Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TRI WULANDARI

NIM : 836878134
PRODI : PGSD 2017.2
KELAS :B
MATKUL :PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS 12
TUGAS : 2 TUTORIAL ONLINE

Tugas II ABK:

1. Sebutkan berapa istilah yang digunakan untuk penyebutan anak tunagrahita di


Indonesia, dan mengapa terjadi macam-macam peristilahan tersebut?
2. Jelaskan dan berikan contoh apa yang dimaksud Chronological age dan
mental age yang berkaitan dengan penyandang tunagrahita.
3. Perkembangan mental anak tunadaksa yang belajar di sekolah biasa sering
terganggu. Apa yang dapat Anda usahakan dalam mengatasi perkembangan
mental anak tunadaksa tersebut?
4. Apa yang dapat Anda pelajari dari video berikut? Jelaskan! "Every Kids
Need Champion"

Jawab :

1.
a. Mental retardation : banyak digunakan di Amerika Serikat dan
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai keterbelakanganmental.
b. Feebleminded (lemah pikiran) digunakan di Inggris untuk melukiskan
kelompok tunagrahita ringan.
c. Mental subnormality digunakan di Inggris, pengertiannya sama dengan
mental retardation.
d. Mental deficiency, menunjukkan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat
penyakit yang menyerang organ tubuh.
e. Mentaly handicapped, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah cacat
mental.
f. Intellectually handicapped, merupakan istilah yang banyak digunakan di
New Zealand.
g. Intellectual disabled, istilah ini banyak digunakan oleh PBB.
h. Development mental disability, hambatan perkembangan mental yang lebih
menitik beratkan pada kepemilikan potensi belajar dan pengembangan
kehidupan di masyarakat. Istilah ini belum dikenal secara luas seperti istilah
yang lainnya.

Istilah di Indonesia mengalami perkembangan sebagai berikut :

a. Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967


b. Terbelakang mental, digunakan sejak 1967 hingga Tahun 1983
c. Tunagrahita, digunakan sejak tahun 1983 hingga sekarang dan diperkuat
dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan
Luar Biasa. Istilah tunagrahita masih digunakan sampai saat ini.

Beragamnya istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar


belakang keilmuan dan kepentingan para ahli yang mengemukakan dan
perkembangan pandangan masyarakat akan keberagaman potensi individu.
“Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus oleh I.G.I.A.K.
Wardani, dkk. Hal 6.6”

2. Chronological Age adalah umur anak yang sesungguhnya, sesuai dengan


kenyataan dia dilahirkan (umur sesuai tanggal lahir). Sedangkan Mental Age
merupakan umur anak berdasarkan kemampuan dia berfikir (umur sesuai
dengan tingkat kecerdasan yang dia miliki).
Contoh :
12

10

6 = CA (Chronological Age)
= MA (Mental Age)

0
A B C D E

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


1) A berusia 10 Tahun dan cara berfikirnya juga sesuai dengan anak berusia
10 Tahun.
2) B berusia 10 Tahun tetpi MA nya berkisar antara 7 – 5,5 tahun. Artinya
ia dapat mempelajari materi pelajaran / tugasanak normal usia 5,5 – 7
tahun.
3) C berusia 10 Tahun tetpi MA nya berkisar antara 5,5 – 4 tahun. Artinya
ia dapat mempelajari materi pelajaran / tugasanak normal usia 4 – 5,5
tahun.
4) D berusia 10 Tahun tetpi MA nya berkisar antara 4 – 2,5 tahun. Artinya
ia dapat mempelajari materi pelajaran / tugasanak normal usia 2,5 – 4
tahun.
5) E berusia 10 Tahun tetpi MA nya berkisar antara 2,5 tahun ke bawah .
Artinya ia dapat mempelajari materi pelajaran / tugasanak normal usia
2,5 ke bawah.

“Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus oleh I.G.I.A.K.


Wardani, dkk. Hal 6.7-6.8”
3. Usaha dalam mengatasi perkembangan mental anak tunadaksa antara lain :
a. Memberikan kesempatan dan perhatian khusus pada anak tunadaksa
untuk mengoptimalkan pekembangan intelektual dan akademiknya.
b. Membantu memelihara kesehatan fisik anak, mengoreksi gerakan anak
yang salah dan mengembangkan kearah gerak yang normal. Mengadakan
tujukan ke ahli terkait apabila timbul masalah fisik dan kesehatan yang
lebih parah.
c. Mengoptimalkan dan mengembangkan indra-indra yang ada dalam diri
anak karena banyak anak tunadaksa mengalami gangguan indera.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga dapat
mendorong teciptanya interaksi yang harmonis
e. Meningkatkan kemampuan ketrampilan, kesenian maupun kerajinan anak
dengan memperbanyak latihan sesuai kemampuannya.
f. Membiasakan anak mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya,
membekali mereka dengan keterampilan yang menghasilkan sesuatu yang
dapat dijadikan bekal hidupnya.
g. Memberi pengertian kepada anak-anak yang lain bahwa sanya anak-anak
tunadaksa pada dasarnya sama seperti anak yang lainnya. Tidak cacat
ataupun kekurangan, akan tetapi malah mempunyai kelebihan khusu.
Sehingga anak-anak yang lain justru harus membantunya dalam belajar.
h. Memberikan dukungan moril kepada anak, memberikannya motivasi
supaya semangat belajar.

Referensi : “Modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus oleh


I.G.I.A.K. Wardani, dkk. Hal 7.14-7.22”

4. Yang dapat saya pelajari dari video "Every Kids Need Champion" antara
lain, belajar adalah bukan merupakan hasil berupa nilai semata. Belajar
adalah membangun sebuah hubungan. Hubungan Guru dengan murid, Guru
dengan guru, Murid dengan Murid, dan Guru, Murid dengan Lingkungannya.
Anak-anak tidak akan suka belajar dengan Orang yang tidak mereka sukai.
Untuk itu, kita harus membuat iklim kelas yang mereka sukai. Maka, mereka
juga akan menyukai pelajaran yang mereka dapatkan. Mengubah redaksi
penyampaian kata-kata yang sebenarnya menunjukkan kekurangan dengan
membuat pujian walau hanya sedikit saja, dengan begitu anak akan lebih
bersemangat mengerjakan sesuatu. Mengoptimalkan kemampuan belajar anak
sesuai dengan bakatnya, memperhatikan anak dari hal kecil sampai besar, dan
memberinya motivasi akan mengantarkan anak dalam pembelajaran yang
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai