Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) FMIPA UNIGA menyelenggarakan


pemantapan setelah Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada trimester ke-
dua dan ke-tiga.

Pelaksanaan Pemantapan Apotek ditujukan untuk menghadapi UKAI sehingga


diharapkan mahasiswa PSPA Lebih siap dan mampu mengikuti UKAI baik OSCE
dan CBT dengan hasil yang baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Evaluasi pelaksanaan Pemantapan Apotek akan dilakukan secara periodik stelah


masa PKPA berakhir. Modul pelaksanaan pemantapan ini adalah modul
Pemantapan Apotek edisi ke-1 sehingga menjadi dokumen Pemantapan pertama
yang dikemudian hari akan dilakukan penambahan dan perubahan sesuai dengan
apa yang diperlukan
Semoga bermanfaat.

Garut, Maret 2020


Kaprodi PSPA FMIPA Garut

Dr. Ria Mariani., Apt

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iii
BAB I MANAJERIAL APOTEK......................................................................................1
1.1 Tujuan..........................................................................................................1
1.2 Teori Singkat................................................................................................1
1.3 Alat dan Bahan.............................................................................................5
1.4 Praktikum Surat Pesanan..............................................................................5
BAB II PERHITUNGAN DOSIS..........................................................................6
2.1 Dosis.............................................................................................................6
2.2. Regimen Dosis.............................................................................................6
2.3 Formulasi......................................................................................................6
2.4 Perhitungan Dosis........................................................................................6
2.5 Laju Aliran Larutan Intravena....................................................................10
BAB III PENGKAJIAN RESEP......................................................................................15
3.1 Tujuan........................................................................................................15
3.2 Teori Singkat..............................................................................................15
3.3 Alat dan Bahan...........................................................................................16
3.4 Praktikum Pengkajian Resep......................................................................16
BAB IV PIO DAN KONSELING....................................................................................18
4.1 Tujuan........................................................................................................18
4.2 Teori Singkat..............................................................................................18
4.3 Alat dan Bahan...........................................................................................20
4.4 Praktikum Pengkajian Resep......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
KAJIAN RESEP
Lampiran 2
SURAT PESANAN
Lampiran 3
PERHITUNGAN FARMASI
Lampiran 4
KELOMPOK
Lampiran 5
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Lampiran 6
SILABUS DOSEN

iii
BAB I

MANAJERIAL APOTEK

1.1 Tujuan
Setelah melakukan praktik manajerial apotek, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan di
apotek yang baik dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

1.2 Teori Singkat


Manajemen apotek merupakan proses penggunaan sumber daya kefarmasian
untuk mencapai tujuan dari pekerjaan kefarmasian. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI no 73/2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek manjerial apotek meliputi perencaaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpana, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Tujuan dari manajerial apotek yaitu untuk memberikan perlindungan kepada
pasien dan masyarakat dalam memperoleh atau menetapkan sediaan farmasi dan
jasa kefarmasian, mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-undangan serta memberikan kepastian
hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga Kefarmasian.
Manajerial apotek terdiri dari :
1. Perencanaan
Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan obat yang
ada di apotek menjadi lebih efisien dan sesuai dengan anggaran yang
tersedia. Perencanaan obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi
beberapa ketentuan antara lain jumlah obat sesuai dengan kebutuhan,
pembelian mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan
jumlah pembelian menunjukkan keseimbangan dengan penjualan secara
proporsional. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1
73/Menkes/SK/IX/2016, dalam membuat perencanaan pengadaan
sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu
pembelian dan konsinyasi. Pembelian barang di apotek sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat.
Dalam pengadaan Sediaan Famasi dibutuhkan surat pesanan yang
berbeda untuk setiap gologan obat. Surat pesanan terdiri dari surat
pesanan biasa, surat pesanan obat-obat tertentu, Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi.
a. Surat pesanan obat biasa digunakan surat pesanan terdiri dari 2
rangkap yang dapat dibuat diapotek itu sendiri.
b. Surat pesanan Obat-obat tertentu dapat digunakan oleh I jenis atau
beberapa jenis, ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab
dengan mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) dan stempel perusahaan. Obat yang termsuk
golongan ini yaitu Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin, Haloperidol dan/atau Dekstrometorfan.
c. Surat pesanan Prekursor Farmasi dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
beberapa jenis. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong
untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine. Surat pesanan
obat prekursor pemberiannya tidak bisa dilakukan secara
sembarangan.

2
d. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis
Narkotika. Contoh obat yang termasuk golongan ini yaitu morfin,
kokain, LSD, opium, kodein dan heroin.
e. Surat pesanan Psikotropika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu)
atau beberapa jenis Psikotropika. Yang termasuk dalam golongan ini
yaitu alprazolam, diazepam, clonazepam dan lorazepam.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Obat yang
diperoleh dicatat di buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang
mengirim barang, harga barang, dan no.batch. No.batch penting karena
sewaktu-waktu BPOM bisa menarik obat tertentu dengan no batch
tertentu.
4. Penyimpanan
Bahan obat/obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik, harus
disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilisitasnya. Penyusunan dan penyimpanan barang dilakukan secara
sistematis dapat dikelompokkan berdasarkan kategori teraupetik
(farmakologi), bentuk sediaan (cair, semi padat, dan padat), First In
First Out (FIFO), First Expire First Out (FEFO), secara alfabetis,
pabrik (produsen) dan sifat sediaan. Untuk narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus yang harus memenuhi persyaratan
tertentu yaitu terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah dipindahkan
dan mempunyai 2 kunci yang berbeda, harus diletakkan ditempat yang
aman dan tidak terlihat oleh umum untuk apotek dan kunci lemari
khusus dipegang oleh apoteker penanggung jawab.
5. Pemusnahan dan Penarikan
Obat yang sudah kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas

3
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedang utuk obat yang bukan narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker yang disaksikan oleh TTK yang
memiliki surat izin praktik.
Untuk resep yang disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan. Dilakukan oleh Apoteker disaksikan sekurang-kurangnya
oleh petugas lain dengan cara dibakar atau denagn cara lain di buktikan
dengan berita acara pemusnahan resep menggunakan formulir 2
sebagaimana terlampir dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM dengan tetap memberikan
laporan kepada kepala BPOM.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankakn jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakkan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan kartu stok, yang
memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemsukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada proses pengelolaan sediaan farmasi, Alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan yang
meliputi faktur dan surat pesanan, penyimpanan, penyerahan meliputi
nota dan struk penjualandan pencatatan lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari dua bagian ada pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan menajemen apotek. Lalu
ada pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat sesuai

4
peraturan perundang-unfdangan meliputi pelaporan narkotik,
psikotropika dan lain-lain.
1.3 Alat dan Bahan
Blanko surat pesanan dan alat tulis

1.4 Praktikum Surat Pesanan


2. Mahasiswa diberikan soal-soal untuk membuat surat pesanan
berdasarkan obatobat yang akan dipesan.
3. Mahasiswa menuliskan obat yang dipesan sesuai dengan surat
pesanannya yang terdisi dari surat pesanan biasa, surat esanan precursor,
surat pesanan obat-obat tertentu, surat pesanan narkotika dan
psikotropika.

5
BAB II

PERHITUNGAN DOSIS

2.1 Dosis
Dosis adalah jumlah suatu obat/formulasi obat yang diberikan kepada
seorang pasien untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan. Dosis dapat
dikualifikasi dengan berbagai istilah seperti dosis tunggal, dosis harian, dosis
terbagi harian, dosis mingguan, dosis total, dosis maksimal.

2.2. Regimen Dosis


Dosis dapat diulangi secara berkala baik setiap hari atau pada periode waktu
tertentu, ini dinamakan regimen dosis. Regimen dosis bervariasi berdasarkan obat
dan indikasinya. Regimen dosis dapat dilihat pada literatur resmi seperti AHFS,
DIH, PIONAS, literatur pembuat obat, dll. Contoh regimen dosis :
 Sefadroksil untuk Faringitis regimen dosisnya 1 gr diminum secara oral
sekali minum atau 500 mg diminum secara oral setiap 12 jam selama 10
hari
 Omeprazol untuk tukak lambung regimen dosisnya 40 mg diminum
secara oral per sekali minum

2.3 Formulasi
Suatu obat dapat tersedia dalam satu atau lebih formulasi (bentuk sediaan)
dan lebih dari satu kekuatan. Contoh sefadroksil tersedia dalam formulasi :
 Kapsul : 500 mg
 Suspensi oral : 250mg/5mL, 500 mg/5mL
 Tablet : 1 gr

2.4 Perhitungan Dosis


Perhitungan dosis dapat berdasarkan

6
1. Satuan formulasi
 Hitung jumlah tablet Q yang diberikan jika pada resep dinyatakan 1
tablet obat Q empat kali sehari selama 5 hari!
Jawaban :
1 kali minum butuh 1 tablet Q dan 1 hari tablet Q diminum sebanyak 4
kali, maka untuk 1 hari butuh 4 tablet Q. Jadi, untuk 5 hari total tablet
Q yaitu 20 tablet Q.

 Sirup Z dengen regimen dosis 15 mL tiga kali sehari selama 7 hari.


Hitung jumlah dosis dan volume total yang harus diberikan! Berapa
sendok 5 mL yang dibutuhkan pasien setiap dosis/setiap minum obat
tsb?

1. Jawaban :
Jumlah dosis dan volume total : 15 mL x 3 = 45 mL per hari x 7 hari =
315 mL selama 7 hari.
15 mL sekali minum, jika tersedia sendok 5 mL, maka butuh 3 kali
minum sendok 5 mL untuk memenuhi dosis 15 mL sekali minum.

2. Bobot obat
 Hitung jumlah tablet Q yang diberikan jika pada resep dinyatakan 1
tablet obat Q 20 mg empat kali sehari selama 5 hari! Sedangkan tablet
Q yang tersedia hanya tablet Q 10 mg.
Jawaban :
Agar pasien dapat menerima tablet Q 20 mg maka pasien minum 2
tablet Q 10 mg. Sehingga total tablet Q yang diberikan ke pasien 40
tablet.
Untuk tablet sekali konsumsi = 1 tablet 10 mg x 2 = 2 tablet
Untuk total tablet per hari = 2 tablet x 4 = 8 tablet
Untuk total tablet selama 5 hari = 8 tablet x 5 = 40 tablet

7
3. Bobot Badan
 Hitunglah dosis flukonazol untuk anak 3 tahun dan anak 11 tahun
bila dosis flukonazol yang direkomendasikan untuk kandidiasis pada
anak adalah 3 mg/kg sehari. Sarankan bentuk sediaan yang tepat
untuk keduanya.
Jawaban
Untuk anak 3 tahun
Dari table diperoleh bobot anak 3 tahun sebesar 15 Kg.
a. Hitung dosis yang harus diterima oleh anak tersebut
Misalkan dosis harian dalam mg adalah y. Susun kesetaraannya:
Dosis ketokonazol (mg) 3 y
Bobot badan (kg) 1 15
Y= 3 x 15  y= 45 mg
b. Tentukan formulasi yang sesuai untuk dosis tersebut
Formulasi flukonazol yang tersedia adalah kapsul 50 dan 150 mg
serta suspense yang mengandung flukonazol 50 mg/5 mL. Jika
dosis yang direkomendasikan adalah 45 mg, maka sediaan kapsul
tidak cocok (ingat bahwa seorang anak 3 tahun belum dapat
menelan kapsul).
Suspensi merupakan produk yang sesuai, tetapi setiap 5 mL
mengandung 50 mg ketokonazol. Demikian, perlu menghitung
volume suspensi yang mengandung dosis tersebut
c. Hitung volume suspensi yang diberikan
Contoh volume suspensi ketokonazol (mL) adalah y. Susun
kesetarannya:
Dosis ketokonazol (mg) 45 50
Volume suspensi (mL) y 5
Y/45 = 5/50
y= 4,5
Maka, pasien anak harus diberi 4,5 mL suspensi flukonazol
perhari

8
Untuk anak 11 tahun
Tabel hanya memberikan bobot untuk anak 7 dan 12 tahun,
karenanya bobot badan harus diperkirakan. Dalam hal ini
diperkirakan adalah 34 Kg.
a. Hitung dosis yang harus diterima oleh anak tersebut
Misalkan dosis harian dalam mg adalah z. Susun kesetaraannya:
Dosis harian ketokonazol (mg) 3 z
Bobot badan (kg) 1 34
Z = 102
Dosis harian untuk anak 11 Kg adalah 102 mg.
b. Tentukan formulasi yang sesuai untuk dosis tersebut
Adanya menterjemahkan dosis yang telah dihitung kedalam
formulasi yang sesuai. Karena bobot badan anak adalah hasil
perkiraan, dimungkinkan untuk mengurangi (untuk
menggenapkan) dosis menjadi 100 mg. Dalam hal ini, anak usia
11 tahun mungkin sudah bisa menelan kapsul, tergantung dari
kondisi mediknya.
Untuk memenuhi dosis 102 mg dapat diberikan 2 kapsul 50 mg.
Alternatif lain, dapat diberikan dosis 10 mL suspense yang
mengandung 25 mg/5 mL

4. Luas Permukaan Tubuh


 Hitunglah dosis metoreksat yang cocok untuk seorang anak 5 tahun
dan sarankan bentuk sediaan yang tepat. Dosis awal metoreksat
adalah 1,5 mg/m2 seminggu. Tablet metoreksat tersedia 2,5 mg dan 10
mg.
Jawaban:
a. Hitunglah dosis yang diterima oleh anak tersebut

9
Luas permukaan tubuh seorang anak 5 tahun adalah 0,73 m 2.
Misalkan dosis mingguan metoreksat adalah y. Susun
kesetaraannya:
Dosis metoreksat (mg) 15 y
Luas permukaan tubuh (m2) 1 0,73
Dengan demikian, dosis mingguan metotreksat adalh 10,95 mg.
b. Tentukan formulasi yang tepat.
Untuk membrikan 10,95 mg dari 2 tablet yang tersedia, pasien
dapat meminum 1 tablet 10 mg.

2.5 Laju Aliran Larutan Intravena


 Satu liter larutan garam normal akan diberikan pada pasien dalam
periode enam jam. Jika 20 tetes = 1 mL, berapa tetes per menit harus
diberikan?

Jawaban:
6 jam = 360 menit
Berikutnya perlu perhitungan jumlah tetesan dalam 1 liter (1000 mL)
Misalkan jumlah tetesan adalah x. Susun kesetraan:
Jumlah tetesan x 20
Volume larutan (mL) 1000 1
x/1000 = 20/1  x = 20000
Dengan demikian, akan ada 20000 tetes dalam 1000 mL.

Infus (20000) harus selesai diberikan dalam 360 menit.


Misalkan numlah tetesan per menit y. Susun kesetraan:
Jumlah tetesan 20000 y
Volume larutan (mL) 360 1
y/1 = 20000/360  y = 55,5  bulatkan ke 56.
Dengan demikian, pemberian IB di-set pada laju 56 tetesan per menit.

10
Untuk beberapa larutan IV, kecepatan aliran obat telah ditentukan Pada
kasus manapun, mungkin diperlukan penghitungan volume keseluruhan
yang akan diberikan dan tetesan per menit.

 Laju aliran yang direkomendasikan untuk amoksisilin adalah 2-3 mL per


menit pada konsentrasi 5 mg/mL. Amoksisilin disiapkan dalam vial
dengan kekuatan amoksisilin 500 mg untuk dilarutkan dalam glukosa 5
%. Dengan menggunakan satu vial amoksisilin, berapa volume glukosa
5% yang harus diberikan dan berapa tetesan per menit yang harus
diberikan jika laju alirannya adalah 3 mL per menit? Jika alat pemberian
IV di-set pada 20 tetesan per mL, berapa lamakah infus akan
berlangsung?

Jawaban:
Diperlukan penghitungan volume glukosa 5% yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan yang mengandung 5 mg amoksisilin per mL
Misalkan volume larutan yang diperlukan untuk dalam sediaan
sedangkan konsentrasi 5 mg/mL adalah y mL. Susun kesetaraan:
Amoksisilin (mg) 5 500
Volume larutan (mL) 1 y
y/500 = 1/5  y = 100
Dengan demikian, vial amoksisilin yang berisi amoksisilin 500 mg harus
dilarutkan dalam larutan glukosa 5% hingga dicapai volume larutan
sebanyak 100 mL

Dengan mengetahui laju pemberian sebesar 20 tetes per mL, jumlah


tetesan dalam 3 mL dapat dihitung. Misalkan jumlah tetesan adalah x.
Susun kesetaraan:
Jumlah tetesan x 20
Volume (mL) 3 1
X = 60

11
3 mL obat diberikan dalam waktu 1 menit sehingga alat infus IV harus
membrikan laju 60 tetesan per menit.

Misalkan waktu yang diperlukan untuk memberikan 100 mL larutan


infus adalah t menit. Maka:
Waktu (menit) t 1
Volume (mL) 100 3
T = 33,3
Dengan demikian, waktu yang diperlukan untuk memberikan larutan
infus 100 mL adalah 33,3 menit.

Pada beberapa keadaan, dua atau lebih larutan injeksi dapat


digabungkan dan diberikan dengan infus IV selama periode waktu yang
diketahui. Dalam kasus seperti ini, penting untuk diingat bahwa volume
total semua larutan injeksi harus dimasukkan dalam perhitungan.

 Contoh :
Dosis yang direkomendasikan untuk fenitoin adalah 15 mg/kg BB untuk
diinfuskan pada laju tidak lebih dari 50 mg/menit. Diasumsikan pasien
adalah wanita dewasa dengan bobot 56 kg. Injeksi fenitoin tersedia dalam
ampul 5 ml mengandung 50 mg/ml. Pemberi resep menginginkan suatu
volume infus 100 ml dan laju pemberian 25 mg/menit. Apakah
permintaan pemberian resep itu mungkin ? jika iyaberapa laju
alirannya/menit ?

Jawaban
a. Hitunglah dosis yang direkomendasikan kepada pasien
Pasien memiliki bobot badan 56 kg dan dosis obat sebesar 15 mg/kg.
Contoh dosis yang diperlukan adalah z, maka :
Dosis (mg) 15 z

12
Bobot badan (kg) 1 56
Dengan demikian, dosis yang diberikan untuk pasien adalah 840 mg
fenitoin.
b. Hitung volume injeksi yang dibutuhkan injeksi mengandungf fenitoin
50 mg/ml.
Contoh volume injeksi adalah y, maka :
Massa fenitoin (mg) 840 50
Volume injeksi (ml) y 1
y = 840/50  y = 16,8
Dengan demikian, diperlukan injeksi fenitoin sebanyak 16,8 ml untuk
dosis yang dibutuhkan.

Volume ini dapat dibuat sampai 100 ml dengan lar saline sebagaimana
diminta oleh pembuat resep. Larutan akhir sebanyak 100 ml ini akan
mengandung 840 mg fenitoin. Maka, perlu dilakukannya perhitungan
volume pemberian obat/menit yang diperlukan untuk memberikn laju
25 mg/menit. Dengan kata lain, setiap ml larutan mengandung 25 mg
fenitoin.

Contoh volume yang diperlukan dalam ml adalah x, maka :


Massa fenitoin (mg) 840 25
Volume injeksi (ml) 100 x
x/25 = 100/840  x = 2,98
Dengan demikian, 2,98 ml larutan mengandung 25 mg fenitoin.
Sehingga laju aliran infus harus di-set pada 2,98 ml/menit.

 Contoh
Obat tersedia sebagai larutan infus pada konsentrasi 0,15 mg/ml. Laju
aliran yang dibuatkan resep yaitu 3 mg/jam. Hitung laju aliran dalam
ml/menit dan tetesan/menit jika 1 ml = 20 tetes.

13
Jawaban :
Diperlukan dalam satuan menit, sehingga perlu untuk mengkonversi laju
aliran mg/jam menjadi mg/menit.
Contoh jumlah mg/menit y. Susun kesetaraanya :
Massa obat (mg) 3 y
Waktu (menit) 60 1
y = 3/60  y = 0,05
Dengan demikian, laju aliran adalah 0,05 mg/menit.

Kita perlu menentukan volume larutan yang mengandung 0,05 mg.


Kita harus tahu bahwa larutan yang mengandung 0,15 mg/ml. Misalkan
volume larutan (ml) yang mengandung 0,05 mg adalah x, maka :
Volume larutan (ml) 1 x
Massa obat (mg) 0,15 0,05
x = 0,05/0,15  x = 0,33

Dengan demikian, 0,33 ml larutan ini mengandung 0,05 mg obat. Karena


obat harus diberikan pada laju 0,05 mg/menit, laju aliran obat yang tepat
adalah 0,33 ml/menit.

1 ml = 20 tetes, maka kalau dinyatakan dalam tetesan misalkan z :


Jumlah tetesan 20 z
Volume (ml) 1 0,33
z = 20 x 0,33, z = 6,7
Dengan demikian, alat infus harus disesuaikan untuk memberikan 7
tetesan/menit.

14
BAB III

PENGKAJIAN RESEP

3.1 Tujuan
Setelah melakukan praktik pengkajian resep, mahasiswa diharapkan dapat
melakukan pengkajian resep, baik pengkajian secara administratif, kesesuaian
farmasetik maupun klinis secara baik dan benar sesuai dengan kaidah yang
berlaku.

3.2 Teori Singkat


Berdasarkan keamanan penggunaannya, obat dibagi dalam dua golongan
yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika,
psikotropika dan keras), dimana masyarakat harus menggunakan resep dokter
untuk memperoleh obat Ethical.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Resep merupakan hal terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur
pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining/pengkajian resep yang
meliputi pengkajian admninstratif, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis
untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan.
Kegiatan pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa
adanya masalah terkait obat. Selain itu kegiatan ini dilakukan sebagai upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Pengkajian
resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien.
Dengan melakukan pengkajian dan pelayanan resep, risiko klinis, finansial, dan
legal dapat diminimalisir. Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan oleh
apoteker dan dapat dibantu oleh TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian). TTK dapat
membantu pengkajian pelayanan resep dengan kewenangan terbatas dalam
persyaratan administrasi dan farmasetik. Evaluasi pengkajian resep dilakukan
setiap akhir bulan dengan mengevaluasi masalah-masalah yang sering terjadi
untuk dilakukan tindak lanjut dan perbaikan.

Pengkajian resep terdiri dari:


1. Kajian Administratif, meliputi:
1) Nama pasien, alamat, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan
(harus diketahui untuk pasien pediatri, geriatri, kemoterapi, gangguan

15
ginjal, epilepsi, gangguan hati dan pasien bedah) dan tinggi badan
pasien (harus diketahui untuk pasien pediatri, kemoterapi).
2) Nama dokter, No.SIP/SIPK dokter (khusus resep narkotika), alamat,
nomor telepon, serta paraf, kewenangan klinis dokter, serta akses lain.
3) Tanggal resep.
4) Ada tidaknya alergi.

2. Kajian Kesesuaian Farmasetik, meliputi:


1) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan dan jumlah obat.
2) Stabilitas dan OTT (Obat Tidak Tercampurkan).
3) Aturan dan cara penggunaan.
4) Tidak menuliskan singkatan yang tidak baku. Jika ditemukan
singkatan yang tidak baku dan tidak dimengerti, klarifikasikan dengan
dokter penulis resep.

3. Pertimbangan Klinis, meliputi:


1) Ketepatan indikasi dan dosis obat
2) Aturan, cara dan lama penggunaan obat
3) Duplikasi dan/atau polifarmasi
4) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki / ROTD (alergi,
efek samping obat, manifestasi klinis lain).
5) Kontraindikasi.
6) Interaksi obat.

3.3 Alat dan Bahan


Resep; formulir untuk pengkajian; kalkulator; alat tulis; software atau buku
referensi.

3.4 Praktikum Pengkajian Resep


1) Terima resep yang sudah disediakan.
2) Periksa kelengkapan administratif berupa identitas pasien (nama,
usia/tanggal lahir), berat badan (terutama pasien pediatri), tinggi badan
(pasien kemoterapi), tanggal resep, nama dokter.
3) Lakukan pengkajian resep dengan menceklis formulir skrining resep.
4) Berikan tanda ceklis (√) jika hasil pengkajian sesuai, atau tanda silang
(X) jika hasil pengkajian tidak sesuai, pada masing-masing hal yang
perlu dikaji.
5) Jika terdapat pengkajian yang tidak sesuai, berikan alasan dan
rekomendasi yang diperlukan.

16
6) Jika ada hal yang perlu dikonfirmasi, hubungi dokter penulis resep
(hasil konfirmasi dengan dokter dicatat di resep).

Cat: Yang bertindak sebagai dokter bisa dosen praktikum atau petugas yang
diberikan peran sebagai dokter.

17
BAB IV

PIO DAN KONSELING

4.1 Tujuan
Setelah melakukan praktik pemberian informasi obat (PIO) dan konseling,
mahasiswa diharapkan dapat melakukan PIO dan konseling dengan teknik
komunikasi dan materi konsultasi yang baik.

4.2 Teori Singkat


Standar pelayanan kefarmasian di pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit,
puskesmas, maupun apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan
farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient
safety) sehingga kualitas hidup pasien terjamin.
Standar pelayanan farmasi klinik dimulai dari pengkajian dan pelayanan
resep, rekonsiliasi obat, pemberian informasi obat (PIO), konseling, visite,
pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat
dalam darah.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini, dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. PIO pada
pasien khususnya hanya seputar menjawab pertanyaan yang diajukan pasien atau
menjelaskan informasi obat secara umum pada pasien.
Konseling Obat merupakan suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
dilakukan atas inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya. Pemberian konseling bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan

18
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
penggunaan obat bagi pasien.
Kriteria pasien yang dapat diberikan konseling :
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui)
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
3. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
5. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
6. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.

Pelaksanaan konseling menggunakan tahapan QuEST-SCHOLAR MAC


yang sudah dikembangkan dan distandardisasi untuk meningkatkan teknik
komunikasi antara apoteker (konselor) dan pasien. Teknik ini dapat dilakukan
untuk konseling pasien swamedikasi maupun pelayanan resep. Pada konseling
pelayanan resep, apoteker dapat memulai proses konseling setelah menanyakan 3
prime question (3PQ).

Tabel 1. Proses QuEST-SCHOLAR MAC, 3PQ


Quickly and accurate assess the patient Symptoms (gejala)
Tanyakan keluhan pasien SCHOLAR MAC Characteristics (karakteristik gejala)
Establish that the patient is an appropriate self- History (apa yang baru saja dilakukan?
care candidate Hal apa yang pernah terjadi?)
Suggest appropriate self-care strategies Onset (kapan keluhan dimulai?)
Talk with the patient Location (di mana keluhannya?)
Aggravating factors (hal apa yang
membuat keluhan semakin parah?)
Remitting factors (hal apa yang
membuat keluhan menjadi lebih baik?)
3 Prime Question
1. Apakah Anda sudah mengetahui obat Medication (obat apa yang sedang
apa yang diberikan oleh dokter? digunakan)
2. Apakah Anda sudah mengetahui cara Allergies (apakah ada riwayat alergi
penggunaan obat yang diberikan? obat)
3. Apakah Anda sudah mengetahui Condition (apakah ada kondisi lain
harapan setelah menggunakan obat ini? yang menyertai)

Materi konseling yang diberikan meliputi :


a. Nama zat aktif dan golongannya

19
b. Aturan pakai, dan edukasi mengenai cara penggunaan dengan alat
peraga
c. Efek samping, kontraindikasi
d. Respon yang diharapkan dari obat
e. Hal yang harus dilakukan untuk memantau respon terapi atau
mendeteksi adanya efek samping
f. Hal yang harus dilakukan bila tidak tercapai respon yang diinginkan
atau bila terjadi efek samping
g. Hal yang harus dilakukan bila dosis terlewat
h. Interaksi obat-obat, obat-makanan yang penting
i. Cara penyimpanan

4.3 Alat dan Bahan


Kasus; formulir untuk pengisian aspek PIO dan konseling; alat tulis; alat
peraga (dummy); software atau buku referensi.

4.4 Praktikum Pengkajian Resep


1). Peserta diberikan kasus sebagai tugas pendahuluan sebelum praktikum
dimulai.
2). Peserta melakukan analisis terhadap kasus yang diberikan.
3). Peserta menuliskan hasil analisis dan kemungkinan kondisi yang akan
dipastikan melalui sesi konseling.
4) Peserta melakukan konseling terhadap pasien sesuai dengan kondisi
kasus dan memberikan rekomendasi sesuai dengan analisis yang sudah
dilakukan. Bila ada hal yang tidak sesuai dan ingin meminta konfirmasi
dokter, dapat menghubungi dokter selama proses konseling.
5). Dosen atau asisten praktikum akan memberikan penilaian terhadap
analisis kasus dan keberjalanan proses konseling.
Cat: Yang bertindak sebagai dokter bisa dosen praktikum atau petugas yang
diberikan peran sebagai dokter.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Shauna M. Buring, James Kirby, Wayne F. Conrad, 2007, A Structured Approach


for TeachingStudents How to Counsel Self-Care Patients. American Journal
of Pharmaceutical Education. 71(1).

Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2013 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

21
LAMPIRAN I
KAJIAN RESEP

dr. Mawar dr. Cantik


SIP. No. SIP. No.
123/SIP.DU774/YF/DINKES/X/2012 456/SIP.DU775/YF/DINKES/X/2012
Jl. Sehat Selalu No. 40 Garut Jl. Damai Sejahtera No. 10 Garut
Telp. (022) 1234567 Telp. (022) 45678910
Tanggal : 10/10/2019 Tanggal : 12/10/2019

R/ Bufamox syr 125 mg/5 mL No. I R/ Simvastatin 20 mg No. XXX


Bufamox kapsul 500 mg No. III / 0-0-1
Dexa tab 750 mcg No. IV R/ Amlodipin 10 mg No. XXX
CTM tab 4 mg No. III / 0-0-1
/ 3 dd 1 sdt (habiskan) R/ Mecobalamin 500 mcg No. XX
/ 3 dd 1
R/ Dumin tab 500 mg No. V
/ 3 dd ½ tab

Nama Pasien : An. Budi Nama Pasien : Cucu


Usia : 7 tahun Usia : 65 tahun
Alamat : Jl. Makmur No. 4 Garut Alamat : Jl. Makmur No. 10 Garut

22
dr. Mawar dr. Cantik
SIP. No. SIP. No.
123/SIP.DU774/YF/DINKES/X/2012 456/SIP.DU775/YF/DINKES/X/2012
Jl. Sehat Selalu No. 40 Garut Jl. Damai Sejahtera No. 10 Garut
Telp. (022) 1234567 Telp. (022) 45678910
Tanggal : 10/10/2019 Tanggal : 12/10/2019

R/ Allopurinol 50 mg No. XXX R/ Omeprazol 20 mg No. X


/ 2 dd 1 / 2 dd 1
R/ Piroxicam 20 mg No. XXX R/ Ranitidin 150 mg No. X
/ 2 dd 1 / 3 dd 1
R/ Cendo Xitrol ED No. I R/ Mefinal No. X
/ 3 dd 4-6 gtt ODS / 3 dd 1 prn nyeri

Nama Pasien : Ibu Eti Nama Pasien : Cucu


Usia : 35 tahun Usia : 65 tahun
Alamat : Jl. Makmur No. 14 Garut Alamat : Jl. Makmur No. 10 Garut

dr. Mawar dr. Cantik


SIP. No. SIP. No.
123/SIP.DU774/YF/DINKES/X/2012 456/SIP.DU775/YF/DINKES/X/2012
Jl. Sehat Selalu No. 40 Garut Jl. Damai Sejahtera No. 10 Garut
Telp. (022) 1234567 Telp. (022) 45678910
Tanggal : 10/10/2019 Tanggal : 12/10/2019

R/ Insulin aspart No. I R/ Ambroxol syr No. 1


/ 1 dd 10 IU 3 dd 1 cth
R/ Metformin No. XXX R/ Ibuprofen forte syr No. 1
/ 3 dd 1 pc 3 dd 1 cth
R/ Cefadroxil syr No. 1
Cefadroxil tab No. III

23
Nama Pasien : Tn. Asep Nama Pasien : Kesya
Usia : 40 tahun Usia : 8 bulan/ 15 kg
Alamat : Jl. Sentosa No. 5 Garut Alamat : Jl. Sentosa No. 11 Garut

dr. Mawar dr. Cantik


SIP. No. SIP. No.
123/SIP.DU774/YF/DINKES/X/2012 456/SIP.DU775/YF/DINKES/X/2012
Jl. Sehat Selalu No. 40 Garut Jl. Damai Sejahtera No. 10 Garut
Telp. (022) 1234567 Telp. (022) 45678910
Tanggal : 10/10/2019 Tanggal : 12/10/2019

R/ Ventolin inhaler No. I R/ Dulcolax suppo No. III


/ 4 dd 2 puff / 2 dd 1
R/ CTM 2 mg No. X R/ Sucralfat syr No. I
/ 4 dd 1 / 3 dd 1 cth pc
R/ Vometa-FT No. X
/ 3 dd 1 pc

Nama Pasien : Ny. Lili Nama Pasien : Ny. Lulu


Usia : 28 tahun Usia : 18 tahun
Alamat : Jl. Sentosa No. 5 Garut Alamat : Jl.Sentosa No. 15 Garut

24
LAMPIRAN 2
SURAT PESANAN

Buatlah SP untuk pesanan di bawah ini :


1. Dexketoprofen tablt 2 box
2. Erlamycetin TM 1 box
3. Flutop-C 6 fls
4. Kasa steril 4 box
5. Masker 3 box
6. Sarung tangan ukuran S,M, L @ 2 box
7. Folavit 2 box
8. Diazepam 1 box
9. Hufagrip BP 6 fls
10. Dextral 1 box
11. Fludane 1 box
12. Temorex plus 10 fls

25
LAMPIRAN 3
PERHITUNGAN FARMASI

1. Hitung jumlah total tablet yang harus diberikan jika dalam resep dinyatakan :
Obat X sig. 3 dd 2 tab selama 10 hari!
2. Dalam resep diminta, Amoksisilin sirup 420 mg dikonsumsi tiap 6 jam selama
3 hari.
a. Hitung volume suspensi Amoksisilin sesuai dosis tersebut sekali konsumsi
dan total konsumsi pe hari!
b. Hitung volume total suspensi untuk pemakaian seama 3 hari!
3. Jika regimen dosis 4 mg/kg BB tiap 6-8 jam dan Ibuprofen yang tersedia
berupa sirup 125 mg/5mL.
a. Hitung jumlah Ibuprofen yang harus diberikan pada balita BB 23 kg untuk
sekali konsumsi!
b. Hitung volume total Ibuprofen yang dibutuhkan hari dan berapa botol
ibuprofen yang diperlukan selama 5 hari?
c. Bagaimana cara memberikan obat tersebut kepada balita tersebut?
4. Seorang pasien membeli OBH sirup 60mL dengan regimen dosis 3 dd 2 cth.
Jika obat tersebut diminum sampai habis, berapa lama waktu yang dibutuhkan?
5. Pasien diberikan Domperidon tablet dengan regimen dosis satu tablet tiap 8
jam selama 14 hari. Berapa banyak tablet yang harus diberikan oleh apoteker?
Bagaimana cara mengonsumsi Domperidon?
6. Pasien diberikan obat X 7.5 mg 1x1 selama 1 minggu, lalu dosis diturunkan
menjadi 5 mg 1x1 selama 1 minggu. Obat X tersedia dalam bentuk tablet 5 mg
dan 2.5 mg. Berapa tablet dari masing-masing kekuatan sediaan yang harus
diberikan oleh apoteker?
7. Pasien membutuhkan injeksi obat Y 0.5 mg.Namun, obat Y tersedia sebagai
injeksi dengan kekuatan 100 µg/mL. Berapa mL injeksi akan diberikan untuk
memenuhi dosis yang diperlukan?

