Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhamad Tofik Mubarok

NIM : 11200331000027

Kelas : Filsafat Estetika/6A

Seni dan Agama


Secara umum kita menganggap bahwa seni dan agama memiliki hubungan yang dekat.
Hal tersebut dikuatkan dengan fakta sejarah yang menunjukan adanya keterkaitan erat antara
perkembangan berbagai bentuk seni dengan kemunculan agama Kristen di Barat. Misalnya, di
Yunani dan Roma bentuk seni seperti puisi, nyayian, dan arsitektur selalu mempunyai fungsi
religius tertentu. Namun, sejak abad ke-17, munculnya gerakan reformasi berupaya untuk
membebaskan seni dari agama. Mereka mencemaskan bahaya spiritual dari kepekaan sensual.
Upaya tersebut kemudian mencapai puncaknya pada abad ke-19 melalui slogan “Seni untuk
Seni”. Di awal abad 20, pemisahan tersebut semakin jelas dan memunculkan dua pandangan
umum yaitu; pemisahan seni dan agama merupakan akibat dari ‘kedewasaan’ seni, sedangkan
yang lain menganggap hal itu adalah upaya mengeluarkan spiritualitas dari isi perut seni.

Namun apapun itu, untuk menentukan manakah interpretasi yang benar terkait sejarah
pemisahan ini diperlukan suatu telaah filosofis. Oleh karenanya, dibawah ini akan diberikan
beberapa pandangan filsafat estetika yang cukup berpengaruh dalam menjelaskan bagaimana
sebenarnya hubungan antara seni dan agama.

Kant

Menurut Kant, seni memiliki tujuan estetis yang berbeda dengan tujuan agama dan etika.
Kant berpendapat bahwa seni tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan atau
mengajarkan doktrin agama. Dia menekankan bahwa penilaian estetis tentang keindahan dan
apresiasi seni tidak bersifat teoritis atau praktis dalam hal kebenaran agama. Dalam
pandangannya, seni bukanlah media untuk menyampaikan pesan atau ajaran agama kepada orang
lain. Selain itu, Kant menyatakan bahwa seni juga tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk
membimbing manusia dalam melakukan tindakan moral atau ibadah yang membangun. Bagi
Kant, seni harus mempertahankan sifatnya yang bebas dan terpisah dari tujuan praktis. Seni
memiliki "tujuan tanpa tujuan" di mana ia memberikan pengalaman estetis yang murni dan
menghasilkan keindahan yang memberi kenikmatan dan kepuasan secara estetis.

Hegel

Pandangan Hegel mengenai hubungan antara seni dan agama dapat dipahami melalui
konsep pengembangan spiritual dan hierarki bentuk seni. Menurut Hegel, seni memainkan peran
penting dalam manifestasi roh manusia dalam materi. Seni memungkinkan perwujudan pikiran
dan emosi dalam bentuk yang indah, sehingga mengubah dunia yang tidak memiliki makna
secara fisik menjadi dunia yang memiliki makna secara spiritual. Bagi Hegel, seni adalah
kepuasan pertama dan langsung bagi roh yang absolut, dan ia menyatukan Keindahan dan
Kebenaran. Secara keseluruhan, pandangan Hegel menggambarkan bahwa seni dan agama dapat
dilihat sebagai tahapan yang saling terhubung namun berkembang dalam pengembangan spiritual
manusia. Seni berfungsi sebagai sarana manifestasi dan pemahaman spiritual, sementara agama
mewakili bentuk kesadaran yang lebih tinggi yang pada akhirnya melampaui seni.

Nietzsche

Bagi Nietzsche, seni memiliki dua wujud yang berbeda secara mendasar yaitu Apollonian
dan Dionysian. Dalam pandangan Nietzsche, seni Apollonian mengacu pada pengalaman estetik
yang bersifat kontemplatif. Ini terjadi ketika kita mengamati karya seni, misalnya melihat
lukisan. Seni Apollonian mengutamakan presentasi sensual dan keindahan visual yang
membangkitkan perasaan estetik dalam diri kita. Di sisi lain, seni Dionysian melibatkan
partisipasi aktif dalam kegiatan seni. Ini terjadi ketika kita terlibat secara langsung dalam
kegiatan seperti menyanyikan lagu atau menari. Seni Dionysian memberikan bentuk aksi
manusia dalam bentuk lagu atau tarian.

Nietzsche mengklaim bahwa seni Apollonian dan Dionysian dapat mencerminkan


hubungan antara seni dan agama. Seni Apollonian memberikan pengalaman estetik yang
mendalam dan merangsang dalam bentuk kontemplasi, yang dapat memiliki keterkaitan dengan
pengalaman religius. Di sisi lain, seni Dionysian memberikan bentuk kegiatan yang dapat
menyerupai ritual agama, di mana manusia terlibat secara aktif.

Collingwood

Collingwood membagi seni yang terkait dengan agama menjadi dua kategori. Kategori
pertama adalah “art proper” yaitu seni untuk dirinya sendiri dan yang kedua adalah “art as craft”
yaitu seni yang memiliki tujuan di luar dirinya. “Art as craft” disebut juga seni magis, yang
melibatkan penggunaan seni dalam ritual dan upacara keagamaan seperti pernikahan dan
pemakaman. Menurut Collingwood, dalam kategori ini, nilai artistik bukanlah hal yang paling
penting. Ia berpendapat bahwa seni magis memiliki tujuan yang berbeda dengan seni sejati.
Tujuan seni magis adalah membangkitkan emosi, bukan mencapai nilai estetika yang tinggi.
Sebuah karya seni magis yang tidak terlalu bagus secara musikal masih bisa efektif dalam
membangkitkan perasaan gembira atau sedih. Collingwood mengakui bahwa ada hubungan yang
berkelanjutan antara seni dan agama. Seni sering digunakan dalam konteks keagamaan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Meskipun seni tidak semata-mata menjadi instrumen, seni juga
dapat menjadi bagian penting dari ibadah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai