Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PARIWISATA

BERKELANJUTAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Geografi

Dosen Pengampu: Dr. Sucahyanto, M.Si

Disusun oleh:

Muhammad Haikal (1411623050)

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI FAKULTAS ILMU


SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul ‘Pariwisata Berkelanjutan’ dapat selesai. Saya sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru bagi pembaca.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Saya juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Jakarta, 11 Desember 2023

Muhammad Haikal
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
2.1 Pembangunan Berkelanjutan untuk Pariwisata Berkelanjutan ........................................ 3
2.2 Pariwisata Berkelanjutan dan Kesulitannya .................................................................... 4
2.3 Jenis Pariwisata ............................................................................................................... 5
2.3.1 Bisakah Pariwisata Massal Menjadi Lebih Berkelanjutan? ................................... 5
2.3.2 Apakah Ekowisata Berkelanjutan? ......................................................................... 7
2.4 Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Taman Nasional Baluran, Situbondo ............... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi


kebutuhan wisatawan dan masyarakat di daerah tujuan saat ini dengan tetap menjaga dan
meningkatkan kesempatan pemenuhan kebutuhan di masa yang datang. Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah sebuah proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dan kesesuaiankesesuaian dari sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang tersedia.

”Berkelanjutan” dapat diartikan dengan kelestarian yang menyangkut aspek fisik, sosial, dan
politik dengan memperhatikan pengelolaan sumber daya alam (resources management) yang
mencakup hutan, tanah, dan air, pengelolaan dampak pembangunan terhadap lingkungan, serta
pembangunan sumber daya manusia (human resources development).

Kondisi ini dapat tercapai apabila perangkat kelembagaan memasukkan unsur-unsur


multisektor yang mencakup pemerintah, swasta, LSM, serta badan-badan internasional.

Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional.

Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah untuk


Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan
Masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan
Mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
Serta memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan Kebudayaan
Indonesia.Selain itu juga meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pembangunan Berkelanjutan berperan terhadap Pariwisata


Berekenlanjutan ?
2. Apa kesulitan dalam Pariwisata Berkelanjutan ?
3. Apa saja Jenis Pariwisata?
1.3 Tujuan Makalah

1. Memberi pemahaman tentang Pariwisata Berkelanjutan


2. Menambah wawasan kepada pembaca tentang Pariwisata Berkelanjutan pada sektor
ekonomi dan lingkungan
3. Menjelaskan dampak dari Pariwisata Berkelanjutan

1
1.4 Manfaat Makalah

1. Memahami lebih dalam tentang Pariwisata Berkelanjutan


2. Dapat Menambah wawasan terhadap pentingnya Pariwisata Berkelanjutan
3. Mengetahui Peran Positif Pariwisata Berkelanjutan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Berkelanjutan untuk Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan berawal dari konsep pembangunan berkelanjutan dan muncul


sebagai respons terhadap dampak negatif pariwisata di destinasi wisata. Perkembangan
implementasi konsep pembangunan berkelanjutan dalam pariwisata terlihat pada Konferensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro, Brasil,
tahun 1992. Agenda 21 merupakan hasil dari konferensi, sebuah rencana aksi dengan usulan
untuk mencapai tujuan berkelanjutan. Agenda 21 tersebut memunculkan Konferensi Dunia
Pertama tentang Pariwisata Berkelanjutan di Lanzarote, Kepulauan Canary, pada April 1995,
yang menghasilkan Piagam Pariwisata Berkelanjutan 1995. Konferensi ini, di bawah naungan
UNESCO dan UNWTO, mencoba menerapkan isu-isu seperti perubahan pola konsumsi,
pengentasan kemiskinan, program sosial-budaya dan berwawasan lingkungan, pemberdayaan
kelompok dan komunitas, serta penciptaan manfaat ekonomi ke dalam konteks pariwisata.

Mekanisme pembangunan secara keseluruhan pada dasarnya berlangsung di suatu


kawasan dalam suatu wilayah tertentu selalu akan memiliki pengaruh terhadap wilayah yang
Melingkupi nya baik yang berupa efek langsung (direct effect), efek tak langsung (indirect
Effect) dan efek ikutan (induced effect). Sehubungan dengan hal tersebut kebijakan serta arahan
dan program-program implementasi yang direkomendasikan akan bertumpu pada Tatanan:

a. Layak secara ekonomi (economically viable)


b. Berwawasan lingkungan (enviromentally viable)
c. Diterima secara sosial (socially acceptable)
d. Dapat diterapkan secara teknologis (tecnologically appropriate).

