Anda di halaman 1dari 3

TUGAS III

SISTEM HUKUM INDONESIA

OLEH

AYUB SABTUNUS KAJA JADE


NIM : 048570811

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN POLITIK


JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TERBUKA KUPANG
Sebuah pesawat terbang Garuda Indonesia mendarat darurat di Singapore dengan alasan pilot
pesawat yang berkewarganegaraan Malaysia dalam keadaan terluka berat setelah dianiaya
oleh seorang diplomat berkewarganegaraan India yang merupakan penumpang pesawat
tersebut. Kasus ini sementara ditangani oleh kepolisian Singapore, sementara itu pihak
Indonesia merasa berhak untuk mengadili, demikian pula dengan India yang mengatakan
berhak mengadili kasus tersebut karena yang melakukan penganiayaan adalah warga
negaranya.

Pertanyaan :

Silakan dianalisis,

1. argumen Indonesia mengklaim sebagai negara yang berwenang mengadili


pelaku penganiayaan tersebut!. Jawaban anda dikaitkan dengan asas-asas yang
terdapat dalam sistem hukum pidana dan sertakan juga dasar hukum yang
mengaturnya.

2. Apakah hukum pidana Indonesia dapat diberlakukan kepada pelaku tindak


pidana tersebut?, berikan argumentasi anda dengan menggunakan asas yang
terdapat dalam sistem hukum pidana

JAWABAN :

(1). Dalam situasi tersebut, klaim Indonesia untuk mengadili pelaku penganiayaan dapat didasarkan
pada prinsip-prinsip hukum pidana internasional, terutama dalam hal yurisdiksi. Yurisdiksi
merupakan hak suatu negara untuk mengadili suatu tindak pidana, dan ada beberapa dasar hukum
yang dapat menjadi landasan klaim Indonesia:

1. Prinsip Teritorial: Menurut prinsip teritorial, sebuah negara memiliki yurisdiksi atas tindak
pidana yang terjadi di wilayahnya. Dalam hal ini, pendaratan darurat pesawat terbang di
Singapura dapat dianggap sebagai wilayah yang memungkinkan Indonesia untuk mengklaim
yurisdiksi teritorial.

2. Prinsip Kebangsaan (Nationality Principle): Asas kebangsaan menyatakan bahwa sebuah


negara memiliki yurisdiksi untuk mengadili warganya yang melakukan tindak pidana di luar
negeri. Dalam kasus ini, pilot yang menjadi korban adalah warga negara Malaysia, sehingga
Indonesia dapat mengklaim yurisdiksi berdasarkan asas kebangsaan karena peristiwa
tersebut terjadi di pesawat Garuda Indonesia.

3. Prinsip Perlindungan (Protective Principle): Asas perlindungan memberikan hak kepada


negara untuk mengadili tindak pidana yang merugikan kepentingan atau kewarganegaraan
negara tersebut. Jika Indonesia dapat membuktikan bahwa tindak penganiayaan terhadap
pilot tersebut merugikan kepentingan atau kewarganegaraannya, maka asas perlindungan
dapat digunakan sebagai dasar hukum.
Berdasarkan asas-asas tersebut, Indonesia dapat mengklaim yurisdiksi untuk mengadili pelaku
penganiayaan. Namun, hal ini tentu harus diakui dan dihormati oleh hukum internasional. Selain itu,
koordinasi dan diplomasi antara negara-negara terkait, yaitu Indonesia, Malaysia, dan India, akan
sangat penting dalam menyelesaikan kasus ini secara adil dan sesuai dengan norma-norma hukum
internasional.

(2). Dalam kasus seperti ini, penerapan hukum pidana Indonesia terhadap pelaku tindak pidana yang
terjadi di luar wilayah Indonesia menjadi kompleks dan melibatkan prinsip-prinsip hukum
internasional. Beberapa asas dalam sistem hukum pidana yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. Asas Territorialitas (Territorial Principle):

 Asas ini menyatakan bahwa suatu negara berhak menjatuhkan hukuman terhadap
tindak pidana yang terjadi di wilayahnya. Dalam konteks ini, kejadian mendaratnya
pesawat di Singapore mungkin memunculkan pertanyaan apakah asas territorialitas
dapat diterapkan.

2. Asas Kewarganegaraan (Nationality Principle):

 Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengadili tindak pidana yang dilakukan
oleh warganya di luar wilayah negaranya. Dalam hal ini, Indonesia dan India
mungkin merujuk pada asas kewarganegaraan untuk mengklaim hak mereka untuk
mengadili pelaku.

3. Asas Perlindungan Warga Negara (Protective Principle):

 Asas ini memungkinkan suatu negara mengadili tindak pidana yang merugikan
kepentingan atau keamanan nasionalnya, bahkan jika tindak pidana tersebut
dilakukan di luar wilayah negara. Dalam hal ini, Indonesia dapat berargumen bahwa
tindak pidana tersebut merugikan keamanan penerbangan dan keselamatan
warganya.

4. Asas Universalitas (Universal Principle):

 Asas ini menciptakan dasar bagi komunitas internasional untuk bersama-sama


mengadili dan menghukum pelaku tindak pidana tertentu, terlepas dari tempat
terjadinya tindak pidana. Meskipun asas ini umumnya terkait dengan kejahatan
internasional, dalam kasus ini, pihak-pihak yang terlibat dapat berdebat apakah
tindak pidana tersebut mencapai tingkat kejahatan internasional.

Dalam konteks hukum internasional, negara-negara yang terlibat mungkin perlu mencari solusi
diplomatis atau menempuh jalur hukum internasional untuk menentukan yurisdiksi yang paling
sesuai untuk mengadili pelaku. Proses hukum dan penentuan yurisdiksi dalam kasus semacam ini
sering kali melibatkan negosiasi antarnegara dan kerjasama internasional untuk mencapai keputusan
yang adil dan sesuai dengan norma-norma hukum internasional

Anda mungkin juga menyukai