TENTANG
PAJAK HOTEL
BUPATI TANGGAMUS,
dan
BUPATI TANGGAMUS
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
7. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
10. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan
Pajak.
11. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian
Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah.
14. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah
bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain
ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah.
19. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif
berupa bunga dan/atau denda.
22. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding
terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
23. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba
rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
BAB II
NAMA, OBJEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Hotel dipungut Pajak atas setiap pelayanan yang
disediakan oleh hotel.
Pasal 3
(1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan
Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
(2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas
telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau
dikelola Hotel.
(3) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah:
(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
Hotel.
(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.
BAB III
DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Besaran pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
sebagaimana dimaksud Pasal 6 Peraturan ini dengan dasar pengenaan
Pajak Hotel sebagaimana dimaksud Pasal 5.
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN MASA PAJAK
Pasal 8
(2) Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.
(3) Saat pajak terutang terjadi pada saat pelayanan di Hotel diberikan.
BAB V
PEMUNGUTAN PAJAK
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 9
(1) Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang dengan dibayar
sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(5) Bentuk,isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 10
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Bupati dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal:
(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika
Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan.
Pasal 11
Bagian Kedua
Surat Tagihan Pajak
Pasal 12
(3) Bentuk, isi, dan tata cara penyampaian STPD diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pasal 13
(3) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh Bupati.
(4) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang
dengan menggunakan SSPD ke kas Daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 14
Pasal 15
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu sebagaimana ditetantukan dalam Surat Teguran atau
Surat Peringatan maka jumlah pajak yang harus dibayar dapat
ditagih dengan Surat Paksa.
Bagian Keempat
Keberatan dan Banding
Pasal 16
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau
pejabat yang ditunjuk atas suatu:
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDLB;
d. SKPDN; dan
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui
surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.
Pasal 17
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak
tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas
keberatan yang diajukan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan
yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 18
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak
bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.
(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan.
Bagian Kelima
Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan
Penghapusan atau Pengurangan Sanksi administrative
Pasal 20
(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat
membetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau
kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Bagian Keenam
Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pasal 21
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberi keputusan.
(3) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan
dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.
Bagian Ketujuh
Kadaluwarsa Penagihan
Pasal 22
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung
sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Pasal 23
(1) Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
BAB VI
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 24
(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) pertahun wajib
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara
pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 25
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak diatur
dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 26
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 27
BAB IX
PENGAWASAN
Pasal 28
Pasal 29
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah
dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang atau kurang bayar.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal dan ayat (2)
adalah pelanggaran.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan
penerimaan negara.
Pasal 30
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 32
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka segala ketentuan
yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini yang terdapat pada
Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 14 Tahun 1998 tentang
Pajak Hotel dan Restoran (Lembaran Daerah Kabupaten Tanggamus
Tahun 1998 Nomor 32 Seri A) dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 33
BUPATI TANGGAMUS,
dto
BAMBANG KURNIAWAN
dto