26
8. Dosis oral metotreksat 20 mg/m2 seminggu. Tablet metroteksat yang tersedia
yaitu 5 mg dan 10 mg Hitung dosis metotreksat untuk anak 5 tahun! Tentukan
kekuatan dan jumlah talet yang diberikan!
9. Satu liter NaCl 0.9% akan diberikan pada pasien selama 6 jam. Jika 20 tetes =
1 mL. Berapa tetes per menit NacL 0.9% yang harus diberikan?
10. Suatu obat tersedia dalam larutan infus dengan konsentrasi 0.25 mg/mL. Laju
aliran yang diresepkan yaitu 5 mg per jam. Hitung laju aliran dalam mL/menit
dan tetesan per menit jika 1 mL = 20 tetes!

LAMPIRAN 4
KELOMPOK

Daftar Mahasiswa Pemantapan OSCE di Apotek


30 Oktober 2019-31 Desember2019

I II III IV V
Adelina Belasa, Ai Yose Noor Amelia Lestari, Ana Nawa Cholifah, Anastasia Amalia
S.Farm Azizjah, S.Farm S.Farm S.Farm Reata, S.Farm

Fahadz Nur Deden Firmansyah, Dian Eka Nugraha, Muhammad Eko


Dina Rosdiana, S.Si
Amidan, S.Farm S.Farm S.Farm Pranoto, S.Farm
Handi Mukti Gina Maulida Gresentia Resti,
Lisma Naila, S.Si Gina Nurfitri, S.Farm
Fahrizal, M.Farm Ulfah, S.Farm S.Farm
Furqon Nugraha Nenden Rd. Lutpi Rachmat
Iin Eskanawati, S.Si Iis Widiyanti,S.Si
Pratama, S.Farm Syarifah,S.Si Fauzi, S.Farm

Rahima Putri Wulan Andriani, Libersin Sri Nur Mulyani,


Siti Yulianti, S.Farm
Fatmasari, S.Si S.Farm Balalembang, S.Farm S.Farm

VI VII VIII
Asep Saeful Rohmat, Chandra Lidansyah Hidayat,
Anwar Januarsyah, S.Si
S.Farm S.Farm

Resa Restianty, S.Farm Dinar Cahya Nugraha, S.Si Sandi Tirtana, S.Farm

Tian Rustiani, S.Si Lela Sari Nur Astuti Wulida Farhani, S.Farm
Tiara Krisvia Oktaviany, Nuriani Rahayu Saidah,
Zia Amalia, S.Farm
S.Farm S.Farm
Yuliana Dewi Prasetia
Yudithia Putri Utami,S.Si Anwar Januarsyah, S.Si
Ningsih, S.Si

27
Keterangan :
1. Pemantapan OSCE di apotek bersifat WAJIB
2. Setiap kelompok melaksanakan pemantapan OSCE di apotek selama 5 hari
berturut- turut
3. Waktu pelaksanaan pemantapan OSCE di apotek selama 4 jam
4. Jadwal dan lemba kerja mahasiswa terlampir
5. Kelompok yang sudah ada tidak boleh ditukar atau diganti

LAMPIRAN 5
LEMBAR KERJA MAHASISWA

NAMA :
NPM :

No Kegiatan Nilai Paraf Dosen


1 Perhitungan farmasi
2 Pembuatan surat pesanan
3 Kaji resep non racikan
4 Kaji resep racikan
5 PIO (minimal 3 kali)
6 Konseling swamedikasi 1
7 Konseling swamedikasi 2*
8 Konseling obat resep 1
9 Konseling obat resep 2*

Nilai Akhir A/ B/ C/ D/ E

28
Garut, Maret 2019

LAMPIRAN 6
SILABUS DOSEN

No Materi Keterangan
1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP di Apotek
Menjelaskan alur pengadaan hingga pendokumentasian Geni/dosbing
Membuat soal surat pesanan Dosbing

Menjelaskan tentang penyimpanan (High alert, LASA, narkotika &


psikotropika) Dosbing
Mahasiswa disuruh mengisi kartu stok Dosbing
Menjelaskan tentang SIPNAP Geni/dosbing

2 Membuat 10 soal perhitungan farmasi per batch yang dikerjakan


oleh masing-masing mahasiswa dan dibahas bersama Dosbing

3 Menilai PIO (min 2 per hari per orang) yang dikumpulkan dalam
bentuk laporan berisi : Informasi obat yg di PIO kan Dosbing
4 Membuat resep untuk kaji resep Dosbing
Resep non racikan (1 resep per orang)
Resep racikan (1 resep 2-3 orang)
Membuat studi kasus swamedikasi (1 kasus per orang atau 2-3
5
orang) Dosbing
*Form penilaian
Menilai konseling yang dilakukan mahasiswa dan mengevaluasi
6 konseling sudah
bersama
tersedia

Resep racikan Dosbing


Resep non racikan Dosbing
Swamedikasi Dosbing

29
7 Membahas bersama resep dan kasus yang dikonselingkan Dosbing
8 Mengisi absen dosen yang tersedia di apotek Dosbing

9 Menilai tugas mahasiswa yang harus dikerjakan selama di apotek


pada lembar tugas mahasiswa Dosbing

30

Anda mungkin juga menyukai