Kronologi Kejadian
Bermula dari adanya penumpukan kargo (barang, pos dan kargo) di Bandara Hang Nadim
Batam pada Juli-September 2018. Dalam penyelidikan, terbukti ada perjanjian kerja sama PT
Lion Mentari, PT Batik Air Indonesia, dan PT Wings Abadi dengan PT Lion Express. Dalam
kerja sama tersebut, KPPU menemukan adanya hak eksklusif atau eksklusivitas kepada PT
Lion Express dalam penggunaan kapasitas kargo sebesar 40 ton per hari untuk 4 rute
penerbangan yang telah disepakati.
Tindakan tersebut terbukti menutup atau mempersulit akses pengiriman barang bagi agen kargo
resmi yang tidak terdaftar sebagai agen PT Lion Express. Dengan demikian, agen kargo lainnya
terpaksa menggunakan jasa kargo alternatif di luar Lion Express. Namun perilaku diskriminasi
tersebut, tidak berjalan efektif. Pasalnya, Lion Express tidak berhasil mengambil konsumen
dari agen-agen kargo lain dan justru berpindah ke maskapai lain.
A. Kepemilikan saham
PT lion Express
pada tanggal 11 Juni 2018 - 30 Juni 2019 , PT Lion Mentari, PT Batik Air Indonesia, dan PT
Wings Abadi dengan PT Lion Express Pada bersepakat melakukan kerjasama dengan Lion
Group dalam bidang pengangkutan barang/kargo dengan pesawat udara baik untuk tujuan
domestik, regional maupun international secara terjadwal. Selanjutnya, disebutkan PT Lion
Express merupakan Perusahaan Jasa Pengiriman Paket dan Dokumen secara door to door ke
seluruh wilayah Indonesia dan dalam menjalankan kegiatan usahanya menggunakan
penerbangan Lion Air Group.
Bahwa ruang lingkup kerja sama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan adalah
menyepakati penjualan kapasitas kargo PT Lion Mentari, PT Batik Air Indonesia, dan PT
Wings Abadi dengan PT Lion Express dalam jasa angkutan barang (paket dan kargo) dengan
rute dan jadwal sebagai berikut:
a) Jadwal penerbangan dari Bandar Udara Hang Nadim di Batam (BTH) ke Bandar Udara
Soekarno Hatta di Tangerang (CGK)
b) Jadwal penerbangan dari Bandar Udara Hang Nadim di Batam (BTH) ke Bandar Udara
Halim Perdanakusuma di Jakarta (HLP)
c) Jadwal penerbangan dari Bandar Udara Hang Nadim di Batam (BTH) ke Bandar Udara
Juanda di Surabaya (SUB)
d) Jadwal penerbangan dari Bandar Udara Hang Nadim di Batam (BTH) ke Bandar Udara
Kualanamu di Medan (KNO)
Bahwa kerja sama tersebut memberikan eksklusifitas kepada PT Lion Express dimana berhak
atas penggunaan kapasitas kargo sebesar 40 (empat puluh) ton per-hari untuk rute penerbangan
rute penerbangan yang telah ditetapkan tersebut.
B. Jadwal Penerbangan
C. Tarif SMU
Para terlapor efektif diberlakukan mulai tanggal 1 Juli 2018. Oleh karena itu seiring dengan
mulai diberlakukannya kerja sama tersebut, pada tanggal 1 Juli 2018, Terlapor I
memberitahukan kepada agen kargonya tentang penutupan pengiriman kargo untuk beberapa
rute yang dikirim dari Bandara Hang Nadim Batam yang berlaku mulai tanggal 01 Juli 2018.
D. Penguasaan Pasar Perusahaan
Sriwijaya
Lion Air
Citilink
Garuda Batik
Bahwa kerja sama tersebut memberikan eksklusifitas kepada PT Lion Express dimana berhak
atas penggunaan kapasitas kargo sebesar 40 (empat puluh) ton per-hari untuk rute penerbangan
rute penerbangan yang telah ditetapkan tersebut.
Bahwa dengan diberikannya prioritas kargo hanya kepada PT Lion Express maka Agen SMU
dan/atau Perusahaan Penyelenggara Pos d/h Perusahaan Jasa Titipan (PJT) yang ingin
menggunakan kapasitas kargo para Terlapor bisa membeli kapasitas kargo dengan cara dan
catatan sebagai berikut:
a) Apabila ada sisa kargo yang masih tersedia (available) bisa diisi dengan catatan last
minute flight yang bisa dibeli langsung kepada perusahaan
b) Agen SMU atau Jasa titipan dapat membeli ruang kargo melalui PT Lion Express
melalui mekanisme B2C (business to customer), barang yang dikirimkan oleh Agen
SMU atau Perusahaan Penyelenggara Pos d/h Perusahaan Jasa Titipan (PJT) tidak akan
diberikan di bandara tujuan atau port to port PT Lion Express
bergerak dalam bidang usaha jasa titipan yang door to door
Batam – Surabaya
Pe Perkara ini bermula dari adanya penumpukan kargo (barang, pos dan kargo) di Bandara
Hang Nadim Batam pada Juli-September 2018. Dalam penyelidikan, terbukti ada perjanjian
kerja sama PT Lion Mentari, PT Batik Air Indonesia, dan PT Wings Abadi dengan PT Lion
Express. Dalam kerja sama tersebut, KPPU menemukan adanya hak eksklusif atau
eksklusivitas kepada PT Lion Express dalam penggunaan kapasitas kargo sebesar 40 ton per
hari untuk 4 rute penerbangan yang telah disepakati.
Tindakan tersebut terbukti menutup atau mempersulit akses pengiriman barang bagi agen kargo
resmi yang tidak terdaftar sebagai agen PT Lion Express. Dengan demikian, agen kargo lainnya
terpaksa menggunakan jasa kargo alternatif di luar Lion Express. Namun perilaku diskriminasi
tersebut, tidak berjalan efektif. Pasalnya, Lion Express tidak berhasil mengambil konsumen
dari agen-agen kargo lain dan justru berpindah ke maskapai lain.
Tanggapan
“Penumpang adalah orang yang menggunakan jasa angkutan udara dan namanya tercantum
dalam tiket yang dibuktikan dengan dokumen identitas diri yang sah dan memiliki pas masuk
pesawat (boarding pass)“.
(Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 59 Tahun
2019) Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 59 Tahun
2019 dijelaskan mengenai pengertian kargo dan barang pos dengan mendefinisikan sebagai
berikut:
“Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara selain benda pos, barang
kebutuhan pesawat selama penerbangan yang habis pakai, dan bagasi yang tidak ada
pemiliknya atau bagasi yang salah penanganan”.
“Barang pos selanjutnya disebut Pos adalah kantung atau wadah lain yang berisi himpunan
surat pos dan atau paket pos yang dikirim menggunakan jasa Pos”.
Bahwa pengertian angkutan udara niaga telah dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 14 UU
Nomor 1 Tahun 2009 dengan menyatakan :
Angkutan Udara Niaga adalah angkutan udara untuk umum dengan memungut pembayaran.
Selanjutnya, kegiatan angkutan udara niaga sendiri dapat dilakukan secara berjadwal maupun
dilakukan secara tidak berjadwal dengan perbedaan sebagaimana telah diuraikan dalam
Penjelasan Ketentuan Pasal 83 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun 2009 sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan "kegiatan angkutan udara niaga berjadwal" adalah pelayanan angkutan
udara niaga dalam rute penerbangan yang dilakukan secara tetap dan teratur.
Yang dimaksud dengan "kegiatan angkutan udara niaga tidak berjadwal" adalah pelayanan
angkutan udara niaga yang tidak terikat pada rute dan jadwal penerbangan yang tetap dan
teratur.
Pasal 19 huruf d UU No. 5 Tahun 1999 mengatur “Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau
beberapa kegiatan, baik - sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: d.
melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu”.
Ruang lingkup larangan kegiatan yang diatur oleh Pasal 19 huruf d mencakup praktek
diskriminasi yang dilakukan secara sendiri oleh pelaku usaha maupun kegiatan yang dilakukan
secara bersama-sama dengan pelaku usaha lain. Praktek diskriminasi sendiri adalah kegiatan
menghambat atau bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat. Tindakan yang
menghambat atau bertentangan dengan persaingan usaha tidak sehat berdasarkan Pasal 19
huruf d tersebut dapat berupa diskriminasi harga maupun non harga.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 19 huruf UU No. 5 Tahun 1999 sebagai berikut:
”Setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.”
Kegiatan yang dilakukan sendiri oleh pelaku usaha merupakan keputusan dan
perbuatan independen tanpa bekerjasama dengan pelaku usaha yang lain. Kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
beberapa pelaku usaha dalam pasar bersangkutan yang sama dimana pelaku usaha
mempunyai hubungan dalam kegiatan usaha yang sama.
Pelaku usaha lain adalah pelaku usaha yang melakukan satu atau beberapa kegiatan
secara bersama-sama pada pasar bersangkutan. Pelaku usaha lain menurut penjelasan
Pasal 17 ayat 2 huruf b Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 adalah pelaku usaha yang
mempunyai kemampuan bersaing yang signifikan dalam pasar bersangkutan
Praktek diskriminasi merupakan tindakan atau perlakuan dalam berbagai bentuk yang
berbeda yang dilakukan oleh satu pelaku usaha terhadap pelaku usaha tertentu.
Dampak :
Dampak terhadap persaingan usaha yang bisa diakibatkan dari praktek diskriminasi antara lain
meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. ada pelaku usaha pesaing yang tersingkir dari pasar bersangkutan, atau
b. ada pelaku usaha pesaing yang tereduksi perannya (dapat proporsi makin kecil) di pasar
bersangkutan, atau
c. ada satu (sekelompok) pelaku usaha yang dapat memaksakan kehendaknya di pasar
bersangkutan, atau
d. terciptanya berbagai hambatan persaingan (misalnya hambatan masuk atau ekspansi)
di pasar bersangkutan, atau
e. berkurangnya persaingan usaha yang sehat di pasar bersangkutan, atau
f. dapat menimbulkan terjadinya praktek monopoli, atau
g. berkurangnya pilihan konsumen.