Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak bermunculan
pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan
dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan
para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan.
Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan karena akan
membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan
memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan
kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan yang berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan,
yakni pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir
berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1) Apa saja aliran-aliran dalam ilmu pendidikan?
2) Apa saja aliran-aliran pendidikan modern?
3) Apa saja gerakan-gerakan baru dalam pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.
4) Untuk mengetahui aliran-aliran dalam ilmu pendidikan.
5) Untuk mengetahui aliran-aliran pendidikan modern.
6) Untuk mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran-aliran Ilmu Pendidikan


Banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yang dianggap sebagai
penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya,
banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya
berbagai aliran pendidikan.

2.1.1 Aliran-aliran Klasik


Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme,
naturalisme dan konvergensi. Sampai saat ini aliran-aliran tersebut masih sering
digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
1. Aliran Empirisme
Tokoh aliran empirisme yaitu John Locke, seorang filosof Inggris.
Teorinya dikenal dengan Tabulae rasae (meja lilin) yang menyebutkan
bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih yang bersih. Kertas
putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores oleh lingkungan.
Faktor bawaan dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan.
Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan dengan lingkungan (sosial,
alam, dan budaya). Pengaruh empiris yang diperoleh dari lingkungan
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Menurut aliran ini,
pendidik sebagai faktor luar memegang peranan sangat penting, sebab
pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan
menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Misalnya suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya
menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli didatangkan.

2
Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak ada.
Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami
kesukaran dan hasilnya tidak optimal.
Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman.
Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dikesampingkan. Padahal, ada anak yang berbakat dan berhasil meskipun
lingkungan tidak mendukung.
2. Aliran Nativisme
Tokoh aliran nativisme adalah Schopenhauer. Ia adalah filosof
Jerman yang hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor
lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan
anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang
dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan
belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika
anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan
sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan
berguna bagi perkembangan anak itu sendiri karena setiap anak dianggap
telah memiliki bakatnya masing-masing..
Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak
mirip orang tuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orang
tua. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang adanya
daya asli, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat
herediter, serta kemampuan dasar yang lainnya yang kapasitasnya
berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang
sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya
sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal sari
orang tua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman
musik yang mungkin melebihi kemampuan orang tuanya, mungkin juga
hanya sampai pada setengah kemampuan orang tuanya.

3
3. Aliran Naturalisme
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. Naturalisme mempunyai
pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan, sehingga aliran naturalisme sering disebut
negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M.
Arifin dan Aminuddin R., 1992:9), yaitu:
a. Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Pengalaman yang
dialami akan memicu terjadi interaksi antara pengalaman dengan
kemampuan pertumbuhan dan perkembangan di dalam dirinya sendiri
secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Pendidikan berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang
menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian anak
didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan
untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung
jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c. Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan
bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi
kepada pola belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi
kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai
dengan minat dan perhatiannya.
Dengan demikian, aliran naturalisme menitikberatkan pada strategi
pembelajaran yang bersifat paedosentris yang artinya, faktor kemampuan
individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
4. Aliran Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern. Aliran onvergensi
merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran nativisme dan
empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah
memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak

4
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan
dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan
bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
dukungan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri.
Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan
perkembangan anak secara optimal jika tidak didukung oleh bakat baik
yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran konvergensi menganggap bahwa
pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat dan
lingkungan. Hanya saja, William Stern tidak menerangkan seberapa besar
perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh
dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.

2.1.2 Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia


Aliran pokok pendidikan di Indonesia terbagi atas dua, yaitu Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran
tersebut dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara pada tanggal 3 Juli 1932 di yogyakarta.
a. Asas Taman Siswa
1) Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
dengan terbitnya persatuan dalam peri kehidupan umum.
2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah
yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekan diri.
3) Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan
kebangsaan sendiri.
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau
kepada seluruh rakyat.

5
5) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
harus mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
6) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan
batin untuk mengobarkan segala kepentinganpribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.
b. Tujuan Taman Siswa
1) Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai.
2) Membangun abak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi
anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas
keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.
c. Upaya-upaya yang dilakukan Taman Siswa
Beberapa usaha yang dilakukan oleh taman siswa adalah menyiapkan
peserta didik yang cerdas dan memiliki kecakapan hidup. Dalam
ruang lingkup eksternal Taman siwa membentuk pusat-pusat kegiatan
kemasyarakatan.
d. Hasil-hasil yang Dicapai
Taman siswa telah berhasil menemukakan gagasan tentang pendidikan
nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari Taman indria sampai
Sarjana Wiyata. Taman siswa pun telah melahirkan alumni alumni
besar di Indonesia.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) didirikan
oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam
(sumatera Barat).
a. Asas Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1) Berpikir logis dan rasional.
2) Keaktifan atau kegiatan.
3) Pendidikan masyarakat.

6
4) Memperhatikan pembawaan anak.
5) Menentang intelektualisme.
Dasar-dasar tersebut kemudian disempurnakan dan mencakup
berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang
ingin dicapai, dan sebagainya.
b. Tujuan Ruang pendidik INS Kayu Tanam
1) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
2) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3) Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab.
5) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
c. Upaya-upaya Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Beberapa usaha yang dilakukan oleh Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan,
menyiapkan tenaga guru atau pendidik, dan penerbitan mjalah anak-
anak Sendi, serta mencetak buku-buku pelajaran.
d. Hasil-hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam mengupayakan gagasan-gagasan
tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang
persekolahan), dan sejumlah alumni.

2.2 Aliran Pendidikan Modern


Aliran-aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan. Menurut Mudyahardjo (2001: 142)
macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

2.2.1 Aliran Progresivisme


Tokoh aliran progresivisme adalah John Dewey.aliran ini berpendapat
bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat

7
menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah-
masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan
kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai
kelebihan jika dibanding makhluk lain. Manusia memiliki sifat dinamis dan
kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal mengahadapi dan
memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik,
yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani,
namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada
dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu
dioptimalkan. Artinya peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan sebanyak
mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di
sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
a. Tujuan pendidikan
Dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja
secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan
pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
b. Kurikulum pendidikan
Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman
atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta
didik (experience curriculum).
c. Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
1) Metode belajar aktif.
2) Metode memonitor kegiatan belajar.
3) Metode penelitian ilmiah.

2.2.2 Aliran Esensialisme


Aliran esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme.
Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran

8
tersebut bertemu sebagai pendukung esensialisme yang berpendapat bahwa
pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah
yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang
lalu, yaitu zaman Renaisans.
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renasains
yang pertama adalah Johan Amos Corneius (1592-1670), yaitu agar segala sesuatu
diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua
adalah Johan Frieddrich Herbart (1776-1841) yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan Tuhan.
Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai
tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai pengajaran. Tokoh ketiga
adalah William T. Harris (1835-1909) yang berpendapat bahwa tugas pendidikan
adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang tidak terelakkan
dan bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara
nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang
pada masyarakat.
Dari pendapat di aas, dapat disimpulkan bahwa aliran esensialisme
menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang
telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun-temurun dari zaman ke
zaman sejak zaman Renaisains.
a. Tujuan pendidikan
Dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui
suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan
sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui
oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan.
Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur
yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau
kecerdasan.

9
b. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata
pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan
pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan
pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta
bahasa dan sastra.
c. Metode Pendidikan
1) Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
2) Peserta didik dipaksa untuk belajar.
3) Latihan mental

2.2.3 Aliran Perenialisme


Tokoh aliran perenialisme adalah Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino.
Perenialisme memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar pendidikan sekarang. Pandangan aliran ini
tentang pendidikan adalah belajar untuk berpikir. Oleh sebab itu, peserta didik
harus dibiasakan untuk berlatih berpikir sejak dini.
Pada awalnya, peserta didik diberi kecakapan-kecakapan dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya perlu dilatih pula kemampuan
yang lebih tinggi seperti berlogika, retorika, dan bahasa.
a. Tujuan pendidikan
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-
karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental dirinya
sendiri. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa
lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak
memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.
b. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan
pada bahasa dan sastra, matematika dan ilmu pengetahuan alam dan
sejarah.