Pendekatan pengembangan pariwisata berkelanjutan tadi menghendaki ketaatan pada


Azas-azas perencanaan sebagai berikut :

a. Prinsip pengembangan pariwisata yang berpijak pada aspek pelestarian dan


berorientasi ke depan (jangka panjang).
3
b. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat lokal.
c. Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak tapi lestari.
d. Kesesuaian antara kegiatan pengembangan pariwisata dengan skala, kondisi dan
karakter suatu kawasan yang akan dikembangkan.
e. Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan audience pariwisata, lingkungan hidup
Dan masyarakat lokal dengan bermuara pada pengembangan apresiasi yang lebih
peka pada warisan budaya, lingkungan hidup dan jati diri bangsa dan agama.
f. Antisipasi yang tepat dan monitoring terhadap proses perubahan yang terjadi akibat
Program seni budaya dan berorientasi pada memperkuat potensi lokal dan
kemampuan masyarakat sekitar.

Selain itu, Pembangunan berkelanjutan dalam pariwisata berkelanjutan juga menjadi


landasan utama bagi perkembangan serta pertumbuhan di sektor ekonomi, pelestarian
lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, konservasi lingkungan
menjadi fokus utama dalam upaya menjaga keberlanjutan ekosistem dan mengurangi dampak
negatif terhadap alam. Selain itu, pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal diwujudkan
melalui kebijakan yang memberikan manfaat ekonomi langsung kepada mereka serta
melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan terkait pariwisata. Keberagaman budaya
juga menjadi bagian penting dengan mempromosikan budaya yang autentik dan menghormati
warisan budaya lokal. Dengan pendekatan ini, pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak
hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tetapi juga menjaga
keindahan alam dan memperkaya warisan budaya untuk generasi mendatang.

2.2 Pariwisata Berkelanjutan dan Kesulitannya

Meskipun terdapat banyak perdebatan mengenai sifat pariwisata berkelanjutan, terdapat


kesepakatan umum bahwa karakteristik Pariwisata Berkelanjutan ialah dari segi skalanya harus
sesuai dengan jumlah wisatawannya dan ukuran pembangunan yang terbatas sehingga
menghindari konsumsi berlebihan dan pemborosan, untuk gaya pengembangannya harus
Sesuai dengan lingkungan, perekonomian,budaya dan masyarakat daerah tuan rumah, dengan
tetap menjaga keberagaman, dan dari segi Integrasi dengan sektor ekonomi harus meningkatkan
manfaat terhadap masyarakat lokal, Selain itu pariwisata berkelanjutan juga harus mengurangi
ketergantungan terhadap wilayah metropolitan.

4
Akademisi, kelompok penekan dan praktisi juga sering menyarankan bahwa
pengembangan pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan harus memiliki sebanyak
mungkin karakteristik tersebut. Semua sektor seperti masyarakat lokal, perekonomian,
Lingkungan dan industri-industri harus memiliki fokus yang sama dan mencapai kepuasan yang
setara. Tetapi, situasi konflik terjadi karena tujuan sektor sektor tersebut belum tentu sama dan
pariwisata berkelanjutan tidak dianggap sebagai fenomena tunggal yang seragam.Dalam
industri ini, masalah biaya dan motif keuntungan mendominasi. Pencapaian pariwisata
berkelanjutan tidak termasuk dalam daftar prioritas . Padahal, pariwisata adalah industri yang
dipimpin oleh pasar, didominasi oleh perusahaan multinasional yang memainkan peran penting
dalam memanipulasi permintaan konsumen.

Pada akhirnya, permintaan tersebut yaitu wisatawan itu sendiri yang menentukan sifat
dan tingkat kegiatan pariwisata internasional. Perusahaan multinasional menyediakan
mekanisme penyelenggaraan pariwisata. Mereka mengangkut wisatawan ke tujuan liburan
mereka di mana mereka mengatur akomodasi dan layanan lainnya, seperti kunjungan ke
tempat-tempat wisata. Oleh karena itu mereka mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
bentuk pariwisata dan ukuran industri yang menjadi tuan rumah bagi pemerintah dan
masyarakat lokal.
Oleh karena itu, pendekatan berkelanjutan terhadap pariwisata menjadi peran penting
di wilayah yang menjadi objek pariwisata, dimana daya yang dimiliki untuk menghasilkan
pariwisata sangat terbatas, dan tidak banyak diminati oleh konsumen dan industri.

