Isi Panduan Pelayanan Umum
Isi Panduan Pelayanan Umum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bulan Desember Tahun 2019, penyakit pernafasan baru yang disebut
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terdeteksi di China. Covid-19 disebabkan
oleh virus (SARS-CoV-2) yang merupakan bagian dari keluarga besar virus yang
bernama coronavirus. Covid-19 menyebar sangat cepat ke seluruh dunia. Menurut
WHO pada tanggal 13 maret 2020 kasus covid-19 terdapat di 122 negara dengan
jumlah total 132.758 kasus konfirmasi dengan 4.955 kematian . karena banyaknya
negara yang terjangkit maka tanggal 12 maret 2020 WHO meningkatkan status
Covid-19 menjadi pandemic.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.Pusat Kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Dalam
pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu kesehatan masyarakat yang
bersifat esensial adalah berupa pelayanan kesehatan lingkungan.
Sampai dengan tahun 2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Puskesmas merupakan garda
terdepan dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 karena berada di
setiap kecamatan dan memiliki konsep wilayah. Dalam kondisi pandemi COVID-
19 ini, Puskesmas perlu melakukan berbagai upaya dalam penanganan
pencegahan dan pembatasan penularan infeksi. Meskipun saat ini hal tersebut
menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat meninggalkan pelayanan lain
yang menjadi fungsi Puskesmas yaitu melaksanakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama
seperti yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan teori H.L BLUM, derajat kesehatan
dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling terkait yaitu lingkungan (40%), perilaku
1
kesehatan (30%), pelayanan kesehatan (20%) dan genetik (10%). Dari keempat
faktor tersebut, perilaku dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar. Faktor ini
sangat dipengaruhi oleh perilaku dari masyarakat sendiri, oleh karenanya
implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dalam
memasyarakatkan budaya hidup sehat serta keterlibatan lintas sektor perlu
didorong. Dorongan ini dilakukan pemerintah daerah mulai dari tingkat RT/RW
sampai nanti ke tingkat pusat. Peran Puskesmas dalam melakukan prevensi,
deteksi dan respon dilaksanakan secara terintegrasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan lainnya pada masa pandemi COVID-19.
Pedoman Pelayanan Puskesmas Pada Saat Pandemi Covid-19 dibuat
sebagai acuan Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan di masa pandemi covid-
19 dari segi aspek manajerial maupun penyelenggaraan baik UKP maupun UKM.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas perlu diatur
dalam panduan pelayanan kesehatan lingkungan pada pandemic Covid-19 sebagai
acuan bagi petugas Puskesmas dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan
tersebut.
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman bagi petugas menyelenggarakan pelayanan Kesehatan
lingkungan pada masa pandemi Covid-19
2. Menurunkan angka penyebaran virus Covid-19 dengan upaya meningkatkan
kualitas Kesehatan lingkungan
3. Tercipatanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan khususnya pada masa
pandemi covid-19
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan
lingkungan, baik pelayanan di dalam gedung dan pelayanan luar gedung di wilayah
Puskesmas Leuwiliang dengan memperhatikan protol Kesehatan pada masa pandemic
covid-19 untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
2
D. Sasaran
1. Semua petugas yang bekerja di Puskesmas Leuwiliang
2. Penerima layanan, yaitu masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Leuwiliang.
3
BAB II
PERAN PETUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN
DALAM PENANGGULANGAN COVID-19
4
• Menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai
hasil Konseling; dan
• Menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi. Dalam melaksanakan
Konseling kepada Pasien, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggunakan
panduan Konseling sebagaimana contoh bagan dan daftar pertanyaan
terlampir. Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar
pertanyaan terhadap Pasien dengan diagnosis penyakit lain atau sesuai
kebutuhan. Tenaga Kesehatan Lingkungan dalam memberikan saran tindak
lanjut sesuai dengan permasalahan kesehatan lingkungan yang dihadapi
berdasarkan pedoman teknis yang berlaku.
