Makalah Parameter Pragmatik
Makalah Parameter Pragmatik
ABSTRAK
Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang ini,
walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah
disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya
untuk menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari
pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi
(Leech, 199! 1". Leech (199! #" juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna
Pragmatik sebagaimana yang telah diperbincangkan di $ndonesia dewasa ini, paling tidak dapat
diedakan atas dua hal, yaitu (1" pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, (%" pragmatik sebagai
suatu yang mewarnai tindakan mengajar. &agian pertama masih dibagi lagi atas dua hal, yaitu (a"
pragmatik sebagai bidang kajian linguistik, dan (b" pragmatik sebagai salah satu segi di dalam
Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya bahasa
dalam komunikasi (+&&$, 199! 1". enurut Leinson (19#! 9", ilmu pragmatik
(1" /Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan
untuk mengerti sesuatu ungkapan2ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata
bahasa dalam komunikasi4 aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang
memberikan sumbangan kepada makna ujaran (+ridalaksana, 199! 1". enurut 5erhaar
(1996! 17", pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang
termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai
Puji dan syukur penulis ucapkan keharibaan 8uhan ang aha :sa karena telah diberi
karunia berupa kemudahan berpikir sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
akalah ini berisi inormasi tentang Pragmatik yang dikhususkan untuk membahas
Parameter Pragmatik. 8entang pengertian Parameter Pragmatik dan ;enis-;enis <kala +esantunan
iharapkan akalah ini dapat memberikan inormasi kepada kita semua tentang Parameter
Pragmatik. +ami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersiat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
=khir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. <emoga =llah <>8 senantiasa meridhai
PENULIS
DAFTAR ISI
=&<8@=+ ..................................................................................................................... ii
. anaat .................................................................................................
+esimpulan .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang
&erbahasa adalah aktiitas sosial. +arenanya kegiatan berbahasa baru terwujud bila
melibatkan manusia. enurut >ijana (1996!7D", /i dalam berbicara, penutur dan lawan tutur
bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam
interaksi lingual.0
alam berbicara, tidak selamanya berkaitan dengan masalah yang bersiat tekstual. 8etapi
principle". alam komunikasi yang wajar, seorang penutur mengartikulasikan ujaran untuk
mengomunikasikan sesuatu kepada lawan bicara dan berharap lawan bicaranya dapat memahami
<etiap peserta pertuturan sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur
harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan lancar.
<ementara sebagai retorika personal, menurut >ijaya (1996!DD", pragmatik membutuhkan
prinsip kesopanan. Prinsip ini, berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain. Penutur harus
menyusun tuturannya sedemikian rupa agar lawan tuturnya sebagai indiidu merasa
diperlukan strategi pemilihan tingkat kesopanan yang berbeda-beda. $nilah yang disebut dengan
pembantu, tuturan yang dipilih adalah <apulah lantai ini, meskipun dinilai kurang sopan
B. Rumuan Maalah
1. &agaimana Pengertian Parameter PragmatikE
%. &agaimana <kala +esantunan enurut Para =hliE
. &agaimana 8eori uka enurut Para =hliE
Parameter Pragmatik bagi penulis maupun pembaca. an juga untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pragmatik.
D. Man#aat
1. anaat 8eoritis
enambah pengetahuan dan reerensi tentang Parameter Pragmatik
%. anaat &agi Pembaca dan Penulis
BAB II.
PEMBAHASAN
<emakin panjang bentuk tuturan semakin besar pula keinginan penutur untuk berlaku
sopan kepada lawan tuturnya. Hal-hal yang yang mengatur strategi pemilihan bentuk-bentuk
yang memiliki tingkat kesopanan yang berbeda ini disebut parameter pragmatik.
