Anda di halaman 1dari 182

4/3/2023

FARMAKOEKONOMI

Ainun Wulandari, M.Sc., Apt.

Tim Dosen
 Dr. apt. Lili Musnelina, M.Si.
 apt. Ainun Wulandari, M.Sc.

1
4/3/2023

Materi/Topik Perkuliahan
1. Pendahuluan
2. Konsep Ekonomi dalam Farmasi dan Farmakoekonomi
3. Biaya
4. Metode Farmakoekonomi
5. Studi Kasus Cost of Illness / Analisis Biaya (1 analisis biaya dan 1 perbandingan biaya riil dan
tarif ina cbg) kelompok 1
6. Studi Kasus Cost Minimize Analysis 1
7. Studi Kasus Cost Minimize Analysis 2
8. UjianTengah Semester
9. Studi Kasus Cost Effectiveness Analysis 1
10. Studi Kasus Cost Effectiveness Analysis 2
11. Studi Kasus Cost Benefit Analysis 1
12. Studi Kasus Cost Benefit Analysis 2
13. Studi Kasus Cost Utility Analisis 1
14. Studi Kasus Cost Utility Analisis 2
15. Studi Kasus Analisis Kualitas Hidup (jurnal kuesioner generik dan kuesioner spesifik)
16. Ujian Akhir Semester

Literature
 Farmakoekonomi – Prinsip dan Metodologi
Dra. Tri Murti Andayani, Sp.FRS., PhD.,Apt.
 Pedomon Penerapan Kajian Farmakoekonomi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
 Farmakoekonomi
Ahmad Fuad Afdhal, Ph. D
• Drug Management Cycle, WHO
Chapter- Farmakoekonomi

2
4/3/2023

Penilaian
 Kehadiran 10 %
 Tugas 20 %
Analisis Jurnal, Presentasi, dan Keaktifan
 UTS 35 %
 UAS 35 %

 Tugas silahkan dibagi 10 kelompok ya

Farmakoekonomi
 Studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan

 Kajian-kajian Farmakoekonomi dapat digunakan dalam


pengambilan kebijakan, baik di tingkat pusat maupun fasilitas
pelayanan kesehatan dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan dlam rangka pemilihan dan penggunaan obat yang
efektif dan efisien.

3
4/3/2023

Terima Kasih

4
KONSEP EKONOMI
DALAM FARMASI DAN
FARMAKOEKONOMI
Dr. Lili Musnelina, M.Si, Apt

Ilmu Ekonomi

 Tentang tukaran dan pilihan di antara


keinginan, kebutuhan dan keterbatasan
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan.
 Tukaran antara barang dan jasa dengan uang,
tetapi tukaran dapat diekspresikan dalam
terminologi yang humanistik.
 Inilah yang menjadi dasar dalam mengevaluasi
hasil pengobatan

1
Farmakoekonomi
 Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam
bidang farmakologi yang mempelajari mengenai
pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana pembiayaan
dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi
yang efektif, bagaimana dapat menghemat pembiayaan,
dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup.
 Farmakoekonomik (pharmacoeconomics) adalah suatu
metoda baru untuk mendapatkan pengobatan dengan
biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi efektif
dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik
yang baik (cost effective with best clinical outcome).

Farmakoekonomi
 Biaya yang dimaksud efisien dan serendah mungkin maksudnya
ialah biaya yang dibutuhkan semenjak pasien mulai menerima
terapi sampai pasien sembuh (cost) dan bukan hanya dilihat dari
biaya per item obat yang dikonsumsi pasien (price). Atau dengan
kata lain, metoda ini tidak hanya berhubungan dengan upaya
mendapatkan biaya obat yang murah, tetapi juga berhubungan
dengan efisiensi obat, efisiensi peralatan, penyediaan dan
monitoring obat ataupun proses yang berhubungan dengan
pemberian obat-obatan.
 Farmakoekonomi merupakan suatu analisa ekonomi terhadap
upaya pelayanan kesehatan yaitu dalam penggunaan obat,
dengan meninjau dari segi biaya versus dampak. Dampak yang
dapat muncul akibat dari penggunaan obat-obatan dalam proses
terapi antara lain adanya perubahan fisik, emosi, spiritual, finansial
dan status sosial pada penderita, masyarakat, unit pelayanan
kesehatan atau penyandang dana (keluarga penderita,
pemerintah, kantor, asuransi).

2
Farmakoekonomi
 Deskripsi dan analisis tentang biaya obat bagi sistem
pelayanan kesehatan dan masyarakat. Studi
farmakoekonomik dirancang untuk menjamin bahwa
bahan-bahan perawatan kesehatan digunakan paling
efisien dan ekonomis.

 Riset-riset dalam farmakoekonomi adalah


mengidentifikasi, mengukur dan membandingkan
biaya dengan konsekuensinya dari produk dan
pelayanan farmasi berdasarkan satu atau lebih sudut
pandang.

Farmakoekonomi

 Farmakoekonomi diperlukan karena adanya


sumber daya terbatas misalnya pada RS
pemerintah dengan dana terbatas dimana hal
yang terpenting adalah bagaimana
memberikan obat yang efektif dengan dana
yang tersedia, pengalokasian sumber daya
yang tersedia secara efisien, kebutuhan
pasien, profesi pada pelayanan kesehatan
(Dokter, Farmasis, Perawat) dan administrator
tidak sama dimana dari sudut pandang pasien
adalah biaya yang seminimal mungkin.

3
 Dalam kerangka dasar ini metodologi riset
mencakup minimalisasi biaya, efektivitas biaya,
manfaat biaya, biaya sakit, utilitas biaya, analisis
keputusan, kualitas hidup dan penilaian
humanistik lainnya.

 Jadi, esensi dari analisis farmakoekonomi


adalah untuk menguji dampak baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan bagi
alternatif pemakaian obat untuk pengobatan dan
intervensi medis lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan
Farmakoekonomi

 Obat-obat apa saja yang harus ada dalam


formularium rumah sakit?
 Obat apa yang terbaik bagi pasien tertentu?
 Obat yang merupakan obat terbaik yang harus
dikembangkan oleh manufaktur farmasi?
 Sistem distrbusi obat apa yang terbaik bagi
suatu rumah sakit?
 Berapa biaya obat yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas hidup?

4
 Berapa biaya obat yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas hidup?
 Obat apa yang terbaik bagi penyakit tertentu?
 Apa yang menjadi luaran terhadap pasien
sebagai hasil dari berbagai pengobatan?

The Nation’s Health Dollar


Expenditure Type
Drugs
Nursing Home Care
7$ 8$
Other Spending
12$
Hospital 39$
Other personal
14$ Health Care
20$

Psysician Services

5
4/3/2023

BIAYA
Dr. Lili Musnelina, M.Si, Apt
Ainun Wulandari, M.Sc., Apt.

BIAYA VS HARGA
 Biaya adalah besarnya sumber daya yang
dikonsumsi dalam memproduksi barang atau
jasa.
 Opportunity cost
 tidak selalu berupa uang

 Harga adalah apa yang diminta kepada


pelanggan untuk membayar barang atau jasa.

1
4/3/2023

COST OF ILLNESS AND COST OF THERAPY


Suatu penyakit membutuhkan sumber daya dan,
dengan demikian, ia memiliki biaya. Biaya
penyakit terdiri dari tiga komponen:
1. Sumber daya medis yang digunakan untuk
mengobati penyakit;
2. Sumber non medis yang terkait dengan itu;
3. Kehilangan produktivitas karena sakit atau
cacat (Biaya tidak langsung).

KATEGORI BIAYA
1. Biaya Medik Langsung
 Mrpkn input yg dgnkn scr lgsg untuk memberikan
terapi.
2. Biaya Non-medik Langsung
 Mrpkn biaya yg tdk terkait lgsg dg terapi tetapi
dikeluarkan pasien/ keluarga krn penyakit.
3. Biaya Tidak Langsung
 Biaya hilangnya produktivitas akibat mortalitas
atau morbiditas
4. Biaya Tidak Teraba/ intangible cost

2
4/3/2023

APLIKASI FARMAKOEKONOMI

Personal Times
 Drugs Products

 Physician Services

 Hospital Services

VARIABEL DALAM FARMAKOEKONOMI


 Medical Resources
 Nonmedical Resources

 Health Status:

- Productivity capacity
- Utility and quality of life

3
4/3/2023

JENIS SUMBER DAYA MEDIS


A. Basic Input
 Personal times :
- Professional
- Administrative
- Support
 Equitment and Supplies
- Drug products
- Other supplies (vial, administration sets, etc)
 Facilities

 B. Intermediate Services
 Pharmaceutical services

 Physician services

 Laboratory Services

 Inpatient Hospital services


- Room and Board (Hotel) services
- Ancillary (Medical) services
- Other Services

4
4/3/2023

A FRAMEWORK FOR DETERMINING COST


 Kerangka untuk menentukan biaya terapi atau
layanan meliputi lima langkah:
1. Identifikasi sumber daya yg dikonsumsi (input);
2. Menentukan satuan (unit) dari tiap input;
3. Menetapkan nilai mata uang dari setiap input
sehinggadapat menentukan nilai biaya kesempatan
perkiraan:
 Biaya peluang dan harga Pasar
 Biaya peluang dan biaya rata-rata
 Pengalokasian sumber daya bersama;
4. Penyesuaian mata uang untuk perbedaan waktu;
5. Memungkinkan untuk ketidakpastian.

PERSPEKTIF/SUDUT PANDANG

• Societal (masyarakat)
dihitung biaya penggunaan semua sumber daya oleh negara/masy.
• Pasien
biaya out-of pocket
bagi pasien, kualitas hidup sangat penting, demikian juga biaya
langsung & tidak langsung
• Provider
Biaya aktual utk terapi kepada pasien,
bagi RS yang paling penting adalah biaya langsung tenaga kerja
dan barang-barang habis pakai
• Payer
Bagi pemerintah atau perusahaan asuransi yg diperhatikan adalah
biaya medis langsung

5
4/3/2023

PRINSIP FARMAKOEKONOMI

• Menetapkan masalah
• Identifikasi alternatif intervensi
• Menentukan hubungan antara input & outcome
• Identifikasi & mengukur outcome dari alternatif
intervensi
• Menilai biaya dan efektivitas
• Interpretasi dan pengambilan kesimpulan

KATEGORI KONSEKUENSI/OUTCOME

• Economic outcome
Biaya
• Clinical outcome
Mortalitas
Tekanan darah (HT), HbA1C (diabetes)
Jumlah yg bisa teratasi (sembuh)
Jumlah pasien yg bebas dari penyakit
• Humanistic outcome
kualitas hidup
kepuasan pasien
yang lebih disukai pasien

6
4/3/2023

1. JUDUL YG LENGKAP : Apakah Judulnya


sesuai?

2. TUJUAN JELAS : Apakah tujuan


ditetapkan dengan jelas?

3. ALTERNATIF SESUAI : Apakah alternatif


atau komparator sesuai dan ditetapkan?

4. PENJELASAN ALTERNATIF : Apakah


dijelaskan deskripsi dari alternatif yg
dibandingkan?

5. Perspektif ditetapkan : Apakah


perspektif penelitian ditetapkan?

6. TYPE PENELITIAN : Apakah tipe


penelitian ditetapkan?

7. BIAYA YG TERKAIT : Apakah semua


biaya terkait sudah dihitung?

8. OUTCOME RELEVAN : Apakah outcome


yg relevan diukur?

7
4/3/2023

9. PENYESUAIAN ATAU DISCOUNTING :


Apakah penyesuaian atau discounting
tepat?

10. ASUMSI BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN :


Apakah asumsi ditetapkan dan dapat
dipertanggungjawabkan?

11. ANALISIS SENSITIVITAS : Apakah dilakukan


analisis sensitivitas utk asumsi atau estimasi yg
digunakan?

12. Apakah Keterbatasan Penelitian


disampaikan?

13. Apakah bisa diekstrapolasikan dalam


populasi yang lebih luas?

14. Kesimpulan tidak bias.

8
4/3/2023

TUGAS FARMAKOEKONOMI
1. Analsis Biaya Terapi
2. Cost Minimize Analysis 2
3. Cost Efectivness Analysis 2
4. Cost Benefit Analysis  2
5. Cost Utility Analysis  2
6. Kualitas Hidup/QoL

9
4/3/2023

Metode Analisis
Farmakoekonomi

AINUN WULANDARI

COST OF ILLNESS

 Biaya dari suatu penyakit

1
4/3/2023

METODE ANALISIS FARMAKOEKONOMI

Cost
Cost
Minimization Cost Benefit Cost Utility
Effectiveness
Analysis Analysis(CBA) Analysis(CUA)
Analysis(CEA)
(CMA)

Teknik analisis Teknik analisis


ekonomi untuk Teknik untuk Teknik analisis
ekonomi untuk ekonomi untuk
membandingkan menghitung
dua pilihan rasio antara membandingkan menilai “utilitas
(opsi, option) biaya intervensi biaya dan hasil (daya guna)” atau
intervensi atau kesehatan dan (outcomes) kepuasan atas
lebih yang manfaat kualitas hidup yang
relatif dari dua diperoleh dari suatu
memberikan (benefit) yang
hasil (outcomes) diperoleh, atau lebih intervensi kesehatan.
kesehatan dengan intervensi Kegunaan diukur
setara untuk outcome (yaitu kesehatan. Pada dalam jumlah tahun
mengidentifikasi manfaat) diukur CEA, hasil/ dalam keadaan sehat
pilihan yang dengan unit sempurna, bebas dari
menawarkan moneter (mata outcome diukur kecacatan, (QALY).
biaya lebih uang). dalam unit non-
rendah. moneter.

Cost minimization analysis (CMA)


 Merupakan teknik yang menentukan intervensi
mana yang lebih murah biayanya berdasarkan
studi-studi terdahulu, walaupun dari segi
output (efektivitas) belum tentu maksimal
(focus pada input).
 Biasanya digunakan dalam industri kesehatan
dan merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur dan membandingkan biaya
intervensi medis yang berbeda

2
4/3/2023

Cost Minimization Analysis


(Analisis Minimalisasi Biaya

Metode untuk mengukur kisaran biaya terapi atau


program terendah, yang berlaku jika manfaat yang
diperoleh sama (Dipiro, et al, 2008).

Analisis ini yang relatif mudah dan sederhana,


hanya membandingkan dua atau lebih alternatif
dengan kesetaraan alternatif terapi (keamanan
dan keefektifan )

KEUNGGULAN & KELEMAHAN CMA

 Keunggulan
 Metode yang relatif mudah dan sederhana untuk
membandingkan alternatif pengobatan
 Cost minimisasi adalah yang paling simpel dari semua
perangkat farmakoekonomi yang mana membandingkan
dua jenis obat yang sama efikasi dan toleransinya
terhadap satu pasien
 Kelemahan
 Pada asumsi pengobatan dengan hasil yang ekivalen.
Jika asumsi tidak benar, dapat menjadi tidak akurat,
pada akhirnya studi menjadi tidakbernilai.

3
4/3/2023

Contoh Analisis Minimalisasi Biaya:

1. Membandingkan obat generik berlogo (OGB)


dengan obat generik bermerek dengan bahan
kimia obat sejenis dan telah dibuktikan
kesetaraannya melalui uji bioavailabilitas-
bioekuivalen (BA/BE)
2. Membandingkan obat standar dengan obat baru
yang memiliki efek setara.

Cost Effectiveness Analysis (CEA)


 Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan
salah satu dari analisis ekonomi secara
menyeluruh (fully economic analysis) yaitu
menganalisis program kesehatan yang
merangkum sekaligus input dan output program
tersebut. Analisis efektivitas biaya
membandingkan berbagai cara untuk mencapai
tujuan yang sama, dalam upaya untuk
mengidentifikasi cara paling murah untuk
mencapai tujuan tersebut atau untuk memilih
intervensi yang memberikan nilai tertinggi dengan
dana terbatas.

4
4/3/2023

Kajian CEA selain dibutuhkan :

1. Untuk menyusun Formularium RS


2. Untuk menentukan obat-obat yang paling
efektif di dalam suatu paket episode
pengobatan yang digunakan dalam fasilitas
kesehatan

Kelebihan dan kekurangan:


1. Tidak perlu merubah outcome klinik ke dalam
mata uang
2. Terapi berbeda dengan tujuan yang sama
dapat dianalisis
3. Hanya tipe outcome yang sama yang dapat
dianalisis.

5
4/3/2023

Contoh: Cost Effectiveness Analysis (CEA)


1. Membandingkan dua atau lebih obat dari kelas
terapi yang sama tetapi memberikan besaran
hasil pengobatan berbeda. Misalnya: dua obat
antihipertensi yang memiliki kemampuan
penurunan tekanan darah diastolik yang
berbeda.
2. Membandingkan dua atau lebih terapi yang hasil
pengobatannya dapat diukur dengan unit
alamiah yang sama, walau mekanisme kerjanya
berbeda, misal obat golongan PPI dg antagonist
H2 untuk GERD.

 ACER: Average Cost Effectiveness Ratio


 = rata-rata biaya/ rata-rata efektifitas
 Semakin rendah nilai acer maka semakin baik
 A= Rp. 300.000 /80% = Rp 3.750/1 % efektifitas
 B= Rp. 400.000/82% = Rp. 4.878/1% efektifitas
 ICER: Incremental Cost effectiveness ratio
 = (rata-rata biaya B – rata-rata biaya A)/
 (rata2 efektifitas B – rata2 efektifitas A)
 Tambahan biaya yg dibutuhkan
 Icer yang semakin negatif smkn baik

6
4/3/2023

Tabel Kelompok Alternatif berdasarkan Efektivitas-Biaya

Efektivitas-biaya Biaya lebih rendah Biaya sama Biaya lebih tinggi


Tukaran
Efektivitas lebih Perlu perhitungan B C
(RIEB/ICER) [Didominasi]
rendah A
Efektivitas sama D E F

Efektivitas lebih Dominan H Tukkaran


[Perlu perhitungan RIEB]
G I
tinggi

DIAGRAM EFEKTIVITAS-BIAYA

7
4/3/2023

Contoh perhitungan ACER dan ICER

 Efektivitas Pengobatan A = 35%


 Efektivitas Pengobatan B = 60%
 Efektivitas Pengobatan C = 61%

Biaya yang teridentifikasi dan diukur adalah biaya medikasi ,


biaya kunjungan tak terjadwal, biaya kunjungan ke unit gawat
darurat, biaya rawat inap:
 Biaya rerata Pengobatan A = Rp320.000/pasien
 Biaya rerata Pengobatan B = Rp537.000/pasien
 Biaya rerata Pengobatan C = Rp381.000/pasien

Manakah yang lebih cost effective?

Cost benefit analysis(CBA)


 Cost Benefit Analysis adalah merupakan suatu
teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi
yang menghitung dan membandingkan surplus
biaya suatu intervensi kesehatan terhadap
manfaatnya.
 Surplus biaya dan manfaat diekspresikan dalam
satuan moneter.
 Dasar CBA adalah surplus manfaat, yaitu manfaat
yang diperoleh dikurangi dengan surplus biaya.

8
4/3/2023

Contoh analisis CBA


 Membandingkan program kesehatan dengan
beberapa alternatif, baik dengan
program/intervensi kesehatan lainnya maupun
dengan tidak diberikan intervensi.
 Nilai manfaatnya dari suatu program adalah
meningkatnya hasil pengobatan (outcome). Misal:
kesembuhan, meningkatnya kesehatan.
 Nilai outcome diukur dalam satuan moneter
umumnya dengan kemauan untuk membayar
(Willingness to Pay). Ex:Pasien asthma

Cost benefit analysis(CBA)


 Dasar adl. surplus manfaat, surplus manfaat/B
dikurangi surplus biaya/C. (B-C)
 Bila surplus manfaat bernilai positif maka
umumnya kegiatan akan diterima.
 Atau:
B/C > 1
B/C < 1
B=C
 CBA menggunakan perspektif sosial/
masyarakat dan mencakup seluruh biaya dan
manfaat yang relevan.

9
4/3/2023

Keuntungan dan Kerugian CBA


 Keuntungan
• CBA memungkinkan adanya perbandingan antara
program dengan outcome yang sangat berbeda,
yang dibandingkan adalah nilai moneter sehingga
yang dilihat adalah surplus manfaat terbesar.
 Kerugian
• Mengkonversi nilai non-moneter dan outcome
kualitas hidup menjadi nilai moneter.
• Memerlukan analisis sensitivitas.

Cost utility analysis(CUA)

 Analisis ini merupakan metode penyesuaian


untuk kualitas hasil. Unit yang paling umum
digunakan dalam melakukan Analisis Utilitas
Biaya adalah quality-adjusted- life-years (QALYs)
yang menggabungkan kualitas dan kuantitas
kehidupan. Hasilnya disesuai-kan untuk kualitas
dengan menggunakan nilai utilitas. Unit ini
memungkinkan perbandingan antara kesakitan
dan kematian.

10
4/3/2023

PER
Cost utility analysis(CUA)

Biaya Terapi Years of life Utility QALYs


saved
Obat A 10.000 5 0,8 4,0

Obat B 20.000 7 0,5 3.5

Perhitungan

CEA/ICER (20.000 – 10.000) / (7-5) 5000 per tambahan tahun


kehidupan
CUA/ICUR (20.000 – 10.000) / ( 3,5 QALYs Obat A dominan
– 4,0 QALYs)

Sistem Klasifikasi
Status Kesehatan

1. Quality of Well-Being Scale (QWB)


2. The Health Utilities Index (HUI)
3. The EuroQol Group’s EQ-5D

11
4/3/2023

Istilah yang lazim dalam Analisis


utilitas-biaya (AUB)
A. Utilitas
Analisis utilitas-biaya (AUB) menyarrtakan hasil dari intervensi
sebagai utilitas atau tingkat kepuasan yang diperoleh pasien
setelah mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan
B. Kualitas hidup
Kualitas hidup dalam AUB diukur dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas
(quality of life)
C. Jumlah Tahun yang Disesuaikan’ (JTKD)
Suatu hasil yang diharapkan dari suatu intervensi kesehatan yang
terkait erat dengan besaran kualitas hidup

Tujuan Analisis Utilitas


Biaya
Memperkirakan perbandingan antara suatu biaya
intervensi yang berhubungan dengan kesehatan dan
menghasilkan keuntungan dalam hal kualitas hidup
dalam setahun oleh para penerima manfaat
kesehatan.

12
4/3/2023

Manfaat Analisis
Utilitas Biaya
– Skala kecil
Menentukan terapi terhadap pasien dalam suatu
pengobatan yang dipilih sehingga dengan biaya yang minimal
berdampak manfaat yang maksimal.
– Skala besar
Pemerintah dapat menentukan kebijakan dalam
hal pemberian subsidi terhadap obat atau program kesehatan.

Prinsip Analisis Utilitas Biaya


(Cost Utility Analisys)

Menentukan biaya yang dikeluarkan dalam kurun


waktu satu tahun anggaran untuk meningkatkan
tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat terwujudnya kesehatan masyarakat yang
optimal.

13
4/3/2023

KUESIONER QUALITY OF LIFE


Spesifik:
 DQOL = Diabetes Quality of life
 KDQOL = Kidney Disease
 SGRQ = Surogate Respiratory QoL
 EORTC = Treatment Cancer

Generik:
 WHO QoL
 SF36
 EQ5D

14
FARMAKOEKONOMI
COST OF ILLNESS PASIEN STROKE

KELOMPOK I :
Putri Rumbia Bulan 22344103
Sepdianti Pebiola 22344127
Ramadhan Dwiki Putra 22344132
Peggy Novita Sari 22344134
Sri Winda Maulia 22344142
Stroke
Stroke diartikan sebagai tiap-tiap gangguan neurologis mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem
suplai arteri otak.

Klasifikasi Stroke :
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu :
• Stroke iskemik
• Stroke hemoragik
Faktor Risiko Stroke

Faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke dapat


dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Rumah Sakit
World Health Organization (WHO) memberikan definisi: Rumah Sakit
adalah bagian integral dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada
masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau
keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan
tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio – medik .
•Pelayanan Rumah Sakit:
•Pelayanan Rawat Darurat
•Pelayanan Rawat Jalan
•Pelayanan Rawat Inap
Cost Of Illnes
Studi mengenai cost of illness atau biaya–penyakit merupakan studi yang
mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit atau beberapa penyakit dan
memperkirakan jumlah maksimum biaya yang berpotensi dapat disimpan atau
diperoleh jika suatu penyakit tersebut dapat diberantas. Studi mengenai cost of
illness ini dapat menunjukkan bahwa jika suatu penyakit dapat disembuhkan maka
akan bermanfaat dalam mengurangi beban penyakit.Untuk pemangku kepentingan
atau stakeholders tertentu, seperti pemerintah, studi mengenai cost of illness ini
dapat menunjukkan dampak keuangan penyakit terhadap program atau kebijakan
publik.
Cost Of Illness terdiri dari:

• Direct Cost (biaya langsung)


Merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk memperoleh
perawatan dan pengobatan terhadap penyakitnya, misal tarif pelayan
an biaya obat obatan.

