Latar Belakang: Drying, Sehingga Dalam Skala Kecil Kurang Efisien

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang
Susu merupakan bahan minuman yang mengandung hampir semua zat-
zat makanan seperti karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin. 1 Susu juga
merupakan nutrisi yang ideal dalam masa pertumbuhan dan menjadi nutrisi
yang sangat digemari, mulai dari anak, remaja, dan bahkan dewasa. Data
konsumsi susu yang dibuat di pabrik yaitu susu kental manis, susu bubuk, dan
susu bubuk bayi. Rerata konsumsi susu cair pabrik pada tahun 2002-2013
sebesar 0,07 kg/kapita/tahun. Menurut survei nasional (Susenas) pada tahun
2014, konsumsi susu meningkat sebesar 2,45% atau menjadi 0,1197
2
kg/kapita/tahun.
Salah satu pengolahan yang dapat memperpanjang daya simpan susu adalah
merubahnya menjadi susu sapi bubuk melalui pengeringan. Pengeringan dilakukan
untuk menghasilkan produk yang dapat disimpan lebih lama, mempertahankan
daya fisiologis bahan yang dikeringkan, mendapatkan kualitas yang lebih baik dan
menghemat biaya pengangkutan. Menurut Winarno (2007), bentuk bubuk memiliki
kelebihan yaitu lebih awet, ringan dan volumenya lebih kecil sehingga dapat
mempermudah dalam pengemasan dan pengangkutan.3
Pembuatan bubuk susu sapi instan dalam industri umumnya menggunakan
metode spray drying. Namun produk yang dihasilkan harganya mahal karena
tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi alat pengering spray
drying, sehingga dalam skala kecil kurang efisien.
Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain yang lebih murah dan hasilnya
sama baiknya dengan hasil pengeringan menggunakan spray drying. Metode foam
mat drying menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan dan dikembangkan
pada industri kecil dan menengah di Indonesia.3
Teknik foam mat drying adalah suatu proses pengeringan dengan
pembuatan busa dari bahan cair dengan pengeringan pada suhu 70-75°C, kemudian
dituangkan di atas loyang atau wadah. Selanjutnya, dikeringkan dengan oven atau
tunnel dryer sampai larutan kering dan proses berikutnya adalah penepungan untuk
menghancurkan lembaran-lembaran kering (Khotimah, 2006). Dalam pengolahan
bubuk susu sapi instan diperlukan adanya bahan pembusa (Putih Telur ).3

1
Masih U, Prabhakar M, Joshi J.L, Mahai P. A comperative study of acidogenicpotential of milk and commonly
used milk formula. International Journal of Dental Clinic. 2010;2(4):30-2.2Respati E, Hasanah L. Buletin

1
Konsumsi Pangan. 2013;4(4):35-7.3 Purbasari, D. (2019). Aplikasi metode foam-mat drying dalam pembuatan bubuk
susu kedelai instan. Jurnal Agroteknologi, 13(01), 52-61.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara kerja metode foam-mat drying dalam pembuatan bubuk susu
sapi?
2. Bagaimana cara kerja metode foam-mat drying sebagai pembuatan bubuk susu
sapi dengan harga yang terjangkau?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode foam-mat drying dalam pembuatan bubuk susu sapi.
2. Untuk mengetahui metode foam-mat drying sebagai pembuatan bubuk sapi
dengan harga terjangkau dan praktis.

D. Manfaat
Memberi informasi kepada masyarakat mengenai :
1. Metode foam-mat drying dapat dijadikan sebagai pembuatan bubuk susu sapi.
2. Metode foam-mat drying merupakan metode dengan harga
terjangkau dan praktis.

E. Kajian Teori
Sesuai dengan fokus percobaan kami terkait dengan pembuatan susu bubuk
dengan metode foam-mat drying maka foam-mat drying adalah teknik pengeringan
bahan berbentuk cair dan peka terhadap panas melalui teknik pembusaan dengan
menambahkan zat pembuih. Pengeringan dengan bentuk busa (foam), dapat
mempercepat proses penguapan air, dan dilakukan pada suhu rendah, sehingga
tidak merusak jaringan sel, dengan demikian nilai gizi dapat dipertahankan.
Metode foam-mat drying mampu memperluas area interface, sehingga mengurangi
waktu pengeringan dan mempercepat proses penguapan (menurut Raj Kumar dkk,
pada tahun 2005 )4

F. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan untuk membuat bubuk susu sapi antara lain,
sendok, baskom, blender, mixer, loyang, pengering oven.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi 500ml.
Bahan pengisi yang digunakan adalah pembusa yaitu putih telur 100ml.

2
4
Asiah, N., Sembodo, R., Prasetyaningum, A. (2012). Aplikasi metode foam-mat drying pada proses pengeringan
spirulina. Jurnal Teknologi kimia dan industri, 1(1), 461-467

G. Prosedur/ Cara Kerja


Pembuatan Susu Bubuk Sapi
1. Susu sapi cair 500ml pada tahap pertama dicampur dengan pembusa yaitu putih
telur 100ml
2. Kemudian diaduk dengan mixer selama 5 menit.
3. Busa susu sapi selanjutnya dituang pada loyang stainless steel dengan ketebalan
2 mm.
4. Loyang yang berisi busa susu sapi dimasukkan oven dan dikeringkan pada
variasi temperatur 100oC selama 20 menit
5. Busa yang telah dikeringkan, dimasukkan kedalam blender, kemudian blender
hingga menjadi bubuk halus.

H. Teknik pengumpulan data


1. Studi Pustaka
Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 5 Dalam percobaan ini kami
membaca panduan pembuatan bubuk susu sapi dengan metode Foam-mat
Drying di Internet lewat jurnal jurnal ilmiah.

2. Eksperimen
Dalam melakukan percobaan ini, untuk memperoleh data yang akurat, kami
melakukan eksperimen pembuatan susu sapi bubuk dengan metode Foam-
mat Drying.

I. Analisis Data
Dalam percobaan ini, kami menggunakan teknik analisis data kualitatif
dengan cara:
1. Menganalisis olahan bahan bahan berupa susu sapi cair dengan menambahkan
pembusa.
2. Menganalisis rasa bubuk susu sapi yang telah dikeringkan di oven dengan
metode Foam-mat Drying.

3
3. Hasil Pengamatan

Analisis Percobaan Ke- Busa Menit Ke-


1. 1 Tidak Ada 3
2 Ada 5
Tabel 1.1

Analisis Rasa Warna Bentuk


2. Gurih, Manis Putih tulang Bubuk
Manis, Creamy Putih susu Diseduh
Tabel 1.2
4. Pembahasan
Dari hasil analisis data pertama pada percobaan pertama saat susu sapi cair
diaduk dengan mixer selama 3 menit tidak ada busanya ( busa cepat hilang ). Pada
percobaan kedua diaduk dengan mixer selama 5 menit akhirnya muncullah Foam
atau busa busa dari susu sapi cair dicampur dengan putih telur.
Analisis yang kedua yaitu rasa bubuk susu sapi. Setelah diseduh dengan air
rasa dari bubuk susu sapi yaitu gurih, tidak amis, dan masih terasa susu sapi.
Tetapi, rasanya berbeda dengan susu sapi cair saat sebelum dijadikan bubuk. Untuk
masa simpan susu sapi cair di suhu ruangan tidak berlangsung lama, hanya sampai
2-3 jam saja³. Analisis masa simpan pada bubuk susu sapi di percobaan ini yang
tahan lebih lama dari pada susu cair yaitu lebih dari 2-3 jam. Kami membatasi
pengamatan kami hanya pada satu hari oleh karena itu kami membutuhkan waktu
yang lama bahkan sekitar 1-2 bulan untuk memastikan masa simpan bubuk susu
sapi dalam percobaan ini.

4
5. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan kami menemukan 2 temuan yang menjawab rumusan
masalah yaitu :
1. Bagaimana cara kerja metode foam-mat drying dalam pembuatan bubuk susu
sapi?
Yaitu dengan pengeringan busa dari susu sapi yang telah di mixer selama 3
menit di dalam oven dengan suhu 100 derajat selama 20 menit.
2. Bagaimana cara kerja metode foam-mat drying sebagai pembuatan bubuk susu
sapi dengan harga yang terjangkau?
Yaitu dengan menggunakan alat dan bahan yang ada disetiap rumah antara
lain yaitu sendok, baskom, blender, mixer, loyang, pengering oven, susu sapi
500ml dan pembusa yaitu putih telur 100ml.
Rasa dari bubuk susu sapi yang dikeringkan dengan metode Foam-mat
drying bedasarkan hasil analisis yaitu setelah diseduh dengan air rasa dari bubuk
susu sapi yaitu gurih, tidak amis, dan masih terasa susu sapi. Tetapi, rasanya
berbeda dengan susu sapi cair saat sebelum dijadikan bubuk, dikarenakan kami
menabahkan putih telur sebagai pembusa ( foam )Untuk masa simpan susu sapi
cair di suhu ruangan tidak berlangsung lama, hanya sampai 2-3 jam saja. Analisis
masa simpan pada bubuk susu sapi di percobaan ini yang tahan lebih lama dari
pada susu cair yaitu lebih dari 2-3 jam.

5
Daftar Pustaka
Asiah, N., Sembodo, R., Prasetyaningum, A. (2012). Aplikasi metode foam-mat drying
pada proses pengeringan spirulina. Jurnal Teknologi kimia dan industri, 1(1), 461-
467.
Masih U, Prabhakar M, Joshi J.L, Mahai P. A comperative study of
acidogenicpotential of milk and commonly used milk formula. International
Journal of Dental Clinic. 2010;2(4):30-2.
Purbasari, D. (2019). Aplikasi metode foam-mat drying dalam pembuatan bubuk susu
kedelai instan. Jurnal Agroteknologi, 13(01), 52-61.
Rajkumar, P., Kailappan, R., Viswanathan, R., Raghavan, G. S. V., & Ratti, C. (2007).
Foam mat drying of alphonso mango pulp. Drying Technology, 25(2), 357-365.
Seralurin, I. T., Wowor, V. N., & Ticoalu, S. H. (2018). Perbedaan pH Saliva Setelah
Mengonsumsi Susu Sapi Murni dan Susu Sapi Bubuk. e-GiGi, 6(1).
Zed, M. (2008). Metode penelitian kepustakaan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

6
Lampiran
`

Gambar 1.1 Bahan: susu 500ml, putih telur


100ml.

Gambar 1.2 Alat Percobaan: sendok, mixer, loyang, baskom, blender, oven.

7
Gambar 1.3 Pencampuran susu dan Putih telur.

Gambar 1.4 Pencampuran susu dengan putih telur menggunakan mixer.

Gambar 1.5 Busa susu sapi dituang pada loyang stainless steel.

8
Gambar 1.6 Loyang yang berisi busa susu sapi dimasukkan oven.

Gambar 1.7 Busa yang sudah kering.

Gambar 1.8 Busa yang telah dikeringkan kemudian di blender.

9
Gambar 1.9 Bubuk susu sapi.

Gambar 2.1 Bubuk susu sapi diseduh dengan air.

Gambar 2.2 Mengaduk bubuk susu sapi dan air dengan sendok.

10
Gambar 2.3 Susu sapi sudah dalam bentuk cair.

Gambar 2.4 Analisis rasa oleh partisipan.

11

Anda mungkin juga menyukai