• Selain dengan tatap muka, metode konseling yang dapat dilakukan lebih
disarankan dengan menggunakan alat peraga, percontohan dan media
informasi cetak atau elektronik yang terkait Covid-19.
5
bagi kesehatan, bersumber dari
kegiatan pasien isolasi Covid-19,
ruang perawatan, ruang
pemeriksaan, ruang
laboratorium, ruang pencucian
alat dan linen.
• Langkah-langkah
1) Cairan dari mulut dan/atau hidung atau air kumur pasien dimasukkan
kewadah pengumpulan yang disediakan atau langsung dibuang di wastafel
atau lubang air limbah di toilet
2) Air cucian alat kerja, alat makan dan minum pasien dan/atau cucian linen
dimasukkan langsung ke dalam lubang air Limbah yang tersedia
3) Pastikan semua pipa penyaluran air Limbah harus tertutup dengan diameter
memadai
4) Pastikan aliran pada semua titik aliran lancar, baik di dalam Gedung maupun
di luar Gedung
5) Pemeriksaan instalasi penyaluran dilakukan setiap hari.
6) Pastikan semua unit operasi dan unit proses IPAL bekerja optimal
7) Unit proses IPAL sekurang-kurang terdiri atas proses sedimentasi awal,
proses biologis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi akhir, penanganan
8) lumpur, dan disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa
klor 0,1-0,2 mg/I). Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak dengan udara
untuk menghilangkan kandungan klor di dalam air sebelum dibuang ke
badan air penerima
9) lumpur hasil proses IPAL, bila menggunakan pengering lumpur dapat dibakar
di incinerator atau mesin press, atau dikirim ke perusahaan jasa pengolah
limbah B3. Bila tidak dimungkinkan untuk dilakukan keduanya, maka dapat
dilakukan penguburan sesuai dengan kaidah penguburan Limbah B3
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan nomor P.56 tahun 2015.
6
b) Pengelolaan Limbah Padat Domestik
Limbah Padat Domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
kerumahtanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa makanan, kardus, kertas, dan
sebagainya baik organik maupun anorganik. Sedangkan limbah padat
khusus meliputi masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang
mengandung cairan/droplet hidung dan mulut), diperlakukan seperti Limbah
B3 infeksius
• Langkah-langkah
1) Sediakan dua wadah limbah padat domestik di lokasi yang mudah
dijangkau orang, yaitu wadah untuk limbah padat domestik, dan limbah
padat khusus (untuk masker sekali pakai, sarung tangan bekas,
tisu/kain yang mengandung cairan/droplet hidung dan mulut)
2) Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik dengan warna berbeda
sehingga mudah untuk pengangkutan limbah dan pembersihan wadah
3) Pengumpulan limbah dari wadah dilakukan bila sudah 3/4 penuh atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam
4) Pengumpulan limbah padat pada wadah khusus ini dilakukan bila sudah
3/4 atau sekurang-kurangnya sekali dalam 6 jam
5) Petugas pengumpulan limbah harus dilengkapi dengan masker, sarung
tangan, sepatu boot, dan apron
6) Petugas pengumpulan sampah khusus harus dilengkapi dengan masker,
sarung tangan, sepatu boot, apron, kacamata pelindung (goggle), dan
penutup kepala.
7) Pengumpulan dilakukan dengan langkah-langkah:
a. Buka tutup tempat sampah
b. Ikat kantong pelapis dengan membuat satu simpul
c. Masukkan kantong tersebut ke wadah untuk diangkut
8) Setelah melakukan pengumpulan, petugas wajib membersihkan
seluruh badan atau sekurang-kurangnya mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
9) Peralatan pelindung diri yaitu goggle, boot, dan apron yang digunakan
agar didisinfeksi sesegera mungkin pada larutan disinfektan, sedangkan
masker dan sarung tangan dibuang ke wadah limbah padat khusus.
7
10) Limbah padat organik dan anorganik agar disimpan di Tempat
Penyimpanan Sementara Limbah Padat Domestik paling lama 1 x 24 jam
untuk kemudian berkoordinasi dengan instansi yang membidangi
pengelolaan limbah domestic di kabupaten/kota.
