tidak mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah, kalau tidak
sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak
bersepatu saja seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa
sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya dan
memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani berkeliling sekolah
karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
● Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil oleh Bapak Lukman?
Jelaskan, apakah indikatornya?
● Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer, apa yang akan
dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang akan diajukan ke
Sabrina? Jelaskan.
Kasus 3: Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan tulis, namun
beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-tiduran dan tampak acuh tak acuh
pada pelajarannya. “Fajar coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan
kerjakan di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan, dan
sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam terpaku, sambil memegang buku
bahasa Inggrisnya dan memainkan spidol di tangannya. “Ayo Fajar makanya jangan
tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali, kira-kira siapa yang
bisa?”
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah seringkali terjadi pada
Fajar, seperti tidak memperhatikan, acuh tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu
baik untuk pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu Dani, Fajar hanya
menjawab, “Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab lirih, “Gimana kamu Fajar, kamu
tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah capek-capek mengajarkan kamu. Tidak kasihan
● Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
● Membaca sikap Fajar, kira-kira kebutuhan apa yang diperlukan oleh Fajar?
● Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa yang akan dilakukan atau
dikatakan olehnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan diajukan?
Jelaskan.
● Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah Fajar dan mengetahui hal ini,
bagaimana tindak lanjut Anda?
Kasus 4: Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba
terlibat dalam sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan
mengadakan kontak fisik, menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya
terlepas. Pada saat itu guru piket langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke
ruang kepala sekolah. Ibu Suti sebagai kepala sekolah berupaya menenangkan
keduanya, terutama Dino. “Dino sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.”
Mendengar itu, Dino pun mengalir bercerita tentang kekesalan hatinya. Ibu Suti pun
melanjutkan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan bahwa
mempertahankan diri adalah hal yang penting. Namun meminta Dino memikirkan cara
lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini Dino berada di ruang kepala sekolah.
Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta
apakah Dino bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto?
Dino pun akhirnya perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada
Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah. Anto menjawab,
“Saya perlu kancing saya diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat
kancing baju saya sampai copot 3 kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke
Dino apakah yang akan dia lakukan untuk menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
Dino berpikir sejenak, namun menjawab, “Wah tidak tahu bu, saya lem kembali
mungkin ya bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan menanggapi, “Kalau di lem akan mudah
terlepas kembali Dino. Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?”
Dino tampak ragu-ragu dan menanggapi, “Menjahit? Mana saya tau bagaimana
menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan, “Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino
berpikir sejenak, memandang kemeja Anto, dan menanggapi, “Yang mengajari saya
siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab, “Pak Irfan, guru Tata Busana”. Dino
kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
● Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-hal
apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?
● Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto dikuatkan
oleh Ibu Suti?
● Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) apa yang dituju dalam kasus
tersebut? Jelaskan.
2. Forum Diskusi
Pada sesi dua di ruang kolaborasi ini, CGP akan berdiskusi secara virtual bersama
fasilitator dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap kelompok akan menyajikan hasil analisis studi kasus yang telah didiskusikan
dalam kerja kelompok sebelumnya.
b. Setiap kelompok penyaji akan mendapatkan satu kelompok hadirin yang bertugas
memberikan tanggapan atau masukan konstruktif atas presentasi kelompok
penyaji. Tentunya setelahnya kelompok lain dipersilakan memberikan tanggapan
mereka juga.
c. Perhatikan rubrik penilaian forum diskusi pada Rubrik Penilaian Ruang Kolaborasi.
Kualitas hasil Analisis studi kasus Analisis studi Analisis kasus Analisis studi
analisis studi tajam dan kasus cukup tajam sudah kasus tidak
kasus (Bobot: didasarkan pada dan terperinci berdasarkan tepat, tidak
50%) teori disiplin berdasarkan teori teori disiplin berdasarkan
positif, posisi disiplin positif, positif, posisi teori disiplin
kontrol guru, dan posisi kontrol kontrol guru, positif, posisi
segitiga restitusi. guru, dan segitiga dan segitiga kontrol guru,
Ada unsur refleksi restitusi. Namun, restitusi. dan segitiga
dari hasil analisis tidak terlihat Namun, restitusi.
yang menarik unsur refleksi dari analisis kurang
dan/atau para anggota jelas dan
mengandung unsur kelompok. tajam. .
tak terduga.
Tugas Fasilitator:
1. membagi kelompok CGP untuk tugas Ruang Kolaborasi
2. memastikan CGP mendiskusikan beberapa studi kasus yang diberikan
3. memimpin jalannya sesi pertemuan tatap maya ruang kolaborasi dengan CGP
4. memberikan umpan balik terhadap presentasi CGP saat sesi pertemuan tatap
maya
5. menilai tugas Ruang Kolaborasi berdasarkan rubrik penilaian yang disediakan
Peran Fasilitator
1. Memastikan CGP mengerjakan tugas demonstrasi kontekstual mengenai video
praktik segitiga restitusi.
2. Menilai dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dikerjakan CGP
menggunakan rubrik yang disediakan.
Peran Instruktur:
1. Memimpin jalannya diskusi
2. Memastikan semua CGP memahami aturan dalam forum diskusi
3. Memastikan semua CGP memiliki kesempatan dalam memberikan pendapatnya
4. Membuat kesimpulan dari hasil diskusi dan mengomunikasikan hasil diskusi di
akhir sesi.
Pada tahap ini Anda diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di
paket Modul 1 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah Anda pelajari.
Anda akan membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media
informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh
media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast
presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
Bacalah panduan berikut untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut.
a. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya
5 4 3 2 1
Pemikiran Dalam refleksinya, CGP menuliskan CGP CGP CGP CGP CGP
reflektif poin-poin berikut: mencantu mencantu mencantu mencant hanya
terkait 1. pengalaman/materi pembelajaran mkan mkan mkan umkan mencantu
pengalama yang baru saja diperoleh pengalam pengalama pengalama pengala mkan
n belajar 2. emosi-emosi yang dirasakan terkait an atau n atau n atau man atau pengalam
pengalaman belajar materi materi materi materi an atau
3. apa yang sudah baik berkaitan pembelaj pembelaja pembelajar pembelaj materi
dengan keterlibatan dirinya dalam aran yang ran yang an yang aran pembelaj
proses belajar diperoleh diperolehn diperolehny yang aran yang
4. apa yang perlu diperbaiki terkait nya dan 4 ya dan 3 a dan 2 diperole diperoleh
dengan keterlibatan dirinya dalam indikator indikator indikator hnya dan nya.
proses belajar lainnya. lainnya. lainnya. 1
5. implikasi terhadap kompetensi dan indikator
kematangan diri pribadi lainnya.
Analisis Dalam refleksinya, CGP menyampaikan Refleksi Refleksi Refleksi Refleksi Refleksi
untuk analisis terkait topik dengan indikator CGP CGP CGP CGP CGP
implement sebagai berikut: menunjuk menunjukk menunjukk menunju menunjuk
asi dalam 1. memunculkan pertanyaan kritis kan hasil an hasil an hasil kkan kan hasil
konteks yang berhubungan dengan konsep analisisny analisisnya analisisnya hasil analisisny
CGP materi dan menggalinya lebih jauh a terhadap terhadap analisisn a
2. mengolah materi yang dipelajari terhadap empat tiga ya terhadap
dengan pemikiran pribadi sehingga seluruh indikator indikator terhadap salah satu
tergali wawasan (insight) baru indikator dua indikator
3. menganalisis tantangan yang sesuai yang indikator
dengan konteks asal CGP (baik tingkat disebut.
sekolah maupun daerah)
4. memunculkan alternatif solusi
terhadap tantangan yang diidentifikasi
5. menggambarkan rencana
implementasi (praktik) sesuai konteks
tempat CGP mengajar (baik tingkat
sekolah maupun daerah)
Setelah membuat koneksi antar materi, Anda juga diminta untuk menyusun langkah dan
strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah
dengan mengisi Tabel Rancangan Tindakan Aksi Nyata dan mengunggahnya ke LMS:
Tabel 3. Rancangan Tindakan untuk Aksi Nyata
Latar belakang
(Apa yang mendasari Anda
Linimasa tindakan yang akan dilakukan
membuat rancangan
tindakan ini?)
Tujuan
(Apa dampak pada murid
yang ingin dilihat dari
rancangan tindakan ini?)
Peran Fasilitator:
1. memastikan CGP mengerjakan tugas Koneksi Antar Materi yang berupa simpulan dan
refleksi
2. memberikan umpan balik terhadap tugas Koneksi Antar Materi
3. memastikan CGP membuat rancangan tindakan aksi nyata
4. memberikan umpan balik terhadap rancangan tindakan aksi nyata yang telah dibuat
oleh CGP
Peran Fasilitator:
1. Memastikan CGP mengerjakan Aksi Nyata sesuai dengan panduan
2. Memberikan umpan balik terhadap tugas Aksi Nyata
3. Menilai Aksi Nyata CGP dengan menggunakan rubrik penilaian
Fullan, M. (2007). The new meaning of educational change. New York: Routledge.
Gossen, D. (2004). It's All About We: Rethinking Discipline Using Restitution. Diakses
dari https://www.summiteducation.ca/five-positions-of-control/
Graff, C. E. (2012). The effectiveness of Character Education Programs in Middle and High
Schools. Counselor Education Master’s Theses, 127.
Kohn, A. (1993) Punished by Rewards, The Trouble With Gold Stars, Incentive Plans, A’s,
Praise. Boston-New York: Houghton Mifflin Company,.
Lickona, T., Schapsa, E., Lewis, C. (2002). Eleven Principles of Effective Character
Education. Character Education Partnership (www.character.org)
Nelsen, J, Lott, L., and Glennn, H.S. (2000). Positive discipline in the classroom:
Developing Mutual Respect, Cooperation, and Responsibility in Your Classroom.
New York: Three Rivers Press.
Nofijantie, L. (2012). Peran Lembaga Pendidikan Formal Sebagai Modal Utama
Membangun Karakter Siswa. Conference Proceedings: Annual International
Conference on Islamic Studies (AICIS XII). 2947 - 2970
Positive Discipline. (2020). Positive Discipline: Creating respectful relationships in homes
and schools. www.positivediscipline.com/what-is-positive-discipline.html.
RAPCAN. (2008). An Educator’s Guide to Positive Discipline. Diakses dari
www.rapcan.org.za/File_uploads/Resources/teaching%20positive%20disciplin
e%20screen.pdf
Stolp, S., and Stuart C. S. (1994). School Culture and Climate: The Role of the Leader.
OSSC Bulletin. Eugene: Oregon School Study Council, January 1994.
Yayasan Pendidikan Luhur - Foundation for Excellence in Education. (2006). Training for
Trainers (TOT) Materi Pembelajaran Kebajikan dan Manajemen