Proposal Turun Bumi
Proposal Turun Bumi
Disusun Oleh:
Panitia Pelaksana Tradisi Turun Baumo
PENDAHULUAN
.
A. Latar Belakang
Tradisi merupakan suatu yang urgen di dalam masyarakat yang harus dilindungi, dijalankan,
dan diwariskan kepada anak cucu supaya tradisi tidak hilang dan pudar. Tradisi juga dapat diartikan
dengan kebiasaan yang sudah dilaksanakan sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat. Tradisi kerapkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama.
Salah satu jenis tradisi yang masih ada di Indonesia adalah sedekah bumi. Sedekah bumi merupakan
suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang
mana telah menurunkan rezeki melalui tanah atau bumi berupa segala bentuk hasil bumi seperti hasil
panen yang melimpah, dan jauh dari bencana.
Upacara sedekah bumi sebenarnya sangat populer di Indonesia khususnya pulau Jawa dan
Sumatra. Namun dengan berbagai cara atau versi yang membuat tradisi ini unik seperti penampilan-
penampilan atau atraksi yang mebuat masyarakat lebih antusias lagi. Sedekah bumi merupakan suatu
ucapan rasa syukur atas rezeki yang sudah diterima, dan memiliki hajat agar mendapatkan rezeki yang
melimpah pada masa yang akan datang. Tradisi ini masih rutin pada masyarakat Jawa dan menjadi
kegiatan rutin masyarakat hingga kini. Sedekah bumi diwariskan secara turun temurun dari nenek
moyang terdahulu dan kebanyakan ritual ini dilakukan oleh masyarakat agraris atau pedesaan yang
mayoritas berprofesi sebagai petani. Salah satu jenis tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh
masyarakat Desa Pulau Aro kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin adalah tradisi Turun Baumo.
Turun Baumo merupakan suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah menurunkan rezeki melalui tanah atau bumi berupa
segala bentuk hasil bumi seperti hasil panen yang melimpah, dan jauh dari bencana. Tradisi Turun
Baumo merupakan suatu ucapan rasa syukur atas rezeki yang sudah diterima, dan memiliki hajat agar
mendapatkan rezeki yang melimpah pada masa yang akan datang. Tradisi ini masih rutin pada
masyarakat Desa dan menjadi kegiatan rutin masyarakat hingga kini. Tradisi Turun Baumo diwariskan
secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu dan telah menjadi indentitas yang harus
dilestarikan keberadaannya. Tradisi ini selain bertujuan untuk meminta kepada tuhan yang maha Esa
agar hasil panen melimpah ruah dan dijauhkan dari setiap musibah dan bencana dari desa. Selain itu
akan terciptanya silaturrahmi antar masyarakat yang ada di Desa Pulau Aro. Pentingnya tradisi ini bagi
masyarakat khususnya masyarakat agraris yang mayoritas bertani karena tradisi sedekah ke bumi ini
merupakan perwujudan terima kasih masyarakat kepada yang maha pencipta atau ucapan rasa syukur
masyarakat atas hasil bumi yang diberikan ke masyarakat. Dengan tradisi ini supaya masyarakat
mendapatkan hasil panen yang melimpah serta terhindar dari bahaya dan bencana. Selain itu,
masyarakat juga bisa menjadikan sedekah bumi sebagai sebuah kesejahteraan dalam masyarakat dan
keselamatan agar segala urusan bisa diatasi dengan baik dan mendapatkan hasil panen yang selalu
melimpah dan aman dengan cara melakukan ritual tradisi sedekah bumi
Di era globalisasi saat sekarang ini, tradisi mengalami degradasi nilai. Sehingga banyak yang
mulai dilupakan. Oleh karena itu, pemerintahan Desa Pulau Aro berkomitmen untuk tetap
melestarikan tradisi turun baumo ini yang merupakan kearifal local desa. Tradisi ini akan menjadi
program tahunan pemerintahan desa. Namun untuk mewujudkannya pemerintahan desa
membutuhkan dukungan dan bantuan dari semua elemen masyarakat baik bantuan berupa dana dan
saran. Sehingga nantinya tradisi turun baumo akan terus terjaga sampai kapanpun.
B. Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan tradisi Turun Baumo bertujuan menjaga dan melestarikan kebudayaan, adat
istiadat, dan tradisi yang telah ada secara turun menurun. Selain itu, untuk memberikan
pemahaman dan pengenalan kepada generasi muda tentang urgensi menjaga kebudayaan yang
ada yang merupakan kearifan lokal Desa Pulau Aro serta meregenerasi tokoh adat atau budaya
di Indonesia khususnya di Desa Pulau Aro. Untuk mewujudkan itu semua, tentunya panitia
pelaksana membutuhkan bantunan dana untuk kelancaran dan terselenggaranya acara tersebut.
C. Tema Kegiatan
Dengan adanya kegiatan upacara tradisi Turun Baumo ini kita tingkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan serta adat istiadat yang menjadi
Kerifan lokal yang harus di jaga serta meregenerasi tokoh adat atau budaya di Indonesia
khususnya di Desa Pulau Aro.
D. Macam Kegiatan
Masyarakat Desa Pulau Aro selalu menjalankan ritual Turun Baumo ini sebelum bercocok
tanam karna masyarakat menganggap ritual Turun Baumo ini bagi mereka merupakan ritual untuk
menyampaikan hajat ke pencipta bumi supaya hasil bumi ini melimpah seperti hasil panen melimpah,
ikan bisa jinak, air jernih dan buah-buahan menjadi segar. Maka dari itu masyarakat Desa Pulau Aro
selalu mendapatkan hasil panen yang melimpah ketika sudah melakukan ritual Turun Baumo tersebut.
Pada dasarnya tradisi Turun Baumo di Desa Pulau Aro adalah otoritas dari pemerintahan desa
terkait diadakan atau tidak dalam tahun tersebut, namun ritual Turun Baumo identik dengan ritual
kedukunan. Para dukun adalah orang yang mempersiapkan segala sesuatu sesajen yang digunakan
dalam ritual Turun Baumo dan sekaligus sebagai aktor dalam ritual tersebut. Sebelum pelaksanaan
tradisi Turun Baumo ada beberapa musyawarah yang dilakukan.
Musyawarah pertama, Kepala Desa akan mengundang unsur terkait dalam Desa Pulau Aro
seperti Lembaga Adat, LPM (Lembaga Pemerdayaan Masyarakat), BPD (Badan Permusyawarahan
Desa) dan tokoh mayarakat. Semua lembaga tersebut mengeluarkan pendapatnya masing-masing
guna menghasilkan sakato saiyo menjadi tuah (perundingan yang menghasilkan mufakat). Dalam
musyawarah ini akan dihasilkan kesepakatan terkait waktu pelaksanaan, dana yang diperlukan, dan
pembentukan panitia pelaksana . Hasil dari musyawarah pertama akan dituangkan dalam keputusan
Kepala Desa dan diumumkan ke masyarakat Desa Pulau Aro melalui masjid-masjid dan mushola-
mushola. Waktu pelaksanaan Turun Baumo dilakukan sebelum turun baumo (ke ladang) dan biasanya
di akhir tahun. Untuk hari pelaksanaan dari dulu hingga sekarang biasanya dilaksanakan di hari Sabtu
setelah sholat Zhuhur. Musyawarah pertama tersebut juga membentuk struktur kepanitian
Turun Baumo . Adapun panitia diambil dari unsur lembaga yang ada di Desa Pulau Aro seperi Lembaga
Adat, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Badan Permusyawarahan Desa. Untuk sumber dana
pelaksanaan tradisi Turun Baumo ini akan diberlakukan sistem iuran bersama sesuai dengan tradisi
turun temurun bahwa untuk dana masyarakat akan dilibatkan dalam urusan bersama.
Musyawarah kedua dilaksanakan di rumah induk manantih. Musyawarah kedua ini dilakukan
pada siang hari tepatnya pada hari Sabtu paling lambat satu minggu sebelum hari H pelaksanaan
tradisi Turun Baumo . Ketika semua masyarakat sudah melaksanakan sholat Zuhur. Segala sesuatu
yang akan dilakukan terkait persiapan pelaksanaan tradisi Turun Baumo akan dilakukan di rumah Inuk
Menantih. Masyarakat meyakini akan pentingnya rumah Inuk Manantih yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan benda pusaka yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pulau Aro yang harus mereka
jaga dan lestarikan bersama. Semua hasil musyawarah pertama sudah disepakati oleh para dukun
maka selanjunya dukun menyampaikan kesiapan anggota dukun-dukun terkait peralatan yang akan
dibawa dalam ritual nantinya. Para dukun akan mempersiapkan semua perlengkapan sesajen yang
diperlukan serta benda pusaka untuk dibawa saat tradisi Turun Baumo . Benda pusaka tersebut
berupa keris, pedil (senapan) dan tombak
Di pagi hari para dukun yang terlibat pada proses ritual Turun Baumo serta para tokoh adat
dan panitia pelaksana akan berkumpul di rumah inuk manantih untuk melakukan doa dan ritual
kedukunan. Dalam doa tersebut para dukun akan mengutarakan maksud akan melaksanakan ritual
Turun Baumo kepada arwah para leluhur dan meminta izin untuk menggunakan benda pusaka yang
disimpan di rumah inuk manantih tersebut.
Pada saat melakukan doa semua benda pusaka yang ada di rumah inuk manantih akan
dikeluarkan dan di doakan oleh para dukun sebelum nantinya akan dibawa pada saat Turun Baumo .
Benda pusaka tersebut berupa keris, tombak, pedel (senapan), dan sangku (sesajen). Selain itu, para
dukun juga akan mempersiapkan sesajen yang nanti akan digunakan saat prosesi pelaksanaan Turun
Baumo . Sesajen yang disiapkan berupa nasi punjung putih, nasi punjung kuning, nasi punjung
hitam,sekapur sirih, ayam warna hitam dan kekuning-kuningan
4. Menepung Kampong
Keesokan harinya para dukun akan berkumpul kembali di rumah Inuk Manantih tanpa
melibatkan panitia. Mereka berkumpul sembari membakar kemenyan sambil memanjatkan doa-doa.
Masing-masing dukun akan berdoa memanjatkan doa sesuai dengan spesialisasi mereka. Setelah
selesai berdoa para dukun akan bergerak keliling kampung sambil membawa kemenyan untuk diasapi
di perbatasan-perbatasan kampung. Prosesi ini akan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Para
dukun akan mengelilingi kampung sambil berdoa supaya kampung aman dan terhindar dari bencana.
Disetiap perbatasan dengan 2 desa tersebut para dukun akan mengasapi dengan kemenyan.
Pada saat prosesi mengasapi kampung dengan asap kemenyan selama 3 hari berturut-turut warga
desa tidak akan pergi meninggalkan rumah masing-masing apalagi pergi ke ladang atau hutan karena
selama prosesinya belum selesai. Maka masyarakat akan berada di rumah masing-masing dan tidak
akan melakukan aktivitas pertanian. Dihari terkahir setelah mengelilingi kampung para dukun kembali
kerumah Inuk Manantih dan kembali berdoa secara kedukunan dengan maksud menyampaikan bahwa
semua rangkaian ritual Turun Baumo telah selesai dilaksanakan. Setelah doa di rumah Inuk Manatih
maka semua tugas para dukun telah selasai dan rangkaian ritual Turun Baumo pun berakhir.
E. Waktu dan tempat Pelaksanaan
Tradisi Turun Baumo ini akan di ikuti oleh 2 Desa yang bertetangga. Yaitu Desa Pulau
Aro dan Desa Muara Seketuk. Secara histori 2 Desa tersebut adalah satu rumpun meskipun
pada tahun 2010 dilaksanakan pemekaran Desa. Namun secara adat dan budaya masih terlibat
dalam proses tradisi Turun Baumo. Desa Pulau Aro merupakan salah satu Desa yang ada di
Kecamatan Tabir Ulu Kabupaten Merangin provinsi Jambi. Dengan jumlah penduduk 2.545
jiwa dengan mayoritas berprofesi sebagai petani. Sama halnya dengan Desa Muara Seketuk
yang memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang sama denga Desa Pulau Aro.
Estimasi Biaya
Pengeluaran
A. Seksi Kesektariatan
Sumber Dana
F. Fasilitas Sponsor
Pemasangan umbul- umbul dan spanduk , atau baner sebanyak-banyaknya mulai H-3
sampai akhir acara dan promo atau perkenalan diri diwaktu acara dan diluar acara sekaligus mengisi
acara yang berhubungan dengan promosi bersangkutan dll.
G. Penutup
Demikian proposal ini kami buat. Kami mengharapkan dukungan dan partisipasi
Bapak/Ibu. Semoga acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang kita harapkan. Atas perhatian dan
kerjasama Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Dokumentasi
Tradisi Turun Baumo Desa Pulau Aro Kecamatan Tabir Ulu
Membawa Benda Pusaka Desa ke Lokasi
Acara