Parameter ialah garis-garis yang menentukan atau menandakan keluasan atau batasan
sesuatu, keluasan yang ada batasan-batasannya. Contoh kalau ditinjau secara objekti, parameter
kesetiaan seseorang berkisar dalam ruang bulatan yang berlegar dan bertindih4 watak-watak
+esopanan adalah amalan tingkah laku yang mematuhi peraturan-peraturan sosial yang
terdapat dalam sesebuah masyarakat. <eseorang yang tidak mematuhi peraturan-peraturan soaial
ini dianggap tidak sopan. Perilaku yang menonjolkan ketidaksopanan lebih merujuk kepada
perilaku seseorang yang ditonjolkan secara personal yang boleh menimbulkan suasana konlik
dan ketegangan yang lebih besar. engan kata lain setiap orang harus bertindak dengan penuh
kesopanan antara satu dengan lainnya berdasarkan norma kesopanan dalam sesebuah
masyarakat.
Parameter pragmatik harus diamati secara cermat agar lawan tutur tidak merasa kehilangan
muka (ace". enurut Aoman (>ardaugh, 19#6, %#74 =llan, 19#6, 1*" dalam percakapan yang
kooperati para peserta percakapan menerima 'muka) yang ditawarkan oleh lawan bicaranya.
=dapun yang dimaksud dengan 'muka) dalam hal ini adalah citra diri yang harus diperhatikan
oleh lawan tutur. 'uka) yang ditawarkan itu berbeda-beda bergantung pada situasi pembicaraan.
uka yang ditawarkan penutur memiliki dua kemungkinan, yakni muka positi dan muka
negati. uka positi terwujud bila ide-ide, atribut, milik, prestasi, tujuan, dan sebagainya. ang
dimiliki oleh seseorang dihargai oleh lawan tuturnya. uka negati adalah keinginan seseorang
untuk tidak diserang, diejek, atau dihinakan oleh lawan tuturnya. alam konteks pemakaian
bahasa dua aspek ini dapat menimbulkan sesuatu yang tidak mengenakkan bila pemuasan salah
B. Skala Keantunan
8erdapat tiga skala pengukur peringkat kesantunan berbahasa yang sampai kini masih
banyak digunakan sebagai dasar acuan penelitian kesantunan berbahasa dengan kerangka
alam model kesantunan Aeorey 3. Leech (199", dijelaskan bahwa setiap maksim
a. Cost-benefit scale atau skala kerugian-keuntungan. <kala kesantutan berbahasa ini menunjuk
kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur di
dalam peristiwa pertuturan tertentu. <emakin dampak dari sebuah tuturan tersebut merugikan
bagi diri si penuturnya sendiri, maka cenderung akan semakin dianggap santunlah tuturan itu.
emikian sebaliknya, semakin tuturan tersebut menguntungkan bagi diri penuturnya sendiri dan
merugikan bagi sang mitra tuturnya, akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu.
b. Otionalit! scale atau skala pilihan. <kala kesantunan ini menunjuk kepada banyak atau
sedikitnya alternatie pilihan (otions) yang disampaikan si penutur kepada mitra tutur dalam
praktik bertutur yang sebenarnya. <emakin pertuturan memungkinkan si penutur atau mitra tutur
itu menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan semakin dianggap santunlah tuturan
tersebut. <ebaliknya apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan untuk
menentukan pilihan bagi penutur dan mitra tutur, tuturan tersebut akan dianggap sangat tidak
santun.
c. "n#irectness scale atau skala ketidaklangsungan. <kala kesantunan berbahasa ini menunjuk
kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud dari sebuah tuturan. <emakin tuturan
itu bersiat langsung, to the oint, apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak basa-basi, akan
cenderung dianggap semakin tidak santunlah tuturan yang demikian itu. emikian juga
sebaliknya, semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan, semakin banyak sasmita, sanepo,
samudana dan isyarat yang dikandung di dalamnya, akan dianggap semakin santunlah tuturan
tersebut.
d. Authorit! scale atau skala keotoritasan atau skala kekuasaan. <kala kesantunan berbahasa ini
menunjuk kepada hubungan status sosial antara si penutur dan si mitra tutur yang terlibat di
dalam proses pertuturan tertentu. itegaskan dalam skala kesantunan berbahasa ini, bahwa
semakin jauh distansi atau jarak peringkat sosial (rank rating" antara si penutur dengan si mitra
tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin sopan dan kian santun.
<ebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial diantara kedua belah pihak tersebut
dalam bertutur, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan tuturan yang digunakan itu
e. $ocial #istance scale atau skala jarak sosial. <kala kesantunan ini menunjuk kepada peringkat
hubungan sosial antara si penutur dan mitra tutur yang terlibat di dalam pertuturan. =da
kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial diantara keduanya, akan menjadi
semakin berkurang santunlah tuturan itu. emikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat
sosial antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang digunakan itu.
engan orang-orang yang belum benar-benar dekat dan akrab, orang sudah sangat sering
menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang cenderung inormal dan cenderung akrab. aka
lalu yang muncul adalah tuturan-tuturan yang dipandang tidak sopan dan kurang santun,
penuturnya juga akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun sama sekali.
odel kesantunan berbahasa dari &rown dan Leinson (19#" terdapat tiga skala penentu
tinggi rendahnya peringkat kesantunan berbahasa yang muncul di dalam sebuah pertuturan
a. <kala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (social #istance bet%een seaker an#
hearer" skala ini banyak ditentukan oleh parameter perbedaan di dalam hal umur, jenis kelamin,
dan latar belakang sosiokultural seseorang. &erkenaan dengan perbedaan umur antara si penutur
dan mitra tutur itu, laFimnya didapatkan kenyataan bahwa semakin tua umur seseorang peringkat
kesantunan dalam bertuturnya akan menjadi semakin tinggi. &egitu pula sebaliknya. Grang yang
berjenis kelamin wanita, laFimnya juga memiliki peringkat kesantunan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang yang berjenis kelamin pria atau laki-laki. Latar belakang
sosiokultural seseorang memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan peringkat
kesantunan yang dimilikinya. Grang yang memiliki jabatan tertentu di dalam masyarakat
cenderung memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan orang.
b. <kala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the seaker an# hearer relative
o%er" atau sering kali disebut juga dengan peringkat kekuatan atau kekuasaan (o%er rating".
<kala pengukuran kesantunan ini didasarkan pada kedudukan asimetrik antara si penutur dan si
mitra tutur.
c. <kala peringkat tindak tutur atau tindak ujar, atau sering pula disebut dengan rank rating& <kala
kesantunan berbahasa itu lengkapnya berbunyi, the #egree of imosition associate# %ith the
re'uire# een#iture of goo#s or services didasarkan atas kedudukan relati tindak tutur yang
satu dengan tindak tutur yang lainnya di dalam sebuah praktik pertuturan yang sesungguhnya.
<ebagai contohnya, di dalam situasi yang sangat khusus, bertamu di rumah seorang wanita
dengan melewati batas waktu bertamu yang wajar, akan dikatakan sebagai orang yang tidak tahu
sopan santun dan bahkan melanggar norma kesantunan yang berlaku pada masyarakat tutur
tertentu. 3amun demikian, hal yang sesungguhnya persis sama akan dapat dianggap sangat wajar
terjadi di dalam situasi yang tidak sama. isalnya saja, pada saat di suatu kota terjadi kerusuhan
dan pembakaran gedung-gedung dan kompleks perumahan, bisa saja orang berada di rumah
orang lain atau rumah tetangganya bahkan sampai pada waktu yang tidak ditentukan, dia tetap
akan dianggap sopan, bahkan ketika dia menjerit-jerit karena ketakutan sekalipun.
@obin Lako (19" menyatakan adanya tiga ketentuan pokok untuk dapat dipenuhinya
skala kesantuan di dalam kegiatan bertutur di dalam masyarakat. +etiga ketentuan itu secara
berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut ! (1" skala ormalitas (formalit! scale), (%" skala
ketidaktegasan (besitanc! scale), dan (" skala kesamaan atau kesekawanan (e'ualit! scale)&
&erikut uraian dari setiap skala kesantunan tersebut satu demi satu.
a. <kala ormalitas (formalit! scale), dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa benar-
benar nyaman dan sungguh kerasan di dalam keseluruhan proses kegiatan bertutur, tuturan yang
digunakan tidak boleh bernada memaksa dan tidak boleh berkesan angkuh atau congkak terhadap
pihak lainnya. i dalam kegiatan bertutur, masing-masing peserta tutur harus dapat menjaga
keormalitasan dan mampu menjaga jarak yang sewajarnya dan senatural-naturalnya antara pihak
yang satu dengan pihak lainnya. 8anpa memperhatikan hal tersebut, tuturan yang muncul
dipastikan tidak akan memenuhi standar kesantunan berbahasa yang berlaku di dalam
masyarakat tuturnya.
b. <kala kesantunan @obin Lako yang kedua, yakni skala ketidaktegasan atau
keraguan (besitanc! scale) atau sering kali disebut juga dengan pilihan (otionalit! scale),
menunjukan bahwa agar si penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dan tetap kerasan
di dalam aktiitas bertutur sapa, pilihan-pilihan dalam bertutur itu harus selalu diberikan oleh
kedua belah pihak secara benar-benar memadai dan proporsional. alam hal ini, orang tidak
diperbolehkan untuk bersikap terlalu tegang dan teramat kaku di dalam aktiitas bertutur yang
sesungguhnya, karena akan dianggap sebagai orang yang tidak santun di dalam masyarakat
bahasanya.
c. <kala kesantunan dari @obin Lako yang ketiga, yakni peringkat kesekawanan atau kesamaan,
menunjukan bahwa agar dapat berciri sopan santun, orang harus senantiasa ramah dan selalu
mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. =gar dapat
tercapai maksud yang demikian itu, penutur harus dapat menganggap sang mitra tutur benar-
benar sebagai teman atau sahabat bagi dirinya. engan menganggap pihak yang satu sebagai
sahabat bagi dirinya. engan menganggap pihak yang satu sebagai sahabat bagi piak lainnya,
rasa kesekawanan, rasa solider, dan rasa kesejajaran sebagai salah satu prasyarat hadirnya
kesopanan atau kesantunan akan dapat tercapai dengan benar-benar baik. <ayang bahwa yang
umumnya terjadi pada masyarakat, rasa kesejajaran atau kesederajadan ini telah banyak melemah
atau bahkan meluntur. enga begitu pula, kesantunan yang ada di dalam masyarakat itu juga
semakin rendah peringkat atau kadarnya. $nilah keprihatinan, yang barangkali perlu segera,
mendapat tanggapan dari setiap warga masyarakat $ndonesia, agar kita-kita ini tidak tercerabut
enurut &rown dan Leinson (19#", yang mana terinspirasi oleh Aoman (196",
bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada /uka0 atau /muka,0 baik milik
penutur, maupun milik mitra tutur. /uka,0 dalam hal, ini bukan dalam arti rupa isik, namun
/uka0 dalam artian ublic image, atau mungkin padanan kata yang tepat adalah /harga diri0
+onsep uka ini berakar dari konsep tradisional di Cina, yang dikembangkan
oleh Konfusiusterkait dengan nilai-nilai kemanusiaan (=FiF, %**#". Pada uka, dalam tradisi
Cina, melekat atribut sosial yang merupakan harga diri, sebuah penghargaan yang diberikan oleh
sebagaimana sebuah gelar akademik yang diberikan oleh sebuah perguruan tinggi, yang kapan
saja bisa ditarik oleh yang memberi. Gleh karena itu, si pemilik uka itu haruslah berhati-hati
;ika Aoman (196" menyebutkan bahwa uka adalah atribut sosial, maka &rown dan
Leinson (19#" menyebutkan bahwa uka merupakan atribut pribadi yang dimiliki oleh setiap
insan dan bersiat uniersal. alam teori ini, uka kemudian dipilah menjadi dua jenis! uka
dengan keinginan positi (positie ace", dan uka dengan keinginan negati (negatie ace".
uka positi terkait dengan nilai solidaritas, ketakormalan, pengakuan, dan kesekoncoan.
<ementara itu, uka negati bermuara pada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas dari
gangguan pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap kemandiriannya itu (=FiF,
%**#!%". elihat bahwa uka memiliki nilai seperti yang telah disebutkan, maka nilai-nilai itu
patut untuk dijaga, dan salah satu caranya adalah melalui pola berbahasa yang santun, yang tidak
+esantunan itu sendiri memiliki makna yang berbeda dengan kesopanan. +ata sopan
memiliki arti menunjukkan rasa hormat pada mitra tutur, sedangkan kata santun memiliki arti
berbahasa (atau berprilaku" dengan berdasarkan pada jarak sosial antara penutur dan mitra tutur.
+onsep uka di atas benar-benar berkaitan dengan persoalan kesantunan dan bukan kesopanan.
@asa hormat yang ditunjukkan melalui berbahasa mungkin berakibat santun, artinya, sopan
berbahasa akan memelihara uka jika penutur dan mitra tutur memiliki jarak sosial yang jauh
(misalnya antara dosen dan mahasiswa, atau anak dan ayah". eskipun demikian, bersikap
santun dalam berbahasa seringkali tidak berakibat sopan, terlebih lagi jika penutur dan mitra
tutur tidak memiliki jarak sosial yang jauh (teman sekerja, konco, pacar, dan sebagainya". ?ntuk
lebih memahami konsep uka ini, berikut akan saya suguhkan contoh-contoh, baik uka positi
<ebagaimana telah disebutkan bahwa uka positi berkaitan dengan nilai-nilai keakraban antara
penutur dan mitra tutur. Perhatikan contoh percakapan dua orang sopir angkot berikut ini (mohon
<opir =! us, ngana so #aa kabar mengenai ngana e $TNK !ang olisi tahan tuh* (us,
apakah kamu sudah mendapatkan kabar mengenai <83+ kamu yang ditahan polisi ituE"
<opir &! + amabo, seak kaan ngana fa#uli kita e hal* .olong ini, tara tau #ong so bakar
ka aa itu (eh.. pemabuk, sejak kapan kamu peduli persoalankuE &elum nih, tidak tahu
<opir =! Ce me itu lucur kasana #oi barang /01 la #orang urus su#ah (=h kasih saja uang
<opir &! 2a astaga ngana kira olisi itu ngana e aa mantu* Kita so coba tai #orang tara
mau. (=staga, kamu pikir polisi itu mertua kamuE <udah aku coba, tapi mereka tidak mau".
<ejenak jika dilihat, percakapan singkat antara dua sopir angkot ini terkesan kasar, tidak sopan.
ungkin sebagian berpendapat bahwa wajar mereka berkomunikasi seperti ini, dengan alasan
bahwa mereka adalah teman dekat, dan mungkin berpendidikan rendah. 8idak ada yang salah
dengan pendapat-pendapat ini. ari aspek kesopanan, cara mereka berkomunikasi memang
ganjil4 tetapi dari aspek kesantunan, melalui konsep uka positi, cara berkomunikasi ini adalah
8uturan sopir & memiliki muatan positi agar jarak keakraban antara mereka (sopir = dan sopir
&" terjaga. 8uturan sopir &, dengan mengatakan /pemabuk0 adalah untuk menunjukan kedekatan
jarak sosial, rasa kekoncoan (camaraderie", sehingga secara psikologis tidak ada jarak pula.
+edekatan jarak sosial yang direleksi oleh penggunaan bahasa semacam di atas memiliki nilai
uka positi. <eandainya sopir & merespon pertanyaan sopir = dengan irama sopan semacam
/belum ada kabar pak0 maka tentu saja jarak sosial antara mereka menjadi renggang, dan
aksud dari mengancam uka (ace threatening" adalah mengancam jatidiri sebagai sahabat
dekat, konco, dan sebagainya. $su sentral dari mengancam uka adalah kerenggangan jarak
sosial yang diakibatkan oleh penggunaan bahasa yang relati tidak santun, atau tidak memenuhi
kaidah-kaidah konsep uka positi. engenai pengancaman uka (ace threatening act" ini
&erbeda dengan uka positi, yang mana penutur dan mitra tutur mengharapkan terjaganya
nilai-nilai keakraban, ketakormalan, kesekoncoan, maka uka negati ini dimana penutur dan
mitra tutur mengharapkan adanya jarak sosial. Perhatikan contoh percakapan antara dua orang
penumpang angkot yang tidak saling kenal antara satu sama lain di bawah ini!
Penumpang =! aaf e, tan!a sa#iki, $asa tu masih ao ka* (maa yah, numpang tanya, apakah
Penumpang &! 3a#oh mas, ini skarang so same #i Kastela& emangn!a mas mo turun #imana
kong* (>ah mas, ini sekarang sudah sampai di +astela. emangnya mas mau turun dimanaE"
Penumpang =! $a!a ta#i bilang #i soir turun #i $asa, maaf nih, a#i $asa masih ao ka* (<aya
tadi bilang ke sopir kalau saya mau turun di <asa, maa, jadi apakah <asa masih jauhE"
Penumpang &! .ukann!a masih ao mas, tai so le%at ao& angkali lebe bae mas turun #isini
saa, nanti baru nae oto #ari ba%a saa, nanti bilang turun #i $asa& (&ukannya masih jauh mas,
tapi sudah kelewat jauh. ungkin lebih baik mas turun disini saja, nanti naik angkot lagi dari
<angat terlihat jelas bahwa kedua partisipan (penutur dan mitra tutur" dalam percakapan ini
menunjukkan ketidakakraban, atau keormalan. $ni bisa dilihat dari penggunaan kata /maa0
yang diulang sebanyak dua kali oleh penumpang =. Penggunaan dan pengulangan penggunaan
kata /maa0 oleh penumpang = ini untuk menjaga uka negati penumpang &. =rtinya,
penumpang = tidak ingin terkesan akrab dan sesuka hati, dan tidak ingin mengganggu wilayah
emikian pula dengan penggunaan kata /mas0 yang berulang-ulang oleh penumpang &, yang
merupakan sapaan sopan untuk penumpang = yang dicurigai sebagai pendatang, bukan
masyarakat asli. engan menggunakan dan mengulang kata /mas0, penumpang & berusaha
untuk menunjukkan bahwa dia menghargai jatidiri penumpang = sebagai indiidu yang dihargai
elalui dua contoh yang menjelaskan dua konsep uka di atas, jelaslah bahwa dalam
berbahasa, kita harus senantiasa mempertimbangkan jarak sosial antara kita dan mitra tutur.
+esantunan berbahasa bukan terletak pada diksi, melainkan terletak pada tingkat keakraban atau
jarak sosial, termasuk usia, gender, strata sosial, dan strata akademik.
<ebagaimana telah dijelaskan dengan berbagai contoh, kesantunan (dan kesopanan" berbahasa
dapat diartikan sebagai sebuah penunjukan mengenai kesadaran terhadap uka orang lain (ule,
%**6!1*7". uka seseorang akan mengalami ancaman ketika seorang penutur menyatakan
sesuatu yang mengandung ancaman terhadap harapan-harapan indiidu yang berkenaan dengan
Pengancaman uka melalui tindak tutur (speech act" akan terjadi jikalau penutur dan mitra tutur
sama-sama tidak berbahasa sesuai dengan jarak sosial. Perhatikan contoh berikut ini, dimana
terjadi interaksi antara tetangga yang berusia sudah tua dan yang masih muda!
8ua! 4e so malam #eng aa kong baribut same, tara#a rumah ka* (Heh ini kan sudah
uda! $a!a, om& aaf lagi (<aya, om. +ami minta maa".
alam konteks interaksi seperti di atas, penutur tua melakukan pengancaman uka dengan
mengatakan /tidak ada rumah yaE0 ini disebut pengancaman uka karena jarak sosial (usia dan
mungkin juga jarak keakraban" antara mereka jauh. &ahkan, hal ini bukan hanya mengancam
uka mitra tutur muda, bahkan uka penutur tua itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya
@espon dari mitra tutur muda merupakan tindak penyelamatan uka (ace saing act"4 yaitu
dengan cara melakukan kesantunan negati dengan mengeluarkan pernyataan yang menunjukkan
kesadaran atas jarak sosial dan uka negati penutur tua. =rtinya, mitra tutur muda menyadari
keinginan uka penutur tua untuk merdeka dan memiliki hak untuk tidak terganggu.
Pengancaman terhadap uka ini juga bersiat positi dan juga negati. ;ika penutur dan mitra
tutur memiliki jarak sosial dekat, maka pengancaman uka bersiat negati. <ementara itu, jika
penutur dan mitra tutur memiliki jarak sosial yang jauh, maka pengancaman uka bersiat
positi.
$ntinya, uka positi adalah keinginan partisipan untuk diterima oleh mitra tutur sebagaimana
kedekatan sosial antara mereka4 uka negati adalah keinginan untuk bebas dari interensi,
tekanan, atau gangguan dari pihak lain, termasuk mitra tutur. ;ika keinginan uka positi tidak
tercapai dalam bertutur, maka ancamannya pada uka positi. an jika keinginan uka negati
tidak tercapai, maka ancamannya pada uka negati. +onsekuensi logis dari ancaman uka ini
adalah kehilangan uka (loosing ace", atau dengan istilah sederhana adalah malu atau hilang
harga diri.
BAB III.
PENUTUP
Keim)ulan
pemilihan bentuk-bentuk yang memiliki tingkat kesopanan yang berbeda. alam parameter
alam parameter pragmatik juga terdapat teori uka yaitu antara lain ! uka Positi, uka
3egati, dan Pengancaman uka. <ehingga dapat disimpulkan bahwa parameter pragmatik
memberikan batasan tentang kesantunan berbahasa, apakah bahasa itu santun atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
=lwi, Hasan, dkk. %**. Kamus .esar .ahasa "n#onesia. Cetakan $$$ edisi ke-. ;akarta! &alai
Pustaka.
=FiF, :. =. (%**#". 4orison .aru Teori Kesantunan .erbahasa6 embingkai !ang Terserak,
enggugat !ang $emu, enuu 7niversalisme !ang 4akiki. Pidato Pengukuhan Auru &esar,
:.3. Aoody (ed". 8uestions an# Politeness6 $trategies in social interaction, 09-:;<. Cambridge!
Arice, HP. 19D. =>ogic an# Conversation?& $!ntac an# $emantics, $eech Act @. 3ew ork!
=cademnic Press.
Http!22citraindonesiaku.blogspot.com2%*1%2*%2parameter-pragmatik.html
Http!22Fainurrahmans.wordpress.com2%*112*%2%2teori-kesantunan-berbahasa2
3ababan, P.>.;. 19#. "lmu Pragmatik. ;akarta! epartemen Pendidikan dan +ebudayaan.
@ohmadi, uhammad. %**7. Pragmatik6 Teori #an Analisis& ogyakarta! Lingkar edia.