• Indirect Cost (biaya tidak langsung)


Merupakan biaya penunjang yang dikeluarkan pasien untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan terhadap penyakit yang di
deritanya. Biaya tidak langsung mewakili bagian lain dari perkiraan
biaya.
Study kasus

Pada jurnal Cost Of Illness PasienStroke. Subjek


yang digunakan adalah seluruh populasi pasien stroke
di RSUP Dr. Sardjito periode bulan Januari Juni 2014.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah factor –
factor yang meliputi : usia, jenis kelamin, kelas
perawatan, lama perawatan, jumlah komorbid, cara
bayar dan tipe stroke. Sedangkan variabel tergantung
adalah biaya riil pasien rawat jalan dan biaya riil
pasien rawat inap.
Analisis Biaya Pasien Stroke Rawat Jalan

Analisis biaya pada penelitian ini dilakukan dengan


memperhitungkan factor - faktor yang mempengaruhi biaya
penyakit stroke. Total biaya penyakit pasien stroke rawat jalan
merupakan perhitungan total biaya penyakit pasien stroke
iskemik dan hemoragi dengan cara bayar fee for service dan
prospective payment system. Hasil perhitungan total biaya
pasien stroke rawat jalan untuk 246 episode kunjungan sebesar
Rp.98.102.668,72. Dengan rata - rata perawatan perepisode
sebesar Rp.390.815,5 ±259.056,13.
Analisis Biaya Pasien Stroke Rawat Inap

Perhitungan total biaya pasien stroke rawat inap adalah sebesar Rp.
01
5.769.178.647,25 untuk 424 episode perawatan, merupakan penjumlahan
dari total biaya pasien stroke rawat inap dengan cara bayar fee for service dan
total biaya pasien stroke rawat inap dengan cara bayar prospective payment
system.
02 Total biaya riil yang dibutuhkan untuk perawatan pasien rawat inap
dengan cara bayar fee for service selama periode Januari - Juni 2014 adalah
sebesar Rp. 424.349.443,57 akumulasi dari biaya riil pasien stroke iskemik
dan stroke hemoragi rawat inap sebanyak 42 episode. Rata-rata perawatan
03
per-episode sebesar Rp. 10.103.558,18±12.431.342,95.
Hasil perhitungan total biaya pasien stroke rawat inap dengan
cara bayar prospective payment system dengan menjumlahkan biaya medik
04
langsung rawat inap pasien stroke iskemik dan hemoragi. Dari hasil perhitung-
an diperoleh total biaya sebesar Rp.5.344.829.203,68 untuk 382 episode.
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil penelitian mengenai Cost of Illness Pasien Stroke di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa total biaya penyakit stroke iskemik dan
hemoragi dalam periode Januari - Juni 2014 (6 bulan) berdasarkan perspektif RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta adalah sebesar Rp. 5.867.281.315,97. Biaya tersebut merupakan
penjumlahan dari total biaya rawat jalan untuk 198 pasien (246 episode) sebesar
Rp. 98.102.668,72 dan total biaya rawat inap untuk 408 pasien (424 episode) sebesar
Rp. 5.769.178.647,25.
• Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Biaya Perawatan Pasien Stroke untuk Pasien Rawat
Jalan : Usia, jenis kelamin, jumlah komorbid
• Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Biaya Perawatan Pasien Stroke untuk Pasien Rawat
Inap : Usia, Jenis Kelamin, Kelas Perawatan, Lama Perawatan, Jumlah Kormobid.
Studi kasus
Cost
Minimiz
Analysis (1)
Disusun Oleh :

1. Ellina simanjutak 22344101


2. Fitriani
22344113
3. Rika purnama sari 22344117
4. Ajeng selistiawati 22344135
5. Isra qurrata ayun eka putri 22344136
PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI GOLONGAN CALCIUM CHANNEL
BLOCKER KOMBINASI ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN

• Cost Minimalization Hipertensi


Analysis (CMA) atau analisis merupakan salah
biaya minimal merupakan
analisis farmakoekonomi satu penyakit
yang dilakukan dengan degeneratif yang
membandingkan dua atau
lebih pilihan terapi untuk membutuhkan
menentukan biaya perawatan dala
pengobatan yang paling
terendah dan ekonomis jangka waktu yang
bagi pasien. panjang bahkan
sampai seumur
hidup
FAKTOR-FAKTOR HIPERTENSI :

Faktor internal : Faktor eksternal :


1. Jenis kelamin 1. Pola makan
2. Usia 2. Kebiasaan Olahraga
3. Faktor genetik. 3. Kebiasaan minum
alkohol
Biaya terapi pengobatan
pasien hipertensi
Obat yang digunakan cenderung besar seperti
untuk mengobati biaya pengobatan dan
penyakit hipertensi administrasi lainnya di
secara umum yaitu rumah sakit, dikarenakan
golongan Angiotensin terapi pengobatan
Converting Enzym hipertensi membutuhkan
(ACE) inhibitor, waktu yang lama
Angiotensin Receptor
Blocker (ARB),
betablockers, Calcium
Channel Blocker (CCB),
dan diuretik.
Studi kasus ini mengambil data dibagian rekam medik pasien
hipertensi yang menggunakan obat antihipertensi golongan CCB
kombinasi ARB yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan

dapat diketahui bahwa


kombinasi obat
antihipertensi yang
paling banyak
digunakan di Rumah
Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia
Medan adalah
candesartan 8 mg
kombinasi amlodipin 10
mg dan candesartan 16
mg kombinasi
amlodipin 10 mg
Analisis yang
digunakan untuk
menentukan obat yang
memiliki biaya yang
paling minimal
dikeluarkan oleh
pasien yaitu dengan
metode CMA, dimana
jumlah total biaya yang
dikeluarkan oleh
pasien dibagi dengan
jumlah kasus terapi.

Dihitung rata-rata per pasien yang diperoleh dari


penjumlahan biaya obat, biaya tindakan dan
perawatan, biaya dokter serta administrasi
ruangan kemudian dibagi dengan jumlah pasien
sehingga diperoleh rata-rata sebesar
RP.4.315.020.- yang menggunakan obat
candesartan 8mg kombinasi amlodipin 10mg
dengan rata-rata rawat inap selama 6 hari. Maka,
rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pasien
perhari nya yaitu biaya obat antihipertensi
sebesar Rp.5.810.-, Sehingga total biaya perhari
yang dikeluarkan oleh pasien yaitu sebesar
Rp.719.170.
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat
pada tabel 6, dihitung rata-rata per pasien yang
diperoleh dari penjumlahan biaya obat, biaya
tindakan dan perawatan, biaya dokter serta
administrasi ruangan kemudian dibagi dengan
jumlah pasien sehingga diperoleh rata-rata
sebesar Rp.3.870.065.- yang menggunakan obat
candesartan 16mg kombinasi amlodipin 10mg
dengan rata-rata rawat inap selama 7 hari. Maka,
rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pasien
perhari nya yaitu biaya obat antihipertensi
sebesar Rp.4.952.-. Sehingga total biaya perhari
yang dikeluarkan oleh pasien yaitu sebesar
Rp.552.866.
kombinasi obat antihipertensi yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan adalah candesartan 8 mg kombinasi amlodipin 10
mg dengan jumlah pasien sebanyak 25 pasien (42%) dan candesartan 16 mg
kombinasi amlodipin 10 mg dengan jumlah pasien sebanyak 15 pasien (25%)

Obat antihipertensi yang memiliki biaya paling minimal yang dianalisis dengan
metode CMA yaitu candesartan 16 mg kombinasi amlodipin 10 mg yaitu
sebesar Rp.3.870.065.-. Dimana rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pasien
perhari nya yaitu biaya obat antihipertensi sebesar Rp.4.952.-. Sehingga total
biaya perhari yang dikeluarkan oleh pasien hipertensi di ruang rawat inap RSU
Imelda Pekerja Indonesia Medan yaitu sebesar Rp.552.866

Obat antihipertensi yang memiliki biaya paling maksimal yang dianalisis dengan
metode CMA yaitu candesartan 8 mg kombinasi amlodipin 10 mg yaitu sebesar
Rp.4.315.020.-. Dimana ratarata biaya yang dikeluarkan oleh pasien perhari nya
yaitu biaya obat antihipertensi sebesar Rp.5.810.-. Sehingga total biaya perhari yang
dikeluarkan oleh pasien hipertensi di ruang rawat inap RSU Imelda Pekerja Indonesia
Medan yaitu sebesar Rp.719.170
Cost minimization
analysis
KELOMP
1.OK
ROHMATUN INAYAH
22344157
2. TARA UTAMI
22344150
3. TRACY MELLISA
22344112
4. TRI PUJI LESTARI 22344124
5. WIDIA ANGGRAINI 22344232
1 Pendahuluan

Skizofrenia merupakan penyakit mental yang kronis dengan


presentasi yang bervariasi seperti halusinasi pendengaran
(auditorik) dan delusi (keyakinan palsu yang tetap) hingga
kerusakan fungsi psikososial.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang


dilaksanakan pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi
terjadinya Skizofrenia di indonesia sekitar 67% per 1000
penduduk. Khusus di Sulawesi Utara prevalensinya sekitar 7,4%
per 1000 penduduk (Reskesdas, 2018).
Antipsikotik adalah pilihan terapetik yang paling
berguna bagi penyakit skizofrenia (Miyamoto et al.,
2005), dimana risperidone adalah pilihan yang paling
sering digunakan sebagai obat geneasi terbaru
(Jayaram, 2005).
Penelitian Analisis ekonomi kesehatan yang disebut Analisis
Minimalisasi biaya atau Cost Minimization Analysis (CMA)
dimana membandingkan dua pilihan obat yang memberikan
hasil jesehatan yang setara.

2 Metodologi Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di RSJ.
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Kota Manado

Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observational,
non-experimental dengan rancangan deskriptif
dan menggunakan kata retrospektif.
2 Metodologi Penelitian

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan alat tulis, alat pengumpul
data, kalkulator, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data rekam medik pasien, data biaya
tetap dan data biaya variabel pasien.

Populasi dan Sampel


Populasi dan Sampel yaitu seluruh pasien
Skizofrenia pada instalasi rawat inap di RSJ.
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Kota Manado pada
periode Januari-Desember tahun 2019
3 Kriteria Penelitian

Adapun dalam penelitian ini ada beberapa Berikut ada cara


kriteria yang digunakan antara lain : perhitungan Penentuan
Besar Sampel
Populasi dan Sampel
Kriteria Inklusi
1. Pasien Skizofrenia yang memperoleh obat
risperidon atau haloperidol.
2. Pasien Rawat inap.
3. Pasien yang memiliki catatan medik
lengkap.
4. Usia 15 Tahun sampai 65 Tahun (Sadock et
al., 2010).
Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan penyakit penyerta
3 Pengumpulan Data

Sumber Data Sekunder Dimana Data yang diambil dari rekam


medis pasien skizofrenia meliputi informasi klinis pasien dan
biaya langsung yang terkait dengan pasien.

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya,
biasanya dlm bentuk dokumentasi atau data laporan yang telah
tersedia.
4 Analisis Data

Analisis Data berikut tahapan analisis pada penelitian yaitu :


Menentukan Tujuan

Identifikasi Biaya

Melakukan Analisis Minimalisasi Biaya (AMB).


4 Analisis Data (Uraian
Teori)

Menentukan Tujuan pada tahapan ini untuk


menentukan tujuan dimana tujuan masalah yang
akan di atasi yaitu untuk mengetahui biaya yang
digunakan pada pasien skizofrenia di Instansi RSJ.
Prof. Dr. V.L Ratumbuysang Kota Manado dan untuk
mengetahui antipsikotik mana yang memiliki biaya
lebih rendah diantara risperidon dan haloperidol
pada pengobatan skizofrenia.
Identifikasi Biaya Dimana biaya yang
teridentifikasi dan diukur adalah biaya
langsung, meliputi biaya obat, biaya alat
kesehatan, biaya pelayanan, biaya
labolatorium, dan biaya rawat inap.
Melakukan Analisis Minimalisasi Biaya (AMB). yaitu
minimalisasi biaya untuk mengetahui biaya pengobatan
yang paling minimal di antara obat risperidon dan
haloperidol yang diberikan pada pasien skizofrenia dengan
cara menghitung biaya total masing-masing komponen dari
biaya dengan menggunakan prespektif biaya di RSJ. Prof. Dr.
Berikut ada lah cara perhitungan nya
Biaya Total = Biaya tetap + Biaya Variabel

Berikut komponen biaya yang termasuk biaya


tetap antara
 Biaya lain :
pelayanan
 Biaya Laboratorium
 Biaya Rawat Inap
Sedangkan Biaya Variabel antara lain :
 Biaya alat kesehatan dan
 Biaya Pengobatan

Masing-masing komponen dihitung dengan terlebih dahulu menghitung biaya


masing-masing pasien kemudian dijumlahkan keseluruhan kemudian dibagi
dengan jumlah pasien berdasarkan kelompok pemberian terapi sehingga di
dapat total biaya rata-rata per pasien.
5 Hasil Perhitungan
Analisis

Hasil Perhitungan Analisis secara minimalisasi biaya dan


ditarik kesimpulan pengobatan skizofrenia yang paling
murah terhadap total biaya perawatan.
Pada Gambar 1 menunjukan bahwa dari 65 pasien
skizofrenia yang telah dilakukan proses pengambilan data
berdasarkan jenis kelamin, pasien skizofrenia yang paling
banyak adalah pasien berjenis kelamin laki-laki.
pasien perempuan lebih sedikit dapat dipengaruhi karena
adanya pengaruh antidopaminergik estrogen yang dimiliki
wanita.

Estrogen memiliki efek pada aktifitas dopamin di nukleus


akumben dengan cara menghambat pelepasan dopamin.
reseptor dopamin di nukleus kaudatus, akumben dan
putamen merupakan etiologi penyebab terjadinya
skizofrenia.a
5 Hasil Perhitungan
Analisis

Hasil Perhitungan Analisis secara minimalisasi biaya dan


ditarik kesimpulan pengobatan skizofrenia yang paling
murah terhadap total biaya perawatan.

Pada Gambar 2
menunjukan kasus
skizofrenia banyak
dijumpai pada pasien
dengan usia 35-44 tahun
37%.
5 Hasil Perhitungan
Analisis

Pemberian Haloperidol pada pengobatan


skizofrenia lebih dianjurkan karena Haloperidol
adalah obat antipsikotik generasi pertama
bekerja dengan cara memblokade resptor
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron
diotak, kusus nya di sistem limbic dan sistem
ekstrapiramidal.

Hasil penelitian dari 65 pasien skizofrenia


berdasarkan lama penggunaan obat, lama
penggunaan obat pada penelitian ini berkisar
40-42 hari. dan lebih banyak dengan pasien
yang menggunakan antipsikotik Risperidon.
Daftar harga obat risperidon dan haloperidol
pada terapi skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. V.L
Ratumbuysang Kota Manado
Daftar harga obat risperidon dan haloperidol
pada terapi skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. V.L
Ratumbuysang Kota Manado
Daftar harga obat risperidon dan haloperidol
pada terapi skizofrenia di RSJ. Prof. Dr. V.L
Ratumbuysang Kota Manado
FARMASI EKONOMI

Cost Effectiveness Analysis 1

Dosen : 1. Dr. apt. Lili Musnelina, M.Si


2. apt. Ainun Wulandari, M.Sc

Kelas / Kelompok : D / 4

ISNAINI ARDILLAH 22344109


TASYA ANANDA AULIA 22344114
HILDHA HAMIDAH NASUTION 22344128
NOOR HALISAH 22344138
GINA PERMATA AYU 22344139
BELLA SYLVIA 22344144
(Shepard, 1979) : Analisis
Cost Effectiveness Analysis efektivitas biaya (CEA)
adalah suatu metode untuk
menentukan program mana
yang dapat menyelesaikan
Rasio efektivitas biaya (CER) dari tujuan tertentu dengan
satu intervensi kemudian dapat
dibandingkan dengan yang lain.
biaya minimum.