2.3 Jenis Pariwisata Keberlanjutan

.
Pariwisata berkelanjutan adalah istilah umum yang luas, yang memiliki beberapa
subkategori yang berbeda. Memahami berbagai jenis pariwisata berkelanjutan dapat
menjadi sangat penting bagi mereka yang terlibat dalam pemasaran pariwisata.

- Ekowisata

Ekowisata adalah nama yang diberikan untuk pariwisata yang bertanggung jawab atau
hijau ke daerah keindahan alam, dengan fokus khusus pada konservasi ekologi. Tujuan
ekowisata adalah untuk melindungi lingkungan alam, menemukan cara untuk memberi
manfaat bagi masyarakat lokal – sambil menghormati budaya mereka – dan untuk
mendidik para pelancong tentang pentingnya perjalanan yang bertanggung jawab.
Efisiensi energi, konservasi air dan perlindungan satwa liar dan masyarakat adat adalah
kuncinya.
5
- Wisata Komunitas

Community tourism terjadi ketika komunitas lokal mengundang wisatawan untuk


berkunjung dan menyediakan akomodasi untuk mereka. Yang terpenting, ini
memastikan bahwa masyarakat lokal selalu memiliki kendali atas industri pariwisata
lokal mereka, membuat keputusan penting dan menetapkan batasan mereka sendiri.
Dalam banyak kasus, pariwisata komunitas didasarkan pada penciptaan pengalaman
realistis tentang seperti apa kehidupan di daerah berkembang, dan akomodasi yang unik
atau tidak biasa adalah fitur biasa.

- Wisata Pedesaan / Etno

Pariwisata pedesaan mengacu pada perjalanan yang berpusat di sekitar daerah pedesaan,
bukan daerah perkotaan. Ini mencakup segala sesuatu mulai dari perjalanan hiking dan
berkemah, hingga agrowisata, di mana wisatawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan
pertanian dan mengalami gaya hidup pertanian. Pada akhirnya, jenis pariwisata ini
berfokus pada fitur alam, seperti hutan, bukit, gunung, ladang, dan air terjun, daripada
kota, tempat wisata, dan area terbangun.

- Pariwisata Lembut (Soft tourism)

Soft tourism adalah bentuk perjalanan wisata yang mengutamakan pengalaman lokal,
edukasi, penghormatan terhadap budaya lokal dan menghindari hot spot wisata. Hal ini
dapat dikontraskan dengan hard tourism, atau mass tourism, yang berskala besar dan
terfokus pada atraksi dan destinasi wisata populer. Perusahaan yang beroperasi sesuai
dengan prinsip pariwisata lunak akan memprioritaskan masa tinggal yang lebih lama,
pekerjaan untuk penduduk setempat, dan langkah-langkah untuk menghindari
kepadatan berlebih.

Kita telah memahami jenis pariwisata berkelanjutan. Mari kita sekarang bahas
mengenai keuntungan dari pariwisata berkelanjutan.

2.3.1 Bisakah Pariwisata Massal Menjadi Lebih Berkelanjutan?

Secara tradisional, jenis pariwisata massal merupakan jenis pariwisata yang


disukai oleh wisatawan yang lebih memilih pariwisata yang memiliki lingkungan bebas
resiko dan seringkali dengan keadaan yang familiar. Para wisatawan seperti ini biasanya
lebih suka menghabiskan liburan mereka di antara banyak teman yang memiliki
pemikiran yang sama. Tuntutan seperti ini sering kali memicu konflik dengan
masyarakat dan lingkungan setempat. Meskipun demikian, pola ini pada sebagian besar
memberikan tingkat keberlanjutan bagi industri dan pasar secara keseluruhan. Meski
beberapa sektor pasar mengalami penurunan karena para wisatawan kaya dan modis

6
beralih dengan cepat ke lokasi yang lebih terpencil dan kurang komersial, hal ini terjadi
karena tingkat kepuasan mereka menurun.

Pandangan bahwa pariwisata massal hanya sebagai penyedia ghetto yang


memfokuskan pengunjung dari daerah yang kurang berketahanan mungkin agak
mengecewakan. Karena bentuk pariwisata tradisional ini mungkin secara perlahan tidak
terlalu merugikan dan mulai bertransisi menuju tingkat keberlanjutan yang lebih tinggi,
bahkan di negara-negara yang masih dalam tahap perkembangan. Dengan
menggunakan lebih banyak makanan dan menu lokal untuk meningkatkan keterkaitan
dengan pertanian lokal dan mendorong lapangan kerja bagi koki lokal adalah salah satu
langkah menuju arah ini. Oleh karena itu, pemerintah mulai mengenalkan konsep
partisipasi dan pemberdayaan lokal dengan meningkatkan lapangan kerja, terutama
dalam posisi terampil dan manajerial. Ini mengarah pada peningkatan kepemilikan lokal
dan keterlibatan lebih besar dalam pengambilan keputusan.

