Anda di halaman 1dari 6

Idea Nursing Journal Vol. XII No.

1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

TUBERKULOSIS PARU DAN PENCEGAHANNYA: LITERATUR REVIEW

Lung Tuberculosis and its Prevention: Literature Review

Arfiza Ridwan1, Offi Miranda M2


1
Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: arfizaridwan@unsyiah.ac.id

ABSTRAK
Indonesia berada pada peringkat kedua dengan jumlah kasus Tuberkulosisi (TB) Paru terbanyak di dunia.
Kematian akibat TB diperkirakan sebanyak 1,4 juta, ditambah 0,4 juta kematian akibat TB Paru pada orang
dengan HIV. Komponen penting dalam pelayanan kesehatan adalah pencegahan penyakit. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui upaya pencegahan penularan tuberkulosis paru. Literatur review ini disusun
menggunakan sumber melalui database jurnal seperti Science Direct, Neliti, Google Scholar, dengan
menggunakan kata kunci tuberkulosis paru, tuberculosis, pencegahan, dan prevention pada Januari-Maret 2021.
Didapatkan 10 jurnal, buku, maupun pedoman nasional pengendalian TB dari berbagai sumber baik nasional
maupun internasional. Dari hasil penelusuran diketahui bahwa dibutuhkan segala upaya yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi
kesehatan. TB Paru dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu dengan pola hidup sehat, menutup hidung dan
mulut saat batuk atau bersin, memisahkan penderita TB Paru dari orang lain, memberi pengobatan, minum obat
sesuai anjuran dokter, mendapatkan vaksin Bacillus Calmatte-Gueerin (BCG) pada bayi baru lahir dan
memastikan sirkulasi dalam ruangan di rumah harus baik. Hal ini perlu diperhatikan karena masyarakat umum
sangat jarang terpapar informasi mengenai pencegahan TB yang dapat berkontribusi terhadap tingginya angka
TB Paru di Indonesia.
Kata kunci: tuberkulosis paru, pencegahan.

ABSTRACT
Indonesia is in second place with the highest number of pulmonary tuberculosis (TB) cases in the world. Deaths
from TB are estimated at 1.4 million, plus 0.4 million deaths from pulmonary TB in people with HIV. An important
component of health care is disease prevention. The purpose of this study was to determine the prevention of
pulmonary tuberculosis transmission. This literature review was compiled using sources through journal
databases such as ScienceDirect, Neliti, Google Scholar, using the keywords pulmonary tuberculosis,
tuberculosis, prevention, and prevention in January-March 2021. 10 journals, books, and national guidelines for
TB control were obtained from various sources. both national and international. From the search results, all
efforts are needed that prioritize promotive and preventive aspects, without paying attention to curative and
rehabilitative aspects aimed at protecting health. Pulmonary TB can sneeze in several ways, namely with a
healthy lifestyle, covering nose and mouth when coughing or, separating people with Pulmonary TB from other
people, giving treatment, as recommended by doctors, Bacillus Calmatte-Gueerin (BCG) vaccine in newborns
and ensuring circulation indoors at home should be good. This needs to be considered because the general public
is rarely exposed to information about TB prevention which can contribute to the high rate of pulmonary TB in
Indonesia.
Keywords: pulmonary tuberculosis, prevention.

PENDAHULUAN 3,2 juta diantaranya adalah perempuan dengan


Menurut laporan World Health angka kematian sebesar 1,5 juta. Dari jumlah
Organization (WHO) tahun 2015 dalam yang disebutkan, 1,1 juta (12%) positif Human
Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Immunodeficiency Virus (HIV) dengan angka
Indonesia (Permenkes RI) tahun 2016 dijelaskan kematian sebanyak 320.000. Penanggulangan
bahwa di tingkat global diperkirakan sekitar 9,6 TB di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri
juta penduduk dunia telah terinfeksi TB, dimana Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun

27
Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

2016, yang meliputi kegiatan promosi kesehatan, Inggris maupun Bahasa Indonesia yang
serveilans TB, pengendalian faktor resiko, mendeskripsikan tentang TB Paru dan
penemuan dan penanganan kasus TB, pemberian pencegahannya. Adapun tahapan pencarian
kekebalan (imunisasi), dan pemberian obat literatur meliputi; penemuan artikel sesuai kata
pencegahan. kunci, pemilihan artikel dan sumber yang full
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia text, pemilihan artikel sesuai tujuan penelitian,
(2014) menjelaskan bahwa TB dapat dicegah dan pemilihan artikel yang paling relevan.
dengan beberapa cara yaitu dengan pola hidup
sehat, menutup hidung dan mulut apabila HASIL
penderita batuk atau bersin, penderita TB Paru Dari hasil penelusuran literatur, terdapat 10
dipisahkan dari orang lain sampai sembuh, diberi referensi yang berkaitan dengan Tiberkolosis
pengobatan guna pencegahan penularan, minum Paru dan pencegahannya. Hasil penelusuran
obat sesuai anjuran dokter, diberi vaksin Bacillus dikelompokkan dalam beberapa poin, yaitu
Calmatte-Gueerin (BCG) pada bayi baru lahir gambaran umum, penentuan diagnosis,
dansirkulasi dalam kamar harus baik karena penularan, gejala, dan pencegahan TB Paru.
kuman TB Paru mudah menyebar dalam ruangan Leavell dan Clark pada bukunya Preventive
tertutup. Medicine for the Doctor in His Community
Komponen penting dalam pelayanan menyatakan bahwa dalam proses terjadinya
kesehatan adalah pencegahan penyakit. Segala penyakit, terdapat 2 tahapan besar, yaitu tahap
upaya kesehatan yang mengutamakan aspek prepatogenesis dan tahap patogenesis. Pada fase
promotif dan preventif, tanpa mengabaikan Pre-patogenesis, pencegahan yang dilakukan
aspek kuratif dan rehabilitatif adalah adalah pencegahan primer. Sedangkan pada
penanggulangan TB yang ditujukan untuk tahap patogenesis, terdiri dari pencegahan
melindungi kesehatan. Dalam promosi sekunder dan tertier. pencegahan primer
kesehatan pada penanggulangan TB, masyarakat dilakukan saat sebelum individu, pencegahan
diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan sekunder dilakukan untuk penyembuhan pada
yang benar dan komprehensif mengenai keadaan dini dari patogenesis penyakit tersebut,
pencegahan penularan, pengobatan, pola hidup dan pencegaan tertier adalah bertujuan untuk
bersih dan sehat (PHBS), sehingga terjadi mengurangi dampak dari penyakit seperti cacat
perubahan sikap dan perilaku (Peraturan atau kematian (Ryadi & Wijayanti, 2011).
Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia, Tuberkulosis paru (TB Paru) merupakan
2016). Oleh karena itu perlu dilakukan studi penyakit yang menular namun dapat dicegah
literatur untuk mengumpulkan berbagai sumber apabila masyarakat mengetahui cara
informasi untuk dapat dikembangkan menjadi penceggahannya. Hal ini sangat diperlukan
bahan pembelajaran di institusi pendidikan, karena angka TB Paru masih sangat tinggi, hal
fasilitas pelayanan, dan layanan masyarakat ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum
yang terkait. mengetahui cara memutus mata rantai penularan
TB Paru. Agen penyebab dari penyakit ini
METODE adalah Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat
Literatur review ini dikembangkan dengan menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
srategi pencarian jurnal penelitian dan referensi Penyakit ini ditularkan melalui udara atau percik
lain dengan menggunakan kata kunci renik (droplet nuclei) dari orang yang telah
tuberkulosis paru, tuberculosis, pencegahan, dan terinfeksi basil TB (Kemenkes RI, 2014).
prevention pada Januari-Maret 2021. Adapun Untuk menentukan diagnosa TB Paru,
database yang digunakan dalam pencarian diperlukan pemeriksaan bakteriologis. Sifat dari
sumber adalah Science Direct, Neliti, Google kuman TB adalah berbentuk batang dengan
scholar. Kriteria inklusi pada pencarian adalah dengan lebar 0,2- 0,6 mikron, dan panjang 1-10
artikel dan bahan-bahan yang dipublikasikan dan mikron, tahan asam, bersifat aerob (suka pada
dapat diakses secara full text baik dalam Bahasa tempat yang kaya oksigen seperti paru-paru),

28
Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

sejuk, lembab dan gelap, memerlukan media Penelitian-penelitian tersebut menghasilkan


khusus untuk berkembang biak, dapat bertahan beberapa kesimpulan terkait faktor-faktor resiko
hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara yang secara ilmiah terbukti memiliki kaitan erat
4 C sampai minus 70 C , sangat peka terhadap dengan penyakit ini, diantaranya usia, jenis
panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet, kelamin, Pendidikan, pekerjaan, kebiasaan
sebagian besar kuman akan mati dalam waktu merokok, kepadatan hunian kamar,
beberapa menit jika dipaparkan sinar ultraviolet pencahayaan, ventilasi, kondisi rumah, status
secara lansung, akan mati dalam waktu kurang 1 gizi, keadaan social ekonomi, dan perilaku
minggu pada suhu antara 30-37 C dalam dahak, (Suryo, 2010).
dan kuman dapat bersifat tidur atau tidak Kementerian Kesehatan RI (2016) telah
berkembang (dormant) (Somantri, 2009). menyebutkan bahwa upaya pencegahan
Dalam Permenkes RI (2016) dijelaskan penularan penyakit TB Paru meliputi beberapa
bahwa penularan TB Paru bisa terjadi secara hal: (a) Pengendalian Kuman Penyebab TB Paru,
langsung maupun tidak langsung. Penularan yaitu dengan mempertahankan cakupan
langsung dapat terjadi apabila penderita TB Paru pengobatan dan keberhasilan pengobatan tetap
berbagi alat makan dengan orang lain atau tinggi dan melakukan penatalaksanaan penyakit
berciuman. Hal ini terjadi karena saliva/air liur penyerta (komorbid TB) yang mempermudah
penderita bias menjadi jalur perpindahan agen terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes, dan
penyakit. Penularan tidak langsung dapat terjadi lain-lain. Pertama, pengendalian Faktor Risiko
ketika agens berpindah atau terbawa melalui Individu, yaitu dengan cara membudayakan
organisme, benda, atau perantara lainnya ke Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tidak
penjamu yang rentan sehingga menimbulkan merokok dan makan makanan bergizi,
penyakit. Penyebaran penyakit TB Paru dapat membudayakan perilaku cara membuang dahak
dibawa melalui udara atau pernapasan (airborne dan etika batuk yang benar bagi pasien TB Paru.
disease/respiratory borne). Penyakit yang Kedua, bagi populasi yang sudah terdampak TB
dibawa oleh udara atau pernapasan terjadi ketika Paru perlu adanya peningkatan daya tahan tubuh
droplet atau partikel debu membawa bibit melalui perbaikan kualitas nutrisi. Sedangkan
penyakit ke penjamu. Penularan terjadi ketika pencegahan bagi populasi rentan, meliputi
seseorang bersin, batuk, dan berbicara kemudian pemberikan vaksinasi BCG pada bayi baru lahir,
memercikan bibit penyakit mikroskopik yang pemberian profilaksis isoniazid (INH) pada anak
terbawa dalam droplet ke udara dan dihirup atau di bawah lima tahun, pemberian profilaksis INH
diisap oleh seseorang yang rentan terkena pada Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
penyakit. setiap 3 tahun selama 6 bulan, pemberian
Gejala penderita TB Paru dibagi menjadi rofilaksis INH juga dibeberikan pada pasien
gejala umum dan khusus. Gejala umum meliputu dengan indikasi klinis lainnya seperti silikosis;
batuk selama 2-3 minggu atau lebih yang disertai (b) Pengendalian faktor lingkungan, dengan
dengan dahak. Gejala tambahan berupa batuk melakukan pemeliharaan lingkungan sesuai
berdahak yang berdarah, batuk darah, sesak persyaratan baku rumah sehat dan perbaikan
napas, badan lemas, nafsu makan menurun kualitas perumahan; (c) Pengendalian Intervensi
(anoreksia), berat badan menurun, malaise, daerah berisiko penularan, yaitu kelompok
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik khusus yaitu lapas/rutan, masyarakat pelabuhan,
berlebih, dan mengalami demam selama lebih tempat kerja, institusi pendidikan berasrama, dan
dari 1 bulan (Permenkes RI, 2016). Sedangkan tempat lain yang teridentifikasi berisiko tinggi
gejala khusus berupa bunyi mengi dan sesak penularan TB Paru. Selain itu, penemuan aktif
akibat sumbatan di sebagian bronkus dan dada dan masif di masyarakat seperti di daerah
terasa sakit karena penumpukan cairan di rongga terpencil, daerah yang belum ada program
pleura. penanggulangan TB dan daerah padat penduduk;
Selama berpuluh tahun, di seluruh dunia (d) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
penelitian tentang TB Paru terus dilakukan. Yang harus menjadi perhatian utama adalah

29
Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

mencegah penularan Tuberkulosis Paru pada tentang pencegahan penularan penyakit TB Paru
semua orang yang terlibat dalam pemberian sebagai berikut; Bagi masyarakat yang belum
pelayanan kesehatan kepada pasien TB Paru. terinfeksi kuman TB disarankan makan makanan
Untuk memastikan berlangsungnya deteksi yang bergizi seimbang sehingga daya tahan
segera, tindakan pencegahan dan pengobatan tubuh dapat meningkat, tidur dan istirahat yang
seseorang yang dicurigai atau dipastikan cukup, tidak mengkonsumsi alkohol, rokok dan
menderita TB Paru, semua fasilitas pelayanan narkoba, menjaga lingkungan tempat tinggal
kesehetan (fasyankes) yang memberi layanan tetap bersih, membuka jendela setiap hari agar
TB Paru harus menerapkan PPI TB. Ada 4 pilar cahaya dapat masuk ke dalam rumah,
upaya penanggulangan infeksi yaitu; memberikan imunisasi BCG untuk balita untuk
pengendalian manajerial, pengendalian meringankan keparahan jika balita terinfeksi
administratif, pengendalian lingkungan fasilitas kuman TB. Apabila ada masyarakat yang
pelayanan kesehatan, dan pemanfaatan alat dicurigai sakit TB dianjurkan segera memeriksa
pelindung diri (APD). diri ke pelayanan kesehatan dan berobat sesuai
Naga (2012) juga menyebutkan cara aturan sampai sembuh. Sedangkan bagi
pencegahan TB Paru dalam beberapa sudut penderita yang sudah terinfeksi kuman TB,
pandang. Bagi penderita, pencegahan penularan disarankan untuk tidak meludah atau membuang
dapat dilakukan dengan menutup mulut saat dahak di sembarang tempat, menutup mulut saat
batuk dan tidak membuang dahak disembarang bersin atau batuk, berperilaku hidup bersih dan
tempat dan perlu pengobatan yang teratur selama sehat, berobat sesuai aturan sampai sembuh,
6 sampai 12 bulan. Bagi masyarakat umum, memeriksa balita yang tinggal serumah dengan
pencegahan dapat dilakukan dengan penderita agar segera diberikan tindakan
memberikan vaksinasi BCG untuk bayi. pencegahan.
Sedangkan bagi petugas kesehatan, pencegahan Penanggulangan TB di Indonesia diatur
dapat dilakukan dengan memberikan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
penyuluhan-penyuluhan terkait bahaya TB Paru Indonesia No. 67 Tahun 2016. Penanggulangan
yaitu berupa gejala, bahaya, penyebab dan akibat TB diselanggarakan melalui kegiatan promosi
penyakit Tuberkulosis. Dan jika ditemukan kesehatan, survelens TB, pengendalian faktor
individu yang positif terinfeksi Tuberkulosis resiko, penemuan dan penanganan kasus TB,
Paru, harus segera dianjurkan untuk melakukan pemberian kekebalan, dan pemberian obat
pengobatan ke pusat pelayanan kesehatan pencegahan. Promosi kesehatan dalam
terdekat. Budaya Pola Hidup Bersih dan Sehat penanggulangan Tuberkulosis, ditujukan untuk
(PHBS) juga harus dibiasakan seperti cuci peningkatan komitmen para pengambil
tangan sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, kebijakan yang dilakukan melalui kegiatan
kebersihan rumah yang selalu terjaga, perhatian advokasi kepada pengambil kebijakan, baik di
kusus terhadap muntahan atau ludah anggota tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
keluarga yang terjangkit TB Paru (piring, tempat Surveilans TB merupakan informasi dan data
tidur, pakaian), dan menyediakan ventilasi yang tentang kejadian penyakit TB atau masalah
cukup untuk dimasuki cahaya matahari. Bagi kesehatan dan kondisi yang mempengaruhinya
individu yang kontak langsung dengan penderita yang dipantau dan dianalisis secara sistematis
seperti keluarga penderita, petugas kesehatan dengan terus menerus untuk mengarahkan
dan individu lainnya yang beresiko tinggi tindakan penanggulangan TB yang efektif dan
terinfeksi, dapat melakukan vaksinasi BCG efisien. Surveilans TB diselenggarakan dengan
segera. Sedangkan bagi keluarga penderita TB 2 cara yaitu surveilans TB berbasis indikator dan
Paru, perlu adanya pemeriksaan dengan Tes surveilans TB berbasis kejadian. Surveilans TB
Tuberkulin selama 3 bulan sekali dan dilakukan berbasis indikator ditujukan untuk memperoleh
secara intensif. gambaran yang akan digunakan dalam
Selain itu, Perkumpulan Pemberantasan TB perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
Indonesia (PPTI) tahun 2010 menjelaskan program Penanggulangan TB. Sedangkan

30
Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

surveilans TB yang berbasis kejadian ditujukan guidelines on tuberculosis (2020) yang terdiri
untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan dari; (a) Identifikasi populasi untuk pengujian
tindakan respon terhadap terjadinya peningkatan laten infeksi tuberkulosis dan pengobatan
TB resistan obat. Tujuan pengendalian faktor pencegahan TB; (b) Menangani penyakit
risiko TB adalah untuk mencegah, mengurangi tuberkulosis aktif; (c) Pengujian untuk infeksi
penularan dan mengurangi kejadian penyakit tuberkulosis laten; (d) Pilihan pengobatan
TB. Ada beberapa cara untuk mengendalikan pencegahan tuberculosis.
faktor risiko TB yaitu membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat, membudayakan perilaku KESIMPULAN
etika batuk, melakukan pemeliharaan dan Berdasarkan hasil penelusuran beberapa
perbaikan kualitas perumahan dan literatur tentang Tuberkulosis dan
lingkungannya sesuai dengan standar rumah pencegahannya, dapat disimpulkan beberapa hal
sehat, meningkatan daya tahan tubuh, yaitu: (a) Tuberkulosis paru (TB Paru)
menangani segera penyakit penyerta TB, merupakan penyakit yang menular namun dapat
menerapkan pencegahan dan pengendalian dicegah, baik oleh masayarakat umum, keluarga,
infeksi TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan maupun penderita; (b) Untuk menentukan
di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. diagnosa TB Paru, diperlukan pemeriksaan
Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif bakteriologis; (c) Penularan TB Paru bisa terjadi
dan pasif. Penemuan kasus TB secara aktif secara langsung maupun tidak langsung; (d)
dilakukan melalui beberapa cara yaitu; Gejala penderita TB Paru dibagi menjadi gejala
investigasi dan pemeriksaan kasus kontak, umum dan khusus; (e) Upaya pencegahan
skrining secara massal terutama pada kelompok menurut Kementerian Kesehatan RI adalah
rentan dan kelompok berisiko dan skrining pada pengendalian kuman penyebab TB Paru adalah;
kondisi situasi khusus. Sedangkan penemuan pengendalian kuman penyebab TB Paru,
kasus TB secara pasif dilakukan melalui pengendalian faktor risiko individu, pencegahan
pemeriksaan pasien yang datang ke Fasilitas bagi populasi rentan, pengendalian faktor
Pelayanan Kesehatan. Dan penemuan kasus TB lingkungan, pengendalian intervensi daerah
ditentukan setelah dilakukan penegakan berisiko penularan, dan Pencegahan Dan
diagnosis, penetapan klasifikasi dan tipe pasien Pengendalian Infeksi (PPI); (f) Upaya
TB. Pemberian kekebalan dalam rangka pencegahan juga dikategorikan menurut
Penanggulangan TB dilakukan melalui penderita, masyarakat umum, petugas kesehatan,
imunisasi BCG terhadap bayi. Penanggulangan dan individu yang kontak langsung; (g)
TB melalui imunisasi BCG terhadap bayi Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia
dilakukan dalam upaya mengurangi risiko (PPTI) tahun 2010 menjelaskan tentang
tingkat keparahan TB. Tata cara pemberian pencegahan penularan penyakit TB Paru bagi
imunisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan masyarakat yang belum terinfeksi TB Paru dan
peraturan perundang-undangan. Pemberian obat bagi penderita yang sudah terinfeksi TB Paru.;
pencegahan TB ditujukan untuk beberapa (h) Penanganan TB pada tingkat internasional
kelompok yaitu pada anak usia di bawah 5 (lima) diatur dalam WHO consolidated guidelines on
tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif, tuberculosis (2020).
ODHA yang tidak terdiagnosa TB, atau populasi
tertentu lainnya. Pemberian obat pencegahan TB
pada anak dan ODHA dilakukan selama 6 DAFTAR PUSTAKA
(enam) bulan. Dan pemberian obat penegahan Kementrian Kesehatan RI. (2011). Strategi Nasional
TB pada populasi tertentu lainnya diberikan Pengendalian TB di Indonesia Tahun 2010-
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 2014. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
undangan. dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Pada tingkat internasional, penanganan TB Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pedoman
juga diatur oleh WHO dalam WHO consolidated Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat

31
Idea Nursing Journal Vol. XII No. 1 2021
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 – 2445

Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Naga, S. S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu
Penyalit Dalam. Yogyakarta: Diva Press. 2012.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
(PPTI). (2010). Buku Saku PPTI. Jakarta.
Ryadi, Slamet, A. L., & Wijayanti, T. (2011). Dasar-
dasar Epidemiologi. Jakarta: Salemba Medika.
Somantri, I. (2009). Keperawatan Medikal Bedah:
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. 2nd Ed. Jakarta:
Salemba Medika.
World Health Organization (2020). WHO
consolidated guidelines on tuberculosis. Module
1: prevention tuberculosis preventive treatment.
Geneva: World Health Organization. Licence:
CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

32

Anda mungkin juga menyukai