10
2.2.4 Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico. Ia mengatakan
bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan
(Paul Suparno, 1997: 24). Mengerti berarti mengetahui sesuatu jika ia
mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena dia
pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang
dikonstruksikan Tuhan. Pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang
dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan
kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu
antara individu satu dengan lingkungannya. Artinya, pengetahuan merupakan
suatu proses, bukan suatu barang. Menurut Piaget, mengerti adalah proses
adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan yang
telah dimiliki, sehingga dapat terbentuk pengertian baru (Paul Suparno, 1997: 33).
Kesimpulannya, aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak
diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman
yang diterima lewat pancaindra, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba,
penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya transfer
pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan
pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran
ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya,
kondisi ini akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali
pengalaman.
a. Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam
masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik
yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut.

11
b. Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata
pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa
depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
politik yang dihadapi umat manusia. Yang termasuk di dalamnya
masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-
program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.

2.2.5 Idealisme
Aliran idealisme adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurut aliran idealisme, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat
rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia
yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan
suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap
bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia
dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia
akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat
untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami
sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara
yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak
banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme.
Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak atau peserta didik atau bahkan
tidak berpusat pada materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat
pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas

12
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
d. Tujuan Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup
bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit
persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain.
Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
e. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme
harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah
lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya
pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

2.3 Gerakan-gerakan Baru dalam Pendidikan

2.3.1 Pengajaran Alam Sekitar


Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain : Fr. A.Finger
(1808-1888) Jerman dengan heimatkunde (pengajaran alam sekitar), dan J.
Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan Het Volle Leven (kehidupan senyatanya).
Beberapa prinsip gerakan heimatkunde adalah sebagai berikut:
1. Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara
langsung materi yang sedang di bahas. Betapa pentingnya pengajaran
dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau
dasar-dasar orang pengajaran.

13
2. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya
agar peserta didik aktif atau tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
3. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalitas.
4. Pengajaran alam sekitar memberi anak bahan apersepsi intelektual yang
kukuh dan tidak verbalistis. Yang di maksud apersepsi intelektual ialah
segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat
luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah di miliki
anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru.
5. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam
sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak. Untuk anak ataupun
orang dewasa alam sekitar merupakan sebagian dari hidupnya sendiri,
dalam duka maupun suka.
Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalam Het Voile leven
sebagai berikut:
1. Anak harus mengetahui bendanya/bentuknya terlebih dahulu sebelum
mendengar namanya, tidak kebalikanya sebab kata itu hanya suatu tanda
dari pengertian tentang benda itu.
2. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran
selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas
pengajaran itu.
3. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyata agar murid
paham akan hubungan antara macam-macam lapangan dalam hidupnya
(pengajaran alam sekitar).
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar:
1. Menetapkan tujuan, yang harus diperhatikan ialah kemampuan dan
tingkat perkembangan anak.
2. Persiapan perlu dilakukan baik persiapan guru maupun persiapan murid.
3. Jika langkah pelaksanaan telah ditangani dengan baik, maka pelaksanaan
pengamatan dapat berjalan dengan lancar.

14
4. Langkah pengolahan tidak harus dilakukan di luar proses kegiatan
pengamatan itu sendiri.
Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar yaitu objek alam dapat
membangkitkan spontan anak-anak yang akan mendorongnya melakukan kegiatan
dengan sepenuh hati, anak-anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif dan anak-
anak dijadikan subjek bagi alam sekitarnya.