Banyak usaha yang didorong oleh sektor swasta, meskipun seringkali dilakukan
dengan persetujuan dan/atau dukungan pemerintah. Pemerintah juga bisa mengambil
tindakan langsung melalui perencanaan yang diwajibkan dan kebijakan yang
diterapkan. Sebagai contoh, industri pariwisata di Selandia Baru dengan jelas
menggambarkan bahwa, meskipun masih terdapat permasalahan, seperti besarnya
pasar, keterpencilan dari pasar utama, rendahnya kesadaran masyarakat lokal terhadap
rencana yang ada, dan kebisingan di daerah terpencil, namun ada upaya yang dilakukan
hingga saat ini telah bergerak menuju pencapaian tingkat keberlanjutan yang lebih besar
dalam industri yang penting bagi perekonomian. Dibangun berdasarkan lingkungan
hidup, serangkaian pendekatan yang digunakan merupakan upaya untuk
memperkenalkan praktik yang baik, salah satu upayanya yaitu dengan diberlakukannya
pembatasan pengunjung ke beberapa taman nasional dalam upaya melindungi
lingkungan, sehingga memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan bagi
pengunjung. Selain itu, perencanaan di tingkat nasional, regional, dan lokal yang
didukung bersamaan dengan percobaan teknik pengelolaan pengunjung merupakan
upaya tepat yang harus dilakukan untuk pariwasata massal yang lebih Berkelanjutan.

2.3.2 Apakah Ekowisata Berkelanjutan?

Para akademisi sering berasumsi bahwa jenis pariwisata alternatif, seperti


ekowisata, memiliki banyak karakteristik berkelanjutan. Hal ini digambarkan sebagai

7
usaha berskala kecil, direncanakan secara hati-hati, dimiliki dan dikelola secara lokal,
dan terintegrasi erat dengan sektor-sektor lain.

Namun, para ekowisata bukanlah sebuah kelompok yang homogen. Dalam


praktiknya, ketika ekowisata, yang pada awalnya melibatkan jenis wisatawan yang
kasar atau khusus, mulai muncul di daerah-daerah yang sebelumnya terpencil dan
terbelakang, maka ekowisata ini menjadi lebih dikenal secara luas dan terpercaya, serta
jumlah pengunjung meningkat pesat. Ketika Pengusaha asing mulai berpartisipasi,
maka akan muncul dampak negatif dari industri yang dibawa oleh para pengusaha
tersebut dan akan menjadi lebih besar dampaknya daripada manfaatnya.

Memang benar bahwa ekowisata dapat menjadi cikal bakal bentuk-bentuk


pariwisata massal yang tradisional dan dapat memberikan dampak negatif dan positif.
Contohnya di taman nasional seperti Masi Mara dan Amboseli yang membuat kebijakan
paket wisata yang dijalankan oleh operator multinasional yang menyediakan kuota
besar untuk para wisatawan. Namun Usaha safari berskala besar yang meningkatkan
jumlah pengunjung dengan kuota yang besar dapat menyebabkan peningkatan
kerusakan pada flora dan fauna di taman nasional tersebut dan meningkatkan dampak
buruk dari kegiatan safari terhadap lingkungan sekitarnya.

Meski begitu, terdapat contoh ekowisata yang relatif sukses. Sebagai contoh, di
Amerika Serikat, penerapan sistem kuota yang ketat telah berhasil menghindari
kerusakan pada lingkungan lokal, sekaligus memberikan pengunjung kesempatan untuk
menikmati pengalaman di lingkungan tersebut secara langsung.

2.4 Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Taman Nasional Baluran

Salah satu bentuk ekowisata yang mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.


Terbukti, karena Taman Nasional Baluran merupakan tempat wisata berwawasan lingkungan
yang mengutamakan konservasi alam sebagai pendukung pelestarian satwa dan lingkungan,
sekaligus juga kesejahteraan masyarakat setempat.

Menariknya, taman nasional yang berada di Situbondo, Jawa Timur ini juga dikenal sebagai
“Little Afrika” di Jawa, karena memiliki suasana savana yang khas. Ditambah lagi, menurut
Jurnal Ilmiah Domestic Case Study, yang dikutip dari Katadata menyebutkan, di Taman
Nasional Baluran terdapat 444 jenis tumbuhan, 28 jenis mamalia, serta 196 aves, pisces, dan
reptil.

8
Tak hanya kawasan Taman Nasional saja yang menarik dikunjungi, di sekitar Baluran juga
terdapat berbagai objek wisata yang tak kalah indah. Seperti Pantai Bilik Sijile, Gunung
Baluran, dan Savana Bekol.

Itu menjadi salah satu alasan mengapa Taman Nasional Baluran merupakan salah satu contoh
Penerapan Pariwisata Berkelanjutan atau Ekowisata.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pariwisata didasarkan pada migrasi sementara tahunan jutaan orang. Secara tradisional,
mereka melakukan perjalanan dari wilayah industri perkotaan besar di negara maju, dimana
permintaan terfokus, ke wilayah pasokan yang lebih terpinggirkan. Upaya untuk mengurangi
dampak negatif telah mendorong pencarian pendekatan yang lebih berkelanjutan terhadap
pariwisata. Meskipun demikian, beberapa keberhasilan telah dicapai dengan secara bertahap
memperkenalkan serangkaian langkah-langkah yang lebih berkelanjutan pada semua jenis
kegiatan pariwisata Taman Nasional yang merupakan upaya yang dilakukan pemerintah
Indonesia untuk penerapan pariwisata berkelanjutan yang lebih baik lagi di Indonesia.

Oleh karena itu Penerapan pendekatan berkelanjutan menjadi isu serius dan mendesak.
Sebagai mata pelajaran interdisipliner, solusinya memerlukan kontribusi dari berbagai bidang
studi. Ahli geografi memiliki peran krusial dalam meneliti dan menerapkan pengetahuan serta
keterampilan mereka pada berbagai isu kontroversial yang muncul dalam upaya mencapai
aktivitas pariwisata yang lebih berkelanjutan. Mengumpulkan dan menerapkan praktik terbaik
dari berbagai lokasi menjadi titik awal yang berguna dalam pencarian ini.

3.2 Saran

Dalam mengatasi tantangan pariwisata berkelanjutan perlu smelibatkan langkah-


langkah konkret. Pertama, diperlukan upaya koordinasi lintas disiplin untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih holistik terhadap dampak pariwisata. Selanjutnya, perlu ditingkatkan
peran ahli geografi dalam merancang dan menerapkan solusi berkelanjutan, dengan fokus pada
penelitian dan pendekatan praktis. Studi lebih lanjut dapat diarahkan untuk mengidentifikasi
best practices dan memahami konteks lokal. Kolaborasi global dan lokal juga perlu diperkuat
untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam upaya mencapai pariwisata yang lebih
berkelanjutan secara keseluruhan.
9
DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Baluran . (2010). Baluran National Park Birding Competition.
Situbondo

Balai Taman Nasional Baluran. (2003). Buku Informasi Taman Nasional Baluran.
Situbondo

Balai Taman Nasional Baluran. (2003). Buku Informasi Taman Nasional Baluran.
Situbondo

Balai Taman Nasional Baluran. (2007). Laporan Kegiatan Kajian Zonasi Taman Nasional
Baluran. Situbondo

Hjalager, A.M. (1996) Tourism and the environment: The innovation connection. The Journal
of Sustainable Tourism 4(4).

Lane, B. (1990) Sustaining host areas, holiday makers and operators alike. Paper to the
Sustainable Tourism Development Conference, Queen Margaret College,
November.

Muller, H. (1994) The thorny path to sustainable tourism. Journal of Sustainable Tourism
Zealand. Tourism. The Journal of the Tourism Society 94, Autumn, 14.

Pacione, Michael (1999). Applied Geography : Principles and pratice. London Routledge

Balai Taman Nasional Baluran. (2003). Buku Informasi Taman Nasional Baluran. Situbond

Balai Taman Nasional Baluran. (2003). Buku Informasi Taman Nasional Baluran. Situbondo

Balai Taman Nasional Baluran. (2007). Laporan Kegiatan Kajian Zonasi Taman Nasional
Baluran. Situbondo

Balai Taman Nasional Baluran . (2010). Baluran National Park Birding Competition. Situbondo

Pratiwi, A. (2019). Analisis Penerapan Pariwisata Berkelanjutan di Taman Nasional Komodo


(Doctoral dissertation, STP AMPTA Yogyakarta).

10
Setijawan, A. (2018). Pembangunan pariwisata berkelanjutan dalam perspektif sosial ekonomi.
Jurnal Planoearth, 3(1), 7-11.

11

Anda mungkin juga menyukai