Analisis Undang-Undang Ite Berdasarkan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Nur Hadiyati, Hayllen Stathany
Analisis Undang-Undang Ite Berdasarkan Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia Nur Hadiyati, Hayllen Stathany
e-ISSN : 2657-2494
ABSTRAk
Artikel ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak sesuai dengan asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan diundangkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Produk hukum, Undang-Undang
tersebut berfungsi sebagai alat kontrol negara terhadap sistem informasi dan transaksi elektronik
secara bebas serta sudah semestinya produk hukum tersebut harus memenuhi asas-asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik agar dapat dengan mudah masuk dalam
komunitas masyarakat. Perlu dilihat dan ditinjau apakah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 ini
sesuai atau tidak dengan asas pembentukan peraturan perundang-undangan. Pada penelitian ini
menggunakan penelitian hukum normatif pada peraturan tertulis, sehingga penelitian ini erat
kaitannya dengan kepustakaan karena membutuhkan data pendukung yang diperoleh dari
perpustakaan. Pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik masih terdapat ketidaksesuaian terhadap asas pembentukan peraturan perundang-
undangan. Dengan terdapatnya kelemahan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik maka tampaknya perlu diadakannya peninjauan kembali agar tidak terdapat kesalahan
penafsiran.
ABSTRACT
This article has the aim of finding out whether Law Number 11 of 2008 concerning Information and
Electronic Transactions is not in accordance with the principles of the formation of applicable laws and regulations
promulgated in Law Number 12 of 2011 concerning the Establishment of Legislations. Legal product, the law
functions as a means of state control over information systems and electronic transactions freely and naturally the legal
product must meet the principles of establishing good laws and regulations so that they can easily enter the community.
It is necessary to see and review whether this Law Number 11 of 2008 is in accordance with the principles of the
formation of laws and regulations. This research uses normative legal research on written regulations, so this research
is closely related to the library because it requires supporting data obtained from the library. In Law Number 11 of
2008 concerning Information and Electronic Transactions, there are still discrepancies with the principles of the
formation of laws and regulations. Given the weaknesses in the Electronic Information and Transaction Law, it
seems that a review is necessary so that there is no misinterpretation.
sosial dan budaya pada tingkat dan intensitas Perubahan atas Undang-Undang No 11
yang pasti nya juga akan berbeda. Globalisasi Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
tidak bisa dihindari untuk setiap negara Elektronik.” Namun hal ini tidak serta merta
didunia (termasuk Indonesia). menjadikan undang-undang ini menjadi
Teknologi informasi memegang sempurna dan siap untuk digunakan. Bahkan
peranan penting saat ini dan dimasa depan setelah direvisi kembali, ternyata masih
(Rahardjo, 2002). Masyarakat meyakini banyak Pasal karet yang terdapat di dalam
bahwa teknologi informasi akan membawa undang-undang tersebut. Dan Pasal karet
manfaat-manfaat bagi semua negara didunia yang dimaksud merupakan Pasal-Pasal yang
ini yang sangat besar (Melani, Disemadi & sering digunakan seperti pencemaran nama
Jaya, 2020). Kegiatan teknologi informasi baik. Hal ini tentu dapat mengganggu
dapat digunakan untuk sebagai sarana kestabilan keadilan bagi masyarakat, di mana
komunikasi timbal balik, di seminasi dan undang-undang ini bisa saja digunakan oleh
pencarian data, serta dapat juga digunakan oknum-oknum dengan salah dan tidak
untuk kegiatan pengajaran. Adanya teknologi bertanggung jawab (CT-CAT, 2021).
informasi juga memungkinkan untuk Kejahatan dunia maya sangat erat
memperoleh segala macam informasi dari kaitannya dengan perkembangan dan
internet, antara lain informasi ekonomi, pengaruh dari teknologi internet yang ada
bisnis, pendidikan, hiburan, dll (Sitompul, pada kehidupan manusia di masa modern ini.
2001). Hal-hal yang seperti ini juga yang Indonesia juga merupakan negara yang
dapat menjadi suatu tindak pidana kejahatan terkena dampak masalahnya sendiri didunia
siber itu berlaku. Banyak sekali oknum online. Perkembangan teknologi di bidang
masyarakat dunia yang memanfaatkan keilmuan tidak hanya berdampak negatif,
teknologi untuk suatu hal kejahatan dan hal namun tidak selalu benar juga berdampak
ini juga yang menjadi titik fokus positif. Dengan kemajuan teknologi, saluran
perkembangan teknologi didunia saat ini, informasi semakin banyak digunakan di
yang tujuan nya juga untuk meminimalisir seluruh dunia. Indonesia sendiri telah
adanya kejahatan siber. Berdasarkan melakukan segala upaya untuk mengajukan
Ketentuan Umum Bab 1 Undang-Undang perangkat hukum yang telah disesuaikan
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dengan adanya perkembangan pada dunia
Dan Transaksi Elektronik (UU ITE), dan telah melahirkan produk hukum yang
Pengertian Teknologi Informasi ialah dinamakan Undang-Undang Nomor 10 pada
teknologi untuk mengumpulkan, akhir tahun 2008. 11 November 2008 tentang
menyiapkan, menyimpan, mengolah, informasi dan transaksi elektronik (Veno &
mengumumkan, menganalisis dan / atau Laela, 2019).
menyebarluaskan informasi. Ruang maya sendiri merupakan
Kecenderungan penggunaan terjemahan dari istilah cyberspace, dan para
teknologi dan perkembangan teknologi yang sarjana sering menggunakannya untuk
terus menerus memiliki dampak yang harus mengidentifikasi ruang yang diciptakan oleh
diramalkan dan diperhatikan. Kini, upaya perkembangan teknologi informasi,
tersebut telah melahirkan produk hukum khususnya internet. Dalam berbagai
berupa UU ITE. Di Indonesia, UU ITE yang dokumen, undang-undang yang digunakan
berlaku saat ini dinilai belum cukup untuk unutk mengatur aktivitas (terutama dunia
melindungi jenis cybercrime yang semakin maya) memiliki banyak nama. Beberapa
marak. Padahal UU ITE sudah diberlakukan orang menyebutnya hukum cyber, hukum
dan diluncurkan sejak era GusDur. Selama internet, hukum teknologi informasi, hukum
ini, mengingat perkembangan dan pesatnya telekomunikasi dan informasi teks. Barda
era digital, UU ITE masih terus berubah Nawawi Arief menyebutnya dengan
(Safitri, 2018). Untuk menyesuaikan dengan Mayantara Act dan Mayantara Crime. Atau yang
keadaan perkembangan digital yang semakin biasanya menggunakan istilah lain yaitu
canggih, maka pemerintah terus merevisi dan hukum teknologi informasi dan hukum dunia
mengkaji ulang UU ITE ini. Perubahan yang maya (Atmaja, 2014).
terakhir kali terjadi ialah pada tahun 2016 Cybercrime adalah suatu istilah yang
dengan “UU No. 19 Tahun 2016 tentang merujuk pada suatu kegiatan yang bersifat
147
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
pornografi, penipuan, dll. Negara-negara, yang berarti setiap Materi Muatan Peraturan
kebebasan berbicara dan opini hukum yang Perundang-undangan harus memberikan
disebutkan diatas, media informasi dan cerminan sifat serta watak bangsa Indonesia
komunikasi dapat mengawasi, dan media yang beragam tanpa lupa untuk menjaga
dapat menjadi kontradiktif dalam semua prinsip NKRI; Asas kekeluargaan yang
Aspek terkait kebebasan pers. Dalam berarti setiap Materi Muatan Peraturan
pengertian sosial pemerintahan, media Perundang-undangan harus memberikan
informasi dan komunikasi berperan sebagai cerminan sifat musyawarah dalam
anjing polisi, yang artinya bahwa media dapat pengambilan suatu keputusan untuk
mengkritik pemerintah dalam suatu mencapai kata mufakat; Asas kenusantaraan
pemerintahan, dan hal terakhir ialah media yang berarti setiap Materi Muatan Peraturan
informasi dan komunikasi yang berperan Perundang-undangan harus memperhatikan
sebagai anjing tawanan. Di sinilah media seluruh kepentingan dari wilayah Indonesia;
informasi dan komunikasi menjadi hubungan Asas bhineka tunggal ika yang berarti setiap
masyarakat bagi pemerintah untuk Materi Muatan Peraturan Perundang-
mendukung dan menarik perencanaan undangan harus untuk memperhatikan
strategis dan politik pada pemerintah. adanya keragaman penduduk, agama dan
Sebagaimana kita ketahui bersama, suku yang ada diIndonesia; Asas keadilan
setiap rancangan undang-undang atau yang berarti setiap Materi Muatan Peraturan
undang-undang yang telah menjadi undang- Perundang-undangan harus memiliki
undang harus mengikuti prinsip membuat cerminan yang adil pada tiap-tiap warga
regulasi. Dalam hal ini asas-asas pembuatan negara sesuai dengan porsinya; Asas
regulasi tertuang dalam Undang-Undang kesamaan kedudukan dalam hukum dan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang pemerintahan yang berarti setiap Materi
Pembentukan Peraturan Perundang- Muatan Peraturan Perundang-undangan
undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal harus memuat hal-hal yang bersifat sama
5 dan Pasal 6 Bab 2 Undang-Undang ini. tanpa ada membeda-bedakan satu dengan
Pasal 5 mengatur tentang bagaimana yang lainnya; Asas ketertiban dan kepastian
melaksanakan peraturan perundang- hukum yang berarti setiap Materi Muatan
undangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Peraturan Perundang-undangan memuat
hukum yang sudah berlaku, yaitu terdapatnya menciptakan ketertiban pada masyarakat dan
kejelasan pada tujuan, terdapat lembaga memberikan jaminan terhadap kepastian
maupun pejabat yang tepat pada bagian hukum; Asas keseimbangan, keserasian dan
pembentukan, terdapat kesesuaian antara keselarasan yang berarti setiap Materi Muatan
jenis, hierarki dan juga materi muatan, Peraturan Perundang-undangan harus
peraturan perundang-undangan tersebut bisa memiliki cerminan dari keseimbangan,
dilaksanakan, terdapat kedayagunaan dan keserasian dan keselarasan yang terjadi antara
kehasil gunaan, terdapat kejelasan pada kepentingan pribadi, masyarakat maupun
rumusan dan terdapatnya keterbukaan. bangsa dan negara” (Hanum, 2017).
Sementara Pasal 6 menyebutkan Asas-asas tersebut harus terdapat di
tentang materi muatan Peraturan Perundang- dalam suatu peraturan perundang-undangan
undangan harus mencerminkan 10 asas yaitu, untuk memenuhi kriteria yang dapat
asas pengayoman yang berarti setiap Materi digunakan dalam masyarakat Indonesia. Hal-
Muatan Peraturan Perundang-undangan hal ini juga yang membuat suatu peraturan
harus memiliki fungsi untuk memberikan dapat dengan cepat membaur dengan
suatu perlindungan agar terciptanya keadaan masyarakat. Tanpa melihat asas-asas
ketentraman masyarakat. tersebut, peraturan tersebut tidak dapat
Asa-asas tersebut adalah “Asas menyelaraskan diri dengan keadaan
kemanusiaan yang berarti setiap Materi masyarakat Indonesia karena pada dasarnya
Muatan Peraturan Perundang-undangan peraturan tersebut yang akan melindungi
harus memberikan cerminan perlindungan serta mengatur bagaimana kehidupan
dan penghormatan terhadap hak asasi masyarakat ketika suatu peraturan tersebut
manusia dan martabat semua warga negara telah diundangkan (Falakhi, 2020). Prinsip itu
sesuai dengan porsinya; Asas kebangsaan sendiri ialah dasar atau hal untuk berpikir,
149
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
berdebat, dan bertindak. Prinsip penyusunan metode kuantitatif dan kualitatif, data
peraturan perundang-undangan mengacu eksperimental atau non-eksperimental,
pada dasar penyusunan peraturan perundang- interaktif atau non-interaktif. Metode-metode
undangan (Marthen, 2017). Proses diatas telah dikembangkan dengan ekstensif
penyusunan regulasi juga telah melalui melalui berbagai eksperimen dan oleh karena
tahapan-tahapan dibawah ini (Sucipto, 2015): itu memiliki prosedur standar. Pada
“Perencanaan Ini merupakan tahap awal penelitian in menggunakan penelitian hukum
penyusunan regulasi. Berbeda dengan latar normatif pada peraturan tertulis, sehingga
belakang dan juga tujuan dari penyusunan penelitian ini erat kaitannya dengan
peraturan perundang-undangan, kepustakaan karena membutuhkan data
permasalahan tersebut akan terselesaikan pendukung yang diperoleh dari perpustakaan.
