Anda di halaman 1dari 80

KEORGANISASIAN

1. Pendahuluan.

Organisasi itu sama tuanya dengan peradaban manusia. Sejarah mencatat bahwa
keterangan-keterangan tertua mengenai organisasi di masa lampau adalah dari dikalangan
ketentaraan. Menurut ketrangan-keterangan tersebut tercatat bahwa tentara-tentara dari zaman
Mesir paling tua, laskar-laskar Asiria yang tertua, legiun-legiun Romawi pada zaman Julius
Caesar, sudah terorganisasi dengan baik dan tertib.

Demikian pula dengan arsitektur-arsitektur bangunan megah serta karya-karya seni lainnya
sudah berabad-abad lamanya bertahan sebagai warisan yang masih dikagumi oleh generasi
sekarang, hendaklah dilihat sebagai hasil usaha suatu pengorganisasian yang baik. Candi
Borobudur misalnya, hanya dapat diwujudkan berkat suatu sistem kerja yang diatur dengan tertib
melalui suatu organisasi, entah apa pun bentuknya.

Saat ini perkembangan kehidupan keorganisasian sudah berkembang pesat, baik itu
organisasi massa, politik, kepemudaan hingga organisasi perusahaan, HIMPALA salah satu
contohnya. Perkembangan itu menunjukkan bahwa apapun yang menjadi tujuan suatu organisasi,
prinsip-prinsip dasar tertentu selalu berlaku, guna mengatur tertibnya kegiatan yang dilakukan
serta alat-alat yang digunakan.

Prinsip inilah yang akan kita 'kupas', namun ada satu hal bahwa yang pen-ting bukan
hanya keberadaan organisasi tersebut saja, tetapi melainkan juga orang-orang yang ada dan
hidup di dalamnya.

Inti dari organisasi adalah manajemen, sedangkan inti dari manajemen adalah
kepemimpinan sedangkan inti dari kepemimpinan adalah Pengambilan keputusan dan 'Human
Relation' (komunikasi).

2. Administrasi.

Kata 'Administrasi' berasal dari kata Yunani AD + MINISTRARE yang berarti pengabdian
atau 'service' atau pelayanan. Untuk mencapai suatu tujuan, pertama-tama orang harus berpikir,
kemudian mengatur/ menentukan bagaimana caranya mencapai tujuan tersebut. Keseluruhan dari
aktivitas-aktivitas tersebut dirangkum dalam suatu pengertian ADMINISTRASI. Jadi administrasi
secara singkat adalah : "Aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau proses
penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan". Untuk itu diperlukan
beberapa perangkat administrasi. Ada pun perangkat tersebut adalah ; Perangkat Pengendali
Administrasi, Perangkat Operasi Administrasi dan Perangkat Pendukung Administrasi

a. Perangkat Pengendali Administrasi. Adalah suatu alat atau sarana yang


mengendalikan kegiatan administrasi secara terarah dalam mencapai suatu tujuan. Ada
tiga perangkat pengendali administrasi ini, yaitu : idiil, konstitusional dan operasi.

1) Idiil. : Pancasila, lambang, simbol, nama.

2) Konstitusional : Undang-undang Dasar, Anggaran Dasar dan Anggaran


Rumah Tangga.

3) Operasi : Negara dan organisasi

1
Misalnya (operasi) negara kita Indonesia, (Idiil) mempunyai dasar negara yang
dipakai untuk kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, dan (konstitusional)
mempunyai ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan yaitu Undanag-undang Dasar
1945.

b. Perangkat Operasi Administrasi.

1) Manajemen.
2) Organisasi.
3) Kepemimpinan.

yaitu yang memimpin dan melaksanakan tugas-tugas kegiatan manajerial atau proses
manajemen yang diwadahi oleh organisasi.

c. Perangkat Pendukung Administrasi.

1) Material/ logistic, Baik pengadaan, penggunaan maupun pemeliharaan.

2) Anggaran biaya, diutamakan untuk penggunaan dan pertanggung


jawabannya.

3. Manajemen.

Pada prinsipnya definisi dari manajemen adalah : "Suatu proses/ kegiatan/ usaha
pencapaian tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain". Dengan kata lain, bahwa arti
langsung dari manajemen adalah PENGELOLAAN.

Persoalan pokok yang timbul pada manajemen adalah : Mengapa orang-orang mau
melaksanakan perintah, sedangkan orang-orang itu mengetahui bahwa hasil perintah tersebut
bukan untuk mereka melainkan untuk yang memerintah.

Tentu saja banyak alasan untuk menjawabnya, namun ada satu hal yang penting bahwa
orang-orang yang diperintah merasa senang dalam menerima dan menjalankannya.

Mengapa mereka merasa senang ?. Jawabnya, karena umumnya orang-orang akan


merasa senang apabila kebutuhan-kebutuhan pokok dasar dari orang-orang tersebut secara
minimum dapat terpenuhi. Ada pun kebutuhan tersebut adalah :

a. Yang bersifat material : Sandang, pangan, papan, dll.

b. Yang bersifat non-material : Kebutuhan akan rasa harga diri, keselamatan, rasa
belongingness and love, akan rasa berpatisipasi dan akan rasa aktualisasi.

 Rasa Harga Diri. Manusia selalu berusaha dan menginginkan selalu dijaga dan
dihormati secara wajar oleh orang lain, betapa pun rendahnya kedudukannya.

 Rasa Keselamatan (Sefety). Mengandung pengertian yang sangat luas dan komplek.
Dapat dilihat dari faktor lingkungan kerja, faktor keluarga, faktor kesehatan, dan
lain-lain.

 Rasa Belongingness and Love. Belongingness : suatu perasaan dimana setiap


orang/ anggota mempunyai rasa ikut memiliki dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pada ikatan organisasi di mana ia bergabung.
Love : Cinta kepada tugas atau pekerjaan, cinta kepada organisasi, cinta kepada
rekan-rekan seorganisasi, dan lain-lain.

2
 Rasa Berpartisipasi. Peranan seorang ketua/ senior sangat dominan, sehingga para
anggota yang dengan aktif ikut berpartisipasi dapat merasakan bahwa ia turut
bertanggung jawab pula pada organisasinya.

 Rasa Aktualisasi. Manusia memerlukan perhatian yang sewajarnya, terutama dari


ketua/orang yang ditua-kan atas hasil pekerjaannya.

Hal-hal di atas, belum tentu dapat menjamin akan terwujudnya prestasi kerja para anggota
secara otomatis dan menyeluruh, karena masih ada faktor-faktor seperti ; Alat/ perkakas/ kerja,
keadaan tempat kerja, sistem : pengetahuan (kepandaian), kepemimpinan, motivasi, dll.

Tujuan utama dalam mempelajari manajemen adalah guna memperoleh suatu cara,
teknik, metode yang terbaik agar dengan sumber daya yang terbatas (modal, tenaga, dll) dapat
diperoleh hasil/ guna yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain, guna mendapatkan efisiensi dan
dayaguna (efektifitas). Yang dimaksud dengan efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara
'input' dan 'output' atau antara pendapatan dan pengeluaran. Segala sesuatu yang dikerjakan
dengan berdayaguna adalah : tepat, cepat, hemat dan selamat.

Pemimpin adalah orang yang akan melaksanakan manajemen, sehingga dia harus dapat
melaksanakan fungsi manajemen. Ada pun fungsi-fungsi manajemen adalah :

a. Kedalam organisasi.

1) Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah penentuan serangkaian


tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Perencanaan dapat dikatakan baik, jika :

 Dapat menjawab pertanyaan 5W + H : What, Why, Where, When, Who


dan How.
 Dapat melaksanakan dengan kemampuan yang ada (operasional).
 Berambisi namun realistik.
 Kontinyu (berkesinambungan).
 Stabil dan fleksibel.
 Komparatif (menyeluruh).
 Berdasarkan skala prioritas.
 Adanya Network Planning (gambaran urutan kegiatan/ program kerja).

Batasan-batasan ini tidaklah mutlak, bergantung dari jenis organisasinya.


Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa perencanaan yang tepat terletak
pada prinsip 'komitmen', yaitu perencanaan sebaiknya didasarkan pada waktu
yang diperlukan untuk dapat memenuhi ketetapan-ketetapan organisasi tersebut.

2) Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah keseluruhan


aktifitas manajemen, mengelompokkan orang-orang dengan menetapkan tugas,
fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing agar mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien. Bertujuan untuk membagi-bagi tugas atau pekerjaan
sesuai keahliannya.

3) Penggerakkan (Actuiting). Yaitu upaya yang dilakukan pimpinan agar


setiap anggota organisasi kerkeinginan berusaha mencapai tujuan bersama yang
telah ditentukan. Usaha ini penting dilakukan untuk melawan hambatan fisik,
emosi, dll, yang biasanya terjadi pada bawahan dalam melakukan tugas-tugas,
sehingga mereka dapat bekerja dengan bergairah dan bersemangat.

3
Ada pun unsur-unsur pergeraknya antara lain : motivasi (bimbingan dan dorongan),
kepemimpinan dan komunikasi.

4) Pengawasan (Controlling). Pengawasan adalah suatu proses untuk


menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
memperbaiki (mengoreksi) dengan maksud agar pelaksanaan tugas-tugas sesuai
dengan rencana semula (planning).

5) Pelaporan (Reporting). Sebagaimana lazimnya dari suatu manajemen yang


baik, setelah selesai melakukan kegiatan biasanya diadakan pelaporan hasil
kegiatan. Pelaporan ini berguna sekali untuk : pertanggung jawaban kegiatan
tersebut, eva luasi yang berguna sebagai bahan masukan untuk merencanakan
kegiatan sesudahnya (berikutnya), dan sebagai dokumentasi.

b Keluar organisasi.

1) Dapat mewakili badan.


2) Mengadakan hubungan dengan masyarakat.
3) Melakukan kegiatan sebagai warga negara.

Agar menajemen dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, sangatlah diperlukan


adanya alat-alat manajemen yang dapat dirumuskan menjadi 6 M, yaitu :

1. Men and moral : Tenaga kerja manusia dan wataknya


2. Money : Uang yang diperlukan
3. Methods : Cara/ sistem
4. Materials : Bahan-bahan/ alat-alat yang diperlukan
5. Machines : Mesin-mesin yang diperlukan
6. Market : Pasaran.

4. Organisasi.

Banyak sekali pendapat yang menyatakan definisi organisasi ini, tetapi yang kita
pergunakan adalah dari Kamus Administrasi, yaitu : "Organisasi adalah suatu sistem usaha
kerja sama dari pada sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama".

Sistem kerja usaha ini dapat terdiri dari bermacam-macam unsur sumber daya dan
unsur-unsur organisasi yang saling mendukung. Organisasi itu sendiri timbul atau terjadi apabila
ada dua orang atau lebih bersama-sama menjalankan pekerjaan untuk kepentingan bersama. Jika
pekerjaan itu hanya dijalankan oleh satu orang saja, maka tidak perlu ada organisasi.

Dasar organisasi adalah 'apanya' bukan 'siapanya'. Jadi yang dipentingkan adalah
APAKAH tugas kerja dari organisasi ?, bukan siapa orangnya yang akan memegang organisasi.
Dengan demikian bila kita telah mengerti tugas suatu organisasi, barulah kita mencari
orang-orangnya yang akan memimpin organisasi tersebut. Jika kita mencari orangnya terlebih
dahulu mungkin terjadi kekurangan informasi, sehingga diadakan formasi yang sesungguhnya tak
perlu.

Jika asas yang mendahulukan 'apa' daripada 'siapa', itu dijalankan, maka usaha-usaha ke
arah The right man in the right place terjamin. Arti-nya, suatu tugas pekerjaan benar dipangku
oleh orang yang ahli dalam bidangnya, cakap dan sanggup serta mampu menjalankan tugas.

4
Organisasi mempunyai tiga unsur, yaitu :

a. Himpunan orang-orang.
b. Bekerja sama.
c. Pencapaian tujuan bersama.

Dari unsur-unsur ini kemudian dapat dirumuskan ciri dari suatu organisasi. Ciri setiap
organisasi adalah, bahwa tindakan yang dilakukan hendaklah secara sadar dan terarah demi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Jadi penyesuaian dan pengarahan ke tujuan itu adalah
sifat yang terdapat baik pada organisasi maupun pimpinannya. Organisasi yang baik haruslah
memenuhi syarat-syarat tentang ketepatgunaan dan efisiensi.

5. Hubungan antara manajemen dan organisasi.

Organisasi sebagai tempat atau wadah dari pada manajemen mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan manajemen itu sendiri dan saling mempengaruhi. Jika organisasi baik, tetapi
manajemen tidak baik, sudah barang tentu memiliki pengaruh sehingga organisasi tersebut tidak
dapat bergerak. Demikian sebaliknya, jika manajemen baik, tetapi organisasi buruk akan
menimbulkan mismanagemen, yaitu suatu kesalahan/ kekeliruan tindakan yang terjadi ketika
berlangsungnya proses pencapaian tujuan, misalnya pemberian pimpinan, bimbingan atau proses
pemberian fasilitas-fasilitas. Sehingga dapat dikatakan, hubungan antara manajemen dan
organisasi seperti hubungan 'jiwa dengan raga'. Bila salah satu terganggu, maka lainnya akan
terpengaruh.

Manajemen yang terkandung sebagai penggerak organisasi adalah :

a. Personal/Orang. Ada yang melakukan kegiatan manajeriaal (pimpinan) dan ada


yang diatur (anggota).

b. Sasaran/Target. Berbeda dengan tujuan. Sasaran adalah suatu tahapan kegiatan


untuk mencapai suatu bagian dari tujuan.

c. Policy (Kebijaksanaan). Merupakan alat pembantu untuk melakukan dan


menggerakkan kegiatan. Ini akan mempengaruhi corak dari organisasi tersebut.

d. Prosedur Kerja. Suatu rangkaian dari tata-cara pelaksanaan yang berkaitan satu
dengan lainnya secara kronologis.

e. Metoda Kerja. Suatu cara untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas tertentu
dengan menggunakan kecakapan/ keterampilan tertentu, juga memperhatikan waktu
dan biaya.

f. Operasi. Operasi ini terdiri dari : Perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian dan


laporan.

6. Kepemimpinan.

Suatu organisasi tidak dapat dipisahkan dari pimpinannya. Hal ini berlaku bagi organisasi di
setiap bidang yang ada. Kepemimpinan itu berkaitan dengan kegiatan suatu kelompok orang,
dengan susunan serba teratur; entah apa pun sifatnya susunan tersebut; bekerja sama ke arah
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Seorang pemimpin harus tetap bertumpu dengan jelas pada tujuan organisasi, tidak lepas
pula masalah fungsi dan tugas seorang pemimpin. Pemimpin telah menunaikan fungsinya,
manakala ia berhasil membawa organisasinya mencapai sasaran atau tujuan organisasi tersebut,
dengan memperhatikan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku bagi organisasi tersebut.

5
Suatu fungsi baru akan memperoleh arti yang sesungguhnya setelah dijelaskan tugas-tugas yang
diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.

Ada beberapa tugas-tugas pokok yang diberikan kepada pihak pimpinan, meskipun tidak
lengkap, yaitu :

a. Penetapan sasaran organisasi.

b. Menyusun rencana kebijaksanaan umum, yang dipadukan dengan pandangan dan


aspek yang mungkin timbul dari sasaran-sasaran tersebut.

c. Mempersiapkan rancangan kegiatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

d. Menyusun kegiatan-kegiatan dan alat-alat dengan yang paling berdaya guna, yang
meliputi :

1) Memilih orang-orang serta alat-alatnya.


2) Struktur pelaksanaan (organisasi).
3) Penataan cara kerja.

e. Pelimpahan kebijaksanaan, yaitu melimpahkan tugas dan wewenang kepada


pimpinan (orang) yang jenjangnya lebih rendah (para pelaksana).

f. Memberikan instruksi-instruksi untuk pelaksanaan.

g. Menyelenggarakan koordinasi bagi kebijaksanaan dan pelaksanaan.

h. Mengawasi pelaksanaan dan uji coba kebijaksanaan yang ditempuh mengenai


kemungkinan-kemungkinan diadakannya perbaikan dalam penyusunan kebijaksanaan,
ketepatgunaan keputusan yang diambil, juga cara melaksanakannya.

Jadi intisari tugas pemimpin adalah mempengaruhi orang-orang yang ada disekitarnya,
agar orang-orang tersebut suka diantar ke satu tujuan tertentu.

Ciri-ciri Watak Orang.

Pepatah Belanda menyatakan bahwa para pemimpin itu tidak dapat dibentuk, melainkan ia
dilahirkan untuk itu. Maksudnya adalah, bahwa pemimpin itu suatu seni, yang berdasarkan
sifat-sifat, terutama ciri-ciri watak sebagaimana melekat pada seseorang semejak lahir. Tetapi ada
pepatah Amerika yang sangat bertolak belakang dengan pepatah di atas, yaitu : "A manajer is
made, not born", bahwa sama juga dengan fungsinya bahwa kepemimpinan dapat dibentuk.

Kedua pepatah tersebut memang berbeda dan bertolak belakang, namun ke duanya
mengandung kebenaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa memimpin itu bukan hanya
suatu seni yang dapat diwariskan, melainkan juga sesungguhnya suatu keahlian yang harus
dipupuk melalui persiapan yang mantap.

Disamping syarat-syarat tentang keahlian dan keterampilan, maka ada hal-hal yang tidak
kurang pentingnya yaitu ciri dan watak yang harus dimiliki seorang pemimpin. Menurut Alfred
Carrard, beberapa ciri yang cukup penting, yaitu :

a. Pemahaman manusia. Dapat menghayati perasaan orang-orang yang dipimpinnya.

b. Obyektivitas. Yaitu kemampuan untuk melihat situasi dan keadaan sebagaimana


adanya, sehingga cukup bersifat jujur dan adil kepada semua orang yang dihadapi.

6
c. Percaya kepada diri sendiri. Mengetahui keinginannya sendiri dan mempercayai
keputusan yang diambil sendiri.

d. Dapat bertindak tegas. Meliputi kemampuan untuk memahami


kemungkinan-kemungkinan yang serba baru dan memanfaatkannya.

e. Berprakarsa. Dapat mengambil keputusan dan dapat melakukan penyesuaian


pada keadaan yang selalu berubah-ubah.

f. Kesanggupan menghadapi tugas. Sanggup memikul tanggung jawab dengan


kesadaran penuh.

g. Kemauan keras. Yang berarti dapat memaksa orang lain untuk mengikuti
kehendaknya.

Selain hal-hal ini, masih terdapat beberapa sifat penting baik fisik maupun mental :

a. Fisik : kesehatan, kemampuan bekerja, daya tahan, dll.

b. Mental : keluwesan mental, daya tanggap, pengertian dan penilaian.

Tidaklah mungkin kiranya untuk membuat suatu daftar mengenai syarat-syarat dan
sifat-sifat seorang pemimpin secara keseluruhan. Akan sulit untuk mengharapkan bahwa
seseorang sudah memiliki semua ciri-ciri diatas dan hal ini memang tidak mutlak dikehendaki.
Yang terpenting adalah bahwa dalam kepribadiannya terdapat perimbangan yang secukupnya
antara ciri-ciri yang termaksud.

Aspek-aspek Kepemimpinan.

a. Aspek Internal. Aspek ini identik dengan ketatalembagaan. Yang harus mendapat
perhatian adalah tentang bagaimana keadaan organisasi, geraknya, tuntutannya serta
tujuan organisasi. Dalam aspek ini yang harus diperhatikan adalah :

1) Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.

2) Sebagai seorang pemimpin harus cepat, tepat dan tegas dalam mengambil
keputusan. Mengambil keputusan bukanlah hal yang mudah, yang berarti
memudahkan pelaksanaan. Mengambil keputusan pada hakekatnya merupakan
proses memilih satu diantara berbagai alternatif. Sekali diambil pilihan/ keputusan
tidak boleh ditarik kembali. Dalam rangka pengambilan keputusan inilah yang
biasanya para bawahan menilai cakap atau tidaknya seorang pimpinan.

3) Harus pandai mendelegasikan wewenang kepada bawahan.