2.3.2 Pengajaran Pusat Perhatian


Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932)
dari Belgia. Pendidikan menurut decroly berdasarkan pada semboyan “Ecole
pour la vie,par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Pendapat declory
tentang pendidikan dan pengajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Metode global (keseluruhan). Anak-anak mengamati dan mengingat
secara global. Dalam mengajarkan membaca dan menulis ternyata
dengan kalimat lebih mudah dari pada kata-kata.
2. Centre d’interest(pusat-pusat minat). Anak-anak mempunyai minat yang
spontan. Spontan terhadap diri sendri dapat di bedakan menjadi:
a. Dorongan mempertahan kan diri
b. Dorongan mencari makan dan minum.
c. Dorongan memelihara diri
Asas-asas pengajaran pusat perhatian, yaitu sebagai berikut:
1. Pengajaran didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan
perkembangannya.
2. Setiap bahan pengajaran harus merupakan suatu keseluruhan (totalitas).
3. Hubungan harus hubungan simbiosis.
4. Anak harus aktif dan dididik menjadi berbertanggung jawab.
5. Hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan sekolah.

2.3.3 Sekolah Kerja


Merupakan titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan
keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar

15
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan
kerja tangan). Bapak sekolah kerja adalah G.Kereschensteiner (1854-1932)
dengan Arbeitesschule (sekolah kerja) di Jerman. Sekolah kerja ini bertolak dari
pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi kepentingan individu tetapi
berkewajiban menyiapakan warga negara yang baik, yaitu setiap orang adalah
pekerja dalam salah satu lapangan jabatan dan setiap orang wajib
menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan Negara. Dalam menunaikan kedua
tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu
tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan
dan keselamatan Negara.
Menurut G.Kereschensteiner tujuan sekolah kerja adalah menambah
pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang di dapat dari buku atau orang lain, dan
yang di dapat dari pengalaman sendiri, agar anak dapat memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu dan dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam
mengabdi Negara. Kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak
untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat
pelajaran, maka dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sekolah-sekolah
perindustrian, perdagangan, rumah tangga yang bertujuan mendidik para calon
ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik.

2.3.4 Pengajaran Proyek


Dasar filosofis dan pedagosis dikemukaan oleh John Dewey (1859-1952)
namun pelaksanaannya dilakukan oleh W.H.kilpartrick. Dalam pengajaran proyek
anak bebas menentukan pilihannya, merancang serta memimpinnya. Proyek yang
ditentukan oleh anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui
kesulitan. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara
berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, yang perlu
ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk
memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aliran-aliran ilmu pendidikan terbagi atas tiga, yaitu:
1. Aliran-aliran klasik
a. Aliran Empirisme
b. Aliran Nativisme
c. Aliran Naturalisme
d. Aliran Konvergensi
2. Aliran Pokok Pendidikan Di Indonesia
a. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
b. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
3. Aliran Pendidikan Modern
a. Aliran Progresivisme
b. Aliran Esensialisme
c. Aliran Perenialisme
d. Aliran Konstruktivisme
e. Aliran Idealisme
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan terdiri atas empat, yaitu pengajaran
alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja dan pengajaran proyek.

3.2 Saran
Melalui makalah ini, saya ingin menyampaikan saran mengenai aliran-aliran
pendidikan.
1. Tenaga pendidik baiknya memahami terlebih dahulu aliran-aliran dalam
pendidikan yang muncul karena banyaknya pemikiran-pemikiran baru.
2. Tenaga pendidik sebaiknya memiliki kemampuan memahami kaitan antara
pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini,
serta perkiraan atau antisipasi masa datang.

17
Daftar Pustaka

Suwarno, Wiji. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ


MEDIA.
Anonym. 2012. Aliran Pendidikan Modern di Indonesia.
http://pelatihanguru.net/aliranpendidikanmoderndiindonesia. Diakses pada tanggal
13 Oktober 2017.
Nikmatul Maula, Fina. 2013. Aliran-aliran Modern Dalam Dunia Pendidikan.
http://ilmpupendidikan1c.blogspot.co.id/2013/12/aliran-aliran-modern-dalam-
dunia.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.
Hartoto. 2008. BAB VI Aliran-aliran Pendidikan.
https://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/20/bab-vi-aliran-aliran-pendidikan/.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.
Dewa, Apriantika. 2014. Aliran-aliran dan Gerakan Baru Pendidikan.
http://suksesseluruhtest.blogspot.co.id/2014/07/aliran-aliran-dan-gerakan-
baru.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai