Anda di halaman 1dari 7

Krawang-Bekasi

oleh Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi,
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinsing yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi kami adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi ada yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Jakarta 17 Agustus 45 Dinihari
oleh Sitor Situmorang

Sederhana dan murni


Impian remaja
Hikmah kehidupan
berNusa
berBangsa
berBahasa
Kewajaran napas
Dan degub jantung
Keserasian beralam
Dan bertujuan
Lama didambakan

Menjadi kenyataan
Wajar, bebas
Seperti embun
Seperti sinar matahari
Menerangi bumi
Di hari pagi
Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945
Buku Usang
oleh Muhammad Ali Saidi

Tahukah kau cara mengenang jasa pejuang


Maukah kau kuberitakan kisah pejuang
Bacalah ini wahai kawan
Inilah buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan
Buku usang yang berkisahkan hikayat pahlawan
Buku usang yang mana dituliskan
Untuk pemuda yang kadang lalai akan masa depan
Untuk pemuda yang kadang hanya terpatri pada media moda

Ya,
Buku usang ini untuk pemuda dan pemudi yang suka pada mode
Apa kau mau membacanya wahai kawan
Atau kau hanya akan mendengarkan
Bak burung di atas pohon sana yang sedang memperhatikan kita
Terdiam dia saat kau mencoba menepis buku usang dan tua
Betapa kau mencoba melupakan masa-masa pahlawan
Seperti itukah dirimu kawan
Bacalah buku usang ini isinya bagus dan bisa diambil pelajaran
Bacalah walau hanya sebagian yang kau amalkan
Aku sebagai teman hanya menyarankan
Agar kau tak lupa jasa pahlawan
Yang membawa kata merdeka di masa depan
Saat itu damai yang kita rasakan
Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Oleh Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG
oleh W.S. Rendra

Tuhanku
WajahMu membayang di kota terbakar
Dan firmanMu terguris di atas ribuan
Kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa


Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
Tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
Sempurnalah sudah warna dosa
Dan mesiu kembali lagi bicara

Waktu itu, Tuhanku,


Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
Adalah satu warna
Dosa dan nafasku
Adalah satu udara
Tak ada lagi pilihan
Kecuali menyadari
Biarpun bersama penyesalan
Apa yang bisa diucapkan
Oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
Mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku.

Anda mungkin juga menyukai