4) Harus dapat memperoleh dukungan dari bawahannya.

b. Aspek Eksternal. Seorang pemimpin harus melihat perkembangan siatuasi


masyarakat yang ada di luar lingkungannya. Apakah masyarakat merasa senang atau
tidak, dirugikan atau tidak, dll.

Tipe-tipe Kepemimpinan.

a. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership). Suatu tipe dimana pemimpin


secara langsung menghubungi atau mengadakan kontak dengan staffnya. Dia tidak
mengingat akan adanya jenjang hirarkhi yang sebenarnya sudah ada yang diberi
wewenang dan tanggung jawab. Tipe kepemimpinan ini tidak memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk belajar berdiri sendiri dan bertanggung jawab, sehingga tidak ada
gairah dan semangat bekerja dikalangan anggota.
7
b. Kepemimpinan non-pribadi (Non-Personal Leadership). Dalam hal ini
pemimpin tidak langsung mengadakan kontak dengan staffnya, melainkan melalui saluran
jenjang-jenjang hirarkhi. Dalam tipe kepemimpinan ini tidak mungkin timbul kepemimpinan
'centalistis', karena masing-masing petugas diberi kesempatan untuk ikut membicarakan
berbagai persoalan yang menyangkut organisasi. Kelemahannya adalah kemungkinan
adanya pekerjaan lambat. Tetapi bagaimana pun lambatnya tidak akan terjadi kekacauan,
sebab masing-masing petugas telah mengatahui tugasnya dengan jelas.

c. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership). Suatu tipe dimana


pemimpin menganggap, bahwa kepemimpinan merupakan hak pribadinya, tidak boleh ada
yang turut campur, sehingga setiap perintah dan instruksi tak perlu ada konsultasi dengan
staffnya. Tipe kepemimpinan ini adalah yang paling berbahaya diantara tipe-tipe
kepemimpinan yang lainnyua.

d. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership). 'Sang' pemimpin selalu


membuka pintu dan menghargai saran-saran/ pendapat-pendapat/ nasehat-nasehat dari
pada staffnya, melalui forum musyawarah guna mencari kata sepakat.

e. Kepemimpinan Paternalistis (Paternalistic LEadership). 'Si'pemimpin bertindak


sebagai ayah, pengasuh, pelindung dari pada staff dan anggotanya.

7. Komunikasi.

Bentuk masyarakat selalu berlandaskan atas komunikasi. Setiap proses yang melibatkan
hubungan-hubungan kemanusiaan pada dasarnya merupakan proses komunikasi. Demikian pula
dengan bentuk organisasi. Suatu organisasi hanya dapat berfungsi dengan tepat guna bila
tercapai suatu kondisi komunikasi yang baik sebagai salah satu syarat utama.

Organisasi itu meliputi kegiatan-kegiatan sekelompok orang, yang bekerja sama dengan
tata cara yang diatur baik guna mencapai suatu sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Kerja
sama demikian memerlukan koordinasi, dan untuk mewujudkan koordinasi itu harus berlangsung
proses komunikasi. Juga penting dalam penggerakkan organisasi adalah adanya 'the art of
motivating people'.

Berhasil tidaknya suatu organisasi dalam kepemimpinan seseorang salah satu faktornya
adalah bergantung pula kepada komunikasi.

Tujuan komunikasi dalam kehidupan berorganisasi, yaitu :

a. Memberitahukan suatu keterangan, instruksi, tugas atau pertanggung jawaban


kepada seseorang atau sekelompok orang.

b. Memperoleh bahan-bahan keterangan.

c. Merundingkan sesuatu antara dua atau lebih orang, atau dalam suatu kelompok
agar ada tukar pikiran.

Keberhasilan seorang pemimpin banyak bergantung pada keberhasilan-nya dalam


kegiatan komunikasi, karena hanya dengan komunikasilah 'si pemimpin' akan mempunyai
pengikut. Seseorang tidak mungkin jadi pemimpin jika ia tidak mempunyai pengikut. Makin tinggi
kedudukannya, tentunya makin banyak pendukungnya. Tetapi tidak mungkin akan naik ke tangga
kepemimpinan tanpa mampu membina hubungan komunikasi dengan pengikutnya yang bakal
menjadi 'team genjring'-nya.

8
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap,
pendapat dan tingkah laku komunikan melalui gayanya. Komunikan akan merasa bahwa
komunikator mempunyai kesamaan dengannya, sehingga komunikan bersedia untuk taat pada isi
pesan (instruksi) yang disampaikan oleh komunikator.

Komunikasi kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses ekspresi/ pernyataan eseorang


(pemimpin) kepada orang lain (yang dipimpin), agar yang bersangkutan dapat mengerti dan
mempunyai wawasan (opini) yang sama, sehingga terbina kerjasama, rasa saling menyukai dan
percaya-mempercayai.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang baik haruslah efektif, yang
mana akan tercapai bila memenuhi hal-hal yang antara lain :

a. Pesan/ perintah/ instruksi yang disampaikan dapat menarik perhatian sasaran yang
dituju. Ini berhubungan dengan tempat dan waktu.

b. Penggunaan pengertian/ pengalaman sehingga didapatkan pengertian yang sama


dengan komunikan (Pemahaman komunikan).

c. Pesan/ perintah/ instruksi haruslah dapat membangkitkan kebutuhan pribadi, dan


menyarankan cara penyaluran kebutuhan tersebut.

d. Pesan/ perintah/ instruksi harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh


kebutuhan yang layak bagi situasi diri dan kelompoknya.

Demikianlah faktor-faktor mengenai produk 'keberhasilan', yang merupakan banyak


perpaduan unsur-unsur yang sangat ditekankan pada faktor manusia yang akan membuat
produknya itu.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

9
MANAJEMEN PERJALANAN
Keberhasilan suatu kegiatan ditentukan oleh perencanaan perlengkapan dan perbekalan
yang tepat. Manajemen Perjalanan sendiri merupakan cara cara mengatur perjalanan agar lancar,
sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen Perjalanan dibagi menjadi 3 bagian penting, yaitu :

1. Pra Ekspedisi.

Ada beberapa tahapan penting yang harus diperhatikan ketika mempersiapkan suatu
perjalanan, antara lain :

a. Tujuan. Tujuan merupakan bentuk tindakan lanjut dari sebuah ide, setelah
menetapkan tujuan maka kita dapat menetapkan lokasi persis yang dituju, bentuk kegiatannya,
waktu pelaksanaannya, dan orang orang yang ikut dalam perjalanan tersebut.

b. Kepanitiaan. Dalam suatu perjalanan harus ada pembagian tugas, sesuai dengan
kebutuhan dari perjalanan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu dibentuk suatu struktur kepanitiaan
yang masing masing posisi dalam kepanitiaan tersebut mempunyai tugasnya masing masing.
Contohnya Ketua, bendahara, penanggung jawab, pembina, pelindung, dll.

c. Informasi. Kita harus mengetahui bentuk medan yang akan dilalui sehingga kita dapat
mempersiapkan barang barang yang diperlukan, kita juga perlu mengetahui jarak dan lama waktu
perjalanan, dll.

d. Perencanaan. Struktur kepanitiaan yang telah dibentuk harus menjalankan


perannya dengan benar, sehingga perjalanan berjalan dengan baik. Contohnya :

Ketua : Mengorganisir kepanitiaannya agar bekerja dengan baik


Bendahara : Mengatur jalan masuk dan keluarnya dana
Logistik : Mempersiapkan barang barang yang diperlukan
Dana Usaha : Mencari dana guna terlaksananya perjalanan tersebut
Diklat : Mengatur recruitment peserta dan membuat program
simulasi dan latihan
e. Packing.

2. Pelaksanaan.

Pada tahap pelaksanaan, kita harus sedapat mungkin mengikuti rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika ada perubahan rencana di tengah tengah perjalanan hendaknya
dirembukan bersama terlebih dahulu. Selain itu hal yang paling penting adalah bahwa para
peserta perjalanan harus selalu mengikuti safety prosedur yang telah ditetapkan.

3. Pra Ekspedisi.

Banyak hal yang harus dilakukan ketika kita telah menjalankan suatu bentuk perjalanan,
salah satunya membuat laporan perjalanan, selain itu jika diperlukan maka diadakan suatu
presentasi kepada organisasi yang mengadakan atau kepada pihak sponsor. Hal hal tersebut
penting karena perjalanan yang telah dilakukan dapat menjadi referensi bagi orang lain yang akan
melakukan perjalanan serupa.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

10
PERLENGKAPAN
Perlengkapan dapat pula kita kelompokan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari
tiap kegiatan tersebut, kita dapat pula mengelompokkan perlengkapan yang dibawa sebagai
berikut :

1. Perlengkapan Dasar, meliputi :

a. Perlengkapan untuk pergerakan.


b. Perlengkapan untuk memasak, makan, minum.
c. Perlengkapan untuk MCK.
d. Perlengkapan pribadi.

2. Perlengkapan Khusus, yang disesuaikan dengan perjalanan, misalnya : Perlengkapan


penelitian, seperti kamera, buku, dan alat alat khusus lainnya

3. Perlengkapan Tambahan. Perlengkapan ini dapat dibawa atau tidak, misalnya semir,
kelambu, gaiter, dll.

Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu kegiatan perjalanan, maka


sebelum memulai kegiatan sebaiknya disusun terlebih dahulu sebuah check list (daftar
perlengkapan). Dalam check list, perlengkapan dikelompokan kemudian diteliti apa yang perlu
dibawa dan apa yang tidak. Apabila perjalanan tersebut adalah perjalanan kelompok, maka dibuat
check list untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam perjalanan besar dan cukup lama, perlu kita
tentukan apakah perlengkapan akan kita bawa sendiri ataukah menggunakan pembawa beban
(porter), kemudian apakah semua perlengkapan dan perbekalan akan kita bawa sejak awal
ataukah dapat diperoleh di perjalanan.

1. Perlengkapan Dasar. Dalam memilih perlengkapan dasar, hal hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Perlengkapan Pergerakan.

1) Sepatu. Yang harus diperhatikan adalah bahwa sepatu tersebut :

a) Mempunyai kegunaan yang sesuai dengan maksud perjalanan kita


b) Sesuai dengan bentuk kaki dan ukuran kaki
c) Harus kuat untuk menyesuaikan dengan medan yang berat.

Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu yang :

a) Melindungi telapak kaki sampai mata kaki (melindungi sendi kaki dan
ujung jari kaki)
b) Terbuat dari kulit sepatu yang tebal sehingga tidak mudah sobek
apabila terkena duri duri
c) Lunak bagian dalamnya, dan masih memberikan ruang gerak bagi
kaki
d) Keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila
terbentur pada batu batu (tidak dianjurkan untuk memakai sepatu pekerja
tambang, yang pada bagian depannya sangat keras karena memakai besi.

11
Karena selain berat dapat juga merusak jari kaki jika terjadi perubahan
suhu)

e) Bentuk sol bawahnya yang menggigit ke segala arah dan cukup


kaku. Biasanya bentuk solnya bergerigi dengan dua arah, yang satu ke
depan dan yang lainnya ke belakang. Gunanya untuk memberi pijakan yang
kuat pada medan yang menurun.
f) Ada lubang ventilasi yang bersekat halus sehingga air dan udara
dapat lewat untuk pernapasan kulit telapak kaki. Sepatu TNI cukup baik
digunakan namun dengan modifikasi pada bagian sampingnya, yaitu dibuat
semacam ventilasi dan diberikan tambahan insole (alas tambahan di dalam
sepatu berupa jaringan nilon tipis yang membuat lapisan udara antara kulit
kaki dengan alas sepatu, sehingga nyaman apabila dipakai tanpa
bertambah berat bila basah)

2) Kaos Kaki. Yang harus diperhatikan pada kaos kaki adalah bahwa kaos
kaki tersebut dapat menyerap keringat. Kegunaan dari kaos kaki adalah :

a) Melindungi kulit kaki dari pergesekan langsung dengan kulit sepatu


atau bagian bagian sepatu yang dapat menimbulkan lecet/luka.
b) Menjaga agar telapak kaki tetap dapat bernafas.
c) Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah daerah yang dingin.

Untuk keperluan diatas, bahan kaos kaki yang terbuat dari katun atau
dicampur dengan wool atau bahan asisntesis lainnya cukup baik. Sesuaikanlah
ketebalan dan panjang kaos kaki dengan keperluan. Mungkin anda perlu memakai
lebih dari satu pasang kaos kaki. Yang perlu diingat adalah harus selalu memakai
kaos kaki yang kering. Untuk itu sesuaikanlah jumlah kaos kaki yang akan dibawa.
Dianjurkan untuk selalu membawa kaos kaki cadangan dalam setiap perjalanan.
Untuk perjalanan lama dan menempuh daerah dingin, sebaiknya digunakan dua
lapis kaos kaki. Bagian dalam menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan bagian
luar dari bawan wool.

3) Celana Lapangan. Yang harus diperhatikan pada pemilihan celana


lapangan adalah :

a) Terbuat dari bahan yang kuat tapi lembut dan ringan serta dapat
menyerap keringat
b) Tidak mengganggu gerakan kaki, artinya jahitannya cukup longgar
c) Mudah kering dan bila basah tidak menambah berat

Untuk keperluan diatas, bahan celana yang terbuat dari katun cukup baik,
tidak terlalu tebal, tahan terhadap duri, dan mudah kering. Desain celana
disesuaikan dengan kebutuhan. Celana tanpa kantong kurang praktis, tetapi terlalu

12
banyak kantong pun akan merepotkan. Kantong kantong celana sebaiknya
memakai tutup yang mudah dibuka tetapi aman, dan kantong tersebut harus mudah
dijangkau. Ada baiknya juga apabila pada bagian bagian tertentu diperkuat,
misalnya pada bagian kantong lutut atau pantat.

Jika sering harus mengagkat lutut, sebaiknya dibuat rimpel pada jahitan
celana di garis lutut sehingga daerah lutut agak menggembung. Ini berguna agar
gerakan lutut lebih leluasa. Selain itu tempat ikat pinggang juga harus cukup kuat.

4) Baju Lapangan. Yang perlu diperhatikan pada pemilihan baju


lapangan yang baik adalah :

a) Melindungi tubuh dari kondisi sekitar, kuat, ringan, praktis dan kudah
kering
b) Tidak mengganggu pergerakan
c) Terbuat dari bahan yang menyerap keringat

Kantong kantong pada baju lapangan sebaiknya tidak mengganggu jika diisi
dan tertekan oleh ransel. Bahannya sebaiknya terbuat dari katun atau wool,
bertangan panjang untuk menghindari tertusuk duri, tersengat matahari, dan
binatang berbisa. Harus pula diingat, pakaian yang dikenakan haruslah kering,
terutama jika dipakai tidur. Untuk itu sangat dianjurkan untuk membawa pakaian
cadangan.

5) Topi Lapangan. Yang harus diperhatikan pada pemilihan topi


lapangan adalah :

a) Melindungi kepala dari kemungkinan cedera akibat duri


b) Melindungi kepala dari curahan hujan terutama kepala bagian
belakang.
c) Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah sobek.

Topi yang dianjurkan untuk digunakan adalah topi rimba atau semacam topi
jepang. Jenis topi tersebut selain melindungi kepala dari kemungkinan cedera akibat
duri, juga melindungi kepala dari curahan hujan. Memakai topi yang terlalu lebar
sangat tidak dianjurkan, selain akan menghalangi gerak juga kurang praktis. Topi
jenis koboi juga cocok jika dipakai di padang rumput atau daerah daerah yang tidak
terlalu banyak semaknya.

13
6) Sarung Tangan. Yang harus diperhatikan dalam pemilihan sarung tangan
adalah :

a) Sebaiknya terbuat dari kulit.


b) Bentuknya sesuai dengan tangan.
c) Tidak kaku, dalam arti tidak mengganggu gerakan tangan.

Untuk medan gunung hutan, kegunaannya adalah untuk melindungi tangan


dari kemungkinan tertusuk duri ketika menyibakkan semak, juga melindungi tangan
dari kemungkinan cedera akibat daun daun berbahaya, binatang binatang kecil
yang dapat membuat gatal. Sarung tangan wool dipilih untuk perlindungan terhadap
cuaca dingin.

7) Ikat Pinggang. Ikat Pinggang yang sebaiknya dipilih adalah yang


terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala ikat pinggang yang tidak terlalu besar
tetapi kuat. Keguanaan ikat pinggang adalah selain menjaga agar celana tidak
melorot, juga untuk meletakkan alat alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau
pinggang, tempat air minum, tempat alat alat P3K, dll.

8) Ransel. Komponen komponen penting pada sebuah ransel yaitu :

a) Sabuk Penggendong. Setiap ransel mempunyai dua buah sabuk


penggendong yang menyilang di kedua bahu. Semakin lebar sabuk
penggendong tersebut maka akan semakin nyaman bagi si pemakainya.
Tentu didalam sabuk penggendong terdapat suatu busa yang akan
membuat nyaman pada saat kita membawa beban. Semua sabuk
penggendong yang baik dapat diatur sesuai dengan sabuk pinggang.

b) Sabuk Pinggang. Sabuk ini berguna untuk menyangga berat


beban yang ada di pinggang. Tentu segala beban yang ada di bahu akan
terbagi dengan adanya sabuk pinggang ini. Dengan menaikkan ransel
sedikit diatas dan mengencangkan sabuk ini di pinggang, maka sabuk
penggendong akan mengendor dan bahu atau pundak akan terbebas dari
beban.

c) Rangka Ransel. Rangka ransel harus sesuai dengan tubuh


pemakainya. Ujung bawah rangka tersebut harus terletak di sekitar
pinggang, sedangkan pangkal atasnya harus bermula dari tulang punggung
paling atas.

d) Bahan. Ransel harus terbuat dari bahan yang kuat. Jika kita
menggunakan nilon maka bahan ini merupakan bahan yang
menguntungkan, karena sifatnya yang tahan tembus air, namun nilon ini
tipis dan gampang sobek. Ada bahan lain yang lebih kuat dari nilon yaitu
kanvas, akan tetapi bahan ini tembus air. Maka dari itu bagi pemakai yang
memiliki ransel dari bahan jenis kanvas ini dianjurkan untuk menggunakan
cover penutup tas (cover bag) yang terbuat dari nilon yang berguna untuk
melindungi tas dari air. Selain itu jahitan pada ransel juga harus diperhatikan
agar jangan memilih ransel dengan jahitan yang mudah lepas.

14
Ransel sedapat mungkin tidak merupakan beban tambahan yang berlebihan
(bayangkan jika berat ransel kosong anda sudah 8 Kg). Kantong kantong pada
ransel juga akan memudahkan kita dalam mengambil barang yang diperlukan.

9) Jaket. Setiap pendaki gunung mempunyai dan membutuhkan jaket


penahan angin yang baik, berikut ini merupakan bermacam macam jaket dilihat dari
bentuk dan kegunaannya, yaitu :

a) Parka. Model yang baik adalah


Parka, yaitu jaket yang panjangnya sampai
menutupi paha. Jaket jenis ini dilengkapi pula
dengan penutup kepala. Lengan jaketnya di bagian
pergelangan dilengkapi dengan tali pengikat.

b) Anorak. Anorak tidak dapat dibuka dari


depan seperti baju biasa. Tidak ubahnya seperti
kaos oblong, orang yang memakai anorak harus
meloloskannya lewat kepala. Anorak juga
mempunyai penutup kepala. Di depan dada atau
perut, anorak dilengkapi dengan sebuah kantung
besar. Kantung ini berguna untuk meletakkan
barang barang, seperti buku catatan atau peta, juga
dapat menghangatkan kedua belah telapak tangan
dengan memasukannya kedalam.

c) Super Parka. Jaket jenis ini terdiri dari dua


bahan lapis yang berisi dacron atau down. Jaket
jenis ini berguna sekali untuk udara dingin di
gunung gunung es, karena mampu menghangatkan
badan kendati suhu berada di bawah nol derajat
celsius.

15
10) Kantung Tidur (Sleeping Bag). Bahan yang terbaik untuk kantung tidur
ialah down atau duvet. Down atau duvet adalah bulu bulu angsa halus dari unggas
atau akuatik. Ada dua macam bentuk kantung tidur yaitu :

a) Persegi Panjang. Kantung tidur jenis ini bisa dibuka dan digelar
lebar seperti tikar. Lagi pula dua buah kantung tidur seperti ini bisa digabung
dengan manyatukan resletingnya. Gerak seseorang didalam kantung tidur
ini bebas.

b.Mumi

Kantung tidur ini tidak bisa dibuka dan direntangkan, tetapi lebih
hangat dan ringan, Di bagian kepala terdapat penutup yang dapat
dikencangkan di sekitar muka. Kantung tidur ini ada yang memakai resleting
dan membelah di sepanjang badan, tetapi ada yang memakai tali
pengencang di bagian atasnya. Berhati hatilah terhadap kantung tidur yang
memakai resleting, sebab seringkali rusak dan tak dapat ditutup dengan
baik.

11) Tenda. Dilihat dari bentuknya tenda dibagi menjadi :

a) Tenda Piramid. Tenda piramid biasanya berkapasitas lebih banyak,


sekitar empat atau enam orang sekalius. Atapnya yang tinggi
memungkinkan orang yang ada didalamya untuk berdiri dan
memudahkannya untuk berganti pakaian.

b) Tenda Prisma. Tenda tipe ini adalah jenis yang cukup banyak
dipakai. Untuk di gunung, tenda prisma ini biasanya berkapasitas dua orang,
kecil dan ringan untuk dibawa.

c) Tenda Kubah (Dome). Tenda jenis ini dibentuk dari susunan tongkat
tongkat logam yang lentur dan dapat melengkung. Ruangan di dalamnya
luas karena sisinya melengkung keluar. Di daerah yang sukar untuk
menancapkan pasak, tenda ini praktis sekali dipakai karena dapat didirikan
tanpa perlu memasang pasak.

16
b. Perlengkapan Memasak. Adapun alat alat perlengkapan masak yang penting
adalah :

1) Kompor masak

2) Kompor Parafin

3) Tabung gas

4) Parafin

5) Nesting

6) Korek api gas dan kayu

7) Kertas pembersih atau tissue

8) Piring, sendok, dan garpu

9) Pisau

10) Botol air secukupnya atau


dirigen.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

17
PACKING

Packing adalah menyusun perlengkapan ke dalam ransel. Kenyamanan dan efisiensi


ransel menempel pada tubuh selain ditentukan secara langsung oleh desain ransel juga ditentukan
oleh cara penyusunan barangnya. Yang menjadi dasar Packing adalah keseimbangan beban. Ini
bergantung kepada cara kita menumpukan berat beban pada tubuh sedemikian rupa, sehingga
kaki dapat berjalan secara efisien.

Dalam batas batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan
kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih nyaman saat menggendong beban. Namun
bagaimanapun canggihnya desain ransel yang kita miliki, akan sedikit artinya apabila kita tidak
mampu menyusun barang dengan baik.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah :

1. Tempatkanlah barang barang yang lebih berat


setinggi dan sedekat mungkin ke badan.
2. Barang barang yang relatif ringan (sleeping bag,
pakaian tidur) ditempatkan di bagian bawah.
3. Letakkan barang barang yang sewaktu waktu
diperlukan (ponco, alat P3K, kamera,dll) pada bagian atas
atau pada kantung kantung luar ransel.
4. Kelompokkan barang barang dan masukkan ke
dalam kantung kantung plastik yang tidak tembus air,
terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas
kertas, buku, dll.
5. Masukan benda benda yang mudah pecah ke
dalam wadah yang kuat dan diisi juga dengan benda
benda yang dapat menahan goncangan, seperti kertas,
kain, busa, dll.
6. Matras tidur yang dimasukkan kedalam ransel
dapat membantu mempertahankan bentuk ransel dan
mempermudah penyusunan barang ke dalam ransel,
sehingga menjadi padat, rapi dan efisien.
7. Bila perlu bawalah tas tambahan yang lebih memudahkan kita untuk menjangkau barang
barang yang diperlukan, seperti tas pinggang, tas sandang, dll

Semua persiapan yang telah dibahas diatas adalah usaha untuk mencegah kemungkinan
buruk yang terjadi. Usaha lain untuk menghindarkan hal hal yang tidak diinginkan adalah
memberitahukan secara rinci kepada orang lain yang tidak ikut serta didalam perjalanan kita,
misalnya kepada teman atau perkumpulan pencinta alam. Kalau ada perubahan keadaan alam di
tengah jalan, usahakanlah untuk menyampaikannya dengan segala cara, misalnya dengan
menuliskan pada secarik kertas yang dimasukkan ke dalam plastik, lalu ditempelkan pada pohon
di jalan setapak. Kalau kita bertemu dengan pendaki lain, sampaikanlah perubahan itu kepada
mereka. Sebelum anda memulai pendakian, usahakanlah untuk melaporkan perjalanan anda
tersebut kepada masyarakat setempat. Ini bukan saja untuk menyangkut sopan santun tetapi juga
untuk keselamatan selama pendakian.

18
Dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk diketahui
yaitu pengetahuan mengenai diri kita sendiri. Apakah kita yakin bahwa fisik kita dalam keadaan
baik dan mampu untuk melakukan perjalanan ? jawaban dari pertanyaan itu hanya akan bisa
dijawab oleh kejujuran hati kita sendiri, karena alam tidak akan pernah kompromi dengan keadaan
kita, kitalah yang harus mampu mengantisipasi keganasannya.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

NAVIGASI DARAT
Para penggiat alam bebas, atau orang-orang yang berkegiatan di alam bebas, tentu saja
memerlukan berbagai keterampilan selain mental dan fisik yang prima. Perjalanan ke tempat-
tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah jika kita memiliki pengetahuan tentang
navigasi darat. Navigasi darat adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan
dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Dengan itu navigasi darat mencakup pengetahuan peta dan kompas, pengetahuan tentang tanda-
tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah dan pengetahuan untuk
mengaplikasikannya. Pengetahuan bernavigasi ini juga dapat berguna dalam usaha-usaha
pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan bencana alam, keperluan suatu pekerjaan alam
terbuka, dan banyak lainnya.

Pengetahuan tentang navigasi pada umumnya, meliputi :

1. Pembacaan peta.
2. Penggunaan kompas.
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah.

Pengetahuan tentang navigasi ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk
bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, rimba belantara, sungai, laut dan segala tempat
dipermukaan bumi ini. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti peta, penggaris, kompas, konektor,
busur derajat Alti meter, alat tulis, GPS, dan alat-alat lainnya yang dapat membantu kita untuk
melakukan navigasi.

1. Peralatan Navigasi.

Alat navigasi paling penting yang digunakan adalah otak manusia. Alat navigasi lain yang
biasa digunakan adalah kompas, peta, altimeter, penggaris, busur, alat tulis, GPS, dan
sebagainya.

a. Peta.

Peta adalah Gambaran keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang
diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu pada bidang datar. Dapat diperhatikan
bahwa dari definisi tersebut, aspek yang perlu mendapat penekanan adalah : gambaran,
sevagian besar/kecil unsur muka bumi, bidang datar, dan skala. Peta sendiri kemudian
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi
darat, umumnya dipakai peta topografi. Selain itu, masih banyak jenis-jenis peta yang
lainnya seperti peta tematik (misalnya peta curah hujan, peta vegetasi, peta lokasi
pemukiman, dsb), peta foto udara, dll.

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui
garis ketinggian. Gambaran ini disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan
datar, juga meliputi pola saluran, parit, sungai, lembah, danau dan pada beberapa peta
adakalanya ditujukkan vegetasi dan objek hasil aktifitas manusia.

19
Peta topografi bisa diartikan gambaran sebagian atau keseluruhan muka bumi
yang memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun
disertakan pula berbagai keterangan pula yang akan membantu untuk mengetahui secara
lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang dipetakan itu yang disebut legenda
peta.

Bagian-bagian Peta :

1) Judul Peta. Judul peta ada pada bagian atas bagian tengah peta. Judul
peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta yang bersangkutan. Peta yang
menunjukkan lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda.

2) Nomor Peta. Nomor peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan atas


peta. Biasanya di bagian bawah peta, disertakan juga nomor-nomor peta lain yang
menunjukkan daerah di sekitar daerah peta tersebut. Selain sebagai nomor
registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna untuk mempermudah bila
kita memerlukan peta daerah lain di sekitar suatu daerah yang ditunjukkan oleh
peta tertentu yang telah kita ketahui nomornya.

3) Koordinat Peta. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.


Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis-garis yang
saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua, yaitu:

a) Koordinat Geografis (Geographical Coordinate).

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (Bujur Barat dan Bujur
Timur) yang tegak lurus terhadap khatulistiwa, dan garis lintang (Lintang
Utara dan Lintang Selatan) yang sejajar dengan khatuistiwa. Koordinat
geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.

Contoh: 32º19’06” N (berarti 32º19’06” Lintang Utara)

b) Koordinat Grid (Grid Coordinate atau Universal Transverse


Mercator).

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran


jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol ini
ada di sebelah Barat Jakarta (60º LU, 98º BT). Garis vertikal diberi nomor
urut dari Barat ke Timur. Sistem koordinat ini mengenal penomoran dengan
4, 6, atau 8 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 4 angka, dan
untuk daerah yang lebih sempit dengan penomoran 8 angka.

Contoh: 4 angka, 9102 (sumbu horizontal 91, sumbu vertikal 02)


8 angka, 49351530 (sumbu horizontal 4935, sumbu vertikal
1530)

4) Kontur. Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik


berketinggian sama dari muka laut. Kontur adalah garis
khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian
sama dari permukaan laut.Kontur mempunyai aturan-
aturan sebagai berikut :

20
a) Satu garis kontur mewakili satu ketinggian yang sama dari
permukaan laut.

b) Garis kontur yang berlainan mempunyai nilai ketinggian yang


berlainan pula.

c) Garis kontur tidak pernah saling berpotongan dan tidak bercabang.

d) Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.


e) Rangkaian garis kontur yang rapat
menandakan permukaan bumi yang curam/terjal,
sebaliknya yang renggang menandakan permukaan
bumi yang landai.

f) Rangkaian garis kontur yang berbentuk


huruf "U" menandakan punggungan gunung.

g) Rangkaian garis kontur yang berbentuk


huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang.

5) Titik Triangulasi. Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga


mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik
ketinggian ini biasanya disebut titik triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa
pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan
laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau dinas topografi untuk
menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu
pembuatan peta.

Macam titik triangulasi:


P. 14 Q. 20
−Pr imer : −Kuartier :
3120 350
S . 75 TP .23
−Sekunder : − Antara:
1750 670
T .16
−Tersier :
975

6) Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta
dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara penulisan skala, yaitu:

a) Skala Angka.

Contoh:

1:25.000 berarti 1 cm jarak di peta =


25.000 cm (250 m) jarak horizontal
di medan sebenarnya.

21
1:50.000 berarti 1 cm jarak di peta = 50.000 cm (500 m) jarak
horizontal di medan sebenarnya.

b) Skala Garis.

Contohnya tiap bagian sepanjang blok garis mewakili 1 km jarak


horizontal.

7) Legenda Peta. Legenda memuat simbol-simbol yang dipakai pada


peta tersebut, yang penting diketahui seperti triangulasi, jalan setapak, jalan raya,
sungai, pemukiman, ladang, sawah, hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang
umumnya digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian
peta dari Jawatan Topologi, atau yang sering disebut peta AMS (American Map
Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.

Peta AMS biasanya berskala 1 : 50.000 dengan interval kontur 25 m. Selain itu ada
peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional)
yang lebih baru, dengan skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 dengan interval kontur
12,5m. Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

8) Tahun Peta. Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun


pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang
disajikan akan semakin akurat.

9) Arah Peta. Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling
mudah adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta.
Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga
terdapat petunjuk arah utara yaitu :

a) Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada


kutub utara bumi.

b) Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum


magnetis kompas, dan letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.

c) Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara
bumi. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian
perlu dipertimbambangkan adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis,
iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

(1) Deklinasi Peta adalah beda sudut antara sebenarnya dengan


utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta
bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.
(2) Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya
dengan utara magnetis
(3) Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta
dengan utara magnetis bumi.
(4) Variasi Magnetis adalah perubahan/pergeseran letak kutub
magnetis bumi pertahun.

22
Untuk keperluan praktis, saat kita bekerja dengan kompas yang memiliki
ketelitian dan ketepatan yang tidak terlalu tinggi, Utara Peta, Utara yang
sebenarnya, dan Utara Magnetis dapat dianggap sama.

10) Cara cara membaca Peta.

Yang terpenting dari bernavigasi adalah kemampuan untuk


menginterpretasikan peta, yaitu kemampuan membaca peta dan membayangkan
keadaan medan sebenarnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa sifat
garis kontur, sebegai berikut :

a) Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi


garis kontur yang lebih tinggi kecuali bila disebutkan khusus untuk hal-hal
tertentu, seperti kawah.

b) Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.

c) Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun


kerapatan kedua garis berubah-ubah.
d) Daerah datar mempunyai kontur renggang, sedangkan daerah
terjal/curam mempunyai kontur rapat.

e) Pegunungan, gunung, atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian


kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.

f) Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang


ujungnya tajam, dan ujungnya menjorok ke arah puncak.

g) Puncak gunung atau bukit, punggungan gunung, lembah antara dua


puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.

h) Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan


sungai, tebing-tebing di tepi sungai.

i) Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung


desa, simpang jalan.

j) Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan


yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk
yang mencolok.

k) Di daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan


permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan.
Pergunakan belokan-belokan sungai, cabang-cabang sungai, atau muara-
muara sungai kecil.

l) Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-


tebing, delta, dan sebagainya, dapat dijadikan sebagai tanda medan.

Pengertian tanda medan ini mutlak perlu dikuasai, karena akan selalu
digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.

11) Cara cara mencari ketinggian.

Cara pertama, lihat kontur peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin
diketahui. Memang ada rumus umum: interval kontur = 1/2000 skala peta. Tetapi
rumus ini tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi
23
Bandung aslinya berskala 1:50.000 (interval kontur 25 meter) tetapi kemudian
diperbesar menjadi berskala 1:25.000 dengan interval kontur tetap 25 meter.

Dalam suatu misi SAR gunung hutan misalnya, sering suatu peta
diperbesar dengan cara difotokopi. Untuk itu, interval kontur peta tersebut harus
tetap ditulis. Peta keluaran Bakosurtanal (1:50.000) membuat kontur tebal untuk
setiap kelipatan 250 meter (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 meter,
dst), atau setiap selang 10 kontur.

Seri peta keluaran AMS (skala 1:50.000) membuat garis kontur tebal untuk
setiap kelipatan 100 meter (misal: 100, 200, 300 meter, dst). Peta keluaran
direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan ketebalan garis konturnya.
Dengan demikian tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk penentuan garis
kontur tebal.

Bila ketinggian kontur tidak dicantumkan, maka kita harus menghitung


ketinggian dengan cara:

a) Cari 2 titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum


b) Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa
kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang
sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
c) Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan
mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval
konturnya (harus bilangan bulat).
d) Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur
terdekat itu berada di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik
ketinggian. Bila kontur berada di bagian bawah, harganya lebih kecil). Hitung
harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval
kontur yang telah diketahui dari (3).

Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang


didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta
Anda (kontur 1000, 1250, 1500, dsb) agar mudah mengingatnya.

b. Kompas.

Kompas adalah alat penunjuk arah. Karena sifat kemagnetannya, jarum


kompas akan selalu menunjuk arah Utara-Selatan (jika tidak dipengaruhi oleh
adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa
arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah Utara Magnetis bumi,
dan bukan utara bumi sebenarnya.

Kompas yang baik mempunyai cairan yang terdapat di dalamnya; cairan


tersebut mengatur gerakan dari jarum, sehingga anda dapat menggunakan kompas
dengan baik walaupun memegangnya kurang dengan sempurna. Jangan membeli
kompas yang murah tetapi tanpa cairan yang terdapat di dalamnya. Jarum kompas
diwarnai dalam dua warna. Jika kompas digenggam secara benar (mendatar),
ujung warna merah mengarah ke utara, dan putih mengarah ke selatan.

1) Bagian-bagian Kompas.

a) Badan, yaitu tempat


komponen-komponen kompas lain
berada.

24
b) Jarum, akan selalu menunjukkan arah Utara-Selatan pada posisi
bagaimanapun (dengan syarat, kompas tidak dipengaruhi oleh medan
magnet lain dan jarum tidak terhambat putarannya)
c) Skala penunjuk, berfungsi untuk menunjukkan pembagian derajat
sistem mata angin.

2) Jenis-jenis Kompas.

Dari jenis kegunaannya kompas dapat terbagi menjadi berbagai macam


jenis, seperti kompas geologi, kompas bidik, kompas orienteering, dan sebagainya.
Pada umumnya untuk melakukan navigasi dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas
bidik (misal kompas prisma) dan kompas orientering (misal kompas silva).
Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan di peta perlu
dilengkapi dengan busur deerajat dan penggaris (segitiga). Sedangkan kompas
orientering kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu
dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik, pada ujung
jarumnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

3) Pemakaian Kompas.

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis


medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari
pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok,
karabiner, tiang tenda, jam tangan, dan lainnya. Kehadiran benda-benda
tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan
berkurang.

Teknik yang sederhana untuk membaca peta dengan menggunakan


kompas :

a) Pegang kompas secara horizontal.


b) Letakkan kompas mendatar di atas peta.
c) Putar peta sampai "garis utara" dari peta sejajar/satu garis lurus
dengan jarum kompas.

Arah peta sekarang sudah sama dengan medan yang sebenarnya.


Ini membuat lebih mudah dibaca, seperti membaca tulisan akan lebih
mudah dari atas ke bawah.

Mengambil sudut. Setiap arah dapat dinyatakan sebagai sebuah


sudut dengan acuan arah utara. Ini dinamakan sebuah "azimuth", dan
sudut-sudutnya dinyatakan oleh angka dengan satuan derajat. Orienteer
mempunyai cara yang mudah, hanya mengatur sudut pada kompas mereka
dan menjaga jarum tetap dan tidak berubah, yang mana akan membawa
mereka ke arah yang di tuju.

Cara mudah mengatur arah pada kompas orienteering ; letakkan kompas di


atas peta sehingga jarum kompas mengarah ke atas sesuai dengan jalan
yang ingin anda tuju Putar rumah kompas sehingga jarum kompas paralel
dengan arah utara yang terdapat di peta (pastikan titik panah utara dan
bukan selatan)

Beberapa cara untuk mengetahui kondisi kompas yang baik.

25
a) Perhatikan arah Utara yang ditunjukkan oleh kompas tersebut, lalu
bandingkan dengan arahnya dengan kompas yang lain. Perhatikan, apakah
arah keduanya sama atau tidak.

b) Perhatikan fluida pengisi kompas. Jika berisi udara, menyebabkan


jarum sering bergoyang. Sebaliknya, jika berisi cairan yang terlalu kental
dapat menyebabkan jarum tertahan.

c) Lensa kompas yang baik adalah lensa yang transparan.

d) Jarum kompas harus dalam kondisi bebas, sehingga tidak ada yang
menghambat putarannya.

c. Altimeter.

Altimeter adalah alat pengukur ketinggian


yang bisa membantu menentukan posisi. Pada
medan yang bergunung tinggi, kompas sering
tidak banyak digunakan. Di sini altimeter akan
lebih bermanfaat. Dengan menyusuri
punggungan-punggungan yang mudah dikenali di
peta, altimeter akan lebih berperan dalam
perjalanan, Yang harus diperhatikan dalam
pemakaian altimeter ; Setiap altimeter yang
dipakai harus dikalibrasi periksa ketepatan
altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti,
Altimeter sangat sensitif terhadap guncangan,
cuaca, dan perubahan temperatur.

d. GPS.

Teknologi penentuan posisi terus


berkembang dengan pesat. Metode-metode ilmu
ukur seakan semakin ketinggalan dengan
teknologi sekarang yang berbasiskan komputer
atau perangkat elektronik lainnya. Salah satu
teknologi yang berkembang pesat adalah Global
Positioning System (GPS). GPS merupakan
sistem radio komunikasi dan penentuan posisi
dengan menggunakan satelit. Sistem ini mulai
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat dan memiliki cakupan seluruh dunia.

Keuntungan yang didapat dari pengguna sistem ini adalah sangatlah banyak
mengingat kemajuan teknologi serta penginformasian yang sudah mengglobal di
seluruh dunia. Karena tingkat keakuratannya yang tinggi, para pengguna termasuk
penggiat alam terbuka sering menggunakan teknologi ini. Namun GPS perlu
diketahui lebih jauh agar pengguna dapat menggunakan teknologi ini lebih
maksimal terutama keterbatasannya.

Teknologi GPS memiliki tiga segmen yang saling terkait, yang menentukan
tingkat keakuratan dari GPS itu sendiri, yaitu:

a) Segmen angkasa, yaitu satelit-satelit GPS yang mengitari bumi


dalam bentuk orbit tertentu.
b) Segmen sistem kontrol, yaitu stasiun-stasiun kontrol di bumi.
26
c) Segmen pengguna, yaitu yang memperoleh informasi dari satelit.

Berdasarkan pemakainya, dikenal dua tipe GPS :

a) Receiver tipe navigasi, yang biasa digunakan oleh penggiat alam


terbuka, keperluan sipil, dan militer.
b) Receiver tipe geodetik, ketelitiannya sangat tinggi (hingga m) dan
biasanya digunakan oleh instansi-instansi ilmu pengetahuan.

Kelebihan GPS antara lain sebagai berikut :

a) GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan,


informasi waktu secara cepat, kapan saja dan dimana saja dalam segala
cuaca dengan ketelitian yang relatif tinggi.
b) Posisi yang diberikan dalam bentuk 3 dimensi (x,y,z).
c) Informasi dapat diperoleh dalam kondisi statis atau dinamis.
d) Tidak memerlukan saling keterlihatan antar titik.

GPS sebagai salah satu produk teknologi masih memiliki berbagai


keterbatasan. Data yang ditampilkan oleh GPS akan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan penangkapan sinyal dari satelit ke receiver GPS. Sinyal tersebut tidak
akan diterima jika receiver GPS berada di dalam ruangan misalnya, atau di bawah
air, di dalam hutan dengan kanopi lebat. Untuk penerimaan sinyal di dalam hutan,
sebagian produk GPS sudah ada yang dapat menembus kanopi. Namun sebagian
besar produk yang ada sekarang ini masih terbatas penggunaannya di dalam hutan
berkanopi. Satu lagi kelemahan utama GPS adalah harganya yang relatif mahal.

Aplikasi GPS untuk berbagai keperluan antara lain :

a) Keperluan militer
b) Survey dan pemetaan
c) Navigasi dan transportasi
d) Studi troposfir dan ionosfer
e) Remote sensing
f) Geographic Information System (GIS)
g) Studi Kelautan
h) Aplikasi olahraga dan rekreatif

Pemakaian GPS dalam Navigasi.

1) Penentuan posisi di peta. Dengan GPS kita tidak perlu lagi melakukan
orentasi medan, atau metode-metode penentuan posisi, GPS akan memberikan kita
informasi dalam bentuk koordinat dengan ketelitian tinggi.
2) Penentuan arah perjalanan. Dengan terlebih dahulu memasukkan koordinat-
koordinat titik yang akan kita tuju, GPS akan memberikan arah kompas secara
kontinu, sehingga penentuan arah perjalanan menjad sangat mudah.
3) Pemetaan jalur. Salah satu kemampuan receiver GPS adalah memetakan
jalur yang telah kita lalui dengan ketelitian tinggi, sehingga proses pemetaan dan
pendokumentasian jalur menjadi sangat mudah.
4) GPS mempermudah navigasi di tempat-tempat datar, seperti gurun pasir,
rawa, dan laut.

27
2. Teknik Peta Kompas.

a. Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan Teknik Peta Kompas.

1) Peta, sebaiknya peta topografi.


2) Kompas, sebaiknya kompas bidik dan kompas silva.
3) Alat tulis, misalnya pensil, pulpen, atau spidol warna.
4) Penggaris.
5) Busur derajat atau Protractor.
6) Altimeter.
7) GPS.

b. Orientasi Medan.

Orientasi medan adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan


sebenarnya (secara praktis, menyamakan Utara Peta dengan Utara sebenarnya).
Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada di
lokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-
nama gunung, bukit, sungai, ataupun tanda-tanda medan lainnya. Atau dengan
mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambaran
kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis, Utara kompas (Utara Magnetis)
dapat dianggap sati titik dengan Utara sebenarnya, tanpa perlu memperhitungkan
adanya deklinasi.

Langkah-langkah orientasi medan.

1) Cari tempat terbuka agar dapat


melihat tanda-tanda medan yang mencolok.

2) Letakkan peta pada bidang datar.

3) Samakan Utara peta dengan Utara


Kompas, dengan demikian letak peta akan
sesuai dengan bentang alam yang
dihadapi.

4) Cari tanda-tanda medan yang paling


menonjol di sekeliling dan temukan tanda-
tanda tersebut di peta. Lakukan untuk
beberapa tanda medan.

5) Ingat tanda-tanda medan itu,


bentuknya dan tempatnya di medan
sebenarnya maupun di peta. Ingat hal-hal
yang khas dari setiap tanda medan.

c. Resection.

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan


menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection
membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu
seluruh tanda medan harus dibidik. Jika kita sedang berada di tepi sungai,
sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari
satu tanda medan lainnya yang dibidik.
Langkah-langkah Resection.

1) Lakukan orientasi peta.


28
2) Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal
dua buah.
3) Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan
tersebut.
4) Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita.
5) Pindahkan sudut bidikan yang didapat yang didapat ke peta, dan hitung
sudut pelurusnya.
6) Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah
posisi kita di peta.

d. Intersection.

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta


dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang
terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita harus sudah
yakin pada posisi kita di peta.

Langkah-langkah melakukan Intersection.

1) Lakukan orientasi, dan pastikan posisi kita.


2) Bidik objek yang kita amati.
3) Pindahkan sudut yang didapay ke peta.
4) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan
langkah 2 dan 3.
5) Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi
objek yang dimaksud.

e. Azimuth dan Back Azimuth.

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah Utara dari seorang
pengamat. Azimuth disebut juga Sudut Kompas. Back Azimuth adalah besar sudut
kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih
dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth
kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth ditambah 180 derajat, bila sudut
azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.
Bila kita berjalan dari satu titik ke titik lain dengan sudut kompas tetap (istilah
populernya potong kompas), maka harus diusahakan agar lintasannya berupa satu
garis lurus. Untuk itu digunakan teknik back azimuth. Prinsipnya adalah membuat
lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas ke muka
dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkah Azimuth dan Back Azimuth.

1) Titik awal dan titik akhir perjalanan


di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung
sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut
kompas). Hitung juga sudut dari titik akhir
ke titik awal, kebalikan arah perjalanan.
Sudut yang terakhir ini adalah sudut back
azimuth.

2) Perhatikan tanda medan yang


mencolok pada titik awal perjalanan
(pohon besar, pohon tumbang, longsoran
tebing, susunan pohon yang khas, ujung
kampung, dsb).
29
3) Bidikkan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas).
Perhatikan tanda medan lain di ujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.

4) Setelah sampai pada tanda medan itu, bidikkan kompas kembali ke


belakang (sudut back azimuth) untuk mengecek apakah Anda berada pada lintasan
uyang diinginkan.

5) Bergeserlah ke kiri atau ke kanan untuk mendapatkan back azimuth yang


benar.

6) Seringkali tidak ada tanda medan yang dapat dijadikan sasaran. Dalam hal
ini, Anda dan seorang rekan yang menjadi tanda tersebut.

3. Penentuan Arah Tanpa Kompas.

Beberapa cara yang dapat dlakukan untuk menentukan arah apabila kompas tidak
tersedia atau tidak dapat berfungsi:

a. Dengan tanda-tanda alam.

1) Kuburan Islam menghadap ke Utara.


2) Masjid menghadap ke Barat sedikit ke Selatan.
3) Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah Timur, karena sinar
matahari yang belum terik pada pagi hari.

b. Dengan jarum arloji.

Jika berada di daerah sebelah Utara khatulistiwa,


jarum kecil diarahkan ke matahari, garis pembagi sudut
antara jarum kecil tersebut dengan angka 12 menunjukkan
arah Utara. Jika berada di daerah sebelah Selatan
khatulistiwa, caranya sama. Hanya yang didapat adalah
arah selatan.

c. Dengan Bayangan.

Pada lokasi datar dan terbuka,


tancapkan sebuah tongkat dengan panjang
secukupnya. Usahakan tongkat selurus
mungkin. Tandai bayangan ujung tongkat di
tanah, kemudian tunggu beberapa saat, dan
tandai kembali posisi bayangan ujung
tongkat. Hubungan kedua garis ini
menunjukkan arah Barat (tutik pertama) dan
Timur (titik kedua). Untuk menghasilkan
arah yang lebih teliti, sebaiknya dilakukan
pada waktu yang lebih lama, dan pada saat
pagi atau sore hari.

d. Dengan Perbintangan.

1) Perhatikan arah bulan, bintang, dan matahari yang terbit di Timur dan
terbenam di Barat.

30
2) Perhatikan rasi Bintang Salib atau Gubug Penceng. Perpanjangan garis
diagonal yang memotong horizon dari tempat kita adalah Selatan.

4. Analisa Perjalanan. Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat


membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui, dengan caa mempelajari peta yang akan
dipakai. Yang perlu dianalisa adalah jarak, waktu, dan tanda-tanda medan.

a. Jarak. Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa jarak sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal.
Kita dapat memperkirakan jarak dan kondisi medan lintasan yang akan ditempuh dengan
memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikannya dengan skala untuk memperoleh jarak
sebenarnya.

b. Waktu. Bila sudah dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus
memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.

c. Tanda Medan. Cari dan ingat tanda-tanda medan di peta yang mungkin bisa
menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan. Bila tanda medan tidak sesuai dengan
dipeta jangan terlalu cepat membuat kesimpulan petanya salah. Memang banyak sungai-
sungai kecil yang tidak tergambar di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim
panas. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak
perubahan-perubahan lannya yang mungkin terjadi.

Bila Anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca
kembali peta dengan lebih teliti, cari tanda-tanda medan yang bisa dikenali. Jangan terpaku
hanya pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal lain yang dapat dianalisa
akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar Anda
yang salah (mengikuti punggungan yang salah, menyusuri sungai yang salah, atau salah
dalam melakukan resection). Peta topografi 1:25.000 atau 1:50.000 umumnya cukup teliti.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

31
NAVIGASI SUNGAI
Dalam perjalanan penyusuran sungai, baik dengan berjalan kaki maupun dengan perahu,
kita dituntut untuk dapat menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat.

Secara praktis, ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang Dayak di pedalaman
Kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam
menentukan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam,
delta, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara, dan lainnya.

Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam
perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dengan
navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat,
yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh
garis-garis kontur. Sedangkan pada navigasi sungai, acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri
dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.

1. Peralatan Navigasi Sungai.

a. Peta.

1) Peta situasi sungai. Peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang
tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai.
Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas
menggambarkan kondisi fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan
yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan di sepanjang sungai
tersebut.

2) Peta topografi. Mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta


situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam dis ekitar sungai seperti
mungkin berupa rawa, tebing, bukit, maupun pegunungan.

b. Kompas. Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai. Kompas


bidik atau kompas orientasi dengan satuan 2º dapat dipakai untuk keperluan ini.

c. Alat tulis. Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris, dan alat tulis. Dipakai
untuk menentukan posisi, setelah lebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan
melakukan penaksiran jarak.

d. Altimeter. Bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan


posisi. Lebih tepat dipakai untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua
titik di sungai dalam jarak 1 km (contohnya gradien 9 m/km, beda tinggi 9 m pada dua titik
yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk
setiap kilometer panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti,
misalnya dengan kemempuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 m. Sebagai
gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan tinggi
rata-rata untuk setiap kilometer hanya sekitar 40 m.

2. Menentukan Kedudukan Pada Peta. Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri


sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai. Dibantu dengan tanda-tanda alam
tertentu yang terdapat di sepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan
kedudukan:

32
a. Dengan bantuan tanda-tanda alam. Misalnya kita sedang melakukan
penyusuran sungai dari titik A ke B. Pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak
sungai di sebelah kiri. Untuk menentukan kedudukan saat itu adalah:
1) Lakukan orientasi peta, kemudian amati medan di sekitar dengan teliti.
2) Ukur sudut (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan
belakang dengan menggunakan kompas.
3) Ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang (misal di belakang
kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalkan ada
belokan ke arah kiri)
4) Gambar situasi sungai yang telah didapat, cari padanannya pada peta (perlu
diketahui bahwa delta yang terdapat pada peta adalah delta yang cukup besarm
tidak tertutup pada saat banjir, dan ditumbuhi pepohonan. Jika tidak memenuhi
persyaratan tersebut tidak akan digambarkan dalam peta).
5) Apabila masih kurang jelas, maka dilakukan penyusuran sampai pada tanda
alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.

b. Dengan membuat peta sendiri.

Teknis pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut


kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita dilatih dahulu untuk
menaksir jarak, misalkan untuk jarak 50 meter aau 100 meter. Cara termudah adalah
dengan berlatih di jalan raya denganbantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk
jaraknya masih bekerja dengan baik. Dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50
meter), patok kecil di pinggir jalan (setiap 100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat
dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya.

Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka dipakai
patokan jarak setiap kelipatan 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter.
Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatif lebar dan lebih lurus
(kecuali pada daerh meander), atau jari-jari belokannya besar (sudut belokannya relatif
kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter
dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.

Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang
dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan peta sungai.

1) Sediakan peralatan yang diperlukan


2) Buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom. Kolom pertama untuk
derajat (azimuth) dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika kita ingin lebih teliti
dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang
diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing
terjal di kiri dan kanan sungai, dll).
3) Bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang
sudah terlatih. Isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2. Jika menggunakan perahu,
sebaiknya dilakukan dari engah sungai ke tengah sungai lagi. Hitung jaraknya
sambil bergerak maju setiap 50 atau 100 meter.
4) Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan
pembidikan dan taksir jaraknya kembali. Ulangi sampai melampaui paling sedikit 3
belokan sungai.
5) Buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil pencatatan yang ada pada
tabel. Skalanya dapat dimisalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi.
6) Cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat
dengan peta sungai yang kita bawa. Dengan demikian kedudukan kita di peta dapat

33
ditentukan, yaitu pada titik terakhir peta yang kita buat. Jika belum didapat juga,
ulangi sampai beberapa belokan lagi.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

NAVIGASI RAWA

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa.
Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran, sehingga prinsipnya sama dengan
navigasi gurun pasir. Tidak ada tanda ekstrem (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan.
Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang dipenuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat
banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti
pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai
perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat
dijadikan sebagai patokan adalah ; sungai, lokasi desa terdekat dan garis pantai (jika dekat
dengan pantai).

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa.

a. Tentukan titik pemberangkatan kita di peta.


b. Bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya.
c. Ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut.

Lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat
dijadikan patokan, misalnya sungai. Jika belum dijumpai, lakukan terus sampai
menemukan tempat istirahat.

2. Cara pengukuran jarak.

a. Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir). Seperti navigasi man to man atau
pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di
belakang dan rekan lainnya berjalan sesuai dengan sudut kompas. Batas jarak pengukuran
untuk satu segmen bergantung dari mata dan telinga. Artinya sampai batas penglihatan jika
medannya tertutup atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka. Jadi panjang
sebuah segmen adalah relatif tergantung medan yang dihadapi.

b. Dengan pita ukur atau tali. Caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil
yang lebih teliti.

c. Dengan alat bantu ukur yang dipasang di pinggang pemegang kompas. Pemegang
kompas berjalan paling belakang, rekannya yang berada di depan membuka jalur sesuai
arah sudut kompas. Ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah
arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat
kembali ujung yang baru pada titik belok.

d. Dengan menggunakan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian
depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah
sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi sepuluh.

1) Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala yang sesuai
dengan skala peta yang dimiliki. Jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti,
akan didapat hasil yang akurat.

2) Periksa posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita
mempunyai catatan perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
34
3) Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta
arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan
pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui,
dengan tidak lupa melakukan poin 2 dan 3.
3. Cara berjalan di rawa.

a. Bawalah tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali
untuk membantu menarik teman yang terbenam.

b. Berjalan secara beriringan. Usahakan dekat dengan tanaman yang ada, Injak bekas
tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada karena tanahnya relatif lebih
keras.

c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang di jalur yang akan diinjak.
Gunanya untuk menahan laju turunnya badan kita ke dalam rawa. Prinsipnya sama seperti
orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski. Semakin luas
permukaan salju yang diinjak, maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.

d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang


tumbuh di daerah rawa. Umumnya mereka berbisa.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

35
NAVIGASI PANTAI
Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah
pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa. Sebab sebuah
garis posisi sudah diketahui, yaitu garis tepi pantai. Jadi hanya dibutuhkan sebuah tanda lagi untuk
melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah :

1. Sudut arah garis pantai.

2. Tanjung atau teluk.

3. Muara sungai.

4. Pulau atau karang yang terdapat di sekitar pantai.

5. Bukit yang terdapat di daerah pantai.

6. Kampung nelayan.

Jika sudah terlatih bernavigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak terlalu
sulit. Pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompas pun
sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai. Kompas hanya dibutuhkan jika harus melakukan
perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin
untuk dilewati. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai :

1. Plot posisi kita di peta dengan cara resection.

2. Jalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.

3. Catat waktu perjalanan untuk setiap daerah yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang
mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di
peta setiap menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara
sungai.

4. Jika sudah menemui rintangan berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan
resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan
perjalanan melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada daerah tebing
karang, umumnya perjalanan melambung harus melalui tanjakan dan turunan yang terjal.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

36
SURVIVAL
Dalam menjalankan kegiatan di alam bebas, sudah seharusnya disadari akan adanya
berbagai resiko yang tanpa diduga dapat membahayakan jiwa penggiat alam bebas.
Pengetahuan, pemahaman, dan perhitungan akan resiko yang mungkin dihadapi, menjadi faktor
yang penting dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan di alam bebas. Namun perlu diingat,
bagaimanapun siapnya kita dalam menghadapi berbagai resiko tersebut, suatu waktu mungkin kita
akan menghadapi situasi yang tidak diinginkan.

Survival berasal dari kata survive, yang secara sederhana dapat diartikan upaya untuk
mempertahankan hidup. Suatu keadaan dapat dikatakan dalam kondisi survival adalah ketika
kegiatan berlangsung diluar perencanaan dan membahayakan keselamatan penggiat alam bebas,
misalnya kehilangan arah, tersesat, kekurangan stok makanan, menyimpang dari waktu yang
dijadwalkan, terkena bencana alam,dll

a. Mengenal sumber bahaya.

1) Subjective Danger. Merupakan bahaya yang berasal dari diri kita sendiri,
mis. Keteledoran, persiapan yang kurang, pengetahuan yang minimal, dll.

2) Objective Danger. Merupakan bahaya yang berasal dari lingkungan, mis.


Gempa bumi, banjir, badai, longsor, binatang buas, dll.

b. Faktor penyebab terjadinya kondisi survival.

1) Psikologis. Panik, takut, cemas, kesepian/sendiri, bingung, tertekan,


bosan, dll.
2) Fisiologis. Sakit, Lapar,luka, haus, dll.
3) Lingkungan. Panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, fauna, dll.

c. Modal dasar menghadapi kondisi Survival.

1) Semangat untuk mempertahankan hidup.


2) Kesiapan Diri.
3) Alat Pendukung.

d. Sikap dan tindakan dalam menghadapi Survival.

1) Tidak panik, tetap tenang.


2) Menyadari kondisi Survival.
3) Tetap berpikir jernih dan mendalam.
4) Ingat keberadaan dimana.
5) Menguasai rasa takut.
6) Improvisasi mengisi waktu.
7) Menghargai hidup, tidak putus asa.
8) Belajar dari apa yang terlihat.
9) Latih tehnik dasar dan memori yang dimiliki.
10) Pasrah dan Berdoa.

e. Lima kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam menghadapi Survival.

37
1) Air.
2) Makanan.
3) Api.
4) Tempat Perlindungan.
5) Komunikasi dengan pihak luar.

1. Peralatan Survival.

a. Korek Api. Korek api yang tahan


air berguna namun menghabiskan tempat
lebih banyak. Gunakan korek api biasa yang
dapat dibuat water proof dengan melapisi
kepala korek dengan lilin. Untuk menghemat
tempat, buang setengah batang dari tiap
korek. Memang paling mudah menggunakan
korek api dalam membuat api, tapi jangan
menyia-nyiakannya. Gunakan korek ketika
cara alternatif gagal. Ambil satu pada satu
kesempatan dan ganti penutupnya. Jangan
pernah meninggalkan bungkus korek terbuka
atau tergeletak di tanah.
b. Lilin. Lilin sangat berguna untuk
menyalakan api dan sebagai sumber
penerangan. Potong kecil-kecil untuk
disimpan dalam kotak survival. Lilin yang
terbuat dari tallow (lemak hewan) dapat
dimakan ketika keadaan darurat atau
digunakan untuk menggoreng. Lilin yang
terbuat dari parafin dan lilin-lilin lainnya tidak
dapat dimakan. Lilin tallow tidak tahan lama,
terutama pada cuaca panas.
c. Batu api. Pada keadaan basah batu
api sangat berguna, tidak akan habis seperti
korek api.
d. Lup. Lup dibutuhkan untuk
membuat api dengan sinar matahari
langsung. Selain itu lup digunakan untuk
mencari serpihan-serpihan dan duri pada
luka.
e. Jarum dan benang. Bawalah beberapa jarum dengan mata yang berbeda,
termasuk di dalamnya jarum dengan mata besar untuk memasukkan jaringan (yang
melekatkan otot dengan tulang) dan benang-benang kasar. Pilihlah benang-benang yang
kuat dan lilitkan pada jarum.
f) Kail dan benang pancing. Bawalah beberapa jenis kail yang berbeda dalam
wadah kecil. Kail kecil dapat menangkap ikan kecil maupun besar, sedangkan kail besar
hanya dapat menangkap ikan besar. Sertakan benang pancing sepanjang mungkin, akan
berguna juga untuk menangkap burung.
g) Kompas. Pilihlah kompas yang memiliki jarum kompas yang bercahaya, pastikan
kita mengerti cara menggunakannya. Kompas yang berisi cairan merupakan pilihan terbaik,
pastikan kompas tidak bocor, tidak terdapat gelembung, dan bekerja dengan baik.
Penunjuk pada kompas rentan terhadap karat, pastikan jarum melekat pada titik tengahnya
dan bergerak dengan bebas.
h) Beta light. Beta light adalah kristal sebesar koin yang mengeluarkan cahaya, ideal
untuk membaca peta pada malam hari dan dapat membantu kita dalam memancing.
i) Kawat. Bawalah kira-kira 60-90 cm. Berguna banyak dalam survival, sisakan untuk
membuat perangkap.

38
j) Gergaji fleksibel. Lepaskan pegangan karena menghabiskan banyak tempat. Kita
dapat menggunakan batang kayu kecil untuk menggantikan pegangan ketika kita berada di
hutan. Lapisi mata gergaji dengan minyak untuk mencegah karat dan patah.
k) Peralatan medis. Simpan obat-obatan dalam bungkus kedap udara dengan wol
katun untuk mengisi ruang kosong.

39
2. Kebutuhan Air dalam Survival.

Air esensial bagi kehidupan. Kehidupan bergantung pada keberadaannya dan semua
makhluk hidup terdiri dari air. Orang rata-rata dapat bertahan hidup selama 3 minggu tanpa
makanan tapi hanya bertahan 3 hari tanpa air. Air merupakan prioritas utama dalam survival.
Jangan menunggu kehabisan untuk mencarinya. Gunakan seperlunya dan segera cari sumber
air secepatnya, sebaiknya air segar yang mengalir walaupun semua air dapat disterilisasi
dengan mendidihkannya atau menyaringnya pada saringan khusus.

a. Cara cara mempertahankan cairan dalam tubuh.

1) Hindari bergerak berlebihan, lebih baik istirahat.


2) Jangan merokok
3) Tinggal di tempat yang terlindung dari sinar matahari agar tetap dingin.
Jika tidak ada perlindungan, buatlah.
4) Jangan berbaring pada tanah atau permukaan yang panas.
5) Jangan makan atau makan sesedikit mungkin. Jika tidak terdapat air,
cairan akan diambil dari organ-organ vital untuk mencerna makanan dan
menyebabkan dehidrasi. Lemak adalah yang paling sulit dicerna dan
dibutuhkan banyak cairan untuk memecahnya.
6) Jangan pernah minum alkohol. Alkohol juga menghabiskan banyak
cairan untuk memecahnya.
7) Jangan berbicara. Bernapaslah melalui hidung, jangan dari mulut.

b. Klasifikasi Air dalam Survival.

1) Air yang dapat diminum langsung. Tidak berwarna aneh dan berbau
aneh. Dapat diperoleh dari mata air, sungai, danau, hujan, dan tumbuhan.

2) Air tercemar sederhana. Dapat diminum setelah diproses secara


sederhana, seperti air tergenang, air berlumpur,dan air sungai besar.

3) Air tercemar parah. Memerlukan proses yang rumit untuk dapat


diminum misalnya air rawa, air belerang, dll

c. Menemukan Air.

1) Aliran air atau kolam. Aliran air biasanya terdapat di dasar lembah
(sungai).

2) Area area vegetasi tumbuhan. Kemungkinan terdapat air di bawah


permukaan yang akan terkumpul dalam sebuah lubang. Bahkan menggali pada
bekas aliran hujan dan dasar aliran air yang kering dapat membuahkan hasil,
terutama pada daerah berkerikil.

3) Rekahan bebatuan pada daerah pegunungan.

4) Di dekat bukir pasir di daerah pantai. Galilah pada garis permukaan air
yang tinggi, terutama di dekat bukit pasir. Kemungkinan kita dapat menemukan
air segar setinggi 5 cm yang tersaring dan mengapung di atas air garam yang
lebih berat. Jika air segar tidak dapat ditemukan, air laut dapat didestilasi.

40
d. Mengumpulkan Air.

1) Mengumpulkan air hujan. Air hujan di mana pun dapat diminum


(walaupun saat ini banyak pencemaran). Carilah daerah seluas mungkin untuk
mengumpulkan air, alirkan pada wadah apapun yang tersedia. Lubang yang
digali pada tanah dan dilapisi lempung akan menahan air dengan efisien, tapi
jangan lupa memberi penutup. Jika tidak ada lapisan kedap, gunakan lapisan
metal atau kulit kayu untuk mengumpulkan air. Jika tidak merasa yakin dengan
air yang kita kumpulkan, didihkan air tersebut.

2) Penguapan dari tanah.

3) Kondensasi. Pada iklim yang pada siangnya panas sekali dan pada
malamnya dingin sekali kita dapat mengharapkan embun yang cukup banyak.
Air yang terkondensasi dapat kita serap atau hisap.

4) Air yang terdapat pada daun yang basah. Kita dapat menggunakan
kain untuk menyerap air dan memerasnya. Salah satu cara adalah dengan
mengikat kain di sekeliling kaki dan pergelangan tangan kemudian berjalan
pada daerah vegetasi yang basah. Air pada kain ini dapat kita hisap atau peras.

e. Mendapatkan Air dari Hewan.

1) Mamalia. Kebanyakan mamalia membutuhkan air secara berkala.


Mereka biasanya tidak pernah jauh dari air karena hewan-hewan tersebut
butuh minum pada subuh dan magrib, walaupun beberapa jenis bepergian jauh
untuk menghindari musim kering. Jejak-jejak hewan yang saling bertemu sering
mengarah pada air, ikutilah jejak itu ke bawah bukit.

2) Burung. Burung pemakan biji-bijian tidak pernah jauh dari air. Burung-
burung tersebut minum pada subuh dan magrib. Ketika mereka terbang lurus
dan rendah, mereka sedang mengarah ke air. Ketika kembali dari air, burung-
burung membawa air dalam tubuhnya dan terbang dari pohon ke pohon,
beristirahat secara berkala. Tandai jalur yang mereka lewati dan kita akan
menemukan air.
3) Reptil. Bukan merupakan indikator keberadaan air. Reptil mengambil
air dari embun dan cairan mangsanya.

41
4) Serangga. Serangga merupakan indikator air yang baik, terutama
lebah. Mereka terbang paling jauh 6.5 km dari sarangnya tapi tidak memiliki
waktu minum khusus. Semut bergantung hidupnya pada air. Sekumpulan
semut yang berbaris ke atas pohon sedang menuju sumber kecil dari air yang
terperangkap. Sumber-sumber tersebut dapat kita temukan bahkan di daerah
yang sangat kering sekalipun. Kebanyakan lalat berada 90m dari air.

Perhatikan : Saat bisa minum dengan keadaan air yang masih terbatas,
minum sedikit-sedikit dengan menyeruputnya. Setelah tidak minum untuk waktu
yang cukup lama, jangan menggelegak air ketika menemukannya. Tegukan
dalam jumlah besar akan membuat seseorang yang dehidrasi muntah,
membuang lebih banyak cairan yang berharga dari tubuhnya.

f. Mendapatkan Air dari Tumbuhan. Jika kita berada pada keadaan yang haus,
betapapun besar rasa haus itu, jangan minum air yang belum dijernihkan dan dimasak.
Banyak kasus penyakit terjadi di lapangan disebabkan karena seseorang meminum air
kotor. Air yang baik diminum adalah air yang jernih dan dimasak sampai mendidih.
Selain diperoleh dari sungai, danau, kubangan, atau mata air, air juga bisa didapat dari
tumbuhan. Tumbuhan dan bagian tumbuhan yang mengandung banyak air
diantaranya :

1) Batang pisang. Batang pisang ditebang, lalu dilubangi


(boleh sampai dasar) dan ditunggu selama 24 jam, setelah
itu air dapat diambil sebanyak 2/3 bagian atas. Lebih baik
lagi jika sedikit bagian permukaan dibuang juga.

2) Tumbuhan beruas seperti bambu dan


beberapa jenis rumput yang beruas. Pada batang bagian ruas (rongga di
antara dua buku) sering terdapat air yang mengembun.

3) Liana hutan. Liana merupakan jenis tanaman yang melilit di


pohon-pohon besar di hutan. Bentuknya kebanyakan hanya berupa
batang yang melingkar tanpa daun dan elemen tumbuhan lain.
Cara mengambil air di liana adalah dengan
memotong bagian atas (setinggi mungkin), lalu
memotong bagian bawah (dekat permukaan tanah),
kemudian air akan keluar. Jika air yang keluar habis,
potong bagian atasnya, dan seterusnya. Jika tidak
terlalu terpaksa, kita disarankan untuk tidak
mengkonsumsi liana, karena bagian yang kita potong
tidak dapat direproduksi, dan kecepatan tumbuhnyapun
sangat lambat (untuk 1 cm pertumbuhan diameter
dibutuhkan waktu beberapa tahun).

4) Tangkai tanaman palem-paleman seperti nipah,


kelapa, dan gebang. Tangkai bunga dipotong dan dipukul-pukul, lalu air yang
keluar ditampung. Air ini dapat memperbaharui luka setiap 12 jam.

5) Tumbuhan berkelopak dan berdaun lebar seperti


nanas dan pandan. Air terjebak di dalam rumpun daun.

42
6) Lumut. Air bisa diperoleh dengan memeras lumut lalu disaring dengan
kain.

7) Tumbuhan yang menyimpan air pada buah, contoh: kelapa. Kita tidak
dianjurkan terlalu banyak minum air kelapa, karena akan menyebabkan badan
menjadi lemas.

8) Untuk daerah kering dan tandus, air bisa didapat dari kaktus bundar
yang dipotong-potong dan diperas. Air yang berwarna putih dapat diminum.
Selain itu akar-akar tumbuhan yang menyembul di permukaan pasir bisa
langsung dihisap airnya.

3. Kebutuhan Makanan dalam Survival. Makanan adalah sebagai bentuk


perlindungan dari dalam tubuh, fungsi dari makanan sendiri adalah untuk menambah kalori,
memberikan tenaga pada otot, dan mengganti sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh yang rusak.

a. Sumber Sumber Makanan.

1) Tumbuhan sebagai sumber makanan. Hampir semua tumbuhan


hutan dan rawa dapat dikonsumsi, tetapi perlu juga diperhatikan jenis-jenis
mana yang dapat atau tidak dapat dimakan. Secara umum ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih tumbuhan untuk dikonsumsi, yaitu :

a) Jangan makan buah yang berwarna merah keunguan atau


warna yang mencolok, kecuali tumbuhan tersebut telah diketahui tidak
beracun. Tanaman berwarna merah keunguan yang dapat dimakan di
antaranya adalah harendong / korong anjing / kapilano, dan arbei-
arbeian.

b) Jangan makan jamur yang belum diketahui beracun atau tidak.


Jamur dengan warna-warna yang menarik dan mencolok biasanya
mengandung racun. Hindari juga jamur-jamur yang memiliki bau kuat.
Tidak ada karakteristik umum yang dapat membedakan jenis jamur
beracun dengan yang tidak beracun, sehingga disarankan untuk tidak
mencoba mengkonsumsi jamur.

c) Jangan makan tumbuhan yang belum diketahui beracun atau


tidak. Lakukan uji layak makan universal (akan dibahas kemudian).

d) Jangan memakan sembarang umbi. Untuk mengujinya, potong-


potong bagian umbi lalu dibiarkan minimal 2 jam. Jika warnanya
berubah menjadi ungu atau oranye, berarti umbi tersebut beracun.
Kemungkinan besar racun itu adalah sianida.

e) Makanlah bagian tumbuhan yang masih muda dan lunak, seperti


pucuk atau tunas daun. Hal ini bertujuan agar makanan tersebut mudah
dicerna oleh tubuh. Selain itu makanlah tumbuhan yang masih segar,
karena jika sudah membusuk dikhawatirkan terdapat jamur yang
tumbuh yang dapat menyebabkan keracunan.

f) Makanlah bagian tumbuhan yang masih utuh, artinya tidak


koyak atau sobek atau terdapat tanda bekas dimakan binatang. Dalam
keadaan luka, tumbuhan akan menghasilkan metabolit sekundernya

43
sebagai bentuk pertahanan diri. Metabolit sekunder tumbuhan dapat
berupa racun.

g) Pada umumnya bila satu organ dapat dikonsumsi, organ lainnya


pun dapat dikonsumsi. Tetapi ada juga tumbuhan yang hanya organ
tertentu saja yang dapat dikonsumsi, contohnya bengkuang.

h) Hindari tumbuhan yang bergetah, kecuali getahnya tidak


berbahaya bagi tubuh.

i) Sedapat mungkin masak tumbuhan yang akan dimakan, agar


dapat dihilangkan metabolit sekundernya dan pencemar yang
menempel di tanaman tersebut seperti logam berat atau pestisida.
Selain itu dengan menggodok tumbuhan, rasa pahit akibat kandungan
senyawa tanin akan hilang atau berkurang.

j) Hindari tumbuhan yang memiliki rambut kelenjar dan duri pada


bagian kulitnya, karena akan menyebabkan gatal-gatal pada
tenggorokan. Tumbuhan seperti ini yang diketahui aman dikonsumsi
salah satunya harendong / korong anjing / kapilano.

Sebelum kita memakan tumbuhan sebaiknya dilakukan pengujian makanan.


Sebaiknya pengujian hanya dilakukan pada satu bagian tumbuhan setiap kali
uji. Langkah-langkahnya adalah sebagain berikut :

a) Pisahkan bagian-bagian tumbuhan berdasarkan bagian-bagian


dasarnya, seperti akar/umbi, daun, batang, dll.

b) Jangan memakan apapun, kira-kira selama 8 jam sebelum


melakukan uji layak makan ini.

c) Cium baunya untuk mengindikasikan adanya bau asam yang


tajam.

d) Selama menunggu 8 jam, sentuhkan bagian tumbuhan yang


akan diuji ke dalam lipatan siku atau pergelangan tangan selama 15
menit.

e) Bila tidak terjadi reaksi apa-apa, sentuhkan ke bagian luar bibir


dan tunggu selama 3 menit. Jika ada rasa terbakar atau gatal, hentikan
pengujian.

f) Bila tidak terjadi reaksi apa-apa, sentuhkan ke bagian lidah lalu


tahan selama 15 menit.

g) Bila tidak terjadi reaksi apa-apa, coba kunyah dan tahan di


dalam mulut selama 15 menit. Jangan ditelan!

h) Jika tidak ada sensasi terbakar, mati rasa, tersengat, atau iritasi,
coba telan.

i) Tunggu selama 8 jam. Bila efek mulai terasa pada waktu ini,
coba muntahkan dan minum banyak air, atau menelan norit.

44
j) Bila tidak terjadi reaksi apa-apa ambil sebagian lagi untuk
dimakan.

k) Bila tidak terjadi apa-apa juga, artinya bagian tersebut bisa


dimakan.

b. Hewan sebagai sumber makanan. Pada dasarnya semua hewan dapat


dimakan setelah melalui proses pengolahan yang baik dan benar. Makanan yang
berasal dari hewan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh kita. Satu
hal yang harus diperhatikan ketika kita memilih hewan sebagai sumber makanan
adalah efektivitas kerja. Misalnya mengejar-ngejar hewan buruan yang mengakibatkan
habisnya energi kita, atau mengkonsumsi daging kelinci di mana kalori yang
dibutuhkan untuk proses konsumsinya lebih besar dari pada kalori yang dihasilkan.
Beberapa hewan yang dapat dikonsumsi antara lain :

1) Cacing tanah. Dapat ditemukan di tanah gembur, biasanya di dekat


tegakan pohon (sekitar akar), atau di pinggiran sungai. Cacing tanah juga
sering ditemukan pada substrat tanah yang menempel pada batang pakis haji /
paku tiang, atau pada substrat tanah paku sarang burung yang menempel di
batang pohon. Cacing tanah lebih mudah ditemukan setelah hujan. Cacing
tanah yang diambil dari substrat tanah yang menempel pada batang pohon
dapat langsung dimakan, sedangkan cacing yang diambil langsung dari tanah
harus dikeluarkan dahulu bagian dalam tubuhnya sebelum dimakan. Kemudian
lendirnya dibersihkan dengan cara direndam air garam atau dicuci pada air
mengalir.

2) Lintah dan pacet. Dapat dimakan setelah bagian mulutnya yang


memiliki gigi dibuang.

3) Kerang-kerangan, cumi-cumi, dan gurita (Filum Mollusca). Cumi-cumi


dan gurita bisa dimakan setelah direbus atau dibakar. Kerang direbus dalam air
garam beberapa kali, dan air rebusannya jangan diminum karena kemungkinan
besar mengandung polutan.

4) Siput dan bekicot. Bisa ditemukan pada daerah lembab seperti dekat
perairan, di antara batang tanaman, atau di balik daun. Cara pengolahannya
sama dengan kerang-kerangan.

5) Udang dan kepiting. Karena biasanya aktif di malam hari, pada siang
hari kita dapat mencarinya di sekitar bebatuan pada daerah berarus, atau di
daerah berlumpur. Kepiting atau udang dapat dipancing dengan umpan daging
atau jeroan atau benda. Setelah menjepit umpan, mereka dapat ditarik keluar.
Pengolahannya adalah dengan merebusnya beberapa kali.

6) Serangga. Hampir semua serangga bisa dimakan. Hindari serangga


yang berbulu, berwarna cerah (contoh: ulat), menggigit atau menyengat,
berbau tidak sedap, menyebabkan rasa gatal dan iritasi, serta serangga yang
berperan sebagai vektor penyakit (contoh: kutu, lalat, nyamuk), dan serangga
yang memakan kotoran hewan lain. Cara pengolahannya adalah dengan
membuang bagian-bagian yang keras, berduri, berbulu, sengat, dan kelenjar
bisanya.

7.) Ikan. Cara pengolahannya adalah dengan memasaknya (harus).


Dengan memasaknya, parasit yang terkandung di dalam tubuh ikan akan
terbunuh dan akumulasi racunnya akan berkurang.

45
8) Katak, kodok, dan salamander (Kelas Amphibia). Hindari amphibi yang
berwarna mencolok. Juga hindari memakan berudu (kecebong) apapun, karena
sulit untuk menentukan jenis katak / kodok dari berudu tersebut. Selain itu pada
berudu yang akan memulai metamorfosis, sekret dari kelenjar granulernya
sangat beracun.

9) Ular, kadal-kadalan, kura-kura, serta penyu (Kelas Reptilia). Hewan-


hewan ini pada umumnya dapat dikonsumsi asalkan kantung atau kelenjar
bisanya dibuang terlebih dahulu (jika memiliki kelenjar bisa). Beberapa kadal
memiliki liur yang mematikan, misalnya pada komodo. Ketika mengkonsumsi
ular, anggap saja semua ular memiliki bisa, sehingga bagian yang dimakan
hanya 2/3 bagian belakang.

10) Burung. Telur burung juga dapat dikonsumsi. Pada umumnya semua
jenis burung dapat dikonsumsi.

11) Semua jenis mamalia. Cara pengolahannya adalah dengan


mengulitinya dan merebusnya. Kebanyakan mamalia dapat menderita penyakit
yang berpotensial menulari manusia. Oleh karena itu daging harus dimasak
sampai benar-benar matang. Daging yang setengah matang akan
memperbesar resiko penularan penyakit yang dibawa.

c. Mengetahui Keberadaan Hewan.

1) Jejak kaki hewan.


2) Sisa-sisa makanan.
3) Tanda alam dari jalur yang dilewati hewan seperti ranting patah, dll.
4) Adanya kotoran hewan.
5) Akar tanaman yang rusak.
6) Suara dan bau hewan.
7) Liang tempat tinggal hewan.

d. Mendapatkan Hewan.

1) Berburu. Salah satu cara mendapatkan hewan adalah dengan


berburu. Yang harus kita lakukan adalah membuat alat untuk berburu, misalnya
dengan panah atau tombak.

a) Membuat busur panah.

b) Membuat anak
panah.

46
c) Senjata penembak burung (katapel).

2) Memancing Ikan.

a) Perangkap ikan.

b) Umpan ikan buatan

3) Trap/ Perangkap Hewan. Trap paling sederhana dapat terbuat dari


tali atau kawat yang dibentuk lingkaran untuk menjerat hewan. Kayu yang kuat
juga dapat digunakan sebagai trap.

a) Letak Trap : Cari sebuah jalur yang menghubungkan antara


sarang hewan dengan tempat ia mencari makan dan minum. Buat
sebuah rintangan yang ia harus lalui dengan kesulitan. Itulah tempat
ideal untuk memasang trap. Jangan memasang trap dekat dengan
sarangnya, karena ia akan dapat mendengar dan membaui saat kita
memasangnya. Jangan juga memasang di tempat ia makan atau
minum, karena ia sedang bersiaga dan mengetahui jika ada sesuatu
yang tidak biasa. Pasanglah trap di sisi jalur yang dilaluinya, dan ketika
kita muncul tiba-tiba ia akan segera menuju ke tempat aman terdekat,
yaitu di sisi jalur, di saat itulah kemungkinan trap akan berfungsi dengan
baik.

b) Tipe Trap : Berdasarkan prinsip kerja, trap dapat dikelompokkan


menjadi :

47
(1) Mangle, menindih.
(2) Strangle, menjebak.
(3) Dangle, menggantung.
(4) Tangle, mempersulit gerak.

c) Contoh Trap :

(1) Trap sederhana dengan tali.

(2) Trap dengan tali dan loop menggantung

(3) Trap dengan blok kayu menjatuhi hewan

Buatlah jebakan sebanyak mungkin di sekitar kita. Periksa ketika mulai terang
dan sebelum gelap. Segera ambil buruan kita dan susun kembali jebakan. Perbaiki
jebakan-jebakan yang rusak, pindahkan jebakan-jebakan yang tidak pernah
memberikan hasil. Agar berhasil, sebuah jebakan harus sangat sensitif, dapat bekerja
dengan tiba tiba dan segera. Kemungkinan kita hanya mendapat satu mangsa dari
sekian banyak jebakan yang kita buat.

48
4. Kebutuhan Api dalam Survival. Api terutama digunakan untuk menghangatkan
tubuh dan meningkatkan semangat psikologis seseorang dalam kondisi survival. Adapaun
fungsi dari api lainya adalah :

* Sumber penerangan.
* Memasak makanan dan minuman.
* Membuat tanda-tanda / kode.
* Menakuti hewan buas.
* Asapnya dapat mengusir nyamuk.

Tiga aspek dalam pembuatan Api, dikenal dengan ”Fire Triangle”, yaitu :

*. Sumber Api/ Panas (Heat).


* Bahan Bakar ( Fuel).
* Aliran Udara ( Air ).

Tiga komponen ini saling berhubungan, ketidakserasian dari paduan ketiga komponen ini
hanya akan menimbulkan asap

a. Membuat Api.

1) Buatlah dudukan dari


bahan yang mudah dibakar
seperti kayu kering, daun kering,
dan lumut kering. Kemudian
bakarlah bahan-bahan tersebut,
tambahi terus hingga menjadi
bara.

2) Hal termudah untuk


mendapatkan percikan api adalah
dari korek api batang Korek itu
sendiri baiknya dilapisi dengan lilin, agar tidak basah.

3) Menggesekkan Kayu Dengan Kayu. Hal ini hanya


dapat dilakukan pada daerah yang benar-benar kering.

4) Menggesekkan Batu api dengan Tembaga.


Contohnya Pisau tembaga yang digesekkan pada
sebatang geretan, atau pisau tembaga dengan batu api.
kemudian menggunakan blok magnesium sebagai bahan
bakarnya

5) Menggunakan Sinar Matahari dari Kaca


Pembesar.

b. Bahan Bakar.

49
Semakin berat sebuah kayu, semakin banyak panas yang dihasilkan,
hal ini berlaku pada kayu mati atau kayu berdaun. Mencampur kayu berdaun
dan kayu kering akan membuat api bertahan lebih lama, cocok untuk malam
hari.
Kayu keras akan terbakar dengan baik, memberikan panas dan
bertahan untuk waktu yang lama seperti batu bara. Kayu keras akan menjaga
api tetap menyala sepanjang malam. Sedangkan dapat menghasilkan asap
untuk mengusir lalat, serangga, dan nyamuk. Kayu basah juga terbakar lebih
lama sehingga menjaga api menyala lebih lama. Bahan bakar dapat
menggunakan serpihan-serpihan kayu kering, daun kering, lumut kering, dll.

Starter adalah benda apa saja yang membutuhkan panas minimum


untuk terbakar. Starter yang baik hanya membutuhkan percikan api agar
terbakar. Kulit kayu, rumput kering, serutan kayu yang halus, bulu halus
burung, kertas yang dilapisi lilin, dan benang katun yang terkumpul dari pakaian
merupakan starter yang baik. Apapun starter yang kita gunakan, starter
tersebut harus kering. Ada baiknya membawa starter pada wadah kedap air.
Kumpulkan starter yang kita temukan dalam perjalanan.

Kindling adalah kayu yang digunakan untuk membesarkan api dari starter.
Kindling lebih sulit terbakar. Kindling terbaik terdiri dari ranting-ranting kecil
yang kering dan kayu-kayu halus karena dapat menyala dengan cepat. Jangan
mengumpulkan kindling langsung dari tanah, kebanyakan basah. Cari kindling
pada kayu mati yang berdiri. Jika bagian luarnya basah serut sampai pada
bagian kering.

Selain menggunakan kayu, daun, dan lumut kering sebagai bahan bakar, ada
beberapa alternatif bahan bakar yang bisa didapatkan, yaitu ;

1) Kotoran Hewan
2) Batu bara
3) Tanah gemuk yang biasa dipakai untuk bahan bakar
4) Oli
5) Lemak Hewan.

c. Tempat Api.

Api yang sudah ada sebaiknya dilindungi dari terpaan angin dengan
membuat semacam pembatas yang mengelilingi api tersebut, dapat dibuat
dengan menyusun batu atau kayu. Tempat api juga dialasi dengan potongan
kayu kayu yang diikat berbaris untuk mengurangi akibat dari penguapan air
tanah yang dapat memasahi bahan bakar.

5. Kebutuhan Tempat Perlindungan dalam Survival. Shelter atau Biouvac


merupakan tempat yang digunakan sebagai tempat perlindungan, ia memiliki fungsi layaknya
rumah di dalam hutan. Seperti untuk beristirahat, tidur, dan aktifitas lain yang memerlukan
tempat terlindungi dari daerah sekitar.

a. Perlindungan yang dibutuhkan.

50
1) Perlindungan terhadap cuaca (Panas, dingin, hujan, angin) dan faktor
medan ( gunung, lembah, rawa, tebing, sungai, dsb).
2) Perlindungan terhadap binatang.
3) Perlindungan terhadap makanan/ minuman mambahayakan atau
beracun.
4) Perlindungan dari proses respirasi tumbuhan di malam hari.

Salah satu hal yang harus sangat diperhatikan adalah perlindungan terhadap
cuaca dingin karena hal ini yang paling sering mengakibatkan kematian bagi para
pendaki. Udara dingin, hujan, angin dapat mempengaruhi penurunan suhu kita, bila
mencapai 3 derajat celcius dapat mengakibatkan kematian.

b. Macam Macam Shelter.

1) Biouvac Buatan (ponco, kain terpal, plysheet,dsb).

2) Biouvac Alam (kayu, daun, pohon jatuh, goa, bambu, kulit hewan, dsb).

c. Syarat untuk tempat Mendirikan Shelter.

1) Tempatnya datar.
2) Terlindungi dari angin.
3) Terlindungi dari batuan yang jatuh.
4) Bukan tempat aliran dan tergenangnya air.
5) Dekat dengan sumber air.
6) Tidak berada di jalur hewan.

Membangun shelter dekat sumber air juga harus diperhatikan jaraknya. Jarak
yang terlalu dekat dapat menimbulkan gangguan dari serangga, dan suara dari
sumber air dapat menghalangi pendengaran terhadap bahaya lain di malam
hari, meluapnya air dapat menghanyutkan di saat beristirahat/ tidur.

51
Tempat tempat yang harus dihindari saat mendirikan shelter :

1) Puncak gunung terbuka.


2) Lembah yang dalam.
3) Dataran tepi gunung yang menampung embun.
4) Persimpangan jalan hewan.

d. Prinsip pada Shelter yang akan dibangun.

1) Usahakan bidang tanah tempat akan dibangun shelter lebih tinggi dari
sekitar
2) Rangka diikat dengan kuat, dapat menggunakan sulur atau pelepah
pisang jika tidak ada tali
3) Atap yang dibuat dari daun atau bambu disusun sedemikian rupa
sehingga kuat dan tidak mengalirkan air ke dalam shelter
4) Shelter dialasi dengan daun- daun yang dapat menyerap air dari dalam
tanah
5) Kelilingi shelter dengan selokan air untuk menghindari shelter terendam
air.

e) Contoh gambar membuat, menyusun rangka atap, atap dan tembok :

Tembok Kerangka Atap

Atap. Bisa dibuat dari daun bercabang-cabang atau dapat juga langsung
dilipat tanpa dibelah.

Atap dari daun berjari tiga : Atap dari daun lebar

52
Atap dari bambu :

6. Kebutuhan Komunikasi dalam Survival.

Ketika sedang mengalami kondisi Survival, salah satu hal yang tidak boleh kita
lupakan adalah usaha untuk tetap berkomunikasi dengan pihak luar. Hal ini berguna agar ada
pihak luar yang mengetahui letak dimana kita berada dan dapat segera memberikan
pertolongan.

Salah satu cara untuk berkomunikasi dengan pihak luar adalah dengan meninggalkan
Tanda Jejak. Kita membuat Tanda Jejak di jalur yang kita lewati, cara itu merupakan cara
yang paling sederhana. Dengan adanya tanda-tanda yang kita buat, kemungkinan besar
posisi kita akan diketahui dan hal ini juga merupakan salah satu sarana kita untuk terlepas
dari kondisi survival dan kembali ke rumah dengan selamat. Gunakanlah tanda yang menarilk
perhatian dan sulit ditiru oleh hewan/ alam.

a. Alat -alat Komunikasi.

1. Suara (Peluit, teriakan, dll)Dapat menjadi kode morse.


2. Cahaya atau Api. Untuk malam hari yang serba gelap, api yang terang dan
besar akan mudah terlihat.
3. Kain atau bendera. Dapat digunakan sebagai semaphore
4. Asap Untuk siang hari, asap hitam yang tebal dan bergumpal akan
segera dapat terlihat. Untuk daerah yang berhutan lebat dan hujan, asap tebal
putih akan mudah terlihat. Asap hitam dapat dibuat dengan menggunakan
bensin, oli, kain tua yang dicelupkan minyak tanah, potongan karet atau plastik.
Asap putih dapat dibuat dengan daun-daun yang masih hijau, lumut, ranting,
atau percikan air dalam api.

53
5. Cermin Survival. Merupakan cermin yang terdiri dari dua sisi empat
persegi panjang dan memiliki dua lubang. Cermin ini akan memantulkan
cahaya matahari sehingga menarik perhatian objek yang kita tuju.

6. Body Signals. Gerakan-gerakan badan yang memiliki arti tertentu.

Beberapa Contoh Kode-Kode.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

54
SEARCH AND RESCUE (SAR)

1. Pendahuluan.

Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS


diawali dengan adanya penyebutan Black Area, bagi suatu negara yang tidak
memiliki organisasi SAR. Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950
Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO
(International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu
menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia.

Sebagai konsekuensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota


ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5
tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia
SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan
SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materil.

Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota


International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai
anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat
perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang
tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu
menangani musibah penerbangan dan pelayaran.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa


perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-
kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR
tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya
diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi
embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating
Committee on Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan
proyek payung (Umbrella Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek
tersebut ditangani oleh US Coast Guard (Badan SAR Amerika), guna
mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana pengembangan dan
penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia. Dalam kegiatan survey tersebut, tim US
Coast Guard didampingi pejabat - pejabat sipil dan militer dari Indonesia, tim dari
Indonesia membuat kesimpulan bahwa : Instansi pemerintah baik sipil maupun militer
sudah mempunyai unsur yang dapat membantu kegiatan SAR, namun diperlukan
suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam suatu sistem SAR yang
baik. Instansi- instansi berpotensi tersebut juga sudah mempunyai perangkat dan
jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun diperlukan
pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.

Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki


kemampuan dan keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan
latihan. Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR,
walaupun dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi
peralatan. Hasil survey akhirnya dituangkan pada Preliminary Recommendation
yang berisi saran-saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk
mewujudkan suatu organisasi SAR di Indonesia.

55
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11
tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia
(BASARI). Adapun susunan organisasi BASARI terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan Pusat SAR Nasional (Pusarnas).


b. Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR).
c. Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR).
d. Unsur-unsur SAR.

Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai


pelaksana operasional kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan
peralatan yang terbatas, kegiatan penanganan musibah penerbangan dan pelayaran
telah dilaksanakan dengan hasil yang cukup memuaskan, antara lain Boeing 727-
PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi pesawat Twinotter di Sulawesi yang dikenal
dengan operasi Tinombala.

Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma


S. Dono Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas
resmi menjadi anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di
Amerika, sehingga Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara
internasional. Tahun berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang
melakukan penelitian tentang penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan
(Working Group On Satelitte Aided SAR) dari International Aeronautical Federation.

Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama


dengan negara-negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia. Untuk lebih
mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan selaku
kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor : 5/K.104/Pb-78 tentang
penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di
lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri
Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor
Koordinasi Rescue). Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun
1979 melalui Keputusan Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula
berada dibawah Basari, dimasukkan kedalam struktur organisasi Departemen
Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan SAR Nasional (BASARNAS).

2. Maksud dan Tujuan.

Hakekat Search And Rescue (SAR) adalah suatu kegiatan kemanusiaan yang
dijiwai oleh falsafah pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap warga
negara. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya pencarian, pemberian pertolongan
dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari berbagai musibah
baik dalam perlindungan, pelayanan, bencana alam, maupun bencana yang lainnya.

Sebagai salah satu komponen masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan,


maka SAR merupakan perwujudan rasa tanggungjawab akan keselamatan sesama.
Oleh karena itu, materi SAR diberikan untuk membekali anggota sendiri akan ilmu dan
teknik serta keorganisasian SAR yang ada, juga memberikan wawasan dan bekal
ketrampilan untuk memberikan pertolongan SAR gunung hutan. Sebagai salah satu
konsekuensi kegiatan yang digelutinya, dimana resiko akan selalu ada, maka SAR
merupakan sebuah materi yang tidak mungkin terpisahkan. Memberikan bekal
seoptimal mungkin merupakan tujuan dan kegunaan dari pendidikan ini.

56
3. Pendekatan Sistem SAR.

Keseluruhan sistem pendekatan adalah digunakan untuk mengatasi masalah SAR.


Kehadiran bentuk gambaran SAR secara menyeluruh yaitu :

a. Dengan segera dapat cepat dimengerti oleh seseorang yang masih awam
dalam bidang SAR.

b. Secara logis dapat dilaksanakan oleh pasukan operasi selama dituntut


adanya misi SAR.

4. Sistem SAR.

Sistem SAR terdiri dari lima tahapan dan didukung oleh lima komponen SAR. Sistem
SAR diaktifkan bila diterima informasi bahwa :

a. Muncul suatu keadaan darurat atau kemungkinan akan timbulnya keadaan


darurat.

b. Tidak diaktifkannya kembali apabila korban yang berada dalam keadaan


darurat dibebaskan ke posisi terawat dan betul-betul aman atau ketika tidak mungkin
lagi muncul keadaan darurat dan ketika tidak lagi diharapkan pertolongan.

5. Tahapan SAR.

a. Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran). Adalah kekhawatiran bahwa suatu


keadaan darurat diduga akan muncul, termasuk didalamnya penerimaan informasi dari
seseorang atau organisasi. Dalam tahap ini menyadari bahwa suatu kejadian darurat
telah terjadi dan perlunya mengambil suatu tindakan.

b. Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan). Adalah tahapan tindakan awal,


tanggap bahwa suatu musibah telah terjadi serta berusaha mengumpulkan berbagai
keterangan mengenai musibah. Aksi persiapan yang diambil antara lain menyiagakan
fasilitas SAR dan mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk di dalamnya
menyeleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa untuk dapat dilakukan
tindakan selanjutnya. Dalam penyeleksian informasi tersebut, keadaan darurat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Incerfa (Uncertainity Phase/ Fase meragukan). Adalah suatu keadaan


emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai
keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam
menghadapi kesulitan.

2) Alerfa (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga). Adalah suatu


keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai
keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa
mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan
(distress).

3) Ditresfa (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya). Adalah suatu keadaan


emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan
oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius
atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi
musibah yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan
dapat langsung pada tingkat Ditresfa.

57
c. Planning Stage (Tahap Perencanaan). Adalah suatu pengembangan
perencanaan yang efektif dari sistem SAR. Di dalamnya dapat berupa :

1) Perencanaan pencarian dimana sepatutnya dilaksanakan.


2) Perencanan pertolongan dan pembebasan akhir.

Dapat ditambahkan pula antara lain meliputi posisi yang paling mungkin dari korban,
luas areal SAR, tipe pola pencarian, perencanaan pencarian optimum, perencanaan
pencarian yang telah dicapai, memilih metode pertolongan terbaik, memilih titik
pembebasan yang paling aman bagi korban, memilih fasilitas kesehatan yang baik
bagi korban yang mengalami cedera atau penderitaan.

d. Operation Stage (Tahap Operasional). Detection Mode/ Tracking Mode And


Evacuation Mode, yaitu dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta
penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi :

Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.

1) Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui


yang diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).
2) Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor
(Tracking
Mode).
3) Menolong/menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation
Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang
membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan
yang memuaskan (evakuasi).
4) Mengadakan briefing kepada SRU. Mengirim/memberangkatkan
fasilitas SAR. Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
5) Melakukan penggantian/penjadwalan SRU di lokasi kejadian.

e. Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi). Merupakan tahap akhir


operasi SAR, meliputi membuat laporan kegiatan SAR secara menyeluruh,
penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR
untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi
hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan
korban/survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk
masing-masing dan pada kelompok masyarakat.

6. Komponen SAR.

a. Organisasi. Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan


unsur koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penegasan dan
tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah.

b. Fasilitas. Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta


fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi SAR.

c. Komunikasi. Adalah komponen penyelenggaraan komunikasi sebagai


sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando dan
pengendalian operasi, membina kerjasama/koordinasi selama operasi SAR
berlangsung.

58
d. Emergency Care (Perawatan Gawat Darurat). Adalah komponen penyediaan
fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara, termasuk memberikan
dukungan terhadap korban di tempat musibah sampai ke tempat yang lebih memadai.

e. Dokumentasi Adalah komponen pendataan laporan dari kegiatan, analisa


serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR
serta untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan
datang.

7. Organisasi SAR di Indonesia.

a. Basarnas. Mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian usaha dan


kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan
peraturan nasional dan internasional terhadap orang atau barang yang hilang atau
dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam suatu kejadian.

b. Kantor SAR. Kantor SAR adalah UPT Basarnas di wilayah yang mempunyai
tugas melaksanakan tindak awal, koordinasi, dan pengerahan potensi SAR dalam
rangka operasi SAR terhadap musibah pelayaran, penerbangan, dan bencana
lainya, serta pelaksanaan latihan SAR di wilayah tanggungjawabnya (Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 81 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja Kantor
SAR, yang dahulu kita kenal dengan istilah adalah KKR dan SKR dan sekarang
berubah menjadi Kantor SAR (Type A dan B).

1) Kantor type A. Kantor SAR ini mempunyai tugas mengerahkan


potensi SAR, koordinasi dalam rangka operasi SAR terhadap musibah
pelayaran, penerbangan, dan bencana lainnya, serta pelaksanaan latihan
SAR di wilayah tanggungjawabnya

2) Kantor Type B. Kantor SAR ini Mempunyai Tugas Melaksanakan


tindakan koordinasi dan pengerahan potensi SAR dalam rangka operasi SAR
terhadap musibah di wilayahnya.

59
8. Organisai Misi SAR.

Elemen organisasi SAR ini menunjukkan suatu bentuk misi organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan suatu operasi SAR. Bentuk dasar struktur organisasi misi SAR adalah
sebagai berikut :

Minimum Umum

SC SC

SMC SMC

SRU OSC

SRU SRU

Diperluas SC

SMC SMC SMC

OSC OSC OSC

SRU SRU SRU SRU SRU SRU

a. SC (SAR Coordinator). Pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang


dalam penyediaan fasilitas.

b. SMC (SAR Mission Coordinator). Seseorang yang mempunyai


pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam menentukan MPP (Most Probable
Position), menentukan area pencarian,strategi pencarian (berapa unit, teknik, dan
fasilitasnya).

c. OSC (On Scene Commander). Seseorang yang ditunjuk oleh SMC untuk
mengkoordinasikan dan mengendalikan SRU di lapangan. OSC ini tidak mutlak ada,
tapi juga bisa lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan
jangkauannya.

e. SRU (SAR Unit). Adalah unsur SAR yang digerakkan di lapangan pada
operasi SAR dan mengikuti pentahapan penyelenggaran operasi, SRU ini dapat
dari instansi, potensi SAR, masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi SAR.

60
1) Tugas Utama SRU (Seacrh and Rescue Unit) :

a) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC. SRU


wajib patuh terhadap tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC. Apabila
keadaan menghendaki adanya perubahan, maka hanya dapat dilakukan
setelah konsultasi dan disetujui oleh SMC atau OSC. Penyimpangan
atau melawan wewenang dari SMC atau OSC sama sekali tidak
dibenarkan dan SMC atau OSC wajib menarik kembali SRU yang tidak
disiplin.

b) Melaksanakan prosedur pencarian secara benar. Berbagai


petunjuk pelaksanaan tugas harus dikerjakan secara seksama dengan
kewaspadaan dan ketelitian yang baik.

c) Melapor segala kegiatan secara berkala kepada SMC atau OSC


pada waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai
keperluan dan kepentingan guna kelancaran operasi pencarian.

d) Memasang rambu-rambu (Marker) pada daerah pencarian guna


membantu kelancaran serta ketepatan usaha dalam sistem
pencarian. Dapat berupa :

Rambu tanda :

* String line (berikut tags/tanda-tanda)


* Ribbon (ikatan pita atau tali rafia)

Rambu tertulis :
* Petunjuk ketinggian suatu tempat

SAR 1000 M SAR 1500 M

* Petunjuk arah ke suatu tempat

CAMP SAR I 25 M AIR 15 M

Catatan Petunjuk Lapangan atau CPL yang berisi :

* Tanggal, nomor regu, jumlah anggota.


* Keterangan tugas.
* Keterangan tugas yang dilakukan.
* Petunjuk tempat-tempat yang berbahaya (tanag longsor,
jurang dsb)
* Petunjuk diketemukan jejak, tanda-tanda dsb, yang
diperkirakan/dipastikan milik korban
* Keterangan tambahan pada CPL oleh regu
berikutnya yang melewati tempat terdapatnya CPL.
Keterangan ini dapat ditambahkan bila dianggap perlu
oleh SRU guna melengkapi keterangan yang sudah ada.

e) Memberikan pertolongan pertama pada korban bila diperlukan.


Pertolongan harus diberikan dengan pengetahuan serta kesadaran
kemanusiaan yang tinggi .

61
f) Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan sehat,
sakit ataupun sudah meninggal.

g) Dapat melakukan hubungan komunikasi radio dengan baik dan


jelas sesuai prosedur standar operasi radio yaitu dengan menggunakan
HT. Juga mengerti kode yang telah disepakati bersama untuk keadaan
darurat.

h) Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC


atau OSC.

2) Perlengkapan Wajib SRU.

Selain membawa perlengkapan standar untuk menjelajah rimba dan


gunung, anggota SRU wajib memebawa beberapa perlengkapan yang
dikategorikan sebagai perlengkapan wajib bila akan bergabung dalam suatu
operasi SAR. Peralatan itu berupa :

a) Perorangan.

 Ponco atau jas hujan.


 Golok tebas.
 Peluit.
 Tempat air.
 Senter dan bola lampu serta baterai cadangan secukupnya.
 Makanan untuk 4 hari (bila rencana mengikuti SAR selama 3
hari).

b) Regu.

 Tenda.
 Peta, kompas, altimeter, penggaris busur.
 Peralatan masak (kompor + bahan bakar, nesting)
 Peralatan Rock Climbing (karmentel, harness, jumar,
piton, hammer, descender, sling dsb)
 Alat komunikasi (HT, dsb)
 Benang (untuk string line)sejumlah 4 kelos @ 500 m
 Tali rafiah 500 gr
 Obat-obatan dan peralatan P3K
 Jerigen air 5 lt
 Senter besar/ lampu penerangan (neon baterai, lampu badai)

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

62
EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)

1. Pendahuluan.

Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba
mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika
Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang kering dan
sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi rujukan
untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR dengan
induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci operasionalnya. Dalam ESAR
dikenal lima tahap pencarian atau operasi.

2. Maksud dan Tujuan.

Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta alam.
Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam, Explorer Search And
Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup. Lebih dipersempit
lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan hutan.
Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR
sasuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil yang
siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan kewajibannya
dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari panggilan moral, hati nurani
dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.

3. Teknik-teknik Pencarian.

Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam
menentukan ketrampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :

No. Unsur Pengetahuan


1. Locate (menentukan lokasi korban) Pengetahuan tentang navigasi darat, data
peristiwa, keadaan korban, keadaan medan
dll.
2. Reach (mencapai korban) Ketrampilan mendaki gunung, RC, hidup di
alam, mencari jejak, penguasan peta dan
kompas, dll.
3. Stabilize (menentramkan korban) Pengetahuan dan ketrampilan PPPK, gawar
darurat.
4. Evacuate (membawa kembali korban) Sama dengan reach serta penguasaan
P3K.

Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat.


Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR
dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap.

a. Tahap Awal (Preliminary Mode). Yaitu mengumpulkan informasi-informasi


awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuannya sampai
kedatangannya di lokasi. Melakukan perencanaan pencarian awal, perhitungan-
perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari, memebentuk pos pengendali
perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan operasi dan evakuasi.

63
b. Tahap Pemagaran (Confinement Mode). Yaitu memantapkan garis batas
untuk mengurung orang yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang agar berada di
dalam areal pencarian (search area). Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian
tersendiri.

c. Tahap Pengenalan (Detection Mode). Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan


terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian
dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa juga dilakukan pemeriksaan
terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda atau barang-barang yang
ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalan bagian tersendiri.

d. Tahap Pelacakan (Tracking Mode). Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang
ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer
dari survivor. Tracking bisa benar-benar dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan
berpengalaman serta mempunyai kemampuan melacak yang tinggi antara lain
membaca jejak, medan peta kompas, mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari
benda-benda yang terjatuh dan sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan
anjing pelacak. Dari beberapa pengalaman, pelacakan dengan anjing pelacak masih
belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan
faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat berubah.

e. Tahap Evakuasi (Evacuation Mode). Yaitu memberikan pertolongan


pertama dan membawa survivor ke titik penyerahan untuk perawatan lebih lanjut. Tiga
hal pokok yang harus dilakukan pencari apabila berhasil menemukan Survivor dalam
keadaan hidup:

1) Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini


personil harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena
kalau salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan
bisa meninggal.

2) Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat.

3) Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi


ditemukannya survivor.

Bila survivor dalam keadaan meninggal :

1) Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC.
2) Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi.
3) Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi.

Teknik yang digunakan dalam evakuasi :

1) Memapah.
2) Memandu.
3) Bantuan helicopter.
4) Modifikasi dari teknik yang ada.

64
4. Tahap Pemagaran (Confinement Mode).

Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita dapat
mengetahui batasan-batasannya, sehingga :

a. Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.

b. Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui tim
pencari.

Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian yang
padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas.

Metode Confinement :

a. Trail Blocking (razia pada jalan setapak). Yaitu menempatkan tim kecil pada
jalan masuk ke areal pencarian untuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah
tersebut. Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.

b. Road Bolcks (razia pada jalan keluar). Pada dasarnya sama dengan trail
blocks, hanya saja disini masyarakat, pamong desa dapat diminta bantuan untuk
melakukan pengawasan kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau
dengan meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.

c. Look Outs. Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu


kecil di ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar
yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat
asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga
menggunakan tanda-tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya
bunyi-bunyian, lampu, sinar, api, asap dll.

d. Camp In.Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya


saja persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari
dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.

e. Track Traps (jalur jebakan). Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu
yang kemungkinan besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara
alamiah dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal
jalur air, mata air, gua, tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan,
misal dengan menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area
itu secara berkala untuk melihat jejak korban.

f. String Lines. Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik
mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila
string line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu
misal jalan setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila
dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik. Bila daerahnya
berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna dengan menggunakan Tagged
String Lines (bentangan tali yang bertanda). Tags (tanda- tanda) pada string lines
akan menarik perhatian survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju
tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu. (lihat gambar)

65
Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau kotak- kotak
search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari. Setelah Initial
Confinement (pemagaran awal), tambahan string line dapat digunakan untuk
membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk
menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untk mempersempit
areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

5. Tahap Pengenalan (Detection Mode).

Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh
atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim
ESAR terutama diperlukan atau digunakan. Metode detection, dikelompokkan ke
dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga kategori di bawah ini telah digunakan dalam
ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil karena hal ini secara umum bertalian
terhadap tahapan dari pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya
mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.

a. Tipe I Search. Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan


terhadap areal yang dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini
adalah Reconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.

1) Metode ini digunakan pada.

* Tahap pencarian awal.


* Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada

2) Sasaran metode ini.

* Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana


survivor diduga berada
* Memperoleh informasi mengenai areal pencarian

3) Teknik yang digunakan. Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang
yang mampu bergerak cepat untuk memeriksa daerah pencarian. Bila
menemukan barang yang tercecer dan bila SMC (SAR Mission Coordinator)
menghendaki barang tersebut dibawa, maka sebuah marker akan dipasang
dan ditempatkan di lokasi penemuan.

b. Tipe II Search. Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan


sistematis atas area yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan
hasil akhir yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini
adalah open grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).

1) Metode ini digunakan pada :

* Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang


yang bertahan hidup diperkirakan sangat pendek.

* Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat
dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang
dapat mengcover keseluruhan area.

2) Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal
yang luas.

66
3) Teknik yang digunakan. Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang,
yang sejajar dengan jarak yang cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan
arah yang telah ditentukan. Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang
bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :

* Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga


sudut kompas yang sejajar.
* Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak.
* Memeriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim.

Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama
lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu
dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.

Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan
sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti kemungkinan jawaban.
Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II (lihat gambar).

A 15 m D C E 15 m B

Keterangan :

1) Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.

2) A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan


petunjuk lapangan), dan string line/ribbon.

3) C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa


pencarian sesuai arah kompas.

4) X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil


memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi
sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.

5) Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man


untuk memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.
Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing
membawa HT.

c. Tipe III Search. Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika


yang ketat atas area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat.
Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).

67
1) Metode ini digunakan pada :

* Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam


areal pencarian pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang
diharapkan.

* Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia


mencukupi.

2) Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang
spesifik.

3) Teknik yang digunakan. Penyapuan dengan jarak yang sempit.


Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5
meter. Pita-pita atau sring line banyak digunakan untuk mengontrol dalam
memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah dicari dan yang belum.
Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe III (lihat gambar).

* Tim yang menggunakan kompas man untuk pencarian dan


penyapuan. C = Kompas man.

C O O O O C

* Tiga tim menggunakan kompas sebagai unit kontrol


dalam penyapuan. C = Kompas man.

C O O O C O O O C O O O C
Tim 1 Tim 2 Tim 3

* Tiga tim pada penyapuan sejajar menggunakan ribbon


(potongan tali rafiah/pita) sebagai unit kontrol dalam penyapuan.(lihat
gambar)

O O O O O O O O O O O O O O O
Tim 1 Tim 2 Tim 3

68
6. Sikap Mental selama Pencarian.

a. Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :

1) Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial

2) Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan


reaksi

b. Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan


dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari kemungkinan survivor
tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.

c. Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal
menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap
agresif dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.

d. Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak
dan barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari
survivor. Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi
penyempitan areal pencarian.

7. Operasi Pertolongan.

Kegiatan-kegiatan dalam operasi pertolongan memiliki tahapan-tahapan :

a. Briefing.
b. Pengarahan tim penolong (rescue team) dan dropping bagi korban.
c. Pertolongan di lokasi musibah dan penggantian tim bila perlu.
d. Evaluasi.

Pada umumnya musibah terjadi karena kesalahan teknis, gangguan / bencana alam,
kesalahan manusia (human error), dll. Faktor alam memang sulit diduga namun kini sebaiknya
manusia mulai memikirkan bagaimana memperkecil dampak akibat gangguan alam. Namun
masih banyak musibah karena faktor manusia seperti kurangnya persiapan dan pengetahuan
seorang yang beraktifitas di alam bebas.

Apabila terjadi musibah kita sebaiknya melapor pada pihak yang berwajib seperti PMI,
unsur potensi SAR, kepolisian, dll. Pelapor hendaknya melengpai data dirinya meliputi nama,
umur, jenis kelamin, alamat, lokasi musibah, kalau melalui alat komunikasi laporkan juga
lokasi pelapor.

Untuk yang terkena musibah, catat obyek yang harus ditolong, identitas dan
kondisinya, lokasi musibah serta keadaan cuaca saat musibah, tanggal dan waktu kejadian,
lokasi pasti kejadian, sifat musibah, jumlah penumpang dan kru (untuk musibah transportasi),
dan keterangan lain yang bisa membantu operasi.
Contah data survivor untuk kecelakaan di gunung :

Nama : …………………………………
Jenis kelamin : …………………………………
Umur : …………………………………
Rambut : …………………………………
Postur tubuh : …………………………………
Sekolah / Kantor / Klub : …………………………………

69
Alamat sekolah / kantor : …………………………………
Pengalaman subyek : …………………………………
Nama orang tua : …………………………………
Pekerjaan orang tua : …………………………………
Alamat orang tua : …………………………………

Selanjutnya perhatikan dan patuhi semua peraturan keselamatan yang ada dengan
penuh kesadaran, untuk menghindari kemungkinan terjadinya musibah yang seharusnya tidak
perlu terjadi.
Lengkapi alat transportasi yang dioperasikan dengan perlengkapan darurat yang amat
diperlukan pada saat mengalami musibah, terutama bagi alat angkut air rakyat yang sifatnya
masih tradisional.

8. Prosedur Optis.

Isyarat optis merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh korban untuk
mencari pertolongan ataupun sebagai sarana komunikasi antara petugas SAR yang tidak
dilengkapi dengan sarana lain ataupun pada kasus peralatan komunikasi tidak dapat bekerja.

Macam-macam syarat optis

a. Semaphore, biasa digunakan untuk hubungan antara kapal dengan kapal,


kapal dengan darat, dan sebaliknya. Metode ini tergantung dari tempat, cuaca, dan
waktu sehingga kurang lazim dalam tugas SAR.

b. Sinar lampu, alat ini cukup baik pada siang apalagi malam. Umumnya dipakai
dengan isyarat Morse.

c. Isyarat kibar bendera, umumnya hanya digunakan kapal-kapal, namun kurang


sesuai untuk SAR darat karena membutuhkan tiang dan tempat yang tinggi. Isyarat
yang penting dalam lalu lintas berita SAR :

 JA : saya mengalami tabrakan.


 DO : saya hanyut, minta bantuan segera.
 AT : saya kandas, minta bantuan segera.
 DQ : saya mengalami kebakaran, minta bantuan segera.
 LV : saya kehabisan bahan bakar.
 DV : saya mengalami kebocoran, minta bantuan segera.
 FM : saya tenggelam, kirim bantuan segera.
 VC : isyarat anda dimengerti & bantuan sdg menuju tempat anda.
 DM : saya datang untuk memberi bantuan.

d. Isyarat kain di tanah, biasa dipakai untuk komunikasi antara SRU darat dengan
pesawat atau bagi survivor digunakan untuk menyatakan keperluannya. Isyarat yang
dipakai berukuran tak lebih dari 2,5 m, berwarna kontras / menyolok dari latar
belakangnya agar mudah terlihat dari udara, dan disertai isyarat lain untuk menarik
perhatian seperti radio, asap, sinar pantul, dll.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

70
MANAJEMEN BENCANA
(DISASTER MANAGEMENT)

1. Pengertian.

a. Bencana (Disaster). Suatu kejadian (baik alami maupun tidak alami) yang
menyebabkan kerusakan fisik dalam skala besar, baik terhadap lingkungan hidup
maupun infrastruktur dan mengancam jiwa banyak manusia di dalam suatu komunitas
atau lokasi.

b. Bagaimana bencana dapat terjadi ? ANCAMAN + KERENTANAN = BENCANA

1) Ancaman (Hazard). Fenomena, bahaya, atau resiko, baik alami


maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu) menimbulkan bencana.
Contoh : gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit dan
sebagainya.

2) Kerentanan(Vulnerability) Keadaan di dalam suatu komunitas yang


membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari suatu ancaman. Jenis
kerentanan dapat digolongkan menjadi kerentanan fisik, sosial dan psikologi.

2. Manajemen Bencana (Disaster Management). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan


untk mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan kerangka kerja
untuk menolong masyarakat dalam keadaan beresiko tinggi agar dapat menghindari ataupun
pulih dari dampak suatu bencana, dengan Tujuan :

a. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi, maupun jiwa


yang dialami oleh orang, masyarakat dan Negara.

b. Mengurangi penderitaan.

c. Mempercepat pemulihan.

d. Memberi perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang


kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.