setelah dilakukan evaluasi dan penyusunan Dalam penelitian hukum (penelitian hukum
naskah akademik. Penyusunan dapat normatif) yang digunakan dalam penelitian
dijelaskan dalam dua istilah, yang pertama ini, data yang penulis gunakan adalah data
dalam pengertian proses, ialah proses sekunder (Daud & Awaluddin, 2021). Data
pengajuan desain dari dibagi menjadi tiga tingkatan (tingkat ketiga),
Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atau yaitu bahan hukum primer, bahan hukum
DPR/DPD. Pengaturan kedua dalam sekunder, dan bahan hukum tersier
pengertian teknologi komposisi ialah (Disemadi, Yusuf & Zebua, 2021).
pengetahuan tata acara pembuatan judul,
bukaan, batang, penutup, tafsir dan lampiran. C. PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan pembahasan Dayaguna dan Kehasil Gunaan Undang-
tentang konten subtantif Undang-Undang Undang Informasi Dan Transaksi
dan peraturan yang relevan antara pihak- Elektronik
pihak terkait. Pengesahan Untuk DPR dan Aktivitas internet tidak terlepas dari
Rancangan Undang-Undang yang disetujui faktor manusia dan memiliki akibat hukum
Presiden, Pimpinan DPR sudah diserahkan juga yang akan menyentuh manusia didunia
kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi nyata, oleh karena itu masyarakat meyakini
Undang-Undang”. Mengenai peraturan perlu dibuatnya aturan hukum yang berfungsi
perundang-undangan yang ditetapkan sesuai untuk mengatur aktivitas dunia maya. Sebab
dengan hukum, Menteri Hukum dan Hak dari itu, muncul pro dan kontra mengenai
Asasi Manusia menyampaikan nya kepada apakah Undang-Undang konvensional dapat
Presiden melalui Sekretariat Kementerian mengatur aktivitas didunia maya, yang
Negara atau Sekretariat Kabinet. menimbulkan perdebatan mengenai regulasi
Ketentuan ini diatur dalam Buletin tersebut.
Nasional Republik Indonesia, Tambahan Sekalipun peraturan perundang-
Buletin Pemerintah Republik Indonesia, undangan telah diundangkan, seperti UU
Buletin Nasional Indonesia, Tambahan ITE, realitas dan realitas penanganan perkara
Buletin Daerah atau Buletin Daerah. secara online masih sulit dikendalikan, karena
Tujuannya agar publik memahami isi undang- dunia maya merupakan dunia yang sulit
undang dan peraturan tersebut. Maka, untuk dikendalikan, namun tetap termasuk
berdasarkan uaraian di atas, penelitian ini Indonesia, digunakan diseluruh dunia. Dalam
akan mengkaji dan menganalisis “Undang- realitas tindak pidana informasi dan transaksi
Undang ITE berdasarkan Asas Pembentukan elektronik, terdapat beberapa hal yang
Peraturan Perundang-Undangan di menjadi isu utama dalam pelaksanaan perkara
Indonesia”. tertentu. Masalah terbesar ialah adanya warga
negara asing dan badan hukum asing yang
melakukan tindakan kejahatan luar dari
B. METODE PENELITIAN negara Indonesia, tetapi ada konsekuensi
Penelitian adalah proses hukumnya diIndonesia. Isu yang beginilah
mengumpulkan dan menganalisis data, ialah yang akan menjadi salah satu ciri unik dari
proses yang sistematis dan logis agar tercapai cyber crime. Kejahatan yang dilakukan disatu
sebuah tujuan. Mengumpulkan dan negara akan memiliki konsekuensi yang
menganalisis data metode ilmiah, termasuk dilarang dinegara lain. Oleh karena itu, ada
masalah dengan yurisdiksi di mana kejahatan Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
dapat dilakukan, sehingga setiap negara Elektronik.” Berdasarkan “Undang-Undang
berdaulat penuh atas wilayahnya. Sebagai No. 12 Desember 2011 tentang
solusi jitu, ditegaskan bahwa badan hukum Pembentukan Peraturan Perundang-
harus bekerja sama (saling membantu) undangan”, setiap Rancangan Undang-
dengan aparat penegak hukum lainnya untuk Undang yang dibahas anggota DPP harus
mengusut kejahatan, Undang-Undang dan memperhatikan prinsip-prinsip pembentukan
peraturan nasional Indonesia harus peraturan perundang-undangan yang baik,
menjustifikasi kepentingan tersebut (Sidik, termasuk rumusan sanksi pidana yang
2013). relevan.
Suatu produk perundang-undangan Peran pemerintah sendiri tidak luput
yang sudah disah kan tidak serta merta dapat dari peran masyarakat dalam menegakkan
langsung diterima begitu saja oleh kalangan hukum mengenai tindak kejahatan siber. Hal
masyarakat. Ketika suatu produk perundang- ini juga yang menjadi tujuan utama dari
undangan yang telah jadi dan telah disahkan, adanya suatu produk perundang-undangan,
masih banyak yang perlu direvisi dan diubah tanpa adanya suatu kerja sama antara
sedemikian rupa agar dapat melindungi serta pemerintah dengan masyarakat maka tidak
tidak membuat suatu multitafsir ketika akan terjalin suatu hubungan timbal balik
diberlakukan secara umum. Masyarakat baik dengan suatu peraturan yang terbaru
tentunya memiliki pandangan yang berbeda maupun tidak.
dari parlemen ketika ada suatu produk Dengan banyak nya kekurangan serta
perundang-undangan yang baru dan akan dayaguna dari undang-undang ini sendiri
diberlakukan kepada masyarakat itu sendiri. membuat banyak masyarakat yang menjadi
Mereka akan menilai apakah peraturan yang korban dari ketidak adilan yang terjadi.
baru ini relevan dengan kebiasaan dari Banyaknya Pasal karet ini sangat mengganggu
masyarakat dan tidak menyimpang dari akan keadilan masyarakat, Otto Hasibuan
norma-norma yang telah berlaku di kalangan selaku senior Advokat mengaku mendukung
masyarakat. adanya revisi UU ITE yang bahkan
Dalam UU ITE sejak pertama menurutnya isi UU ITE ini seperti undang-
disahkan ialah pada tahun 2008 hingga saat undang subversif jaman dahulu dengan
ini masih berlaku, ternyata masih ada bungkusan yang berbeda (Radita, 2013).
beberapa hal yang harus dikaji kembali dan Berbagai macam dampak positif
harus direvisi agar sesuai dengan kebiasaan serta negatif setelah disahkan nya undang-
yang berlaku dimasyarakat Indonesia. undang ini membuat banyak sekali
UU ITE merupakan suatu bentuk pertanyaan apakah undang-undang ini
peraturan perundang-undangan yang dibuat termasuk sebagai peraturan yang ada karena
dengan memiliki tujuan untuk mencerdaskan kepentingan orang-orang tertentu saja, dan
kehidupan bangsa, melakukan pengembangan juga jika dilihat kembali, kekurangan dengan
pada perdagangan dan perekonomian adanya UU ITE ini bisa dilihat dengan
nasional dengan rangka untuk meningkatkan banyaknya politisi yang menggunakan UU
kesejahteraan masyarakat, melakukan ITE untuk menjatuhkan lawan bukan untuk
peningkatan pada efektivitas dan efisiensi keadilan (Ramadhanny, 2021). Dengan alasan
pelayanan publik, memberikan kesempatan balas dendam seseorang dapat melaporkan
kepada setiap orang dengan seluas-luasnya kasus-kasus tertentu dengan harapan orang
agar dapat memajukan pemikiran serta yang dilaporkan dapat ditahan oleh pihak
kemampuan pada bidang penggunaan dan kepolisian. Sementara, jika kita ambil
juga pemanfaatan teknologi informasi dengan pemahaman lebih jauh mengenai teknologi
se optimal mungkin dan dipenuhi juga informasi atau juga dunia maya itu sendiri,
dengan tanggung jawab juga memberikan penilaian tentang orang yang menggunakan
para pengguna dan penyelenggara teknologi undang-undang ini sebagai tameng atau juga
informasi rasa aman dan keadilan serta untuk menyerang dapat membuat
memberikan kepastian hukum. pertanyaan-pertanyaan lebih jauh dan lebih
Tujuan tersebut tertera pada “Bab II lanjut tentang bagaimana hal ini akan dibahas.
Pasal 4 dalam Undang-Undang No. 11 Penggunaan sosial media bagi masyarakat
151
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
saat ini sudah menjadi kehidupan sehari-hari Pertama, Pasal 26 ayat 3 yang
yang tanpa adanya sosial media, orang tidak membahas mengenai penghapusan informasi
akan dapat berkomunikasi dengan lancar. yang tidak relevan. Pasal ini bermasalah
Data menunjukkan bahwa tarif dikarenakan sensor informasi; kedua, Pasal 27
penalti Undang-Undang Transaksi Informasi ayat 1 yang membahas mengenai asusila yang
Elektronik setinggi 96,8%, dan kemungkinan biasanya dipakai untuk menghukum korban
pidana penjara 88%. Meski jumlah sanksi kekerasan berbasis gender online. Di mana
dalam Pasal 45 dikurangi, yang menjadi biasanya orang sering untuk melakukan
masalah adalah Undang-Undang Pidana penyebaran informasi elektrik kepada orang
belum diubah (Prasetyo, 2021). banyak melalui sistem elektronik; ketiga, Pasal
Hal ini tidak serta merta berarti 27 ayat 3 yang membahas mengenai defamasi
bahwa terdapat kesalahan produk hukum yang biasanya dipakai untuk menekan para
berupa undang-undang tersebut. Karena aktivis ataupun jurnalis yang melakukan kritik
minim nya pelayanan sosial pemerintah pemerintah pada media elektronik; keempat,
terkait UU ITE itu sendiri, masyarakat Pasal 28 ayat 2 yang membahas mengenai
Indonesia sendiri pun menjadi sangat suka ujaran kebencian yang biasanya dipakai untuk
bertengkar. Masyarakat tidak berminat dalam menekan masyarakat yang melakukan
memahami literasi digital disebabkan oleh minoritas agama; Kelima, Pasal 29 yang
keterbatasan terhadap akses informasi secara membahas mengenai ancaman kekerasan.
langsung mendukung kegiatan masyarakat Pada Pasal ini memiliki permasalahan
berbasis digital, khususnya bagi mahasiswa dikarenakan dipakai untuk diberikannya
yang sedang mengembangkan masyarakat ber hukuman terhadap masyarakat yang ingin
jejaring yang memiliki etika. melakukan pelaporan pada polisi; keenam;
Meskipun pemerintah telah Pasal 36 yang membahas mengenai kerugian.
mengadopsi pengaturan ini dan mengesahkan Pasal ini dipakai untuk memperberat
masalah ini, namun masih belum cukup hukuman pidana atas pencemaran nama baik;
sebagai alat untuk menyelesaikan masalah ketujuh, Pasal 40 ayat 2a yang membahas
yang kompleks tersebut. Seperti yang mengenai muatan yang dilarang. Pada Pasal
dijelaskan oleh Setiadi dkk. Hal ini terlihat ini memiliki permasalahan dikarenakan sering
dari lahirnya UU ITE, kemudian di revisi UU terjadinya pemutusan jaringan dengan
ITE tahun 2016. Dari perubahan tersebut beralasan kan untuk memutus rantai
terlihat dua hal. Pertama, UU ITE tahun penyebaran hoax; kedelapan, Pasal 40 ayat 2b
2008 tidak cukup untuk menyelesaikan yang membahas mengenai pemutusan akses.
kejahatan tertentu (kejahatan dunia maya), Pasal ini memiliki permasalahan dikarenakan
perlu untuk mengubah (memperbaiki dan lebih diutamakan nya peran pemerintahan
meningkatkan) UU ITE 2016. Kedua, laju daripada putusan pengadilan; dan kesembilan,
perubahan lambat, dan batasan hukum Pasal 45 ayat 3 yang membahas mengenai
terletak pada pengaturan dan adaptasi ancaman penjara dari tindakan pencemaran
terhadap kejahatan diinternet dunia. nama baik. Pasal ini memiliki permasalahan
Kompleksitas, dengan kata lain, pengaturan dikarenakan pada saat penyidikan untuk
dan undangan ini mengikuti jenis perubahan masalah pada Pasal ini, diberlakukan nya atau
yang terjadi didunia maya (Rio, 2020). diperbolehkan adanya penahanan terhadap
korban (Wahyudi, 2019). Sebagai contoh, ada
Kejelasan Umusan Yang Terkandung salah satu kasus yang di mana kasus ini
Dalam Undang-Undang Informasi Dan membawa Pasal 27 ayat 3 dan dapat
Transaksi Elektronik digunakan sebagai perlindungan dibalik kata
UU ITE sejak dari awal disahkan pencemaran nama baik.
hingga saat ini berlaku memiliki banyak sekali Tepat tanggal 15 Agustus 2008, Prita
rintangan. Hingga saat ini ada beberapa Pasal menggunakan email mengeluhkan mengenai
yang dianggap karet dan harus dihapus dirinya sendiri dan temannya tentang layanan
karena rumusan karet dan ada duplikasi RS Internasional Tangerang. Saat itu, isi email
hukum. Adapun Pasal-Pasal yang yang dikirim Prita tanpa sengaja tersebar ke
dipersoalkan karena dianggap karet ialah banyak milis dalam dunia maya. Dengan
sebagai berikut (Pertiwi, 2021): informasi tersebut, RS Omni menggunakan
langkah hukum. Pasal 310 dan 311 KUHP tentang etika media sosial (seperti penghinaan
dan Pasal 27 ayat 3 UU ITE semuanya atau fitnah melalui media sosial) juga
menuduh Prita melakukan pencemaran nama meningkatkan penyalahgunaan media sosial.
baik. Akibatnya, Prita terancam hukuman Hal ini sekaligus membuktikan bahwa
enam tahun penjara. Namun, Pengadilan penjelasan tentang Pasal karet yang telah
Negeri (PN) Tangerang menjatuhkan disebutkan tersebut menjadi penjelasan yang
hukuman kebebasan kepada Prita, dan berlipat ganda dan harus segera ditinjau
kemudian Mahkamah Agung menjatuhkan kembali dengan melihat kebiasaan masyarakat
hukuman enam bulan penjara kepada Prita oleh kelompok/individu tertentu untuk
dengan skorsing satu tahun. Empat tahun melindungi masalahnya sendiri (Sidik, 2013).
kemudian, Mahkamah Agung (MA) Kasus lain yang sering terjadi di
menyetujui peninjauan kembali (PK) perkara kalangan masyarakat ialah penyebaran hoax
tersebut pada 17 September 2012, dan atau berita bohong. Hal ini yang acap kali
akhirnya membebaskan Prita (Stephanie, luput dari pantauan pemerintah dalam
2021). menangani berita bohong.
Dalam kasus lain, seperti kasus Baiq Di Indonesia, sejak pemilihan
Nuril, banyak sekali hal yang sebenarnya presiden 2014, hoax marak terjadi akibat
tidak ada kaitannya sama sekali dengan Baiq aktivitas kampanye yang terus menerus
Nuril dan pada saat itu masih menjadi dimedia sosial. Hoax bermunculan seperti
pembahasan akhir-akhir ini. Dalam kasus nya, jamur untuk mereduksi citra lawan politik,
Nuril adalah guru SMAN 7 Mataram diNusa yang juga dikenal sebagai gerakan hitam dan
Tenggara Barat (NTB). Nasib Nuril dimulai gerakan negatif. Menurut laporan Dewan
pada 2012. Suatu hari mendapat telepon dari Pers, diIndonesia krisis kepercayaan terhadap
kepala sekolah. Nuril merasa dileceh kan dan media arus utama telah menimbulkan hoax
merekam percakapan tersebut. Pada 2015, yang membuat publik silih berganti menjadi
rumor menyebar di Mataram, yang membuat media palsu. Menurut Yosep Adi Prasetyo,
marah Nuril M. Nuril melaporkan nya ke Ketua Dewan Pers, hoax merupakan
polisi untuk dicatat dan disebarluaskan. Pada pengaruh yang mengubah fungsi media
26 September 2018, Mahkamah Agung sosial, ialah transformasi dari media
memvonis Baiq Nuril 6 bulan penjara dan pertemanan dan saranan berbagi pendapat
denda lima ratus juta rupiah. Keputusan serta mengomentari posisi orang lain.
tersebut berdasarkan keyakinan hakim bahwa Hoax sendiri memiliki ciri-ciri
Nuril dianggap salah secara pidana sebagai berikut, terdapat penyebarluasan
berdasarkan Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 45 ayat berita yang mana penyebarannya dilakukan
1 UU ITE, namun, Presiden Jokowi melalui media elektronik sebagai sarana
menandatangani soal amnesti Baiq Nuril. penyebaran seperti email dan media sosial
Dengan keluarnya amnesti tersebut, Nuril dengan maksud karena memiliki dampak
yang pernah di vonis Mahkamah Agung yang lebih besar, informasi yang sudah
karena melanggar UU ITE lepas dari jeratan disebarluaskan adalah berisikan berita yang
hukum. bisa membuat para pembaca terbawa suasana
Melihat dari kasus diatas, sejak dari berita bohong, informasi yang disebar
kelahiran UU ITE mengangkat banyak diberikan himbauan pada bagian akhirnya
masalah, seperti cacat lahir, kebingungan agar setiap pembaca yang telah membaca
ekspresi, dan inkonsistensi dalam hukum untuk terus menerus membagikan ke media
pidana. Undang-undang Hukum Pidana sosial agar informasi bohong tersebut dapat
(KUHP) yang sebenarnya, menjadikan dengan cepat tersebar luaskan. Hal ini
pengulangan sebagai tindak pidana yang membuat adanya berita yang beredar dimedia
rawan akan ketidakpastian hukum dan elektronik sangat susah untuk dipercaya serta
menimbulkan keresahan sosial. Memang identitas dari pelaku pertama yang melakukan
dengan fasilitas media online sebagai sarana penyebaran informasi tersebut tidak diketahui
komunikasi dan interaksi didunia maya, (Uttata, 2020).
semua orang bisa berpartisipasi. Dengan Ketentuan UU ITE Elektronik
meningkatnya penggunaan media sosial, tentunya merupakan bagian dari kerja
mereka yang kurang memiliki pengetahuan normatif untuk melindungi bangsa Indonesia,
153
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494
155
Licensi Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
Mizan: Jurnal Ilmu Hukum, Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 ISSN : 2301-7295
e-ISSN : 2657-2494