11) Tempat Penyimpanan Sementara Limbah padat domestic agar dilakukan
disinfeksi.
12) Limbah padat khusus agar disimpan di Tempat Penyimpanan
Sementara Sampah/Limbah B3 dengan perlakuan seperti limbah B3
infeksius.
8
dikemas dan diikat rapat.
5) Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat setiap 24 jam harus
diangkut, dicatat dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat
yang khusus
9
dilakukan disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan (sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan) pada plastik sampah yang telah
terikat.
11) Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan
seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain.
10
berikut:
➢ Limbah didisinfeksi terlebih dahulu dengan disinfektan berbasis
klor 0,5%,
➢ Limbah dirusak supaya tidak berbentuk asli agar tidak dapat
digunakan kembali,
➢ Dikubur dengan konstruksi yang ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56
tahun 2015.Konstruksi penguburan sesuai Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.56 tahun 2015
adalah sebagaimana gambar berikut ini:
11
B. Kegiatan Luar Gedung
1. Inspeksi kesehatan lingkungan
Inspeksi kesehatan lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan
standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas
lingkungan yang sehat. Inspeksi kesehatan lingkungan dilaksanakan berdasarkan
hasil konseling terhadap pasien dan atau kecenderungan berkembang atau
meluasnya penyakit dan atau kejadian kesakitan akibat factor risiko lingkungan.
Inspeksi kesehatan lingkungan juga dilakukan secara berkala, dalam rangka
investigasi kejadian luar biasa (KLB) dan program kesehatan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Langkah-langkah Inspeksi Kesehatan
Lingkungan, yaitu:
a. Persiapan:
• Mempelajari hasil Konseling.
• Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya.
• Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir
pencatatan status kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur
parameter kualitas lingkungan)
• Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di
desa.
b. Pelaksanaan:
• Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.
• Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan
analisis risiko sesuai kebutuhan.
• Melakukan penemuan penderita lainnya.
• Melakukan pemetaan populasi berisiko.
• Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga pasien dan
keluarga sekitar).
• Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan yang
bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat
12
kesulitan, efektifitas dan biaya. Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan berupa bagan dan daftar pertanyaan untuk
setiap penyakit sebagaimana contoh daftar pertanyaan terlampir. Tenaga
Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar pertanyaan tersebut
sesuai kebutuhan. Hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilanjutkan dengan
rencana tindak lanjut berupa Intervensi Kesehatan Lingkungan.
2. Intervensi kesehatan lingkungan
Intervensi kesehatan lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun social, yang dapat berupa :
a. Komunikasi, informasi, dan edukasi, serta pergerakan/pemberdayaan
masyarakat.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/Pemberdayaan
Masyarakat. Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku
masyarakat terhadap masalah kesehatan dan upaya yang diperlukan sehingga
dapat mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan akibat Faktor Risiko
Lingkungan. KIE dilaksanakan secara bertahap agar masyarakat umum
mengenal lebih dulu, kemudian menjadi mengetahui, setelah itu mau
melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah disepakati bersama. Pelaksanaan
penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan kualitas lingkungan melalui kerja bersama (gotong royong)
melibatkan semua unsur masyarakat termasuk perangkat pemerintahan
setempat dan dilakukan secara berkala.
Contoh:
- Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan
lingkungan pada permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan
tempat dan fasilitas umum;
- Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan
mengubur), pembuatan sarana sanitasi dan sarana pengendalian
vector, Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju
Sanitasi Total pada kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat/STBM;
13
- Gerakan bersih desa;
d. Rekayasa lingkungan
Dalam pelaksanaannya Intervensi Kesehatan Lingkungan harus
mempertimbangkan tingkat risiko berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan
Lingkungan. Pada prinsipnya pelaksanaan Intervensi Kesehatan Lingkungan
dilakukan oleh Pasien sendiri. Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan
Lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat/swasta.
1) Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/Pemberdayaan
Masyarakat. Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku
masyarakat terhadap masalah kesehatan dan upaya yang diperlukan
sehingga dapat mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan akibat
Faktor Risiko Lingkungan. KIE dilaksanakan secara bertahap agar
masyarakat umum mengenal lebih dulu, kemudian menjadi mengetahui,
setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah disepakati
bersama. Pelaksanaan penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui kerja
bersama (gotong royong) melibatkan semua unsur masyarakat termasuk
perangkat pemerintahan setempat dan dilakukan secara berkala. Contoh:
- Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan
lingkungan pada permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan
tempat dan fasilitas umum;
- Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan
mengubur), pembuatan sarana sanitasi dan sarana pengendalian
vector, Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju
Sanitasi Total pada kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat/STBM;
- Gerakan bersih desa;
15
2) Rekayasa Lingkungan Rekayasa lingkungan merupakan upaya
mengubah media lingkungan atau kondisi lingkungan untuk mencegah
pajanan agen penyakit baik yang bersifat fisik, biologi, maupun kimia
serta gangguan dari vektor dan binatang pembawa penyakit. Contoh
rekayasa lingkungan: - menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus; -
pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy; - pemberian bubuk
larvasida pada tempat penampungan air yang tidak tertutup; - membuat
saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan salinitas.
Dalam melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan ada beberapa upaya yang perlu
dilakukan pada era pandemic Covid-19, yaitu melakukan desinfeksi dan juga
menjaga kebersihan pada saat kita melakukan kunjungan untuk pencegahan
penularan Covid-19. Adapun Langkah -langkah desinfeksi berdasarkan lokasi yang
akan dikunjungi adalah sebagai berikut:
1) Langkah -langkah Desinfeksi
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan desinfeksi terdiri dari:
➢ ALAT
▪ ULV (Cold fogger, Mist Blower, DAF 3000)
▪ Sprayer (elektrik atau manual)
▪ Lap flanel/kain microfiber
▪ Kelistrikan
▪ APD (masker N95, sarung tangan, pakaian pellindung, kacamata
goggle, dll)
➢ ВАНAN
Beberapa jenis desinfektan yang dapat digunakan dan mudah diperoleh antara
lain:
No Jenis Zat Aktif Takaran Merk Dagang
1 Larutan Hipoklorit 30 ml (2 sendok makan) - Bayclin
Pemutih per 1 liter air - Soklin pemutih
- Proklin, dll
2 Larutan Hipoklorit - Untuk APD konsentrasi - Kaporit bubuk
Klorin min 3 % - Kaporit padat
- Untuk ruangan - Kaporit tablet
konsentrasi min 6 %
3 Karbol/ Fenol 30 ml (2 sendok makan) - Wipol
Lysol per 1 liter air - Supersol
- Karbol
- SOS, dll
16
4 Pembersih Benzalkonium 1 tutup botol per 5 liter air - Super pell
lantai Klorida - Soklin lantai
- SOS pembersih
lantai
- Harpic
- Dettol,dll
5 Desinfektan N-(3- Sesuai petunjuk - Netbiokem,DSAM
diamin aminopropyl N- penggunaan - Microbac Forte
dodecylopropane- - TM suprosan DA
1,3-diamine - Steridine multi
Surface,dll
6 Desinfektan Hydrogen Sesuai petunjuk - Sanosil
peroksida peroksida penggunaan - Clorox, hydrogen
Peroxide
- Avmor EP 50
- Sporox II
17
3) Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Untuk Pencegahan Penularan Covid-
19 Di Pesantren
a. Pastikan seluruh area pesantren bersih, melakukan pembersihan lantai,
permukaan pegangan tangga, pegangan pintu, asrama santri, ruang kelas,
masjid, dapur, kantin pesantren, dispenser, dengan desinfektan (cairan
pembersih) dengan care dilap ateu disemprot secara berkala minimal 3
kali sehari.
b. Menyediakan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air
mengalir dan hand sanitizer di toilet, setiap kelas, ruang ustadz, pintu
gerbang, setiap kamar santri/asrama, ruang makan dan tempat lain yang
sering di akses olah warga pesantren.
c. Memasang pesan-pesan kesehatan (cara cuci tangan yang benar, cara
mencegah penularan COVID-19, etika batuk/bersin dan cara
menggunakan masker) di tempat- tempat strategis seperti di plntu masuk
kelas, pintu gerbang, ruang pengelola, dapur, kantin, papan informasi
masjid, sarana olahraga, tangga dan tempat lain yang mudah di akses.
d. Pengelola mengedukasi warga pesantren untuk selalu menjaga wudhu dan
CTPS, Etika Batuk/Bersin yang benar dan menginformasikan kepada
warga pesantren yang tidak sehat atau memiliki riwayat berkunjung ke
negara terjangkit dalam 14 hari terakhir untuk segera melaporkan diri
kepada pengasuh/ustadz koordinator.
e. Menghimbau seluruh santri agar menggunakan Al Quran dan alat sholat
pribadi (mukena, sarung, sajadah, peci) dan mencuci secara rutin.
f. Menginformasikan kepada sekuruh warga pesantren untuk tidak berjabat
tangan/cium tangan, menjaga jarak kontak dengan orang lain yang sodang
batuk/bersin.
g. Mengajak warga pesantren untuk melakukan aktivitas fisik (senam setiap
pagi, olahraga, kerja bakti) secara berkala dan menganjurkan untuk
konsumsi makanan yang sehat, aman dan bergizi seimbang.
h. Keluarga santri yang memiliki gejala demam/batuk/pilek/sesak nafas
dianjurkan untuk tidak mengunjungi santri di pesantren.
i. Pengelola sekolah/ madrasah memantau dan memperbaharui
perkembangan Informasi tentang COVID-19 dengan Puskesmes/Dinas
Kesehatan setempat secara berkala.
18
4) Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Untuk Pencegahan Penularan Covid-
19 di Area Publik (Pusat Perbelanjaan, Terminal/ Pelabuhan/ Stasiun area di
Sekitar Bandara dan Pusat Hiburan)
a. Pastikan seluruh area publik bersih
Melakukan pembersihan lantai, permukaan pegangan tangga escalator,
pegangan pintu, mesin ATM, mesin kasir, alat pembayaran elektronik,
metal detector, kaca etalase, erea bermain anak, musholla, toilet den
fasilitas umum lainnya dengan desinfektan (cairan pembersih) secara
berkala minimal 3 kali sehari.
b. Menyedlakan sarana Cudi Tangan Pakal Sabun (CTPS) dengan air
mengalir di toilet dan menyediakan hand sanitizer di setiap pintu masuk,
lift, dan tempet lain yang mudah di akses,
c. Tidak dianjurkan menyediakan dispenser di area yang banyak dilewati
pengunjung.
d. Memasang pesan-pesan kesehatan (cara cuci tangan yang benar, cara
mencegah penularan COVID-19 dan etika batuk/bersin) di tempat-tempat
strategis seperti di pintu masuk. Menginformasikan kepada pengunjung
untuk menggunakan alat-alat ibadah pribadi.
e. Pengelola area publik atau tempat umum harus berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan setempat secara berkala.
19
c. Penumpang dan pengemudi disarankan untuk memblasakan membawa
hand sanitizer.
d. Memasang pesan-pesan kesehatan (cara cuci tangan yang baik dan benar,
cara mencegah penularan COVID-19 dan etika batuk/bersin) di pintu atau
dinding kendaraan atau belakang kursi penumpang.
e. Pengelola transportasi umum harus berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat secara berkala.
21
f. Pengelola restoran/ rumah makan harus berkoordinasi dengan dinas
Kesehatan setempat secara berkala.
22
BAB III
PENUTUP
23
LANDASAN HUKUM
24
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian.
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelaksanaan Dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Kesehatan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Puskesmas.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405 Tahun 2002
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288 Tahun 2003
Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942 Tahun 2003
Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan.
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098 Tahun 2003
Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan Dan Restoran.
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128 Tahun 2004
Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
27. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
28. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
29. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1429 Tahun 2006
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
30. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.
31. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852 Tahun 2008
Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
25