3. Tahapan Penanganan Bencana

BENCANA

KESIAPSIAGAAN PENANGANAN DARURAT

PENCEGAHAN REHABILITAS

REKONTRUKSI
71
Keterangan :

a. Penanganan Darurat/Tanggap Darurat (Emergency Response). Upaya untuk


menyelamatkan jiwa dan melindungi harta serta menangani gangguan,
kerusakan dan dampak lain dari suatu bencana. Keadaan darurat : Kondisi yang
diakibatkan oleh suatu kejadian luar biasa yang berada di luar kemampuan
masyarakat untuk menghadapinya dengan sumber daya atau kapasitas yang ada.
Dalam kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok dan terjadi penurunan drastis terhadap kualitas hidup,
kesehatan atau ancaman secara langsung terhadap keamanan banyak orang di dalam
suatu komunitas/lokasi.

b. Pemulihan (Recovery) Suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok


terpenuhi. Proses recovery terdiri dari :

1) Rehabilitasi. Perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang


sifatnya sementara atau jangka pendek.

2) Rekonstruksi. Perbaikan yang sifatnya permanen.

c. Pencegahan (Prevention). Upaya untyuk menghilangkan atau mengurangi


kemungkinan timbulnya suatu ancaman, misalnya pembuatan bendungan untuk
menghindari terjadinya banjir. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa
sepenuhnya efektif terhadap sebagian besar ancaman.

d. Mitigasi (Mitigation). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk


dari suatu ancaman. Misalnya, penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir
tidak menimbulkan kerugian besar.

e. Kesiap-siagaan (Preparedness). Persiapan rencana untuk bertindak ketika


terjadi (atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan
terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber
daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan dapat mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman.

Beberapa bentuk kesiap-siagaan :

1) Pengembangan jaringan informasi dan Sistem Peringatan Dini (Early


Warning System/EWS)

2) Perencanaan evakuasi dan persiapan stok kebutuhan pokok (suplai


pangan,obat-obatan dll)

3) Perbaikan infrastruktur yang dapat digunakan dalam keadaan darurat


seperti fasilitas komunikasi, jalan, kendaraan, gedung-gedung sebagai tempat
penampungan dll.

4) Persiapan sumber daya manusia, termasuk orang-orang yang siap


menjadi komite koordinasi dalam keadaan darurat.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

72
KOMUNIKASI

1. Pendahuluan.

Istilah komunikasi secara umum mempunyai arti proses menyampaikan pesan kepada
orang lain. Sejak manusia dilahirkan kedunia sebagai bayi ia juga telah melakukan
komunikasi, menyampaikan pesan secara sderhana, yaitu dengan cara menangis, inilah si ibu
tahu bahwa bayi nya haus ataupun lapar.

Manusia sejak jaman dahulu berusaha menciptakan media komunikasi untuk dapat
berhubungan kepada manusia yang lain. Dari sejarah kita tahu bahwa cara-cara
berkomunikasi, khususnya untuk komunikasi jarak jauh, selalu berkembang, dari sekedar
berteriak, penggunaan asap, penggunaan semaphore, morse, telepon, radio HT, televisi,
handphone bahkan email. Dengan berkembangnya komunikasi ini semakin menandakan
bahwa jarak bukan lagi menjadi masalah bagi manusia dalam bertukar informasi.

Secara umum teknik komunikasi ada dua macam :

a. Full Duplex. Suatu teknik transmisi yang memungkinkan alat dapat


berkomunikasi dua arah secara serentak. Contoh: telepone, handphone. Tekniknya
menggunakan kabel terpisah, melakukan multipleks sinyal, atau memakai dua
frekuensi berbeda.

b. Half Duplex. Suatu teknik transmisi yang memungkinkan alat dapat


berkomunikasi dua arah **TIDAK** serentak tetapi bergantian. Contoh: radio amatir
standar atau HT.

2. Komunikasi pada Kegiatan di alam bebas.

Pada kegiatan-kegiatan dialam bebas, khususnya dalam su8atu kegiatan yang


membutuhkan banyak personil ataupun lokasi yang terpisah-pisah, kebutuhan
komunikasi bisa dikatakan mutlak diperlukan. Alat berkomunikasi yang digunakan
seyogyanya memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Praktis (ringan dan mudah dibawa).

 Bisa menjangkau jarak yang jauh.

 Pengoperasian mudah

Untuk itu pegiat-pegiat dialam bebas biasanya menggunakan pesawat komunikasi HT


(Handy Talky). Sebenarnya tidak sesederhana itu, dalam suatu kegiatan yang terpadu,
membutuhkan banyak personil di lokasi-lokasi yang terpisah, diperlukan suatu sistem
komunikasi yang bisa mengatur jalur penyampaian informasi disesuaikan dengan
karakteristik frekuensi yang digunakan, karakteristik perangkat komunikasi maupun
karakteristik medan.

73
a. Frekwensi. Frekwensi pada dasarnya yang sering di gunakan adalah :

1) High Frequency (HF), yang mempunyai karakteristik :

* Jangkauan bisa jauh (sedunia).


* Dipengaruhi propagansi (dipengaruhi cuaca bisa dipantulkan
oleh lapisan ionosfer).
* Bekerja pada 3,4 Mhz – 30 MHz.

Contoh : Pesawat 40 meter (7 MHz), pesawat 80 meter (3,5 MHz), Pesawat 11


meter (27 MHz).

2) Very High Frequency (VHF).

* Jarak tidak terlampau jauh.


* Arah lurus.
* Dapat dipantulkan oleh benda yang padat (gunung misalnya)
* Tidak dipengaruhi oleh lapisan ionosfer
* Bekerja pada 30 MHz – 400 MHz

Contoh : pesawat 2 meter (HT, Rig) dengan range frekwensi 140 – 149 MHz

3) Ultra High Frequenvy (UHF).

* Arus lurus.
* Tidak dipengaruhi ionosfer.
* Memantul dibenda padat.
* Kecepatan sangat tinggi.
* Bekerja pada 400 MHz – dst.
Contoh: pesawat televisi

b. Perangkat komunikasi.

 Pesawat Komunikasi
 Antena
 Power Supply

c. Pesawat Komunikasi.

Yang dititikberatkan pada pembahasan kali ini adalah perangkat HT, karena HT
sering dipergunakan dalam kegiatan alam bebas. HT maupun pesawat komunikasi
yang sejenis, pada dasarnya sebuah transcceiver yang berarti sebuah alat gabungan
dari transmitter dan receiver. Pirnsip kerja transmiter yait mengirimkan gelombang
suara yang telah diubah menjadi gelombang elektromagnetik. Prinsip kerja receiver
yaitu menerima gelombang elektromagnetik untuk kemudian diubah menjadi suara.

d. Bagan prinsip kerja HT.

Gel.ElectAntenaReceiverAmplifierSpeakerGel. Suara.
P.T.T (Push To Talk)
Gel.SuaraMicAmplifierTransmitterAntenaGel. Elect.

74
PTT disini yaitu switch/tombol yang berfungsi untuk memisahkan receiver dan
transmitter, ketika PTT tidak ditekan maka yang bekerja adalah rangkaian
receiver dan ketika PTT ditekan maka yang bekerja adalah rangkaian
transmitter.

e. Antenna.

Dalam penggunaan pesawat komunikasi, antenna memegang peranan paling


penting. Antenna membantu dalam pengiriman maupun penagkapan gelombang
elektromagnetik. Biarpun pesawat komunikasi bagus, tapi antennanya buruk,
pengiriman atau penerimaan tidak akan maksimal, kadang yang buruk dapat merusak
salah satu komponen vital dalam pesawat komunikasi.

Dalam perangkat komunikasi antenna dibagi dalam 2 jenis yaitu:

 Antenna Verikal.
Contohnya : telex, ring o,helickel, superstick, diamond sky two, dsb.
 Antenna Horisontal.
Contohnya : Yagi, cushcraft, parabola, slinjim, dsb.

Yang menentukan kekuatan pemancaran /penerimaan adalah panjang gelombang,


yang pada antenna dipengaruhi oleh gain (meliputi jenis dan sifat bahan, jumlah dan
jenis kumparan).

f. Power Supply.

Power Supply (Catu Daya), dalam penggunaan pesawat komunikasi jauga


berpengaruh dalam kekuatan pemancaran/penerimaan pada khususnya. Ada
bermacam macam power supply yang dapat digunakan, disesuailkan dengan jenis
pesawat yang dipakai. Yang perlu diperhatikan dari sebuah power supply adalah
voltase dan kuat arus yang dipakai, itu yang mempengaruhi daya pancar dari pesawat
komunikasi. Voltase suatu pesawat komunikasi biasanya memiliki range tertentu
seperti halnya pada HT berkisar 9 – 14 Volt.

Karakteristik Medan dan Sistem Komunikasi.

Dengan mengetahui topografi suatu daerah operasi, dalam artian daerah


bergunung gunung atau datar, dsb, maka dapat ditentukan perangkat apa saja yang
dipakai dengan memperhatikan karakteristik dari pesawat komunikasi, power supply
dan antenna. Sehingga dapat disusun sistem komunikasi yang dapat digunakan agar
tidak terjadi tumpang tindih penggunaan frekuensi, yang dapat merusak salah satu
komponen vital dari pesawat komunikasi tersebut. Untuk itu diperlukan orang yang
dapat mengatur masalah pemakaian jalur komunikasi ini, yang biasanya disebut Net.

Akibat medan yang bergunung gunung, sering terjadi hilangnya kontak antar
person melalui pesawat komunikasi. Untuk itu dibutuhkan seorang repeater atau
bankon (bantuan komunikasi), yang bertugas meneruskan informasi dari person satu
ke person yang lain yang kesulitan berhubungan langsung.

Jadi repeater ditempatkan pada daerah yang lebih tinggi, misalnya di puncak
bukit/gunung, atau daerah yang dapat dijangkau oleh pesawat komunikasi dari semua
pihak yang membutuhkan. Biasanya dalam suatu operasi tugas net/repeater dapat
dirangkap sekaligus.

Dalam suatu sistem komunikasi juga memperhatikan :

75
 Topografi.
 Frekuensi yang digunakan.
 Draft laporan komunikasi.
 Bahasa/kode/sandi.

3. Penggunaan Pesawat Komunikasi dan Etika Menggunakan Frekuensi.

Dalam menggunakan alat komunikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
pesawat tidak cepat rusak dan komunikasi dapat berlangsung secara lancar. Hal hal tersebut
antara lain :

 Jangan transmit bersamaan.


 Jangan transmit apabila antenna tidak terpasang.
 Perhatikan arah antenna.
 Hindari debu/kotoran yang berlebihan, juga hindari air.
 Pamakaian aktif dengan baterai standart 1-2 hari, pamakaian pasif 3-5 hari,
penggunaan aktif dengan high power < ½ hari.

Dalam menggunakan frekuensi ada juga beberapa etika yang harus dipatuhi, karena
penggunaan frekuensi bukan sekelompok orang saja, orang lain yang tidak berkepentingan
pun bisa memantau pembicaraan kita. Etika-etika tersebut antara lain:

 Penggunaan bahasa yang benar dan jelas.


 Jangan menggunakan kata kata yang tidak sopan.
 Tidak menyerobot penggunaan frekuensi apabila ada pihak lain yang berbicara.
 Memahami aturan aturan untuk memanggil lawan bicara, ketika berbicara dan
berhenti bicara.
 Dalam suatu kegiatan yang memerlukan pemakaian frekuensi, sebaiknya
meminta ijin penggunaan frekuensi pada pihak yang berwenang.

4. Perijinan penggunaan Frekuensi.

Dalam kegiatan yang membutuhkan pemakaian frekuensi, diperlukan suatu ijin dalam
penggunaan frekuensi. Di Indonesia, secara nasional alokasi pemakaian frekuensi diatur oleh
Departemen Perhubungan. Dalam kaitannya dengan adanya beberapa jenis pesawat
komunikasi ( 2 meter band, 11 meter band, 20 meter band, 40 meter band, dll) maka perijinan
penggunaan frekuensi pun untuk di tingkat lokal (daerah tingkat II) diatur oleh kelompok
tertentu. Misal untuk pemakaian lokal 2 meter band oleh ORARI ( Organisasi Amatir Radio
Indonesia), untuk lintas propinsi (2,20 dan 40 meter Band) diatur oleh ORARI tingkat Daerah,
sedangkan untuk 11 meter band diatur oleh RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Diluar
frekuensi frekuensi tersebut pengaturan frekuensi langsung ditangani oleh DEPHUB.

International Phonetic Alphabet.

A = Alpha I = India Q = Quebec


B = Bravo J = Juliet R = Romeo
C = Charlie K = Kilo S = Sierra
D = Delta L = Lima T = Tango
E = Echo M = Mike U = Uniform
F = Foxtrot N = November V = Victor
G = Golf O = Oscar W = Whiskey
H = Hotel P = Papa X = X-ray
Z = Zulu

76
Beberapa istilah yang biasa digunakan dalam pemakaian pesawat 2 meter band :

Contack = Memanggil, ijin akan masuk ke frekuensi


tersebut
Cherio = Turun dari frekuensi, selesai
Copy = Mengerti/ paham
Stanby = Berhenti bicara tapi tetap
memonitor di frekuensi tersebut
Ganti/Over = Selesai berbicara,memberi
kesempatan bagi lawan bicara
Humming = Gangguan suara mendengung
Brooming = Gangguan suara / rusak
Qtr = Jam …….

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

77
KESEHATAN PERJALANAN
Secara umum, kesehatan perjalanan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan dalam suatu perjalanan dengan tujuan mencapai keadaan
sesehat-sehatnya selama dan sesudah melakukan perjalanan. Faktor faktor yang
berpengaruh Keberhasilan suatu perjalanan.

1. Fisik.

Kemampuan fisik yang baik akan tercipta jika ditunjang oleh kemampuan sistem
jantung dan paru-paru. Untuk meningkatkan kondisi fisik diperlukan latihan yang intensif
dengan intensitas latihan yang terukur. Beberapa cara yang mudah untuk mengukur
kemampuan fisik adalah :

a. Lari 2,4 km selama 12 menit maksimal.


b. Untuk menjaga tingkat kebugaran dalam kondisi yang baik, ukuran intensitas
latihan adalah 70-85 % dari Denyut Nadi Maksimal (DNM), dan sebaiknya
dipertahankan dalam waktu 10-30 menit.

o Jumlah DNM sama dengan 220 dikurangi usia.


Contoh : umur 20 tahun
Maka DNM=220-20 = 200 kali
o Intensitas latihan untuk contoh di atas adalah :
70-85% dari 200, yaitu sama dengan 140-170 kali
o Denyut Nadi Maksimal yaitu jumlah denyut nadi yang dihitung selama 6 detik
setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan dengan 10, untuk
mendapatkan denyut nadi maksimal dalam 1 menit.

Di bawah ini ada dua tabel, yaitu ukuran denyut nadi sewaktu istirahat (tidak
melakukan apa-apa) dan setelah latihan :

Tabel 1 : Denyut Nadi Per Menit (Istirahat)


Keadaan Fisik ( 20-29 ) Tahun ( 30 - 39 ) Tahun ( 40 - 49 ) Tahun Diatas 50 Tahun
Laki-laki
Sangat baik < 60 < 64 < 66 < 68
Baik 60 -69 65 - 71 66 - 73 68 - 75
cukup 70 - 75 72 - 87 74 - 89 76 - 91
Kurang > 85 > 87 > 89 > 91
Perempuan
Sangat baik < 70 < 72 < 74 < 76
Baik 70 - 77 80 - 87 74 - 81 76 - 83
cukup 78 - 94 80 - 96 82 - 98 76 - 83
Kurang > 94 > 96 > 98 > 100

78
Tabel 2 : Denyut Nadi Per Menit (Setelah Latihan)

Keadaan ( 30 - 39 ) Diatas 50
( 20-29 ) Tahun ( 40 - 49 ) Tahun
Fisik Tahun Tahun
Laki-laki
Sangat baik < 76 < 80 < 82 < 84
Baik 76 - 85 80 - 87 82 - 89 84 - 91
cukup 86 - 101 88 -103 90 - 105 92 - 107
Kurang > 101 > 103 > 105 > 107
Perempuan
Sangat baik < 86 < 88 < 90 < 92
Baik 86 - 93 88 - 95 90 - 97 92 - 99
cukup 94 -101 96 - 112 98 - 114 100 - 116
Kurang > 101 > 112 > 114 > 116

2. Mental.

Faktor mental memang sulit untuk diketahui, tetapi dengan pemberian motivasi yang
baik mental dapat ditingkatkan. Di alam bebas, kita harus percaya pada kemampuan kita
untuk mengatasi segalanya.

3. Daya Tahan Tubuh.

a. Kebutuhan oksigen. Oksigen penting dalam proses penyediaan


energi selama perjalanan. Seringkali kita harus melakukan aklimatisasi guna
menyesuaikan kemampuan tubuh dengan kadar oksigen setempat.

b. Kebutuhan cairan. Gambaran kebutuhan air dalam tubuh adalah 10°


sebagai berikut :

* suhu 10°C diperlukan air satu liter per 24 jam.


* suhu 20°C diperlukan air empat liter per 24 jam.
* suhu 30°C diperlukan air lima liter per 24 jam.
* suhu 40°C diperlukan air enam liter per 24 jam.

c. Kebutuhan garam. Kebutuhan garam (NaCl) tiap orang untuk daerah


subtropis adalah 10 gr/24 jam, sedangkan untuk daerah tropis 15-25 gr/24 jam. Untuk
menjaga kadar garam tubuh, maka garam dapat dimasukkan ke dalam makanan, air
minum dan dalam bentuk tablet garam. Dalam keadaan tertentu dapat digunakan
oralit.

d. Suhu Lingkungan. Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh.


Tubuh manusia akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu panas daripada
dengan suhu dingin. Pakaian dan makanan sangat menentukan dalam mengatasi suhu
dingin.

e. Makanan. Untuk kehidupan sehari-hari tanpa aktivitas yang berat maka jumlah
kalori yang diperlukan setiap orang adalah 2000-2500 kalori. Dalam aktivitas yang
berat kebutuhan kalori adalah 2500-3500 kalori. Makanan yang baik adalah bila terdiri
dari 75% karbohirat dan 25% protein + lemak.

f. Seks. Setiap orang layaknya penggiat alam bebas memilki kebutuhan


seksualitas, hal ini dapat diwujudkan tentunya dengan menikah untuk menghindari
terjadinya pergaulan bebas di kalangan lanjut usia modern.

79
4. Pencapaian kondisi prima.

a. Pengetahuan tentang kesehatan perjalanan.

Sebelum melakukan perjalanan, kita harus mengetahui jenis medan apa yang
akan dihadapi, serta penyakit apa saja yang sering terjadi pada medan tersebut. Oleh
karena itu sebelum memulai perjalanan, kita harus mempelajari hal-hal mengenai
penyakit tersebut dan cara mengatasinya.

b. Perlengkapan perjalanan.

Perlengkapan yang dibawa disesuaikan dengan medan yang kita hadapi,


usahakan membawa perlengkapan yang bisa membuat kita merasa nyaman di
lapangan nantinya. Untuk barang-barang tertentu diharuskan membawa cadangan,
misalnya baterai, baju.

c. Perlengkapan Pertolongan Pertama.

Perlengkapan pertolongan pertama sangat penting untuk dibawa sehingga kita


siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi di lapangan minimal tidak terjadi
korban jiwa apabila terjadi kecelakaan.

-------------------Salam Lestari !!!-------------------

80

Anda mungkin juga menyukai

  • Survival
    Survival
    Dokumen49 halaman
    Survival
    Thariq Al Baariq Baariq
    Belum ada peringkat
  • Nyoh
    Nyoh
    Dokumen2 halaman
    Nyoh
    Thariq Al Baariq Baariq
    Belum ada peringkat
  • Rkat Ormawa KSR
    Rkat Ormawa KSR
    Dokumen11 halaman
    Rkat Ormawa KSR
    Thariq Al Baariq Baariq
    Belum ada peringkat
  • Resuman
    Resuman
    Dokumen2 halaman
    Resuman
    Thariq Al Baariq Baariq
    Belum ada peringkat