Rasio
Efektivitas
efektivitas
biaya rata-
biaya
rata rasio
tambahan
(ACER)
(ICER)
ICER membandingkan biaya dan
ACER
efek relatif. ICER adalah rasio
berhubungan
perbedaan biaya antara dua
dengan
alternatif untuk perbedaan
intervensi
efektivitas antara dua alternatif
tunggal
yang sama.
• Menentukan jika nilai suatu intervensi
sangat ditentukan oleh biayanya. Tidak
hanya meliputi penentuan biaya, tapi TUJUAN CEA
juga penentuan nilai dari outcome;
• Memastikan program atau kombinasi
dari program dapat mencapai tujuan
tertentu pada biaya terendah.

• Mengidentifikasi dan mempromosikan


terapi pengobatan yang paling efisien;
• Membandingkan alternatif program atau MANFAAT CEA
alternatif intervensi dimana aspek yang
berbeda tidak hanya program atau
intervensinya tetapi juga outcome
klinisnya ataupun terapinya.

• Dapat membandingkan biaya relatif


(input) terhadap output dari dua atau
lebih program yang dilakukan; PRINSIP CEA
• Mencapai tujuan tertentu dengan biaya
yang minimum tetapi mencapi outcome
terapinya.
• Mengatasi kekurangan dalam Cost
Benefit Analysis;
• Hemat waktu dan sumber daya
intensif;
• Lebih mudah untuk memahami
perhitungan unsur biaya dalam
KELEBIHAN CEA CEA;
• Cocok untuk pengambilan
keputusan dalam pemilihan
program;
• Membantu penentuan prioritas dari
sumber daya.
• Alternatif tidak dapat dibandingkan
dengan tepat;
• CEA terkadang terlalu
disederhanakan;
• Belum adanya pembobotan
KEKURANGAN CEA terhadap tujuan dari setiap
program;
• Seharusnya ada pembobotan
terhadap tujuan dari setiap proyek
karena beberapa tujuan harus
diprioritaskan.
STUDI KASUS

Diabetes mellitus adalah penyakit tidak


menular yang mempunyai kriteria yaitu
terganggunya produksi insulin dan terjadi TUJU
hiperglikemia. Peningkatan prevalensi AN
diabetes mellitus dari tahun ke tahun
mengakibatkan banyak kerugian. Menganalisis biaya
pengobatan, terutama
Di indonesia, provinsi jawa tengah efektivitas biaya agar
menempati posisi tertinggi ke-12 dan memperoleh keputusan
kabupaten brebes mempunyai prevalensi pengambilan alternatif atau
penderita diabetes mellitus sebanyak 3.452 pilihan terapi yang mempunyai
penderita. efektivitas dan biaya terbaik
pada pasien diabetes mellitus,
Di RSUD Bumiayu terdapat peningkatan dengan menggunakan
jumlah penderita diabetes mellitus. perhitungan ACER dan ICER.
Berdasarkan data rekam medik dari tahun
2017 hingga 2019 terdapat peningkatan
hingga mencapai jumlah 2.285 pasien.
Metode Penelitian
Penelitian analitik dengan metode observasional serta perolehan data
secara retrospektif.
Data didapat dari rekam medik dengan lembar pengambilan data yang
berisi rincian nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosa penyakit, jenis
obat, waktu dan rute pemberian, dosis, frekuensi pemberian obat,
kadar gula darah puasa (gdp), dan biaya obat antidiabetik.
Populasi data rekam medik rawat jalan
peserta BPJS sejumlah 274 pasien,
diperoleh sampel sebanyak 34 pasien
yang memenuhi syarat inklusi.
Sampel ditentukan dengan metode
purposive sampling yang telah memenuhi
syarat :
Inklusi : Pasien yang terdiagnosa diabetes Ekslusi : Pasien yang terdiagnosa
mellitus tipe 2, pasien diabetes mellitus diabetes mellitus tipe 1, pasien
yang mendapat antidiabetik oral yang putus pengobatan, dan rekam
sama dalam waktu 3 bulan berturut-turut, medik tidak lengkap.
pasien yang mendapat pengukuran gula
darah puasa (gula darah puasa) selama 3
bulan berturut-turut, dan data rekam
medik lengkap.
HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik
Berdasarkan tabel 1, karakteristik mengenai jenis
Pasien kelamin termasuk dalam faktor resiko terjadinya
diabetes mellitus, sehingga diperoleh jumlah pasien
laki-laki sebanyak 8 kasus pasien dengan persentase
(23,52%) dan pasien berjenis kelamin perempuan
sebanyak 26 kasus pasien dengan persentase (76,48%).

Pada karakteristik usia dibagi menjadi 4 kelompok


yaitu usia 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, dan di
atas 64 tahun. Berdasarkan tabel 1, pasien diabetes
mellitus tipe 2 banyak dipenuhi dari kelompok usia 55-
64 tahun dengan jumlah 15 kasus (44,12%) diikuti
dengan usia >64 tahun dengan jumlah 8 kasus (23,53%),
usia 45-54 tahun dengan jumlah 7 kasus (20,58%), dan
usia 35-44 tahun dengan jumlah 4 kasus (11,77%).
Tabel 2. Persentase Efektivitas
Antidiabetik Oral

Berdasarkan tabel 2
di atas, diketahui terdapat
perbedaan persentase
efektivitas hasil terapi.
Pada antidiabetik oral
tunggal terdapat
metformin (66,66%)
pioglitazon (50%),
glimepirid (50%), dan
gliquidon (33,33%).
Persentase efektivitas
paling tinggi untuk
penggunaan antidiabetik
oral tunggal yaitu
metformin (66,66%).
Berdasarkan tabel 3, pada obat-obatan antidiabetik
oral tunggal yang memiliki nilai ACER terendah yaitu
glimepirid dengan nilai Rp.4.523,-. Pada metode
perhitungan ACER, digambarkan melalui total biaya
alternatif suatu terapi dibagi hasil klinis tertentu.
Semakin sedikit nilai ACER, maka terapi obat tersebut
semakin cost-effective.
Tabel 3. Nilai ACER Antidiabetik
Oral Tunggal

Pola Terapi Biaya Medis Efektivitas ACER


Langsung (%)
(Rp)
Glimepirid 226.164 50 4.523
Metformin 364.114 66,66 5.042
Gliquidon 260.804 33,33 7.824
Pioglitazon 306.864 50 6.137
Berdasarkan tabel 3 dan 4, maka didapatkan nilai ACER
terendah yaitu Rp.4.523,- pada terapi glimepirid dan nilai ICER
dari alternatif pioglitazon ke metformin yaitu Rp.1.755,-. Hal
ini sejalan dengan penelitian tentang efektivitas biaya pada
penderita diabetes mellitus di Kinik Gracia10, yang
mengemukakan bahwa antidiabetik oral tunggal yang cost-
effective adalah jenis dari golongan sulfonilurea dan memiliki
nilai semakin kecil atau ICER negatif.

Tabel 4. Nilai ICER Antidiabetik


Oral Tunggal

Pola Total Efektivit ΔC ΔE ICER


Terapi Biaya as (%) ΔC/ΔE
(Rp)
Metformi 336.114 66,66
n 29.250 16,66
Pioglitazo 306.864 50 1.755
n
Berdasarkan tabel, pada obat-obatan antidiabetik
oral kombinasi metformin yang memiliki nilai ACER
terendah yaitu terapi kombinasi metformin dan
glimepirid dengan nilai Rp.2.843.

Tabel 5. Nilai ACER Antidiabetik


Oral Kombinasi

Pola Terapi Biaya Medis Efektivitas ACER


Langsung (%)
(Rp)
Metformin + Gliquidon 308.304 25 12.332
Metformin + Glimepirid 213.274 75 2.843
Pioglitazon + Levemir 518.374 100 5.183
Metformin + Levemir + 427.424 66,66 6.412
Novorapid
Kuadran I tidak terdapat penempatan terapi antidiabetik.
Kuadran II ditempati oleh terapi B dan terapi C.
Terapi B yaitu kombinasi metformin dan glimepirid yang memiliki
efektivitas 75% dan biaya sebesar Rp.2.843,-, sedangakan terapi
C yaitu kombinasi pioglitazon dan levemir yang memiliki
efektivitas 100% dan biaya sebesar Rp.5.183,-.

Kuadran II menjadi pilihan utama karena mempunyai nilai


efektivitas tinggi dengan biaya paling rendah, maka dapat
disimpulkan bahwa pada kuadran II dengan terapi kombinasi
metformin dan glimepirid menjadi pilihan utama.

Kuadran III terdapat penempatan terapi D yaitu kombinasi


metformin, levemir, dan novorapid. Terapi pada kuadran III ini
tidak direkomendasikan untuk pengobatan karena memiliki
efektivitas dan biaya rendah. Kuadran IV terdapat terapi A yaitu
kombinasi metformin dan glikuidon yang memiliki efektivitas 25%
dan biaya sebesar Rp.12.332,-.
Antidiabetik oral tunggal pasien diabetes mellitus
tipe 2 yang paling efektif secara biaya yaitu
glimepirid dan diperoleh nilai ACER sebesar
Rp.4.523,- serta nilai ICER sebesar Rp.1.755,-
diperoleh dari alternatif terapi pioglitazon ke
metformin.

KESIMPULAN

Antidiabetik oral kombinasi yang efektif secara biaya adalah


kombinasi metformin-glimepirid, serta mempunyai nilai
ACER sebesar Rp.2.843,- dan ICER sebesar Rp.2.727,- yang
diperoleh dari alternatif terapi kombinasi metformin,
levemir, dan novorapid ke terapi kombinasi pioglitazon dan
levemir.
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PADA PASIEN GASTRITIS
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

Dosen pengampu : Ainun Wulandari M.Sc.,Apt

Kelompok 5 :
Ade Kurnia Irawan (22344147)
Dewi Sartika (22344148)
Rima Fajriani (22344125)
Septria Anggraini (22344146)
Vivit Millani Putri (22344129)
PENDAHULUAN

Kajian farmakoekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang menawarkan


efektivitas lebih tinggi dengan harga lebih rendah sehingga dapat dijadikan
rekomendasi terapi. Metodologi yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan dalam memilih rekomendasi terapi dilihat dari segi manfaat dan biaya
adalah Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectiveness Analysis). Analisis Efektivitas
Biaya merupakan salah satu cara untuk menilai dan memilih program terbaik bila
terdapat beberapa program berbeda dengan tujuan yang sama untuk dipilih.
TUJUAN METODE CEA

a. Menentukan apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang


baik.
b. Menentukan jika nilai suatu intervensi sangat ditentukan oleh
biayanya. Tidak hanya meliputi penentuan biaya, tapi juga
menentukan nilai dari outcome.
c. Memastikan program dapat mencapai tujuan tertentu pada biaya
terendah.
GASTRITIS

 Gastritis adalah suatu yang dimana lapisan mukosa lambung meradang atau membengkak. Gastritis ataupun
sering juga disebut sebagai radang lambung, dapat muncul secara tiba-tiba atau berlangsung dalam waktu yang
lama (Ariestia, 2021).

