Anda di halaman 1dari 3

Memahami Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah istilah sekaligus do’a yang kerap kali
terdengar disaat seorang muslim telah menikah dan membina keluarga, istilah ini
diambil dari QS. Ar-Rum 30:21 yang artinya;
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Keluarga : Tujuan dan Urgensi

Pada dasarnya tujuan pernikahan dalam Islam ialah untuk membentuk keluarga
harmonis (sakinah) yang dilandasi dengan perasaan kasih dan sayang (mawaddah,
warahmah).
Secara Bahasa, asal kata nikah adalah “na-ka-ha” berarti bergabung, hubungan
kelamin, perjanjian. Secara Istilah Akad atau perjanjian yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin.
Adapun tujuan daripada pernikahan tersebut adalah untuk melahirkan keturunan,
mencintai, mendukung, menghibur, menuntun, mendidik, menolong, dan menemani.
Oleh karena itu, pernikahan bukan hanya bertujuan untuk melakukan hubungan
seksual dan melahirkan keturunan semata, tetapi lebih dari itu, yakni untuk
memenuhi kebutuhan manusia dari sisi rohaninya dengan membentuk keluarga
sakinah yang dilandasi atas mawaddah dan rahmah
Artinya, sakinah bukan sesuatu yang sudah jadi atau sekali jadi, namun ia harus
diupayakan secara sungguh-sungguh (mujahadah) dan terus menerus diperbaharui,
sebab ia bersifat dinamis yang senantiasa timbul dan tenggelam.
Atau dengan kata lain, sebuah perkawinan yang sakinah bukan berarti sebuah
perkawinan yang tidak pernah ada masalah, gambaran sederhana dari keluarga
sakinah adalah jika masing-masing pihak dengan penuh kesungguhan berusaha
mengatasi masalah yang timbul, dengan didasarkan pada keinginan yang kuat untuk
menuju kepada ketenangan dan ketentraman jiwa tersebut (Sarbini, 2017).
Kecenderungan manusia untuk berkeluarga merupakan naluri yang diwariskan
secara genetika agar kelangsungan generasi spesies manusia tetap terjaga.
Syariat islam telah mengatur kecenderungan naluri itu agar tidak liar, brutal, dan tak
bermartabat melalui lembaga pernikahan.
Pernikahan yang sah menurut syariah merupakan awal dari pembentukan keluarga
sakinah sepanjang suami dan istri terus menjalankan hak dan kewajibannya masing-
masing.
Keluarga Sakinah

Munculnya istilah keluarga sakinah merupakan penjabaran dari QS al-Rûm (30):21


di atas. Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa tujuan diciptakannya seorang
istri adalah agar suami bisa membangun sebuah keluarga sakinah, yaitu keluarga
yang harmonis, bahagia lahir batin, hidup tentram, tenang, damai, dan penuh dengan
kasih sayang.
Istilah “sakinah” digunakan al-Qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga.
Istilah ini memiliki akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat
tinggal (Chadijah, 2018).
Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata sakinah yang tersusun dari huruf-huruf sin,
kaf dan nun mengandung makna “ketenangan” atau antonim kegoncangan dan
pergerakan.
Menurutnya pakar-pakar bahasa menegaskan bahwa kata itu tidak digunakan kecuali
untuk menggambarkan ketenangan dan ketenteraman setelah sebelumnya ada
gejolak.

Keluarga Mawaddah dan rahmah

Disamping sakinah, al-Qur’an menyebut dua kata lain dalam konteks kehidupan
rumah tangga, yaitu mawaddah dan rahmah.
Dalam al-Qur’an dan Tafsirnya Departemen Agama diterjemahkan dengan ‘rasa kasih
dan sayang’. Dalam penjelasan kosa katanya, mawaddah berasal dari fi’il wadda-
yawaddu, waddan wa mawaddatan yang artinya cinta, kasih, dan suka.
Sedangkan rahmah berasal dari fi’il rahima-yarhamu-rahmatan wa marhamatan yang
berarti sayang, menaruh kasihan (Ismatulloh, 2015).
Ada sebagian orang berpendapat bahwasanya mawaddah lebih tertuju ke anak
muda,sedangkan rahmah bagi orang yang lebih tua.
Keluarga adalah sebuah komunitas kecil yang hidup di masyarakat, yang tersusun
dan memiliki struktur pimpinan dan anggotanya, kebahagiaan akan muncul dalam
rumah tangga jika didasari ketakwaan.
Apabila didalam keluarga mengikuti pedoman yang disampaikan dalam agama,dan
didasari oleh ketakwaan maka Allah akan memberikan hidayah kepada rumah
tangganya.Karenanya dalam islam wajar disebut baiti jannati (rumahku adalah
surgaku).

Keluarga Pembentuk Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki beragam kualitas diri mulai dari
yang mempunya pendidikan yang tinggi sampai dengan yang tidak memiliki
pendidikan sekalipun.
Kualitas masyarakat dilihat dari kualitas pendidikan para anggotanya.
Masa kini, sering juga disebut sebagai era globalisasi Karakter bangsa, berasal dari
karakter-karakter individu di dalam bangsa tersebut.
Karakter individu yang berdaya saing di era globalisasi tidak tumbuh dengan tiba-
tiba, melainkan melewati proses panjang.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan
kepribadian individu. Pada masa ini individu masih dapat dengan relatif mudah
dididik agar memiliki kepribadian yang kompetitif, yaitu memiliki keterampilan kerja
tinggi, motivasi berprestasi, kompetensi sosial, dan keterampilan untuk mengolah
dan mengatasi masalah (Victoriana et al., 2012).
Keluarga yang sakinah mawaddah warohmah sangat memiliki peranan penting
dalam masyarakat salah satunya menjadi penyelamat.
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat, dan
keselamatan yang diberikan oleh agama sudah meliputi segala keselamatan, baik itu
didunia maupun di akhirat.
Fungsi kontrol sosial dalam keluarga sangat untuk membentuk anggotanya semakin
peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan,
kesejahteraan dan kemanusiaan.
Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak dapat berdiam diri menyaksikan kebatilan
yang merasuki sistem kehidupan yang ada.(Djaelani, 2013).

Anda mungkin juga menyukai