 Gastritis adalah proses inflamasi di lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat
dibuktikan adanya infiltrasi sel-sel radang dan secara endoskopi didapatkan mukosa hiperemis di bagian lapisan
mukosa lambung. Gastritis dalam klasifikasi masuk pada kategori dispepsia organik. Dispepsia merupakan rasa
tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut merupakan salah satu
gejala yaitu: nyeri ulu hati, rasa terbakar di ulu hati, rasa penuh setelah makan, cepat merasakan kenyang,
kembung pada saluran pencernaan, mual dan muntah serta sendawa.
METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian: Populasi dan Sampel:

Populasi seluruh pasien gastritis rawat inap yang menggunakan obat Omeprazol
atau Lansoprazol di RS Bhayangkara. Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien
Rancangan penelitian yang rawat inap dengan diagnosa gastritis di RS Bhayangkara periode Januari-
digunakan ialah penelitian Desember 2018. Sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai
deskriptif dengan berikut:
pengambilan data secara Kriteria Inklusi :
retrospektif yang 1. Pasien gastritis dengan usia 18 Tahun.
membandingkan direct 2. Pasien gastritis yang mendapatkan terapi omeprazol atau lansoprazol.
medical cost (biaya medis Kriteria Ekslusi :
langsung) dari obat 1. Pasien gastritis yang meninggal atau/ dengan penyakit penyerta dan pulang
Omeprazole atau paksa.
Lansoprazol pada pasien 2. Pasien gastritis dengan catatan medik tidak lengkap, tidak terbaca dan hilang.
gastritis.
ANALISIS DATA

Data dianalisis secara deskriptif dan diuraikan dalam bentuk tabel. Setelah data terkumpul, dilakukan
perhitungan biaya medik langsung (biaya pengobatan gastritis, biaya perawatan dan biaya laboratorium)
01 pada tiap pasien. Lalu dijumlahkan masing-masing sesuai penggunaan obat lalu dibuat rata-ratanya

Untuk menghitung rata-rata atau ACER dengan rumus sebagai berikut:


Biaya
02 𝐴𝐶𝐸𝑅 =
Efektivitas

Hasil dari Analisis Efeketivitas Biaya dapat disimpulkan dengan ICER (Incremental Cost-
03 Effectiveness Ratio)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝐴 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝐵


ICER = =
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝐴 − 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑂𝑏𝑎𝑡 𝐵
Data karakteristik berdasarkan umur pasien
Data karakteristik berdasarkan jenis kelamin
A. Biaya Medik Langsung (Direct medical cost ) pasien gastritis yang menggunakan omeprazol di RS Bhayangkara Manado
periode Januari-Desember 2018
Lanjutan
B. Biaya Medik Langsung (Direct medical cost ) pasien gastritis yang menggunakan Lansoprazol di RS
Bhayangkara Manado periode Januari-Desember 2018
Lanjutan
Biaya Medik Langsung Pasien yang Menggunakan Omeprazole dan
Lansoprazole

Biaya medik langsung adalah biaya yang terkait langsung dengan perawatan
kesehatan (Permenkes RI, 2013). Perhitungan biaya medik langsung terdapat
tiga komponen yaitu biaya pengobatan, biaya perawatan dan biaya
laboratorium. Dari tabel A dan B adalah Biaya pengobatan meliputi biaya obat
dan biaya alat medis yang digunakan, sedangkan biaya perawatan terdiri dari
biaya akomodasi Rp. 350.000/hari, biaya visit dokter umum Rp.50.000, biaya
visit dokter spesialis Rp. 110.000, biaya tindakan medik dan biaya administrasi
Rp. 35.000
Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER

Dari tabel diatas menunjukkan hasil lama perawatan pasien yang menggunakan
omeprazol lebih singkat dibandingkan dengan pasien yang menggunakan
lansoprazol. Nilai ACER menggambarkan bahwa dengan rasio biaya
pengobatan per pasien dibanding dengan efektivitas pengobatan yang
didapatkan menunjukkan lebih efektif dan efisien pengobatan yang diberikan.
Lanjutan

 ACER yang terendah merupakan pengobatan yang paling cost-effective. Cost-


effective tidak hanya dilihat dari segi biaya yang teredah saja, tetapi dapat dilihat
dari lama rawat inap atau efektivitas terapi obat yang digunakan. Dapat dilihat
dari tabel diatas, untuk nilai ACER obat omeprazol lebih tinggi tetapi memiliki
efektivitas terapi obat yang lebih singkat yaitu dengan nilai ACER Rp.
643.210,37 dengan efektivitas terapi 3,44. Sedangkan lansoprazol memiliki nilai
ACER lebih rendah sebesar Rp.639.886,59 tetapi efektivitas terapinya yang
rendah yaitu 4,73.
Dari hasil perhitungan nilai ACER pengobatan yang cost-effective adalah
omeprazole. Karena memiliki efektivitas lebih tinggi dan biaya lebih tinggi.
Kuadran Efektivitas

Dari hasil nilai ACER tersebut


omeprazole masuk kedalam
kuadran 1 yaitu dengan biaya
tinggi dan memiliki efektivitas
yang tinggi.
Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ICER

Nilai ICER yang diperoleh yaitu Rp 631.023,17/hari. Nilai ICER yang diperoleh
merupakan besarnya biaya tambahan yang diperlukan untuk memperoleh 1hari
pengurangan lama rawat inap pada pasien gastritis. Atau ICER merupakan nilai yang
menunjukkan biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap perubahan
satu unit outcome pengobatan.
KESIMPULAN

Dari hasil diskusi kelompok, meskipun nilai ACER Omeprazole lebih tinggi
tetapi memiliki efektivitas terapi yang lebih tinggi. Menyimpulkan bahwa obat
omeprazole dikatakan obat yang paling cost-effective karena omeprazole
masuk kedalam kuadran 1 yaitu dengan biaya tinggi dan memiliki efektivitas
yang tinggi.
TUGAS ANALISIS JURNAL
MATA KULIAH FARMAKOEKONOMI
Dosen : apt. Lili Musnelida, M.Si dan apt. Ainun Wulandari, M. Sc,

A-Cost Benefit Analysys of COVID-19


Vaccination in Catalonia
Analisis Biaya-Manfaat dari Vaksinasi COVID-19
di Catalonia

Kelompok 6 KELAS D
1.Abiyya Shafa
Nabilah 22344107
2.Amelia Agnes
22344118
3.Berliana Putri
Perdana 22344116
Pengertian Cost Benefit
1.

Analysis
C
Menurut Mare J. Schniederjans, Jamie L. Hamaker, Ashlyn M. Schiederjans
(2004) adalah suatu teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang
melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan
alternative tindakan yang akan dilakukan. Teknik ini membandingkan nilai
manfaat kini dengan investasi dari biaya investasi yang sama sebagai alat bantu
dalam pengambilan keputusan.

2.Menurut Keen (2003), sebagai analisis yang


menjabarkan alasan bisnis, kenapa atau kenapa tidak pilih spesifik suatu
investasi harus dipilih.
B
3.Menurut Siegel dan Shimp (1994), adalah cara untuk menentukan apakah hasil
yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan
dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini telah dipakai secara
luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal. A
Tujuan Cost Benefit Analysis
 Menentukan apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang baik.
C
 Memberikan dasar untuk membandingkan suatu proyek, termasuk membandingkan biaya
total yang diharapkan dari setiap pilihan dengan total keuntungan yang diharapkan, untuk B
mengetahui apakah keuntungan melampaui biaya serta berapa banyak.
 Untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. A
Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan
program. Perhitungan manfaat dan biaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan.

Manfaat Cost Benefit Analysis

Memasukkan keuntungan dan biaya sosial. Juga sebagai


dasar yang kuat guna mempengaruhi keputusan legislatif
atau sumber dana dan meyakinkan untuk menginvestasikan
dana dalam berbagai proyek
Prinsip Dasar Dalam Melakukan Cost Benefit Analysis

1. Mencapai keuntungan yang maksimal ( termasuk


kesejahteraan sosial ) dan biaya yang minimal.

2. Meningkatkan keuntungan dari serangkaian tindakan dan


mengurangi biaya yang terkait dengan serangkaian
C
tindakan tersebut dalam suatu periode tertentu (
membutuhkan ukuran khusus, biasanya adalah uang ). B
3. Pareto improvement : Sebuah proyek dikatakan pareto
improvement jika proyek tersebut meningkatkan kualitas
A
hidup dari beberapa orang, tapi tidak membuat orang lain
rugi.
Kelebihan dan Kekurangan CBA

Kelebihan Cost Benefit Analysis Kekurangan Cost Benefit Analysis

Dapat mengkuantifikasikan biaya dan manfaat 01 Analisis ini membutuhkan waktu dan proses yang
01 yang bersifat kualitatif maupun intangible. lama

Sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi


Tidak dapat mengukur aspek multidimensional
02 pengambilan keputusan contohnya szeperti 02
pemerintah atau sumber dana serta meyakinkan seperti keberlangsungan, etika, partisipasi publik
mereka untuk mengivestasikan dan dalam berbagai dalam pembuatan keputusan dan nilai-nilai sosial
proyek yang lain.

03 Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu


Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat meningkatkan efisiensi, pilihan
03 pilihan dapat meningkatkan efisiensi, pilihan tersebut harus diambil.
tersebut harus diambil.

Tidak hanya membantu mengambil kebijakan untuk CBA juga lebih berfungsi memberikan informasi
04 kepada pengambil keputusan, tapi tidak dengan
memilih alternatif terbaik dari pilihan yang ada, yang
04 dalam hal ini pemilihan alternatif terbaik dilakukan sendirinya membuat keputusan.
berdasarkan alasan perbandingan antara life cycle’s
benefit dengan biaya yang dikeluarkan, melainkan
juga dapat membandingkan alternatif-alternatif Tidak ada standar dalam kuantifikasi biaya-manfaat.
tersebut. 05 Subjektivitas yang terlibat ketika mengidentifikasi,
mengukur, dan memperkirakan biaya dan manfaat
yang berbeda dapat menimbulkan penafsiran biaya
manfaat yang berbeda pula.
Dapat mengontrol perkembangan dari proyek yang
05 bersangkutan pada tahun-tahun ke depan.
ANALISIS JURNAL CBA
Introductio
n Adanya efektifitas biaya vaksinasi dalam hasil melawan COVID dapat
A.

mengurangi biaya hingga 60% pada beberapa evaluasi ekonomi,


tergantung dengan strategi dan tingkat populasi yang divaksinasi.
B. Startegi vaksinasi melawan COVID dapat menghemat biaya pada
beberapa evaluasi ekonomi, seperti yang dilakukan oleh Spanyol
C. Pandemi dapat meningkatkan pengeluaran Kesehatan 20%
Metode
 Model epidemiologi
1.Terdapat pada Wilayah Kesehatan Metropolitan Utara (distrik berpenduduk padat di wilayah
Barcelona)
 Periode Analisa :
a) Periode pengambilan epidemiologi : 1 September 2020-31 Desember 2020
b) Periode vaksinasi : 1 januari 2021 – 30 September 2021
 Dosis vaksin
a) Pfizer : 70%
b) Astra Zeneca : 15%
c) Moderna : 12%
d) Jansen : 3%
 Rentang keefektifan :
a. Keefektifan kasus : 60-80%
b. Rawat inap dan darurat : 85-90%
c. Kematian : 90-95%

1.Vaksin efektif setelah 21 hari pemberian dosis pertama


Persentase kasus menurut kelompok umur, tanpa adanya efek vaksin (data
epidemiologis 1 September–31 Desember 2020). Wilayah Kesehatan
Metropolitan Utara, Catalonia.
Evolusi
(A) Jumlah vaksinasi
dosis yang untuk setiap
diberikan per rentang usia,
100 dosis pertama
penduduk garis putus-
putus

Dosis per 100


penduduk di
setiap rentang
umur

Gambar 1. Proses Vaksinasi di Wilayah Kesehatan


Metropolitan Utara
1. Gambar 2. Perkembangan Epidemiologi Dengan Tanpa Efek Vaksin (A). Kasus, (B) Kematian, (C) Rawat Inap, (D) Icu

Gambar tersebut menunjukkan jumlat tes PCR dan RAT yang


telah dilakukan pada saat COVID, periode 1 September – 31
desember 2020)
Parameter
1.Proses vaksinasi : proses vaksinasi telah dilakukan sampai 71% yaitu 2.040.642 dosis vaksin dari 2.854.806 dosis vaksin

biaya
yang disediakan
2.Harga vaksin (konversi € 1: Rp. 16.379,00)
3. € 15 (Rp. 245.685) : Pfizer
4. € 20 (Rp.327.580) : moderna
5. €7 (Rp. 114.653) : jansen
6. €3,5 (Rp. 57.326,5) : astra Zeneca

7.Dampak kampanye vaksinasi :


8. Sumber daya manusia dan peralatan
a. Lemari es
b. Tenda
c. Furnitur
d. Pengangkutan vaksin
e. Penyewaan kendaraan
f. Konservasi dan pemeliharaan
g. Peralatan non medis
h. Jarum suntik
i. Peralatan medis
j. Layanan kebersihan dan keamanan
Oleh karena itu :

a. Angka yg mendekati inokulasi vaksin covid -19 dianggap


sesuai dengan biaya vaksin lain, diberi label “pusat
kesehatan perawatan tidak mendesak” kode
V03PVC0021)
b. Pengeluaran yang dihindari dalam vaksinasi, digunakan
tarif referensi dari kantor pelayanan lesehatan di
Catalona
c. Tes laboratorium PCR dan RAT, biaya diganti oleh
kontraktor layanan kesehatan selama covid
d. Peningkatan Kesehatan diukur berdasarkan Quality-
Adjust Life years terkait kematian dan morbiditas jangka
Panjang dari vaksinasi
e. Perbedaan dibuat dalam perspektif social dan system
perawatan kesehatan
Hasil
1. Menurut model epidemiologi yang digunakan,
rentang efektivitas vaksinasi menyebabkan
pengurangan :
a. Pengurangan infeksi antara 27.000 dan 43.000
infeksi
b. pasien keluar RS antara 11.000 dan 14.500 pasien
c. Keluar dari ICU antara 1700 dan 2200 pasien
d. Kematian antara 2.600 sampai 4.300 jiwa
e. Tes PCR antara 260.000 sampai 420.000
f. Tes RAT antara 130.000 sampai 210.000
1. Dosis 2.854.806 dosis vaksin yang dianalisis dengan scenario dasar efektivitas, menunjukkan bahwa :
2. 82 dosis mencegah infeksi
3. 827 dosis mencegah kematian
4. 224 dosis mencegah satu rawat inap
5. 1464 dosis mencegah 1 masuk ICU
1.Biayatotal adalah 137 juta euro (Rp. 2.243.923.000.000), dimana € 37,26 juta sesuai
dengan dosis yang diberikan atau sekitar 13,05% dan 99,92 juta euro (72%) untuk
keseluruhan biaya SDM dan penyusutan infrastruktur dan peralatan. Total biaya er dosis
yang diberikan adalah € 48,05 (Rp 790.286,75)
1. Dampak positif vaksinasi :
2. tingkat social, sebesar € 164, 72 (€ 67,98 dari perspektif system Kesehatan) per dosis yang
diberikan
3. Keuntungan masing-masing yang dikurangi dari biaya vaksinasi adalah € 116,67 dan € 19,93
4. Rasio manfaat/biaya adalah 1,4
5. Sebagai tambahan, Monetisasi pengurangan mortilitas dan morbiditas (perspektif social),
rasio ini meningkat menjadi 3,4
KESIMPU
Hasilnya menunjukkan bahwa kampanye vaksinasi

LAN untuk COVID-19 mungkin memiliki hasil yang tinggi


baik untuk sistem perawatan kesehatan maupun
masyarakat secara keseluruhan.
01. - Di Catalonia, dampak vaksinasi massal sangat
bermanfaat pada gelombang terakhir, menghindari
kasus serius, kematian dan gejala sisa, serta
02. tekanan kesehatan dan ekonomi yang berlebihan
pada sistem kesehatan masyarakat.
Mengingat kesulitan dalam memvaksinasi

03. seluruh penduduk, hasil ini memperkuat


argumen yang mendukung penerapan
langkah-langkah yang mendukung
universalitas kampanye vaksinasi, seperti - Oleh karena itu, tampaknya
memprioritaskan kampanye vaksinasi

04.
pengenalan pembayaran bersama untuk
orang yang memutuskan untuk tidak telah menjadi strategi yang sangat sukses
divaksinasi meskipun ada bukti yang dalam hal kebijakan kesehatan.
membuktikan keamanan dan manfaat
tindakan ini., menghitung penghematan
1327 dan 8469 juta euro (227 dan 1447 juta
dari perspektif sistem kesehatan).
LITERATUR
1. Indrayani, Putu Ayu. 2016. Bahan Ajar Economic Evalution in Health Care. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2. López, F.; Català, M.; Prats,; et al. A Cost–Benefit Analysis of COVID-19 Vaccination in
Catalonia.Vaccines 2022, 10, 59. https://doi.org/10.3390/vaccines10010059 Academic
Editor: Yee-Joo Tan
Pertanyaan dan Jawaban
1. Keterbatasan apa saja yang ada pada jurnal kalian?
2.Jawab :
3.Terkait dengan modal ekonomi, penelitian ini juga memiliki keterbatasan
4.a. Dampak ekonomi makro seperti penghematan yang diperoleh dengan menghindari penutupan ekonomi wilayah tidak
diperhitungkan. Kemungkinan besar dalam scenario nonvaksinasi, pembatasan di beberapa sector atau pembatasan mobilitas
harus diberlakukan yang akan menimbulkan kerugian ekonomi yang harus dipertimbangkan
5.b. Tidak ada sumber resmi mengenai biaya per dosis vaksin, angka yang digunakan sesuai dengan consensus diantara para
penulis berupa kajian literatur. Dalam pengertiannya pekerjaan menyoroti kurangnya transparansi Lembaga dalam memberikan
data resmi.
6.c. Akan masuk akal untuk menyesuaikan biaya untuk dosis yang akan kadaluarsa diberikan dengan tidak adanya perkiraan
yang lebih baik, diamati bahwa 5,6% dari dosis yang diberikan.
7.d. Biaya untuk system perawatan Kesehatan yang disebabkan oleh underdiagnosis yang timbul dari penutupan wilayah wajib
belum dinilai, yang menurut penelitian terbaru yang dilakukan di Catalonia, bisa sangat besar

8.2. Tolong jelaskan prbedaan prespectiv social dan prespectiv healty pada slide 16?
9. jawab :
10.perspektif sistem kesehatan (mengingat penghematan pengeluaran rumah sakit dan unit ICU), sedangkan perspektif sosial
yang dimaksud adalah monetisasi pengurangan mortalitas dan morbiditas

11.3. Apa yang dimaksud dengan penyusutan infrastruktur?


12.Jawab: penyusutan infrastruktur berkaitan dengan pelaksanaan vaksinasi nya yg menyusut, seperti bisa dalam
peralatannya
FARMAKOEKONOMI
KELOMPOK 7 : COST BENEFIT ANALYS 2

DISUSUN OLEH :

SINTA BELA – 22344130


REGENIA MIDUK MARPAUNG - 22344133
BIAN TIARA PUTRI 22344141
NURUL UMAIRAH – 22344145
NIDA NUR FADHILAH - 22344149

Dosen Pengampu : Apt. Dr. Lili Musnelina., M.Si


DEFINISI
COST BENEFIT ANALYS

Mare J. Schniederjans (2004)


Teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi dan
mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan yang akan
dilakukan

Siegel dan Shimp (1994)


Cara untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif,
akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan
alternatif

Keen ( 2003 )
Analisis yang menjabarkan alasan bisnis, kenapa atau kenapa tidak pilih spesifik
suatu investasi harus dipilih.
MANFAAT DAN TUJUAN
COST BENEFIT ANALYS

Memasukkan keuntungan dan biaya social, sebagai dasar yang kuat


MANFAA
guna mempengaruhi keputusan legislatif atau sumber dana dan
T meyakinkan untuk menginvestasikan dana dalam berbagai proyek
Cost
Benefit
Analysis

TUJUAN Menetukan atau mengukur apakah kemanfaatan suatu proyek, program


Cost atau kegiatan merupakan suatu investasi (biaya) yang baik atau tidak.
Benefit
Analysis
PRINSIP DASAR
COST BENEFIT ANALYS

Mencapai keuntungan yang maksimal

Meningkatkan keuntungan dari serangkaian


tindakan dan mengurangi biaya
Langkah-Langkah Pengukuran
Cost Benefit Analysis

Langkah 1
Langkah 3 Langkah 5
Menghitung total biaya
dari masing-masing
alternatif atau intervensi Menghitung total
Identifikasi alternatif atau
benefit
intervensi yang akan
dianalisis

Langkah 2 Langkah 4

Mentransformasi manfaat
Identifikasi biaya dari
dalam bentuk uang
masing-masing alternatif
atau intervensi
KELEBIHAN COST BENEFIT ANALYS

1. Penggunaan sumber-sumber ekonomi menjadi


lebih efisien
2. Sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi
pengambilan keputusan
3. Dapat mengukur efisiensi ekonomi
4. Dapat mengontrol perkembangan dari proyek
yang bersangkutan pada tahun – tahun kedepan
5. Dapat mengkuantifikasikan biaya dan manfaat
yang bersifat kualitatif maupun intangible
6. Merupakan alat yang berharga dalam
pengambilan keputusan
KEKURANGAN COST BENEFIT ANALYS

1. Waktu dan proses yang lama


2. Penghitungan ekonomi untuk Public Good
dengan menggunakan CBA sulit untuk dilakukan
3. Tidak dapat mengukur aspek multidimensional
4. Tidak dengan sendirinya membuat keputusan.
5. Potensi Ketidakakuratan
6. Tidak ada standar dalam kuantifikasi biaya-
manfaat
7. Kemungkinan bahwa mekanisme evaluatif
berubah ke anggaran yang diusulkan
JURNAL
Studi Kasus

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang memerlukan


pengobatan jangka panjang. Data dari BPJS kesehatan tahun 2019, bahwa
pembiayaan untuk penyakit kardiovaskuler sebesar Rp10,3 triliun dan
termasuk peringkat tertinggi dalam biaya kesehatan BPJS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat (dalam rupiah) dan
biaya pada klinik pratama yang melaksanakan home visit dibandingkan
dengan klinik pratama yang tidak melaksanakan home visit pada pasien
hipertensi prolanis.
Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik deskriptif observasional


dengan rancangan Cross Sectional yang dilakukan di Klinik
Pratama yang melaksanakan home visit dan tidak
melaksanakan home visit di Kabupaten Bogor pada bulan
September 2019 - Desember 2020.

Populasi pasien berdasarkan pasien yang terdaftar sebagai


Populas peserta prolanis yang berjumlah 142 responden yang tediri dari
i 78 pasien dari klinik pratama yang melaksanakan home visit dan
64 pasien dari klinik pratama yang tidak melaksanakan home
visit.
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Adapun dari klinik pratama yang
Sampel melaksanakan home visit pasien yang mendapatkan home visit
berjumlah 46, dan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
berjumlah 33 pasien atau responden. Sedangkan pada klinik
pratama yang tidak melaksanakan home visit diperoleh sampel
juga sebanyak 33 pasien.
Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara prospektif dan retrospektif dari


pasien prospektif, Pengumpulan data secara prospektif dengan
kuesioner untuk mengetahui sosiodemografi dan tingkat kepatuhan
minum obat pasien hipertensi prolanis. serta data tekanan darah
terakhir yang diukur saat peneliti melakukan home visit.
Analisis Statistik

Uji reabilitas dan validitas kuesioner dilakukan pada 30


responden di luar sampel penelitian untuk menggambarkan variabel
yang sesungguhnya. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa nilai r
hitung berkisar antara 0,377 sampai dengan 0,891
Data karakteristik pasien disajikan secara deskriptif dan
dianalisis menggunakan Chi Square untuk menguji perbedaan
kepatuhan minum obat dan keterkendalian tekanan darah pasien
yang mendapatkan home visit dan tidak mendapatkan home visit
menggunakan uji t atau uji Mann Withney dan ODDs Ratio.
HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Pasien Hipertensi Prolanis


1
Hasil penelitian ini 2 Untuk tingkat pendidikan pasien
menunjukkan pasien hipertensi yang mendapatkan
penderita hipertensi yang home visit didominasi oleh
pendidikan ≤ SMA sebesar
merupakan peserta prolanis (39,39%) sedangkan pasien yang
dengan jenis kelamin tidak mendapatkan home visit
perempuan mendominasi, didominasi oleh pendidikan ≥
baik pada pasien yang SMA sebesar (60,61%).
mendapatkan home visit
(75,76%) maupun pasien
yang tidak mendapatkan
home visit (72,73%).
3 Hasil studi menunjukan pasien
hipertensi yang mendapatkan home
visit kebanyakan memiliki umur 56-65
tahun (36,36%) dan pasien hipertensi
yang tidak mendapatkan home visit
kebanyakan memiliki umur 46-55
tahun (36,36%).
2. Perbedaan Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Prolanis

Pada studi ini, diketahui bahwa pasien yang mendapatkan home visit
(66,67%) lebih patuh dibandingkan dengan pasien yang tidak
mendapatkan home visit (48,48%).
3. Perbedaan Keterkendalian Tekanan Darah Pasien Hipertensi Prolanis

Kecendrungan terkendalinya tekanan darah pada pasien yang


melaksanakan home visit sebesar (39,39%) dan tidak melaksanakan home
visit sebesar (30,30%). Pasien yang melaksanakan home visit (18,18%)
lebih rendah tekanan darah yang tidak terkendali ≥ 3 kali dibandingkan
dengan pasien yang tidak melaksanakan home visit (27,27%).
4. Perbedaan Biaya Dan Manfaat (Dalam Rupiah) Di Klinik Pratama Yang
Melaksanakan Home Visit Dengan Yang Tidak Melaksanakan Home Visit
Rata-rata biaya readmisi yang dikeluarkan
klinik untuk pasien home visit dengan jumlah
kunjungan 43 kali sebesar (Rp213.768) dan
pada pasien non home visit dengan kunjungan
58 kali sebesar (Rp265.814) adapun selisih
biaya readmisi sebesar (Rp52.046). Biaya
rujukan yang dikeluarkan BPJS untuk pasien
home visit dengan jumlah rujukan 40 kali
sebesar (Rp7.684.000) dan biaya rujukan untuk
pasien non home visit dengan jumlah rujukan
63 kali sebesar (Rp12.102.300) adapun selisih
biaya rujukan sebesar (Rp4.418.300).
5. Analisis Biaya Dan Manfaat (Dalam Rupiah) Pelayanan Home Visit
Jika hasil dari perhitungan Cost Benefit Ratio >1 maka manfaat yang didapat dari
suatu pengobatan lebih besar dari biaya yang dibutuhkan.

Hasil analisis cost benefit ratio, bahwa adanya intervensi home visit dapat mengurangi
jumlah re-admisi dan rujukan pasien ke faskes lanjutan, dari data dapat terlihat, bahwa
pada pasien home visit yang dirujuk ke faskes lanjutan lebih sedikit dari pada pasien non
home visit, sehingga ada penghematan biaya (pengurangan biaya terapi) bagi BPJS.
kesimpulan
• Cost benefit analysis adalah cara untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan
dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya
pengambilan alternatif.
,
• Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik deskriptif observasional dengan
rancangan Cross Sectional yang dilakukan di Klinik Pratama yang melaksanakan home
visit dan tidak melaksanakan home visit di Kabupaten Bogor pada bulan September
2019 - Desember 2020. dari 142 pasien yang sudah diambil datanya didapatkan hasil
secara karakteristik pasien penderita hipertensi yang merupakan peserta prolanis dengan
jenis kelamin perempuan mendominasi, pasien hipertensi yang mendapatkan home visit
kebanyakan memiliki umur 56-65 tahun (36,36%) dan pasien hipertensi yang tidak
mendapatkan home visit kebanyakan memiliki umur 46-55 tahun (36,36%).
• Secara kepatuhan minum obat pasien yang mendapatkan home visit (66,67%) lebih
patuh dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan home visit (48,48%).
Secara keterkendalian tekanan darah Pasien yang melaksanakan home visit (18,18%)
lebih rendah tekanan darah yang tidak terkendali ≥ 3 kali dibandingkan dengan
pasien yang tidak melaksanakan home visit.

• Dari hasil analisis cost benefit ratio, bahwa adanya intervensi home visit dapat
mengurangi jumlah re-admisi dan rujukan pasien ke faskes lanjutan, dari data dapat
terlihat, bahwa pada pasien home visit yang dirujuk ke faskes lanjutan lebih sedikit
dari pada pasien non home visit, sehingga ada penghematan biaya (pengurangan
biaya terapi) bagi BPJS.
Cost Utility
Analysis
KELOMPOK 8 :

• Resi Nasari 22344110


• Chairunissa Marselina Syafitri 22344120
• Shafira Maulina Suni 22344122
• Aulia Mahardika Bidari 22344126
• Budi Adiana 22344137
Sub Pembahasan Hasil dan
Pembaha
Pengantar CUA
04 san
01
Latar
Belakang Kesimpulan
02 05

03
Metode
DEFINISI PENELITIAN
Merupakan metode analisis farmakoekonomi yang
Penelitian dilakukan secara
membandingkan biaya pengobatan dengan kualitas
Prospektif Observasional selama
hidup pasien
tiga bulan melalui wawancara
terstruktur di Klinik Insani
dengan jumlah responden 200
Pengantar CUA yang dibagi menjadi empat
(Cost Utility Analysis kelompok.

Analisis kruskal wallis digunakan


untuk melihat perbedaan kualitas
hidup pasien pada ke empat
kelompok setelah itu dilakukan uji
lanjutan Mann Whitney serta
analisis utilitas biaya.

TUJUAN
MANFAA
Mengetahui kemanfaatan biaya dan kualitas hidup pasien yang T
menggunakan asuransi BPJS dan Non BPJS dengan kombinasi zat Skala kecil dapat menentukan terapi terhadap pasien
aktif Antasida Ranitidin generik (G1) dengan Antasida Ranitidin dalam suatu pengobatan yang dipilih sehingga dengan
branded generik (B1) dan Antasida Lansoprazol generik (G2) dengan biaya yang minimal berdampak manfaat yang maksimal.
Antasida Lansoprazol branded generik (B2). Skala besar pemerintah dapat menentukan kebijakan
dalam hal pemberian subsidi terhadap obat atau program 1
kesehatan. 1
4
Dispepsia merupakan kumpulan
gejala, keluhan yang terdiri dari
Latar Belakang nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium, mual, muntah,
kembung, cepet kenyang, rasa
perut penuh, sendawa, dan rasa
Dispepsia merupakan penyakit panas yang menjalar di dada.
kambuhan sehingga membutuhkan Dispepsia digolongkan menjadi
kunjungan medis berulang yang dua dispepsia organik dan
akan meningkatkan biaya disepsia fungsional.
kesehatan dan mempengaruhi
kualitas hidup pasien.
Di indonesia diperkirakan sekitar 15-
40% populasi penduduk mengalami
dispepsia, berdasarkan data profil
kesehatan tahun 2006 dispepsia
menempati urutan ke 10 dengan
34.029 kasus.
EQ-5D (EuroQol) adalah suatu
Variabel penelitian ini terdiri dari instrumen generik untuk mengukur

METODE Variabel VAS dan Variabel Value Set


untuk mengukur Utilitas dimana kedua
variabel tersebut diperoleh dari
kualitas hidup terkait kesehatan,
yang dirancang untuk penyelesaian
sendiri oleh responden
kuesioner EQ-5D-5L yang merupakan
pengukur kualitas hidup pasien.
EuroQol memiliki empat komponen
penjelasan kesehatan responden dengan
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif bantuan klasifikasi, peringkat kesehatanya
analitik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dengan bantuan suatu termometer
adalah Formulir pengumpulan data, Software penetapan nilai suatu kelompok keadaan
Sampel diambil dengan metode slovin kesehatan, dan informasi latar belakang
Statistik SPSS, dan Kuesioner yang berisi dengan kriteria inklusi yaitu sampel tentang responden
pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan ataupun responden mempunyai keluhan
variabel penelitian yang harus dijawab oleh dispepsia dan diberikan kombinasi zat
responden. aktif antasida dan ranitidin dengan
antasida lansoprazol generik ataupun
Kemudian dilakukan analisis statistik
branded generik serta dengan atau tanpa
inferensia yaitu Uji Mann Witney
komplikasi penyakit lain, minimal 3
untuk mengukur perbedaan kualitas
bulan telah berobat jalan di Klinik
hidup pasien dan perbedaan biaya
Insani. Jumlah sampel diambil sebesar
pengobatan pasien BPJS dan Non
200 responden dengan metode slovin.
BPJS.

Analisis utilitas biaya dapat diperoleh dari hasil perhitungan biaya dibagi hasil
kuesioner dalam bentuk utilitas kemudian dihitung persentasenya dan
ditabulasikan dalam bentuk tabel.
HASIL TABEL 1

Analisis Deskriptif Utilitas EQ-5D-5L Kepuasan atau


kualitas hidup yang diperoleh dari suatu intervensi
kesehatan di peroleh melalui kuesioner EQ-5D-5L
pada responden dari ke empat kelompok hasilnya
terdapat dalam tabel 1.

Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel 1 dapat


dihitung Nilai utilitas berdasarkan Value set dan
VAS (Skala Analaog Visual) pada ke empat
kelompok.
HASIL
TABEL 2

Tabel 2. merupakan rata – rata nilai utilitas dari segi VAS dan
Value Set yang dihasilkan dari ke empat kelompok. Hasilnya
bahwa semua mempunyai kualitas hidup tergolong cukup baik,
baik dan sangat baik, kemudian dilakukan uji perbedaan Utiltas
dan VAS ke empat kelompok.
HASIL TABEL 3

Tabel 3. menunjukkan uji beda pada setiap


kombinasi kelompok pasien.

Biaya yang dihitung dan dibandingkan pada masing -


masing pasien dispepsia pada penelitian ini adalah
biaya langsung yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan pada pasien rawat jalan
terutama pada total biaya obat pada pasien yang sama
dan berkunjung lebih dari satu kali dalam satu bulan
ke klinik tersebut yang telah bersedia mengisi
kuesioner atau telah bersedia untuk diwawancara.
HASIL
TABEL 4

Tabel 4. menunjukan perhitungan unit cost perbulan untuk biaya


obat pasien BPJS dengan kombinasi obat Antasida dan Ranitidin
generik (G1) diketahui Rp 16.240/orang lebih efisien dibanding
pasien Non BPJS yang menggunakan obat branded generik (B1)
yaitu Rp 185.600/orang sedangkan untuk pasien BPJS dengan
kombinasi obat Antasida dan Lansoprazol generik (G2)
diketahui Rp 32.164/orang lebih efisien dibandingkan dengan
pasien Non BPJS yang menggunakan obat branded generik yaitu
Rp 285.700/orang.

Secara berurutan biaya yang terendah atau unit cost terendah sampai
tertinggi adalah G1<G2<B1, biaya yang paling efisien dan efektif yaitu
pada pasien BPJS yang menggunakan kombinasi obat Antasida dan
Ranitidine. Hubungan kemanfaatan dan biaya penggunaan kombinasi
obat dengan zat aktif Antasida dan Ranitidin dengan Antasida
Lansoprazol pada pasien BPJS dan Non BPJS dengan keluhan
dispepsia dihitung berdasarkan biaya langsung total biaya obat dengan
periode kunjungan kembali (readmisi) setiap bulannya, pertambahan
usia pasien (life expectancy) dan kemafaatan (utility), Cost-Utility
Analysis (CUA) adalah biaya yang digunakan atas manfaat yang
diperoleh.
TABEL 5
HASIL

Tabel 5. menunjukkan perhitungan pasien dengan kombinasi obat


antasida dan ranitidin untuk pasien BPJS dan Non BPJS yang
menggunakan generik (G1) maupun branded generik (B1), Analisis
Utilisasi Biaya (AUB) yang diperoleh untuk pasien G1 dan B2 yaitu
Rp 3.859/QALYs dan Rp 38.666/QALYs dengan Rasio Inkremental
Utilisasi Biaya (RIUB) yaitu selisih perbandingan biaya utilitas
sebesar Rp 286.242 untuk pertambahan usia kualitas tahun hidup
(QALYs) yang menunjukan bahwa biaya untuk meningkatkan kulitas
hidup pasien dalam satu tahun kehidupan juga cukup besar untuk
penggunaan obat branded generik pada pasien dengan keluhan
dispepsia.

Sedangkan perhitungan pasien dengan kombinasi obat antasida dan


lansoprazol untuk pasien BPJS dan Non BPJS yang menggunakan
generik (G2) maupun branded generik (B2), Analisis Utilisasi Biaya
(AUB) yang diperoleh untuk pasien G2 dan B2 yaitu Rp 8.605/
QALYs dan Rp 68.788/QALYs dengan Rasio Inkremental Utilisasi
Biaya (RIUB) yaitu selisih perbandingan biaya utilitas sebesar Rp
610.439 untuk pertambahan usia kualitas tahun hidup (QALYs) yang
menunjukan bahwa biaya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dalam satu tahun kehidupan juga cukup besar untuk penggunaan obat
branded generik pada pasien dengan keluhan dispepsia.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa responden Hal ini disebabkan karena adanya
dari ke empat kelompok memiliki kualitas kebijakan untuk membatasi biaya
pengobatan sesuai kapitasi yang telah
PEMBAHASAN
hidup yang sangat baik, baik, dan cukup baik
setelah pengobatan yang diberikan, tetapi ditetapkan oleh sarana dalam sekali
diketahui dari segi kunjungan berulang dan kedatangan untuk berobat dan itu
periode kunjungan kembali dalam satu bulan berlaku pada pasien BPJS, oleh karena
pasien BPJS memliki frekuensi lebih tinggi itu adanya pembatasan pemberiaan
daripada pasien Non BPJS. jumlah perbedaan regimen atau jumlah
Uji kruskall wallis dilakukan bertujuan obat yang berdampak pada efektivitas
untuk mengetahui adanya perbedaan terapi kombinasi obat yang diberikan
yang signifikan pada kualitas hidup pada pasien BPJS sehingga lebih
secara statistik dari empat kelompok pendek dibandingkan dengan pasien
G1, G2 , B1, B2 pada pasien BPJS dan Non BPJS, pasien BPJS cenderung
Non BPJS dari kuesioner EQ-5D-5L. bolak balik untuk berobat kembali
Adanya perbedaan kualitas hidup pada ke dengan keluhan yang sama
empat kelompok ditandai dengan perbedaan
nilai utilitas dan biaya pengobatan yang
dihasilkan pada pasien BPJS dengan
menggunakan obat generik dan pasien Non
BPJS dengan obat branded generik. Biaya
Permasalahan terkait kualitas hidup pasien dispepsia adalah pengobatan pada pasien Non BPJS dengan
Uji lanjutan Mann Withney
terkait dengan efektifitas pemilihan penggunaan obat. penggunaan obat branded generik
dilakukan bertujuan untuk melihat
Kualitas hidup pasien dispepsia antara yang diberi cenderung lebih mahal dan menghasilkan
adanya perbedaan kualitas hidup
lansoprazol dan raniditin adalah sama. Namun pasien lebih kualitas hidup yang sama baik dibandingkan
dari hasil kuesioner EQ-5D-5L pada
banyak memilih obat branded karena lama penyembuhan pasien BPJS, tetapi responden lebih
ke empat kelompok, diketahui
lebih efektif walaupun harganya lebih mahal. Berdasakan memilih berani membayar lebih mahal
hasilnya terdapat perbedaan yang
efektivitas terapi, Raniditin lebih efektif daripada untuk meningkatkan kualitas hidupnya. jika
bermakna pada kualitas hidup
Lansoprazol. Sejalan dengan penelitian Aini.,(2019) yang dilihat dari jumlah kunjungan kembali
kelompok pasien BPJS yang
menyimpulkan bahwa Raniditin merupakan obat yang dalam satu bulan, pasien Non BPJS lebih
menggunakan kombinasi Antasida
paling banyak digunakan dalam penyembuhan pasien jarang berkunjung kembali ke sarana
dan Ranitidin generik (G1) dengan
dispepsia di RSUD Aek Kanopan lebih memilih Raniditin. kesehatan dibandingkan pasien BPJS karena
Antasida dan Lansoprazol generik
Namun penelitian Syahputra (2012) menyimpulkan bahwa outcome klinis terpenuhi dengan adanya
(G2), Antasida dan Ranitidin
Lansoprazol lebih efektif dibandingkan ranitidin dalam tingkat kesembuhan untuk penyakit
generik branded (B1) dengan
mengurangi frekuensi, durasi dan kekambuhan sakit perut dispepsia tersebut. Antasida dan Lansoprazol generik
yang disebabkan dispepsia fungsional pada remaja. branded (B2).
KESIMPULAN

Terdapat perbedaan kualitas hidup dari penggunaan


obat generik dan generik bermerek pada pasien
dispepsia yang berkunjung ke Klinik tersebut dengan
asuransi BPJS dan Non BPJS. Analisis utilitas
biayanya diperoleh dari nilai RIUB pada pasien Non
BPJS dengan penggunaan obat generik bermerek
lebih besar dibandingkan dengan pasien BPJS hal itu
sebanding dengan nilai kualitas atau harapan hidup
lebih tinggi.
KELOMPOK 9
FARMAKOEKONOMI ANALISIS UTILITAS BIAYA
Studi kasus : “Analisis utilitas biaya olanzapine versus kombinasi
haloperidol-diazepam pada pasien skizofrenia fase akut: konteks
Indonesia”

Dosen:
Apt. Dr. Lili Musnelina.,
M.Si
Ainun Wulandari S.Farm,
apt Oleh :
Disusun

Astri Veronika 22344106


Diki Muhammad 22344111
Muhammad Khalik Nur Renhard 22344102
Nurmiati 22344119
Serti Puji Astuti Katik 22344123
PENDAHULUAN

• Teknik analisis ekonomi untuk menilai “utilitas (daya guna)” atau


kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari suatu intervensi
kesehatan yang mengukur efektifitas berupa utility atau
Cost-Utility Analysis preference-adjusted outcome, dimana kegunaan diukur dalam
(CUA) jumlah tahun dalam keadaan sehat sempurna, bebas dari
kecacatan.
• Unit utilitas yang digunakan biasanya ‘Jumlah Tahun yang
Disesuaikan’ (JTKD) atau quality-adjusted life years (QALY).

• Kualitas hidup dalam AUB diukur dengan dua pendekatan, yaitu


pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas
Kualitas hidup (Quality (quality of life). (Bootman et al., 1996)
of Life, QOL) • Kualitas hidup mencerminkan keadaan yang terkait dengan perubahan
dan peningkatan aspek-aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan
lingkungan sosial.

• Quality-Adjusted Life Years (QALY) atau „Jumlah Tahun yang


 QALY (Quality-Adjusted Disesuaikan‟ (JTKD) adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu
Life Years) intervensi kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup.
Tujuan Cost Utility Analysis
Tujuan dari CUA adalah untuk memperkirakan perbandingan antara
suatu biaya intervensi yang berhubungan dengan kesehatan dan
menghasilkan keuntungan dalam hal kualitas hidup dalam setahun
oleh para penerima manfaat kesehatan.

Prinsip Cost Utility Analysis


Analisa biaya dilakukan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan
Cost-Utility Analysis (CUA) dalam kurun waktu satu tahun anggaran. Pelayanan kesehatan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan tercapainya hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat terwujud kesehatan masyarakat
yang optimal.

Manfaat Cost Utility Analysis


Dalam skala kecil dapat menentukan terapi terhadap pasien dalam
suatu pengobatan yang dipilih sehingga dengan biaya yang minimal
berdampak manfaat yang maksimal. Dalam sekala besar pemerintah
dapat menentukan kebijakan dalam hal pemberian subsidi terhadap
obat atau program kesehatan
KONSEP
QALY
QALY diasumsikan bahwa satu tahun kehidupan yang bernilai 1 QALY, sehingga dalam menghitung QALY menggunakan
rumus:
QALY = year of life x utility
Utilitas dinilai dengan skala pada status kesehatan mulai dari 0,0 (untuk mati) hingga 1,0 (untuk Kesehatan yang
sempurna)
Hal ini kemudian menimbulkan asumsi bahwa :
a. Satu tahun kehidupan dengan kesehatan yang sempurna (one full healthy year of life) dinilai 1,0
b. Tahun kehidupan dengan kesehatan yang kurang optimal dinilai <1,0
STUDY
DEFINISI SKIZOFRENIA KASUS
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang
ditandai dengan gejala psikosis kronis atau
berulang. Hal ini umumnya terkait dengan
gangguan sosial dan pekerjaan. Tidak
mengherankan, kondisi medis yang
melemahkan ini adalah salah satu penyebab
utama kecacatan di seluruh dunia (Institusi
Metrik dan Evaluasi Kesehatan, 2019).

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk


memperkirakan biaya per tahun kehidupan
yang disesuaikan dengan kualitas (QALY)
olanzapine versus kombinasi haloperidol-
diazepam pada skizofrenia fase akut
STUDY KASUS METODE

• Sebuah studi observasional kohort prospektif • Kriteria inklusi adalah pasien rawat inap
tiga bulan dilakukan di rumah sakit jiwa umum skizofrenia akut (usia> 17 tahun) yang
di Jakarta, Indonesia dirawat di ruang akut dan menerima injeksi
• Pendekatan purposive sampling diterapkan intramuskular olanzapine atau kombinasi
dalam penelitian ini. injeksi intramuskular haloperidol dan
• Ukuran sampel ditentukan dengan diazepam selama masa studi.
menggunakan tabel Krejcie dan Morgan dimana • Pasien yang meninggal selama rawat inap,
jumlah sampel untuk kelompok olanzapine pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain,
adalah 113 pasien dan untuk kelompok pasien yang dirawat beberapa kali selama
haloperidol-diazepam adalah 92 pasien (Krejcie penelitian, dan pasien yang menjalani
dan Morgan, 1970). pengobatan penelitian setelah dipindahkan
• Terdapat 193 pasien pada penelitian ini dimana ke ruangan yang tenang tidak termasuk.
102 pasien mendapatkan injeksi olanzapine dan
91 pasien diberikan kombinasi injeksi
haloperidol dan diazepam

PEMILIHAN
DESAIN STUDI PASIEN
STUDY KASUS Instrumen studi dan pengumpulan data

Biaya medis langsung (obat-obatan, alat kesehatan, bahan medis habis pakai,
kunjungan dokter, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan
akomodasi pasien) bersumber dari catatan keuangan.
Perspektif penelitian adalah pembayar pihak ketiga

Skor Komponen Berskala Skala Sindrom Positif dan Negatif


(PANSS-EC), lama tinggal di ruang akut, skor utilitas, dan QALY
PANSS-EC terdiri dari lima item: kegembiraan, ketegangan,
permusuhan, tidak kooperatif, dan kontrol impuls yang buruk.
Lima item dari PANSS-EC dinilai dari 1 (tidak ada) hingga 7
(sangat parah); skor berkisar antara 5 sampai 35; skor rata-rata ≥
20 secara klinis sesuai dengan agitasi parah (Montoyaet al., 2011).
Pasien dipindahkan dari ruang akut ke ruang tenang jika
menunjukkan perbaikan gejal danmemiliki PANSS-EC ≤ 15 atau
skor tiap item ≤ 3
STUDY KASUS Instrumen studi dan pengumpulan data
• Sedangkan skor utilitas (antara 0,0 dan 1,0) diukur menggunakan
Indonesian EQ -5D-5L kuesioner.
Kuesioner adalah instrumen yang paling sering digunakan untuk
mengevaluasi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. EQ-
5D-5L terdiri dari lima dimensi: mobilitas, perawatan diri, aktivitas
biasa, nyeri/ketidaknyamanan, dan kecemasan/depresi.
Setiap dimensi memiliki lima tingkatan: tidak ada masalah, sedikit
masalah, masalah sedang, masalah berat, dan masalah tidak
mampu/ekstrim.
Sistem deskriptif EQ-5D-5L ini diikuti oleh peringkat status kesehatan
keseluruhan pada skala analog visual mulai dari 0 (“kesehatan terburuk
yang dapat Anda bayangkan”) hingga 100 (“kesehatan terbaik yang
dapat Anda bayangkan”).

Skor PANSS-EC dan skor utilitas masing-masing dinilai oleh psikiater


dan perawat. Penilaian skor PANSS-EC dan skor utilitas dilakukan dua
kali, yaitu pada awal studi obat di ruang akut (penilaian awal) dan
segera sebelum pemindahan pasien dari ruang akut ke ruang stabilisasi
(setelah intervensi).
Ukuran untuk evaluasi ekonomi adalah QALYs. QALY dihitung dengan
mengalikan skor utilitas dengan durasi efek pengobatan untuk
memberikan jumlah QALY yang diperoleh.
Rasio biaya-utilitas dihitung dengan membagi biaya medis langsung
dengan QALY.
STUDY KASUS ANALISIS DATA

Data kontinu disajikan sebagai rata-


rata ± standar deviasi (SD). Data
Data kategori disajikan sebagai kontinyu yaitu skor PANSS-EC,
skor utilitas, dan QALY antara
angka dan persentase. kedua kelompok perlakuan
dibandingkan dengan menggunakan
uji MannWhitney.

Perbedaan skor PANSS, skor


utilitas, dan QALY antara penilaian
awal dan akhir (setelah intervensi)
Uji chi-square digunakan untuk pada masing-masing kelompok
membandingkan data kategorikal. dianalisis menggunakan uji
Wilcoxon. Data dianalisis
menggunakan IBM SPSS Statistics
for Windows (versi 23.0).

APnilai <0,05 dianggap signifikan


secara statistik. Untuk analisis
farmakoekonomi, analisis biaya
utilitas dilakukan untuk menghitung
rasio biaya utilitas (CUR) untuk
setiap pengobatan dan rasio biaya
utilitas tambahan (ICUR).
STUDY KASUS HASIL
 *Positive and Negative
Syndrome Scale - Excited
Component (PANSS-EC)
diukur dengan cara
memberikan nilai pada
komponen gaduh gelisah,
ketegangan, permusuhan,
tidak kooperatif, dan
pengendalian impuls.

 PANSS-EC
adalah instrumen yang
digunakan untuk
mengevaluasi pasien
dengan perilaku agresif
atau agitasi.
STUDY KASUS HASIL
STUDY KASUS HASIL
Tabel 3. Menguraikan biaya medis langsung untuk setiap pasien selama pengobatan akut. Total biaya pada
kelompok olanzapine secara signifikan lebih tinggi (P=0,000) dibandingkan rekannya dengan hampir Rp 2,5 juta
per pasien yang didokumentasikan pada pasien yang menerima olanzapine dibandingkan dengan sekitar Rp 1,8
juta pada mereka yang memakai haloperidoldiazepam. Selain itu, perbedaan yang luar biasa juga diamati pada
biaya pengobatan di mana biaya injeksi olanzapine hampir delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan injeksi
haloperidoldiazepam.
Saat mempertimbangkan QALY, kedua perawatan akut menunjukkan efektivitas yang sama
dengan yang lebih tinggi biaya ditemukan pada kelompok olanzapine daripada rekannya
menunjukkan kombinasi haloperidol-diazepam adalah pilihan hemat biaya dibandingkan
dengan olanzapine (lihatTabel 5). Dalam hal ini, kombinasi haloperidol-diazepam
merupakan pilihan yang dominan, dan perhitungan ICUR tidak perlu dilakukan.
KESIMPULAN
ANALISIS KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 BERDASARKAN POLA
PERESEPAN ANTIDIABETIK DAN KOMPLIKASI
PENDAHULUAN

Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan


penyakit metabolik kronik dengan angka kejadian tinggi
yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Terapi yang digunakan adalah antidiabetik baik oral
maupun insulin dengan mekanisme kerja yang berbeda-
beda dalam mengontrol kadar glukosa darah.
PENDAHULUAN

Rata-rata
kualitas hidup pasien Penggunaan Penelitian yang Efek samping
Efek negatif dari
DM tipe 2 yang kombinasi insulin menunjukkan antidiabetik oral
penggunaan insulin
menerima terapi dengan metformin bahwa pasien DM yang kerap muncul
yaitu merasa
kombinasi insulin pada pasien yang tipe 2 yang misalnya metformin
takut, sakit, cemas
dengan baru didiagnosis menggunakan dapat menyebabkan
dan tidak nyaman
oral lebih tinggi DM tipe 2 dengan terapi insulin gangguan
karena efek
dibandingkan pasien kadar HbA1c > memiliki kualitas gastrointestinal
samping yang
yang menerima 7,5%, dapat hidup yang seperti mual,
ditimbulkan yaitu
monoterapi mengontrol glukosa lebih rendah pada muntah, diare serta
Hipoglikemia.
insulin dan darah dengan baik. domain fungsi fisik asidosis laktat.
monoterapi oral
PENDAHULUAN

Pada perjalanan DM tipe 2, apabila kadar glukosa darah pasien tidak


terkontrol dengan baik, maka akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi baik akut maupun kronis. Komplikasi kronik yang sering
dijumpai pada pasien DM tipe 2 yang menjalani terapi rawat jalan
adalah komplikasi makrovaskuler (penyakit arteri koroner, arteri
perifer, stroke) dan mikrovaskuler (neuropati, nefropati dan
retinopati). Komplikasi menimbulkan masalah yang signifikan
terhadap kualitas hidup serta peningkatan terjadinya mortalitas.
METODE

Rancangan penelitian Pengumpulan data


Jenis penelitian ini adalah observational Pengambilan sampel penelitian menggunakan
dengan rancangan cross sectional yang teknik purposive sampling berdasarkan
dilakukan pada bulan September 2017. kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Alat ukur Analisis data


Kuesioner yang digunakan untuk mengukur Analisis data penelitian menggunakan Statistical
kualitas hidup adalah Diabetes Quality of Life Package for the Social Science (SPSS) software version
Clinical Trial Quessionaire (DQLCTQ) yang 23. Data sosiodemografi, gambaran pola peresepan
diperoleh dari adaptasi penelitian Shen dkk. dan komplikasi digambarkan secara deskriptif.
GAMBARAN KOMPLIKASI PASIEN DM TIPE 2

Pada perjalanan DM tipe 2, kondisi hiperglikemia berkepanjangan dan tidak terkontrol


menyebabkan peningkatan jalur poliol, peningkatan pembentukan protein glikasi non enzimatik
serta peningkatan proses glikosilasi, menyebabkan peningkatan stress oksidatif dan menyebabkan
terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis. Komplikasi disebabkan oleh hiperglikemia
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil seperti pada neuropati, nefropati, dan
retinopati, dan pembuluh darah besar yaitu penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
PERBEDAAN KUALITAS HIDUP BERDASARKAN
KOMPLIKASI

Pasien dengan komplikasi makrovaskuler dan tanpa komplikasi lebih merasa tenang, damai, bahagia, tidak
merasa cemas, takut, sedih dan rendah hati dalam menghadapi penyakit diabetes dibandingkan kelompok lainnya.
KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan sebesar


48,5% pasien DM tipe 2 memperoleh
peresepan kombinasi antidiabetik oral dengan
insulin. Komplikasi yang banyak diderita
pasien adalah makrovaskuler (19,5%).

Rata-rata nilai kualitas hidup pasien DM


tipe 2 pada penelitian ini adalah 65,7.

Anda mungkin juga menyukai